Anda di halaman 1dari 138

IMPLIKASI BUDAYA EWUH PAKEWUH TERHADAP

SKEPTISISME PROFESIONAL MAHASISWA - STUDI PADA


MAHASISWA AKUNTANSI DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Skripsi

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Akuntansi (S1)

Pada Program Studi Akuntansi

Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Disusun oleh :

Theresa Corina Arvi Batisa

NPM : 15 04 22406

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

JANUARI 2020
SKRIPSI

IMPLIKASI BUDAYA EWUH PAKEWUH TERHADAP SKEPTISISME

PROFESIONAL MAHASISWA – STUDI PADA MAHASISWA

AKUNTANSI DI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Theresa Corina Arvi Batisa

NPM : 15 04 22406

Telah dibaca dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Nuritomo, SE., M.Acc. Tanggal 16 Januari 2020

ii
SKRIPSI

IMPLIKASI BUDAYA EWUH PAKEWUH TERHADAP SKEPTISISME


PROFESIONAL MAHASISWA – STUDI PADA MAHASISWA
AKUNTANSI DI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

yang dipersiapkan dan disusun oleh


Theresa Corina Arvi Batisa
NPM : 15 04 22406

telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 07 Februari 2020


dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi (S1) Program Studi
Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya
Yogyakarta

SUSUNAN PANITIA PENGUJI


Ketua Panitia Penguji Anggota Panitia Penguji

A. Totok Budi Santosa, SE., MBA., Akt., CA. Nuritomo, SE., M. Acc.

Anggreni Dian Kurniawati, SE., M.Sc., Ak., CA., CSA.

Yogyakarta, 26 Februari 2020


Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Drs. Budi Suprapto, MBA., Ph.D.

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sesungguhnya menyatakan bahwa

skripsi saya dengan judul:

IMPLIKASI BUDAYA EWUH PAKEWUH TERHADAP SKEPTISISME

PROFESIONAL MAHASISWA - STUDI PADA MAHASISWA AKUNTANSI

DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Benar - benar hasil karya saya sendiri. Pernyataan, ide, maupun kutipan baik

langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari tulisan atau ide orang lain

dinyatakan secara tertulis dalam skripsi ini dalam catatan perut dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan plagiasi sebagian atau

seluruhnya dari skripsi ini, maka gelar dan ijazah yang saya peroleh dinyatakan

batal dan akan saya kembalikan kepada Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Yogyakarta, 16 Januari 2020

Theresa Corina Arvi Batisa

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas kasih, berkat, karunia, dan hikmat

yang senantiasa diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul

“IMPLIKASI BUDAYA EWUH PAKEWUH TERHADAP SKEPTISISME

PROFESIONAL MAHASISWA - STUDI PADA MAHASISWA

AKUNTANSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat dalam mencapai gelar

Sarjana Akuntansi Jenjang Pendidikan Strata Satu Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Terlepas kekurangan yang ada dalam penelitian ini, penulis berharap

penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi segala pihak. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penelitian ini tidak mungkin

dapat disusun dan diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberikan jalan bagi penulis

dalam setiap pergumulan hidup saat menulis skripsi

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan di setiap bidang, baik

support moral dan juga materi selama penulis mengerjakan penelitian

sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Kemudian untuk seluruh

v
keluarga yang senantiasa mendukung dan mendoakan Tante Itri, Ikme, Ikka,

Engkong , Iklan beserta dengan adik - adik sepupu yang selalu menyemangati

Tyus, Gaby, Meili, Meisin, Meife, Meifang.

3. Bapak Nuritomo, SE., M.Acc., selaku dosen pembimbing yang senantiasa

membimbing dengan sepenuh hati, sabar dan serta meluangkan waktu dan

memberikan motivasi dan semangat yang tak pernah henti.

4. Para dosen dan juga staff TU yang senantiasa memberikan nasihat, ilmu dan

semangat selama penulis mengerjakan penelitian serta selama menempuh

kuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

5. Teman-teman yang selalu mendampingi dari semester 1 sampai saat ini,

Paskalina Widyastuti, Maria Laurdes Sitohang, Shitta Naftalia Tampubolon,

Agnes Satepu dan Putri Alvi Santana yang tidak berhenti mendampingi dan

menemani penulis selama menempuh studi di Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

6. Teman - teman yang dipertemukan selama perjalanan penulis menempuh

studi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta Dian Yunita Sari Wibawa, Maria

Deona, Helena Sihombing, Sabina Indy Br. Ginting, Larasati Desitasari,

Maria Seba Novianti Br. Barus, Maria Yulia Alfania, Ravena Tandon Br.

Barus, Genoveva Fiona Citraclarissa, Grecia Stephanie, teman - teman

pengurus dan anggota KOPMA UAJY, teman - teman koordinator dan

pengawas ujian semester genap 2018/2019 dan semester ganjil 2019/2020, dll

yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu atas setiap waktu dan tenaga

vi
yang tercurah untuk selalu membantu dan menemani penulis di setiap hari -

hari penulis.

7. Teman - teman dari alumni SMA Stella Duce 1 dan SMP Maria Immaculata

yang senantiasa memberikan doa dan motivasi Odelia Yora Chrestella, Metta

Subiyanto, Putu Clara Shinta Gel-gel, Dheta Ocean Monica, Luh Putu Sandat

Wangi, Livia Adriana, Helena Hanny, Naomi Shinta, Shella Liem, dll yang

tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

8. Bapak Sadil dan Ibu Kati yang selaku Induk Semang KKN 75 Padukuhan

Dukuh berserta teman - teman kelompok Anastasia Gisela Cinintya Rossy,

Karya Bima Satria Yuwono, Eduardo Bagas Pratama, Meiske Erika Boki,

Agustinus Kristiawan Adhy Nugroho, Debora Ellen Heidy Widiana dan Jose

Josapat, beserta warga Padukuhan Dukuh Desa Purwoharjo Samigaluh dan

kakak - kakak ADPL yang sudah menerima dan mendampingi penulis selama

pelaksanaan KKN 75.

9. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang turut

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

vii
Semoga Tuhan selalu melimpahi berkat dan kebahagiaan dalam hidup kalian

semua. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna dan segala kritik ataupun saran yang ada dapat diterima dengan senang

hati demi perbaikan penelitian serupa yang akan dilakukan di masa mendatang.

Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya dan

bagi semua orang yang membaca skripsi ini.

