Gedung Perpustakaan SMA N 2 Wonogiri luas, dua lantai dengan keadaan baik di posisi
yang strategis.
Beberapa sarana prasarana dalam kondisi baru
Koleksi karya cetak cukup banyak
Potensi jumlah pemustaka besar dari siswa, guru dan karyawan.
Jalur pendidikan tenaga perpustakaan sudah sesuai
Weakness
Pustakawan kurang menguasai teknologi informasi terbaru
Jumlah karya cetak yang banyak itu tidak tahu perincian pastinya
Katalogisasi dan identitas karya cetak belum lengkap
Jumlah berlangganan majalah dan Koran belum sesuai ketentuan akreditasi perpustakaan
Administasi perpustakaan masih manual dan belum optimal
Opportinity
Anggaran pendanaan untuk perpustakaan dari pemerintah cukup banyak
Ada kemauan partisipasi dari alumni dan warga sekolah untuk mengembangkan
Perpustakaan SMA N 2 Wonogiri
Kerjasama dengan perpustakaan sekolah lain atau institusi lain yang bermanfaat
Threat
Ada dampak negatif dari kemajuan teknologi yang kalau tidak disikapi akan menurunkan
minat baca dan kunjungan pemustaka ke perpustakaan sekolah
Ketinggalan teknologi terbaru jika perpustakaan dan tenaga perpustakaan masih berkutat
dengan cara lama dan kurang adaptif dengan teknologi yang terus berkembang.
Startegi SO
Menambah koleksi perpustkaan jenis non cetak
Menata sarana prasarana yang ada jadi lebih baik
Menggunakan setiap partisipasi alumni atau guru untuk pengembangan perpus
Mengambangkan kegiatan bermanfaat dengan pihak lain
Startegi WO
Meningkatkan kelengkapan administrasi perpustakaan
Meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan
Merintis dan meningkatkan pemanfaatan TI untuk layanan
Meningkatkan kualitas SDM Pustakawan tentang pengelolaan dengan Teknologi
Informadi terbaru.
Startegi ST
Menata gedung perpustakaan yang sudah megah dengan penataan yang efektif, nyaman ,
menyenangkan sehingga lebih menarik perhatian pemustaka.
Mensosialisasikan menariknya koleksi dan layanan perpustakaan
Menambah variasi koleksi perpustakaan dengan koleksi yang lebih bermanfaat, kekinian
dan inspiratif untuk menarik minat baca pemustaka
Strategi WT
Merintis layanan perpustakaan dengan system yang lebih modern, tidak lagi manual
Melakukan pencacahan dan penyiangan koleksi perpustakaan agar koleksi tidak uyel
uyelan dan bisa diatur dengan display yang lebih menyenangkan
Membuat dan mengisi konten media sosial khusus perpustakaan dalam bentuk Youtube
dan web
Dari hasil analisi SWOT ini kami akan merumuskan beberapa alternatif strategi pengembangan
perpustakaan. Alternatif – alternatif itu kemudian kami jabarkan dalam rumusan Program Kerja
Jangka Pendek, Program Kerja Jangka Menengah, dan Program Kerja Jangka Panjang.
Diharapkan dengan langkah ini perpustakaan menjadi lebih baik. Dengan tujuan akhirnya agar
warga sekolah, terutama siswa dapat terbantu oleh layanan perpustakaan sekolah untuk mencapai
prestasi terbaik mereka.
Perpustakaan sekolah sejatinya bukan hanya bangunan persegi yang penuh dengan buku. Sebuah
perpustakaan yang baik akan jadi jantungnya sekolah.
Analisis SWOT Perpustakaan Sekolah SD Negeri
Kebonsari 1
SD Negeri Kebonsari 1 merupakan salah satu sekolah dasar dengan 119 siswa
yang terdapat di desa Kebonsari, kecamatan Dempet. Sejak tahun 2011, sekolah dasar
ini membangun sebuah perpustakaan sekolah dari Dana Alokasi Khusus ( DAK ). Secara
umum, perpustakaan di SD N Kebonsari 1 ini terbilang cukup baik diantara kalangan
perpustakaan sekolah SD di kecamatan Dempet. Akan tetapi, jika memandang dalam
segi kelayakan yang menyeluruh. Perpustakaan ini dapat dikatakan belum begitu baik.
Berikut merupakan analisis SWOT, yaitu yang dikaji dalam bentuk Strengths ( kekuatan
), Weaknesses ( kelemahan ), Opportunities ( peluang/ kesempatan ) dan Threats
( Ancaman).
1. Strengths ( kekuatan )
Pada perpustakaan sekolah di SD Negeri Kebonsari ini dalam hal kekuatan,
perpustakaan ini sudah memiliki kekuatan yang cukup baik untuk sekelas perpustakaan
sekolah dasar di kecamatan Dempet. Hal ini secara rinci ditandai dengan :
1) Gedung yang cukup baik. Gedung perpustakaan ini terbilang baru, karena dibangun
pada tahun 2011.
2) Pencahayaan yang memadahi. Desain gedung perpustakaan sekolah di SD Negeri
Kebonsari 1 kebanyakan memanfaatkan pencahayaan alami dari sinar matahari. Hal ini
ditandai dengan penyediaan jendela yang cukup pada gedung ini, agar sinar matahari
dapat masuk secara menyeluruh. Sehingga ketika terdapat siswa ataupun guru yang
berkunjung ke perpustakaan untuk membaca tidak mengalami kesulitan.
3) Sirkulasi udara yang memadahi. Sirkulasi udara ini merupakan faktor penting dalam
sebuah perpustakaan. Karena dengan adanya sirkulasi udara yang baik. pengunjung
perpustakaan pun akan merasa nyaman untuk berada di perpustakaan. Sirkulasi udara
yang baik ini ditandai dengan adanya jendela dan fentilasi udara yang memadahi.
4) Terdapat label nama untuk setiap rak buku. Label nama ini berfungsi untuk
mempermudah pengunjung perpustakaan dalam mencari buku berjenis fiksi, ilmiah
dan lain sebagainya.
5) Keadaan perpustakaan yang bersih dan rapi. Perpustakaan sekolah ini cenderung rapi
dan bersih. Karena setiap harinya, pustakawan biasanya membersihkan dan merapikan
perpustakaan ini.
6) Pustakawan yang ramah. Di dalam perpustakaan ini memiliki seorang pustakawan.
Pustakawan tersebut terbilang cukup ramah.
2. Weaknesses ( kelemahan )
Selain memiliki kekuatan yang cukup memadahi, perpustakaan sekolah di SD Negeri
Kebonsari 1 ini juga memiliki beberapa kelemahan yang mendasar. Kelemahan tersebut
utamanya terdapat pada bidang teknologi. Secara rinci, kelemahan yang terdapat dalam
perpustakaan ini adalah sebagai berikut.
1) Segala kegiatan pelayanan dalam perpustakaan sekolah ini masih menggunakan sistem
manual. Karena dalam perpustakaan ini tidak terdapat komputer maupun printer.
Komputer dan printer disediakan di ruang guru saja. Meskipun demikian, terkadang
pustakawan / petugas perpustakaan membawa laptop pribadi.
2) Koleksi buku yang kurang. Keadaan ini tentunya didasari karena kurangnya biaya
dalam pengadaan buku. Kebanyakan buku yang terdapat dalam perpustakaan sekolah
ini merupakan buku yang diperoleh dari dana BOS. Jadi pengadaan buku ini
bergantung pada dana dari BOS.
3) Hanya terdapat meja, kursi dan rak buku. Secara umum, untuk memancing minat
membaca siswa, dalam segi desain kurang menarik karena hanya terdapat meja, kursi
dan rak buku saja.
4. Threats ( Ancaman )
Tidak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini perkembangan zaman secara tidak langsung
berperan penting dalam perkembangan perpustakaan. Peran ini wujudnya dapat berupa
suatu ancaman. Selain perkembangan zaman, terdapat faktor – faktor lain pula.
Ancaman ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu ancaman dari luar dan dalam yang
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Dalam
Ancaman dari dalam adalah ancaman yang bersumber dari dalam perpustakaan itu
sendiri baik berhubungan dengan sistem, keadaan maupun pelayanan. Berikut
merupakan bentuk – bentuk ancaman dari dalam.
(1) Kurangnya koleksi buku. Keadaan ini dapat dikatakan sebagai kelemahan, akan tetapi
jika dikaji lebih menyeluruh dengan memandang berbagai aspek yang ada, keadaan ini
dapat dikategorikan menjadi suatu ancaman pula. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika
koleksi buku kurang, maka minat baca siswa pun kurang. Minat baca siswa yang kurang
dapat menurunkan kunjungan dari siswa.
(2) Pelayanan yang masih manual. Karena masih menggunakan sistem manual, tentunya
hal ini akan merepotkan, selain itu, siswa pun jadi kurang tertarik untuk mengunjungi
perpustakaan. Jika siswa tidak tertarik dengan perpustakaan, maka dapat dipastikan
bahwa perpustakaan akan jarang dikunjungi oleh siswa
2) Luar
Ancaman dari luar adalah ancaman yang bersumber di luar keadaan perpustakaan itu
sendiri. Berikut merupakan bentuk – bentuk ancaman dari dalam.
(1) Sudah tersedianya buku yang dapat diunduh secara online. Karena sudah
berkembangnya zaman, maka siswa lebih memilih untuk mengunduh buku secara
online. Hal tersebut dilatarbelakangi karena faktor kepraktisan. Keadaan ini secara
tidak langsung dapat membuat perpustakaan sekolah di SD Negeri Kebonsari menjadi
sepi pengunjung, sebab siswanya lebih memilih untuk mengunduh buku secara online.
(2) Sudah banyak siswa yang menggunakan smartphone. Keadaan ini tidak dapat
dipungkiri lagi, karena mengingat dewasa ini kehidupan secara ekonomi warga
Indonesia cukup meningkat. Jadi para orangtua biasanya membekali anak – anak
mereka dengan smartphone. Penggunaan smartphone ini dapat menjadi ancaman bagi
perpustakaan, karena segala informasi yang didapat oleh siswa dapat dilakukan dengan
mengandalkan internet tidak harus berkunjung ke perpustakaan. Selain itu,
penggunaan smartphone ini juga dapat membuat minat baca siswa berkurang. Karena
siswa lebih tertarik untuk bermain smartphone dibandingkan dengan berkunjung ke
perpustakaan.