Yogyakarta, 16 Januari 2020

Theresa Corina Arvi Batisa

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI…………………...……………………………………………..….ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

ABSTRAK……………………………………..………………… ..................... xvi

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................5

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................5

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................5

1.5. Sistematika Penulisan ...............................................................................6

BAB II ......................................................................................................................8

ix
LANDASAN TEORI ...............................................................................................8

2.1. Landasan Teori ..........................................................................................8

2.1.1. Skeptisisme Profesional .................................................................8

2.1.2. Budaya .........................................................................................20

2.1.3. Budaya Ewuh Pakewuh ...............................................................26

2.2. Penelitian Terdahulu ...............................................................................32

2.3. Pengembangan Hipotesis ........................................................................35

BAB III ..................................................................................................................42

METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................42

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................42

3.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ......................................................42

3.3. Populasi ...................................................................................................44

3.4. Sampel .....................................................................................................45

3.4.1. Metode Pengambilan Sampel .......................................................45

3.4.2. Ukuran Sampel .............................................................................47

3.5. Variabel Penelitian ..................................................................................47

3.6. Operasionalisasi Variabel........................................................................47

x
3.7. Model Penelitian .....................................................................................52

3.8. Analisa Data ............................................................................................53

3.8.1 Uji Pendahuluan ............................................................................53

3.8.2 Uji Asumsi Klasik .........................................................................56

3.8.3 Pengujian Hipotesis.......................................................................56

BAB IV ..................................................................................................................61

ANALISIS DATA .................................................................................................61

4.1. Penjelasan Penelitian...............................................................................61

4.2. Teknik Pengujian Instrumen ...................................................................61

4.2.1. Uji Validitas .................................................................................61

4.2.2. Uji Reabilitas................................................................................63

4.3. Metode Analisis Data ..............................................................................64

4.3.1. Analisis Deskriptif .......................................................................64

4.3.2. Uji Normalitas ..............................................................................65

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas .................................................................66

4.3.4. Uji Hipotesis ................................................................................67

4.3.5. Uji t ..............................................................................................68

xi
4.3.6. Uji F .............................................................................................68

4.3.7. Analisis Sensitivitas .....................................................................69

4.4. Pembahasan .............................................................................................71

BAB V....................................................................................................................77

PENUTUP ..............................................................................................................77

5.1. Simpulan .................................................................................................77

5.2. Implikasi Penelitian .................................................................................78

5.3. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................78

5.4. Saran ........................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................80

LAMPIRAN...........................................................................................................86

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Sistematika Penulisan ............................................................................ 7

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 32

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel .................................................................... 48

Tabel 4.1. Tabel Uji Validitas Variabel X (Budaya Ewuh-Pakewuh) .................. 62

Tabel 4.2. Tabel Uji Validitas Variabel Y (Skeptisisme Profesional) .................. 63

Tabel 4.3. Tabel Uji Reliabilitas ........................................................................... 64

Tabel 4.4. Tabel Analisis Deskriptif ..................................................................... 65

Tabel 4.5. Tabel Uji Normalitas............................................................................ 66

Tabel 4.6. Tabel Uji Heteroskedastisitas............................................................... 66

Tabel 4.7. Tabel Uji Regresi Sederhana................................................................ 67

Tabel 4.8. Tabel Uji-t ............................................................................................ 68

Tabel 4.9. Tabel Uji F ........................................................................................... 69

Tabel 4.10. Tabel Regresi Linear Sederhana Search of Knowledge ..................... 70

Tabel 4.11. Tabel Regresi Linear Sederhana Suspension of Judgment................. 70

Tabel 4.12. Tabel Regresi Linear Sederhana Questioning Mind .......................... 71

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Model Penelitian Implikasi Budaya Ewuh-Pakewuh terhadap

Skeptisisme Profesional Mahasiswa ............................................ 53

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 86

Lampiran II. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 108

Lampiran III. Analisis Deskriptif ........................................................................ 115

Lampiran IV. Uji Normalitas .............................................................................. 115

Lampiran V. Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 116

Lampiran VI. Uji Regresi Linear Sederhana ...................................................... 117

1. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Skeptisisme Profesional.................. 117

2. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Search of Knowledge ...................... 118

3. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Suspension of Judgment ................. 120

4. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Questioning Mind ........................... 121

xv
IMPLIKASI BUDAYA EWUH PAKEWUH TERHADAP SKEPTISISME
PROFESIONAL MAHASISWA – STUDI PADA MAHASISWA
AKUNTANSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

Disusun oleh :
Theresa Corina Arvi Batisa
NPM : 15 04 22406

Dosen Pembimbing :
Nuritomo SE., M.Acc.

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis implikasi budaya ewuh-


pakewuh terhadap skeptisisme profesional. Penelitian ini mengambil responden
yaitu seluruh mahasiswa akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Jumlah
responden penelitian ini berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive
sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
sederhana.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa budaya ewuh-pakewuh
berpengaruh secara signifikan terhadap skeptisisme profesional. Pada analisa
sensitivitas yang dilakukan, ditunjukkan bahwa budaya ewuh pakewuh
berpengaruh signifikan terhadap suspension of judgment dan tidak berpengaruh
terhadap search of knowledge dan questioning mind.

Kata Kunci : Skeptisisme Profesional, Budaya Ewuh Pakewuh, Search of


Knowledge, Suspension of Judgment, Questioning Mind.

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada bulan Oktober 2018 lalu, salah satu rekan dari Big Four di

Indonesia dijatuhi sanksi karena diindikasi melakukan pelanggaran terhadap

standar profesi dalam pelaksanaan audit umum laporan keuangan 2012–

2016. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) menemukan bahwa salah

satu faktor yang mempelopori pelanggaran ini adalah kurangnya skeptisisme

profesional auditor selama mengaudit laporan keuangan SNP Finance. SNP

Finance mengalami kondisi NPL (Non Performing Loan) setelah menerima

fasilitas kredit modal kerja dan memberikan jaminan piutang fiktif. Dengan

kondisi tersebut, SNP Finance kemudian menerbitkan surat utang berbentuk

Medium Term Notes (MTN) yang mendapat peringkat idA1 dari Pefindo.

Saat ini, diperkirakan total tagihan dari SNP Finance telah mencapai Rp

4.07 triliun.2

Dalam melakukan proses auditing, Tuanakotta (2010) menuliskan

ada beberapa sikap yang harus dimiliki auditor dalam mengumpulkan bukti

1
Obligator dengan peringkat idA menunjukkan bahwa, obligator memiliki kapasitas yang kuat
untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan dengan obligator
Indonesia lainnya. Namun, obligator agak lebih rentan terhadap efek buruk dari perubahan
keadaan dan kondisi ekonomi daripada obligator yang lebih tinggi
(pefindo.com)

1
2

audit. Sikap – sikap tersebut adalah independen, objektif dan skeptis. Dalam

KBBI, independen merupakan sebuah kata sifat yang berarti tidak terikat,

merdeka dan bebas. Menurut Rittenberg (2008), auditor tidak hanya harus

mandiri dalam sikap mental mereka dalam melakukan audit, tetapi juga

harus dirasakan oleh pengguna yang independen dari klien . Sedangkan

objektif berarti menilai sesuatu dari keadaan yang sebenarnya tanpa

dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. Yang terakhir, skeptisisme

dalam bidang auditing dikenal dengan skeptisisme profesional. Skeptisisme

profesional didefinisikan oleh ISA 200 sebagai "suatu sikap yang mencakup

suatu pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang

dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang

disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian

penting atas bukti audit”.

Permasalahan mengenai skeptisisme profesional ini juga menjadi

sorotan oleh berbagai pihak seperti IFAC yang memberi ulasan mengenai

skeptisisme profesional sebagai jantung dari pelaksanaan audit. Ada

beberapa poin penting yang dapat diambil dari ulasan tersebut. Selain

skeptisisme profesional merupakan jantung dari proses audit, skeptisme ini

juga merupakan tanggung jawab tidak hanya dari auditor, tapi seluruh

profesional akuntan. Pentingnya skeptisisme profesional ini juga pernah

menjadi sorotan dari IAASB pada 2015 lalu. Dalam agenda ini, dituliskan

bahwa skeptisisme profesional merupakan salah satu faktor penting untuk

meningkatkan kualitas audit.


3

Selain itu, dalam agenda ini Glover dan Prawitt (2015) menyebutkan

bahwa skeptisisme profesional merupakan kombinasi dari pengetahuan,

keterampilan dan sifat seseorang. IAASB juga menekankan bahwa sifat

seseorang (personal traits) dapat memberikan kontribusi kepada kemampuan

auditor dalam menerapkan skeptisisme profesional. Hal ini sejalan dengan

penelitian Nelson (2009) yang memberikan 3 faktor yang mempengaruhi

skeptisisme profesional seorang auditor. Tiga faktor tersebut adalah insentif,

sifat dan pengetahuan. Sesuai dengan ilmu antropologi budaya, Ihromi (2006)

menuliskan bahwa kepribadian / sifat seseorang dapat terbentuk dari

pengalaman masa kecilnya (misalnya, dari nilai–nilai yang berkembang di

masyarakat), sehingga budaya dapat menjadi salah satu pembentuk sifat

seseorang.

Di Indonesia, Jawa merupakan salah satu etnis terbesar yang ada di

Indonesia. Menurut Suseno (2003), orang Jawa dalam kesehariannya memiliki

dua prinsip, yaitu prinsip kerukunan dan prinsip kehormatan. Kedua prinsip

ini digunakan untuk menghindari konflik sosial di masyarakat. Prinsip ini

kemudian melahirkan budaya ewuh-pakewuh dikalangan orang Jawa. Di

Indonesia, orang Jawa selain dikenal memiliki tutur kata yang halus, mereka

tidak pernah mengungkapkan perasaan tidak sukanya pada suatu hal yang

tidak disukainya / dirasa janggal.

Dalam menjalankan perintah orang Jawa juga dianggap tabu untuk

mengatakan tidak. Hal ini tertuang dalam Serat Wuruk Respati, yang

merupakan surat dari Sri Sultan Hamengkubuwono V yang menuturkan


4

mengenai tindak–tanduk3 orang Jawa (Sumiyardana, 2017). Salah satu isi dari

surat tersebut mengatakan jika seorang diberikan perintah oleh pemimpinnya,

maka hendaklah ia mengatakan iya dan segera melaksanakannya. Dalam

pergaulan sehari–hari juga ditekankan bahwa seseorang tidak boleh menyakiti

orang lain. Jika auditor memegang teguh kepercayaan ini dan mencoba untuk

menghindari konflik dengan pihak manajemen, maka skeptisme profesional

auditor akan berkurang.

Salah satu contoh pengaruh negatif budaya ewuh-pakewuh dalam ilmu

SDM sendiri, budaya ewuh-pakewuh dapat mempengaruhi pengelolaan

sumber daya manusia menjadi semakin tidak teges dan tegas4. Jika dalam

pengelolaan SDM tidak memiliki kejelasan dan ketegasan, maka peningkatan

kompetensi pegawai selalu tertinggal. Dalam bidang auditing, budaya ini

dapat mengurangi ketegasan auditor dalam mengumpulkan bukti audit. Jika

auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang cukup, maka pendapat

auditor menjadi tidak dapat dipertanggung jawabkan. Pernyataan auditor yang

kurang didukung dengan bukti yang kuat, dapat menimbulkan kerugian bagi

banyak orang atau instansi.

Melalui penelitian ini, penulis ingin memfokuskan sifat (traits) sebagai

faktor yang mempengaruhi skeptisisme auditor. Pemilihan sifat (traits)

didasarkan pada pemilihan objek budaya Indonesia. Negara–negara di timur

Asia, cenderung masih memegang teguh budaya di tengah kehidupan

bermasyarakatnya. Koentjaningrat (1984) menggambarkan budaya dalam


3
Tindak – tanduk : perilaku
4
Teges dan tegas : jelas dan tegas
5

beberapa aspek seperti ide, pemikiran, nilai–nilai, norma, aktivitas, tingkah

laku dan pekerjaan. Di Indonesia sendiri, banyak stigma masyarakat yang

tumbuh di masyarakat mengatakan bahwa budaya mempengaruhi sifat

seseorang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang,

maka rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah budaya ewuh pakewuh mempengaruhi skeptisisme profesional

mahasiswa akuntansi di Yogyakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

budaya ewuh-pakewuh terhadap skeptisisme profesional mahasiswa

akuntansi di Yogyakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan berbagai kontribusi sebagai

berikut:

1. Kontribusi Teori

Kontribusi teori dalam penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bagi mahasiswa auditing


6

mengenai pengaruh budaya ewuh-pakewuh terhadap skeptisisme

profesional seseorang.

2. Kontribusi Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktik

berupa informasi bagi insitusi pendidikan (terutama pendidikan

akuntansi) dan juga pada KAP . Untuk institusi pendidikan diharapkan

dapat menghadapi masalah ini lebih awal, sehingga lebih mudah untuk

menumbuhkan dan membentuk skeptisisme profesional dalam diri

mahasiswa. Kemudian untuk KAP diharapkan dapat menekankan

pentingnya skeptisisme profesional pada training auditor sehingga

auditor selalu menerapkan skeptisisme profesional dalam setiap

pelaksanaan proses audit.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memahami tulisan ini menjadi lebih mudah, penulisan laporan

ini akan dilakukan dengan runtutan sebagai berikut:


7

Tabel 1.1.
Sistematika Penulisan
Judul Bab Keterangan
Bab I Pendahuluan Bagian ini menjelaskan mengenai latar
belakang masalah dan masalah yang akan
diteliti oleh penulis serta manfaat dari
penelitian ini
Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini menjelaskan berbagai konsep
dan teori yang mendasari penelitian ini
serta jawaban sementara dari perumusan
masalah berdasar teori yang ada.
Bab III Metode Penelitian Bagian ini menjelaskan teknik
pengambilan data yang akan dilakukan
oleh penulis.
Bab IV Hasil dan Bagian ini membahas mengenai hasil dari
Pembahasan data yang sudah dikumpulkan oleh
peneliti dan dampaknya terhadap teori
yang ada
Bab V Penutup Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil
penelitian, keterbatasan penelitian serta
saran terhadap pengembangan penelitian
selanjutnya.
Daftar Pustaka Bagian ini berisi berbagai sumber buku,
karya ilmiah, dll yang dikutip dalam
tulisan ini.
Lampiran Bagian ini berisi data atau keterangan lain
(misalnya kuesioner, statistik, dll).
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Skeptisisme Profesional

2.1.1.1. Definisi Skeptisisme Profesional

Kata profesional memiliki kata dasar profesiyang

berasal dari bahasa inggris “profess” yang memiliki arti

janji. Sedangkan kata skeptisisme berasal dari kata dasar

“skeptic”, yang berasal dari bahasa Yunani “skepticos”,

yang memiliki arti bertanya atau reflektif. Jika dilihat dari

KBBI, profesional memiliki arti bersangkutan dengan

profesi (perlu memiliki kepandaian khusus untuk

menjalankannya). Dan skeptisisme memiliki arti aliran

(paham) yang memandang sesuatu selalu tidak pasti

(meragukan, mencurigakan).

Dalam bidang auditing, skeptisisme dikenal dengan

istilah skeptisisme profesional. PCAOB mendefinisikan

skeptisime professional dalam AU 230 sebagai sikap

(attitude) yang selalu mempertanyakan (questioning mind)

dan penilaian penting (kritis) terhadap bukti audit (critical

assessment on audit evidence). Dalam ISA 200 yang

diterjemahkan oleh IAPI, skeptisisme professional

8
9

diterjemahkan sebagai suatu sikap yang mencakup suatu

pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap

kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan

kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh

kecurangan maupun kesalahan dan suatu penilaian penting

atas bukti audit. Selain itu, Nelson (2009) mendefinisikan

skeptisisme professional merupakan rasa keraguan atas

kebenaran suatu asersi. Dari beberapa definisi yang

diberikan oleh para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa

skeptisisme mencakup sikap mempertanyakan / waspada

dan penilaian penting atas bukti audit terhadap kebenaran

suatu asersi.

2.1.1.2. Peran Skeptisisme Profesional dalam Audit

Dikutip dari IAPI, skeptisisme profesional memiliki

peranan penting yang mendasar di dalam audit dan bentuk

suatu bagian yang utuh dari kumpulan keahlian auditor.

Skeptisisme profesional erat kaitannya dengan

pertimbangan profesional. Keduanya penting untuk

melaksanakan audit secara tepat dan merupakan kunci

terhadap kualitas audit. Skeptisisme profesional

memfasilitasi penerapan yang tepat atas pertimbangan


10

profesional oleh auditor, terutama untuk membuat

keputusan mengenai:

 sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan

dilaksanakan,

 apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah

diperoleh dan apakah pengevaluasian lebih

lanjut,

 pengevaluasian tentang pertimbangan

manajemen dalam menerapkan kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku bagi entitas,

 penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit

yang diperoleh, sebagai contoh: penilaian atas

kewajaran estimasi yang dibuat oleh manajemen

dalam menyusun laporan keuangan.

2.1.1.3. Karakteristik Skeptisisme Profesional

Dengan berbagai definisi yang telah dibuat oleh

beberapa ahli, Hurtt (2010) mencoba memberikan beberapa

karakteristik mengenai skeptisisme profesional diantaranya:

1. Questioning Mind

Dalam beberapa definisi yang sudah ada,

semua setuju bahwa skeptisisme profesional harus

memiliki pemikiran yang selalu mempertanyakan.


11

Dalam standar audit sendiri, ditekankan bahwa

skeptisisme profesional memerlukan pertanyaan

lebih lanjut apakah informasi dan bukti yang

didapatkan mengindikasikan adanya kesalahan

material atau kecurangan yang telah terjadi.

Karakteristik ini biasanya akan tercermin pada sikap

keraguan auditor dalam menerima informasi yang

diberikan oleh pihak manajemen,

2. Suspension of Judgment

Aspek kedua dari skeptisisme profesional

adalah mempertahankan penilaian sampai bukti

cukup sebagai dasar untuk membuat kesimpulan.

Dalam AU 230.09, dituliskan bahwa auditor tidak

boleh puas dengan bukti yang kurang persuasif.

Auditor diharapkan mengumpulkan banyak bukti

yang mendukung dan menilainya secara objektif

untuk dapat memperkuat hasil kesimpulan (opini

audit) agar bukti menjadi lebih valid dan reliabel.

3. Search for Knowledge

Karakteristik dari dari keinginan untuk mencari

tahu, berbeda dengan dengan karakteristik dari

questioning mind karena questioning mind memiliki

pengertian seperti tidak percaya (disbelief) atau


12

keraguan (doubt), sedangkan keinginan untuk

mencari tahu mengenai rasa penasaran (curiosity)

atau ketertarikan untuk mencari lebih dalam

mengenai sesuatu (interest). Skeptis adalah

keinginan untuk mencari lebih dalam lagi informasi

yang yang ada secara keseluruhan dan belum tentu

termotivasi untuk mencari informasi hanya untuk

mencari informasi hanya untuk memverifikasi

kesimpulan spesifik atau mendapatkan informasi

spesifik.

4. Interpersonal Understanding

Tiga karakteristik pertama berhubungan dengan

bagaimana auditor mengevaluasi bukti, namun

aspek penting dalam mengevaluasi bukti audit

adalah pemahaman antarpribadi, yang berhubungan

dengan memahami motivasi dan integritas dari

individu yang menghasilkan bukti. Motivasi

individual dan persepsi dapat menuntun manajemen

untuk menghasilkan informasi yang tidak akurat,

bias atau menyesatkan.

5. Autonomy

AU 230.08 mengindikasikan bahwa setiap auditor

harus secara obyektif mengevaluasi bukti audit


13

untuk menentukan apakah bukti audit sudah cukup

untuk membuat penilaian. Kemandirian ini

membantu auditor saat auditor memutuskan pada

dirinya sendiri untuk menentukan tingkat bukti yang

dibutuhkan untuk menerima hipotesis tertentu.

6. Self-Esteem

Skeptisisme juga memerlukan level tertentu dari

self-esteem. Dalam penelitian psikologi, self-esteem

dikarakteristikkan sebagai pribadi yang berharga

(self-worth) dan percaya pada kemampuan dirinya

sendiri. Self-esteem yang rendah akan

mengakibatkan kurangnya keyakinan untuk

bergantung pada penilaian sendiri. Hurtt (2010)

menganjurkan bahwa self-esteem dapat digunakan

untuk menantang upaya persuasif daripada hanya

sekedar menerima apa yang disajikan oleh

manajemen.

2.1.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Skeptisisme Profesional

Menurut Nelson (2009), ada tiga faktor yang

mempengaruhi skeptisisme profesional, diantaranya:

1. Knowledge

Agar auditor dapat menerapkan skeptisisme

profesional pada bukti yang sudah diberikan,


14

maka auditor harus mengerti akibat langsung

dari bukti audit tersebut terhadap risiko audit,

dan auditor harus dapat mengaplikasikan

pengetahuan mengenai pola bukti dan frekuensi

kesalahan untuk menentukan apakah bukti yang

diberikan mengindikasikan risiko salah saji yang

tinggi. Ada beberapa cara untuk membentuk

pengetahuan seorang auditor, misalnya melalui

training dan juga pengalaman selama mengaudit

laporan keuangan. Dalam jurnalnya, Abicic

(2014) menyatakan bahwa auditor dengan

pengalaman mengaudit laporan keuangan yang

terdapat kecurangan didalamnya cenderung

memiliki skeptisisme yang lebih tinggi terhadap

kliennya. Berdasarkan penelitian–penelitian

yang dibaca oleh Nelson sebelumnya, secara

umum, studi pada penilaian risiko menghasilkan

bukti bahwa auditor dengan pengetahuan lebih

membuat mereka dapat memodifikasi penilaian

risiko berdasarkan karakteristik dari klien

(integritas manajemen, kompetensi dan

turnover) dan karakteristik perusahaan


15

(kesehatan financial, kualitas pengendalian

internal dan kualitas bukti).

2. Traits

Sifat adalah faktor non-pengetahuan yang

dapat mempengaruhi Skeptisisme profesional

auditor. Nelson (2009) membagi pengaruh sifat

terhadap skeptisisme profesional dalam tiga

kategori

a. Problem-Solving Ability

Ide dasarnya adalah kecerdasan

auditor akan membantunya dalam

mengidentifikasi potensi salah saji. Dalam

studi – studi yang sudah ada, menurut

Nelson (2009), secara umum studi – studi

yang sudah ada menemukan hubungan yang

signifikan antara kemampuan dan

pelaksanaan skeptisisme profesional

terhadap tugas audit yang relevan

(mengidentifikasi kesalahan melalui analisis

rasio, mendeteksi manipulasi laba), terutama

saat tugas audit tersebut tidak terstruktur.

Namun di sini, Nelson memberikan catatan

bahwa tidak setiap saat kemampuan


16

menyelasaikan masalah ini menumbuhkan

skeptisisme profesional.

b. Ethics or Moral Reasoning

Sifat lain yang banyak dipelajari oleh

studi–studi sebelumnya adalah

pengembangan etika atau “alasan moral”

(moral reasoning). Salah satu cara untuk

melihat sifat ini / mengidentifikasinya

adalah melalui bagaimana skeptisisme

profesional auditor (dilihat dari penilaian

audit dan apa yang dilakukan auditor)

dipengaruhi oleh insentif auditor. Menurut

Nelson, banyak studi yang berdasar dari

penelitian Kohlberg (1969) yaitu “Theory of

Cognitive Development”. Dalam penelitian

ini, Kohlberg mengidentifikasi tiga level

dari alasan moral (moral reasoning):

“preconventional” di mana penilaian etika

didasari oleh konsekuensi, “conventional” di

mana penilaian etika didasari oleh

ekspektasi terhadadap orang lain dan didikte

oleh aturan dan hukum, dan

“postconventional” di mana penilaian etika


17

didasari oleh pengesampingan nilai etis.

Menurut Nelson, hasil dari banyak studi

menunjukan bahwa auditor dengan moral

yang lebih tinggi lebih sensitif terhadap

informasi mengenai kompetensi dan

integritas klien.

c. Skepticism Scale

Menurut Nelson (2009), banyak

sekali penelitian yang mencoba untuk

menilai skeptisisme profesional secara

langsung dan menghubungkan penilaian

tersebut pada audit judgment. Namun

beberapa hasil yang menunjukkan ketidak

konsistenan. Studi oleh Hurt (2010) telah

mengembangkan dan menguji skeptisisme

profesional yang terfokus di bidang auditing.

Ia mendasarkan skala dari enam

karakteristik skeptis yang nyata dari

pengetahuan (knowledge) dan etika (ethics).

Menurut Nelson, melalui skala ini kita dapat

melihat secara kolektif, karakteristik yang

diambil oleh Hurtt (2010), menangkap ide

dari skeptis yang tetap terbuka (open


18

minded) dan mempertanyakan kemungkinan

kesimpulan (question possible conclusions),

mencari bukti (searching for evidence),

mepertimbangkan potensi bahwa bukti bias

(considering the potential that the evidence

is biased), dan secara agresif

mempertanyakan bagaimana mereka bisa

sampai pada keputusan tersebut

(aggressively questioning until they

personally arrive at a conclusion).

3. Incentive

Berbagai penelitian yang dapat

disubstitusikan oleh insentif yang relevan

terhadap skeptisisme profesional telah

diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya.

Dalam level perusahaan, insentif membantu

yang membantu skeptisisme profesional

dihasilkan oleh potensi penegakan peraturan

oleh PCAOB, SEC dan badan regulator lainnya,

litigasi dan konsekuensi kehilangan reputasi

yang mengurangi kemampuan perusahaan untuk

menarik klien dan mempertahankan fee yang

tinggi untuk jasa audit. Faktor ini


19

mempengaruhi insentif dari individual auditor

melalui hutang individual, ancaman bagi

reputasi individu dan potensi kehilangan modal

kemitraan (partnership capital) dan pembayaran

uang pensiun.

Mengimbangi insentif untuk mengurangi

skeptisisme profesional juga ada. Klien dan

persaingan, menempatkan tekanan yang tinggi

pada auditor, sehingga auditor akan

menganggarkan biaya audit rendah, yang akan

mengurangi pengeluaran untuk usaha audit.

Pengurangan biaya (fees) dapat mempengaruhi

kenaikan pangkat dan kompensasi auditor, dan

pertentangan dengan klien dapat membahayakan

hubungan dengan klien yang menghasilkan

turunnya pembayaran (loss on fees).

Kekawatiran ini dapat berisiko lebih tinggi jika

perusahaan audit merendahkan biaya audit awal

untuk menarik klien (karena auditor

memperhatikan hubungan jangka panjang).

Juga, karena banyak auditor yang meninggalkan

akuntan publik untuk bergabung dengan

manajemen keuangan dari perusahaan yang


20

telah mereka audit, hal ini dapat merusak

hubungan KAP dengan pihak manajemen.

Insentif non-keuangan untuk mengurangi

skeptisisme profesional juga ada dengan

membangun tekanan sosial dari klien bagi

auditor yang tidak ingin mengecewakan mereka.

2.1.2. Budaya

Menurut Koentjaraningrat (2000) budaya berasal dari

bahasa sansekerta “buddhaya”. “Buddhaya” merupakan kata jamak

dari “buddhi” yang memiliki arti budi/akal. Salah satu ahli

antropologi dunia Hofstede (1984) mendefinisikan budaya sebagai

“The collective programming of the mind that distinguishes


the member of one group or category of people from
another”

Sedangkan Tylor (1871), mendefinisikan budaya sebagai

“That complex whole which includes knowledge, beliefs, art,


morals, law, custom, and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society.”

Selain itu, Geertz (1973) memberikan gambaran mengenai budaya

sebagai kerangka pikiran atau tindakan simbolik yang dilakukan

oleh kelompok tertentu.

Selain Hofstede, Tylor dan Geertz, ahli antropologi asal

Indonesia, Koentjaraningrat (2000) turut memberikan definisi

mengenai budaya. Namun, ia memberikan definisi yang berbeda


21

mengenai budaya dengan kebudayaan. Budaya didefinisikan

sebagai “daya budi” yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Sedangkan

kebudayaan, didefinisikan sebagai keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Soemardjan dan Soelaeman (1964) juga turut mendefinisikan

budaya sebagai buah atau hasil karya cipta & rasa masyarakat.

Suatu kebudayaan memang mempunyai hubungan yang amat erat

dengan perkembangan yang ada di masyarakat.

Menurut Schein (2004), budaya adalah asumsi–asumsi dan

keyakinan–keyakinan dasar yang dirasakan bersama – sama oleh

para anggota dari suatu kelompok atau organisasi.

Koentjaraningrat (2004) menuliskan bahwa budaya memiliki 3

wujud dari kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan

sebagainya. Tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat

adalah :

1. sifatnya abstrak, tidak dapat diraba/difoto,

2. sistem sosial yang disebut konkret, mengenai kelakuan

berpola dari manusia itu sendiri,

3. kebudayaan berwujud fisik dan memerlukan keterangan yang

banyak.

Dari berbagai definisi budaya yang sudah dikemukakan

oleh para ahli, ada beberapa kata kunci yang disepakati oleh para
22

ahli, yaitu pikiran/akal budi dan anggota masyarakat.Secara umum,

budaya dapat digambarkan sebagai hasil dari akal budi/kebiasaan

yang berkembang dalam suatu kelompok masyarakat. Produk dari

kebudayaan memiliki 2 wujud, yaitu fisik dan non-fisik. Wujud

dari kebudayaan secara fisik dapat dilihat dari pakaian (misalnya

corak batik yang berbeda menggambarkan kebudayaan, kegunaan,

kasta, dll yang berbeda), makanan, kesenian, dll. Wujud dari

kebudayaannon-fisik dapat dirasakan seperti tradisi (upacara–

upacara adat), kebiasaan masyarakat, norma, dll.

Dalam bukunya, Hofstede (1984), memberikan 6 dimensi

dari kebudayaan yang terdiri dari :

1. Power Distance, terkait kepada solusi–solusi yang berbeda

terhadap masalah dasar dari ketidaksetaraan manusia,

2. Uncertainty Avoidance, terkait dengan tingkat dari stress

dalam lingkungan sosial menghadapi masa depan yang tidak

diketahui,

3. Individualism versus Collectivism, terkait dengan integrasi

dari individu ke dalam kelompok utama,

4. Masculinity versus Feminimity, terkait dengan pembagian

dari peran emosi antara wanita dan laki – laki,

5. Long Term versus Short Term Orientation, terkait kepada

pilihan dari fokus untuk usaha manusia: masa depan, saat ini

dan masa lalu,


23

6. Indulgence versus Restraint, terkait kepada gratifikasi

dibandingkan kendali dari kebutuhan dasar manusia untuk

menikmati hidup.

Selain Hofstede, Schwartz (1994) juga memberikan 6 dimensi dari

budaya, yaitu:

1. Autonomy

Dalam autonomy, individu dipandang sebagai pribadi

yang otonom, entitas terbatas.Mereka harus mengolah dan

memperlihatkan preferensi, perasaan, ide dan kemampuan

mereka sendiri serta mencari arti dari keunikan dalam diri

mereka masing – masing. Pada dimensi ini, Schwartz (1994)

membagi autonomy menjadi 2 tipe yaitu: Intellectual

autonomy yang mendorong manusia untuk mengejar ide dan

arahan minatnya secara bebas. Contoh intellectual autonomy

dalam nilai sehari – hari adalah pemikiran yang terbuka,

keingintahuan dan kreativitas. Affective autonomy mendorong

individu untuk mengejar secara efektif pengalaman yang

positif untuk dirinya sendiri. Nilai penting yang termasuk

affective autonomy yaitu kepuasan dalam hidup dan

perubahan dalam hidup.

2. Embeddedness

Dalam budaya yang berdasar pada embeddedness,

individu dipandang sebagai entitas yang tertanam dalam


24

kolektivitas. Arti hidup mereka datang dari hubungan sosial

dengan masyarakat, identitas di dalam grup, berpartisipasi

dalam cara hidup bersama dan berjuang untuk tujuan

bersama. Dimensi ini menekankan menjaga status quo5 dan

menghindari tindakan yang akan mengganggu solidaritas

kelompok atau norma yang berlaku. Nilai–nilai dari

embeddedness tercermin dalam tingkatan sosial (social

order), mengahargai tradisi, keamanan, kepatuhan dan

kebijaksanaan.

3. Egalitarianism

Egalitarianism meminta orang–orang untuk mengakui

bahwa satu sama lain secara moral adalah sama karena pada

dasarnya kita memiliki tujuan yang sama sebagai manusia.

Dimensi ini menekankan bahwa orang–orang bersosialisasi

utuk mendalami sebuah komitmen untuk bekerja sama dan

untuk memperhatikan kesejahteraan setiap orang. Orang–

orang diharapkan untuk bertindak untuk keuntungan orang

lain sebagai pilihan. Nilai dari egalitarianism dalam

masyarakat seperti kesetaraan, keadilan sosial, tanggung

jawab, pertolongan dan kejujuran.

4. Hierarchy

5
Status quo : keadaan saat ini
25

Dimensi bergantung pada sistem hierarki yang

menganggap peran untuk memastikan tanggung jawab,

perilaku produktif.Hal ini mendefinisikan ketidaksetaraan

kekuasaan, peran dan sumber legitimasi. Orang–orang

bersosialisasi untuk mengambil peran dari distribusi hierarki

untuk mewujudkan dan mematuhi kewajiban dan peraturan

yang melekat pada peran mereka. Nilai seperti kekuasaan

sosial, otoritas, kerendahan hati dan kesejahteraan adalah

nilai penting dalam dimensi hierarki.

5. Harmony

Dimensi ini menekankan pada keselarasan dengan dunia

sebagaimana adanya, mencoba untuk mengerti dan

mengapresiasi daripada mengubah, mengatur, atau

mengeksploitasi. Nilai seperti perdamaian, kesatuan dengan

alam dan menjaga lingkungan adalah salah satu nilai penting

dalam dimensi harmony.

6. Mastery

Mastery merupakan dimensi yang berbanding terbalik

dengan harmony. Mastery mendukung self-assertion6 dalam

rangka menguasai, mengatur, dan mengubah alam dan

lingkungan sosial untuk mencapai tujuan bersama atau

pribadi. Nilai seperti ambisi, kesuksesan, keberanian dan

6
Self-assertion : tindakan menegaskan diri sendiri / pendapat seseorang
26

kompetensi merupakan nilai yang penting dalam dimensi

penting mastery.

2.1.3. Budaya Ewuh Pakewuh

Pakewuh dalam budaya Jawa, jika diartikan kedalam

bahasa Indonesia artinya hampir sama dengan malu dan sungkan.

Akan tetapi, bukan malu dalam bentuk kata sifat, namun malu

dikarenakan keadaan. Tobing (2010), memberikan contoh pakewuh

dalam kehidupan sehari – hari saat seseorang yang berkata “Wah,

aku pakewuh karo pak anu …” (maksud tersiratnya mungkin

karena terlalu banyak kebaikan yang sudah diterima dari seseorang

kepada kita, sehingga orang tersebut menjadi sungkan untuk

bertemu atau mengungkapkan sesuatu pada orang tersebut). Hal

tersebut merupakan salah satu gambaran rasa pakewuh dalam

kehidupan sehari–hari orang Jawa dan menjadi budaya karena

sering dilakukan. Hal ini berakar kuat dalam pembentukan pola

pikir, menjadi suatu kebiasaan sehingga terbentuklah budaya

pakewuh tersebut (Sardjono, 1999).

Jika membahas mengenai budaya Jawa, budaya ini tidak

dapat dilepaskan dari suatu falsafah hidup yang dianut orang Jawa

tentang kehalusan dalam bersikap. Koentjaraningrat (1984)

merumuskan bahwa sifat yang harus dimiliki oleh orang Jawa


27

adalah kehalusan penampilan, bercita rasa, serta kepekaan

perasaan. Pengertian kehalusan tersebut juga tidak dapat dengan

mudah diterjemahkan. Kehalusan dijelaskan sebagai perilaku yang

tidak mudah untuk diterjemahkan. Kehalusan dijelaskan sebagai

perilaku yang tidak kasar, tidak ternoda, tidak tergoyahkan, polos.

Sebaliknya, sifat yang berlawanan atau kasar adalah tidak mampu

untuk mengendalikan diri, tidak teratur tidak seimbang, tidak

selaras, tidak murni.

Koentjaraningrat (1984) menjelaskan adanya berbagai

perasaan yang menentukan perilaku orang Jawa dalam hubungan

sosialnya. Beberapa perasaan tersebut adalah aji (hormat), ajrih

(takut), isin (sangat malu), pekewet (sangat sungkan). Prinsip

perilaku isin dan pekewet mengandung prinsip keselarasan antara

individu dan masyarakat, sehingga individu berada dibawah

tekanan untuk selalu mengontrol dorongan–dorongan

spontanitasnya untuk menyesuaikan diri dengan berbagai prioritas

(Suseno, 2003). Konsep tersebut kemudian diwariskan pada setiap

generasi melalui pendidikan. Pendidikan moral budaya Jawa

sangat menekankan pada pengendalian diri, disiplin serta patuh

kepada kelompok dengan menyesuaikan perilaku sehingga jika

perilaku yang tidak sesuai pada tempatnya maka seseorang akan


28

dikatakan ora Jawa atau jika pelakunya anak – anak maka akan

disebut dhurung Jawa7 (Koentjaraningrat, 1984).

Dalam praktek kehidupan sehari – hari, orang Jawa

menjalankan tata krama yang terdiri dari empat keutamaan, yaitu :

1. Bersikap sesuai dengan derajat masing–masing pihak,

saling menghormati kedudukan masing masing.

2. Menyatakan sesuatu dengan cara tidak langsung

melalui sanepo atau kiasan.

3. Bersikap menghormati hal–hal yang bersifat pribadi

dengan seakan–akan tidak tahu masalah pribadi orang

lain.

4. Menghindari ucapan atau sikap yang menunjukkan

ketidakmampuan mengontrol diri dengan sikap kasar

atau melawan secara langsung.

Masyarakat Jawa sangat menjaga keharmonisan dan

ketentraman kelompoknya. Orang Jawa adalah orang yang sangat

mengendalikan perasaannya, menjaga kedamaian demi terciptanya

ketentraman dan keharmonisan kelompok (Koentjaraningrat,

1984). Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

budaya pakewuh yang ada didalam kehidupan masyarakat Jawa

merupakan sebuah nilai yang dimiliki oleh seorang individu yang

diperoleh secara turun temurun dan diwariskan didalam keluarga.

7
Dhurung Jawa = belum Jawa
29

Di dalam budaya tersebut berakar kuat dan menjadi suatu

kebiasaan karena sering dirasakan dan dihadapi didalam kehidupan

sehari – hari.

Menurut Suseno (2003), orang Jawa memiliki dua prinsip

dalam hidup bersosial di masyarakat. Prinsip tersebut merupakan

prinsip kerukunan dan prinsip kehormatan. Prinsip kehormatan

misalnya seperti tutur basa8 masyarakat Jawa, ada empat

pembagian bahasa yaitu bahasa ngaka, ngaka alus, krama madya

dan krama inggil. Bahasa ngaka merupakan bahasa “kasar” dan

digunakan dalam berbahasa dengan orang yang seumuran/sebaya.

Bahasa krama merupakan bahasa “halus” dalam bahasa jawa dan

digunakan dalam berbahasa kepada orang yang lebih tua/orang

dengan kedudukan tinggi sebagai bentuk penghormatan. Untuk

prinsip kerukunan sendiri, biasanya dapat dilihat dari sikap orang

Jawa yang selalu ramah kepada sesamanya (menyapa saat

bertemu), untuk menjaga interaksi satu sama lain.

Dua prinsip ini dianggap sebagai cara untuk menghindari

berbagai konflik terbuka yang mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan

dengan adanya konflik, maka kerukunan yang sudah tercipta

mungkin akan rusak. Menurut Suseno (2003), prinsip kerukunan

mengatur semua bentuk pengambilan keputusan antara pihak–

pihak yang sama kedudukannya. Sedangkan prinsip hormat,

8
Tutur basa = tutur bahasa
30

menentukan hubungan hirarkis dan dengan demikian, prinsip ini

menetapkan kerangka bagi segala macam interaksi. Maka dari itu,

prinsip ini biasanya akan menentukan bagaimana seseorang

mengambil sebuah keputusan; secara hirarkis atau kerukunan.

Terkait dengan konsep kerukunan dalam budaya Jawa,

Suseno (2003) mengemukakan bahwa budaya rukun dimaksudkan

untuk menghindari terjadinya konflik, sedangkan prinsip

kehormatan akan membawa seseorang berbicara dan berbuat sesuai

dengan keinginan untuk menundukkan derajatnya. Dua prinsip

tersebut menimbulkan dampak timbulnya budaya ewuh-pakewuh

dikalangan orang – orang Jawa. Ewuh-pakewuh itu sendiri sering

diartikan sebagai perasaan sungkan terhadap seseorang. Hampir

sebagian besar orang Jawa memiliki ewuh-pakewuh yang tinggi.

Hal ini dapat dilihat dari sikap orang Jawa dalam kehidupannya

sehari – hari. Orang Jawa cenderung tidak menggambarkan secara

langsung apa yang mereka rasakan atau mereka pikirkan

(Koentjaraningrat, 1984). Selain itu, orang Jawa cenderung tidak

menyukai membuat orang disekitarnya merasa tidak nyaman.

Orang yang menimbulkan konflik atau bersikap tidak

hormat secara moralpun akan dicela, artinya akan dinilai sebagai

manusia yang kurang baik atau manusia yang kurang bermoral.

Sesungguhnya budaya rukun dan menghindari terjadinya konflik

sangat benar untuk diimplementasikan dalam pergaulan baik di


31

masyarakat karena pada akhirnya akan menimbulkan rasa

kepedulian. Di samping itu, Suseno (2003) menguraikan bahwa

dalam budaya Jawa juga terdapat filosofi ojo dumeh9, tepo sliro10

dan mawas diri11. Artinya mengenai apakah perilaku seseorang

sudah sesuai dengan etika dan aturan. Implementasi ketiga filosofi

ini dalam lingkungan pekerjaan apabila tidak terkontrol dengan

baik, akan berdapak pada timbulnya ewuh-pakewuh terhadap rekan

kerja dan terlebih lagi terhadap atasan. Namun demikian, hal

tersebut juga akan berdampak pada terjadinya nontrasparansi

bahkan cenderung mengarah pada terjadinya tidak korupsi, kolusi

dan nepotisme.

Budaya kritik di dalam masyarakat Jawa juga masih

dianggap sebagai sebuah sikap konfrontasi, sikap yang anti

harmoni sehingga masyarakat Jawa yang memegang budaya

pakewuh tersebut berusaha menggunakan cara–cara yang halus

agar tidak menyinggung perasaan lain. Sebagai contoh ungkapan

ngono yo ngono ning ojo ngono, yang dapat diartikan “begitu ya

begitu tapi ya jangan begitu”. Kalimat tersebut merupakan suatu

bentuk ungkapan penyampaian ketidaknyamanan yang berusaha

dibuat sedemikian halus agar tidak sampai menyinggung perasaan

orang yang menjadi objek penyampaian ketidaknyamanan. Budaya

ini sampai kapanpun tidak akan bisa dihapus. Sulitnya menghapus


9
Ojo dumeh = tidak boleh sombong / tidak boleh sewenang – wenang.
10
Tepo sliro = menghargai orang lain / tenggang rasa.
11
Mawas diri = apakah perlaku seseorang sudah sesuai dengan etika atau aturan.
32

budaya ini disebabkan oleh sifatnya yang sudah turun temurun

diwariskan dari generasi ke generasi (Suwondo et al., 2003).

2.2. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

Peneliti dan Judul Variabel Kesimpulan


Tahun Penelitian Penelitian
Raymond Ho, Cultural 1. Professional 1. Guanxi Belief
Berry Kwock, Implications Skepticism memiliki pengaruh
dan Mark on Chinese (Y) positif terhadap search
James (2015) Accounting 2. Guanxi Belief for knowledge dan
Students’ (X1) suspension of
Professional 3. Guanxi judgment, namun tidak
Skepticism Behaviors berpengaruh secara
(X2) signifikan terhadap
autonomy dan
questioning mind.

2. Guanxi Behaviors
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap search for
knowledge, suspension
of judgment, autonomy
dan questioning mind.
33

Lanjutan Tabel 2.1


Peneliti dan Judul Variabel Kesimpulan
Tahun Penelitian Penelitian
Harry Pengaruh 1. Control 1. Budaya birokrasi
Indradjit Budaya Environment ewuh-pakewuh
Soeharjono Birokrasi (Y1) menjadikan sistem
(2012) Ewuh- 2. Risk pengendalian intern
Pakewuh Assessment dalam konteks risk
terhadap (Y2) assessment dan
Efektivitas 3. Control monitoring tidak
Sistem Activities (Y3) efektif.
Pengendalian 4. Information
Intern and 2. Budaya birokrasi
Communicati ewuh-pakewuh secara
on (Y4) empirik tidak
5. Monitoring berpengaruh terhadap
(Y5) sistem pengendalian
6. Individualism pengendalian intern
(X1) dalam konteks control
7. Power environment, control
Distance (X2) activities dan
8. Uncertainty information and
Avoidance communication.
(X3)
9. Masculinity 3. Control activities
(X4) secara empirik tidak
10. Harmony dapat dipengaruhi
(X5) oleh budaya birokrasi
11. Embeddednes ewuh-pakewuh karena
s (X6) pada hakikatnya
12. Autonomy control activities
(X7) mengedepankan
aturan–aturan,
prosedur – prosedur
dan kebijakan–
kebijakan untuk untuk
mengendalikan
aktivitas organisasi
34

Lanjutan Tabel 2.1.


Peneliti dan Judul Variabel Kesimpulan
Tahun Penelitian Penelitian
4. Budaya birokrasi
ewuh-pakewuh tidak
memberikan
pengaruh terhadap
information and
communications,
karena pada
hakikatnya
information and
communication lebih
mengedepankan
komitmen terhadap
kompetensi pegawai
yang tinggi.
Sammy X. Skeptical 1. Skeptical 1. Mahasiswa akuntansi
Ying dan Judgments judgment (Y1) dari China yang
Chris Patel and Self- 2. Independent melanjutkan studi di
(2016) Construal: A Self- Australia memiliki
Comparative Construal independensi yang
Study between (Y2) lebih tinggi,
Chinese 3. Interdepende interdependensi dan
Accounting nt Self- self-construal12 yang
Students in Construal lebih rendah dari
Australia and (Y3) rekannya yang
China 4. Chinese melanjutkkan studi di
students in China.
China (X1)
5. Chinese 2. Subjek yang lebih
students in independen cenderung
Australia (X2) kurang skeptic dari
subjek yang
interdependen dalam
mengevaluasi bukti
audit yang diberikan
oleh klien.

12
Self-construal : konseptualisasi diri
35

Lanjutan Tabel 2.1.

Peneliti dan Judul Variabel Kesimpulan


Tahun Penelitian Penelitian
3. Pendidikan akuntansi
tidak hanya mengenai
proses transfer technical
knowledge dan skills,
tapi juga menyangkut
proses kognitif yang
berhubungan dengan
self-construal yang
dapat mempengaruhi
penilaian subjek,
disarankan agar selain
memperhatikan aspek
teknikal, perhatian yang
lebih juga dapat
diberikan pada proses
kognitif yang kompleks
yang dialami dari
perbedaan pengajaran
dan budaya sekitar.

2.3. Pengembangan Hipotesis

Dalam penelitiannya, Nelson (2009) ada tiga faktor yang dapat

mempengaruhi skeptisisme profesional seorang auditor. Yang pertama adalah

knowledge (pengetahuan), kemudian traits (sifat) dan yang terakhir adalah

incentive (insentif). Penelitian ini akan memfokuskan pengaruh traits (sifat)

dalam diri auditor terhadap skeptisisme profesional auditor. Traits sendiri

dapat dipengaruhi oleh berbagai macam hal. Berdasarkan penelitian Hurtt

(2010), skeptisisme profesional tidak hanya karakteristik yang berasal dari

individu tersebut, tapi dapat terpengaruh dari situasi sementara. Situasi

eksternal di luar pribadi individu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

budaya ewuh-pakewuh.
36

Ada beberapa penelitian yang mendukung budaya sebagai salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi skeptisisme profesional auditor. Ho, et al.

(2015), meneliti implikasi budaya guanxi terhadap skeptisisme profesional

mahasiswa akuntansi di China. Dalam bahasa Mandarin sendiri 关系(gūanxi)

dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai hubungan. Wenderoth

(2018) dalam majalah Forbes memberikan sedikit gambaran mengenai

guanxidapat berpengaruh dalam dunia bisnis di China. Menurut penulis dalam

artikel tersebut, guanxi memegang peranan penting dalam berjalannya suatu

bisnis di China. Namun, ada beberapa hal juga yang mempengaruhi

bagaimana guanxi ini dapat memberikan keuntungan yang besar, diantaranya:

1. Guanxi memang bahan untuk keberhasilan bisnis, namun

tergantung pada sektor bisnis bahkan geografinya

Kunci utama dari guanxi adalah relasi dan sangat

tergantung pada industri, geografi dan sifat dari bisnis itu.Misalnya

dalam berjalannya bisnis di China, saat kita melihat ke daerah yang

lebih jauh dari perkotaan besar seperti daerah di Barat atau Timur

Laut China (Jiangsu atau Fujian), bisnis yang berbasis keluarga

masih sangat berpengaruh di sana. Dengan dominasi bisnis

keluarga di sana guanxi memegang pernanan penting dalam bisnis.

2. Memandang guanxi dalam tiga level: personal, korporasi dan

pemerintahan

 Dalam level personal: kunci dari guanxi adalah kepercayaan

yang dalam dan dapat menghasilkan keuntungan bagi kedua


37

pihak (mutualisme). Daripada berfokus pada perbedaan, lebih

baik membangun kesamaan dan memperhatikan perbedaan

tipis pada budaya yang dimiliki. Hal ini dipercaya dapat

membangun guanxi yang baik antar personal.

 Dalam level bisnis: rata – rata supplier yang ada di China

memiliki guanxi yang baik dengan produsennya. Hal yang

sederhana seperti business meal (makan bersama dalam

rangka berbincang – bincang mengenai bisnis) atau minum

bersama dapat dipandang sebagai sesuatu yang wajib dalam

dunia bisnis di China. Namun tingginya intensitas

persaingan dapat mengurangi dampak dari guanxi dalam

bisnis di China.

 Dalam level pemerintahan: sebenarnya dalam level

pemerintahan, perusahaan asing tidak akan bisa memiliki

level kepercayaan dan hubungan yang sama seperti

kepercayaan dan hubungan yang dimiliki oleh perusahaan

lokal. Hal ini dapat menguntungkan perusahaan asing

dengan tidak terlalu terikatnya perusahaan asing dan

eksekutifnya dengan norma yang berlaku di sana.

3. Memahami dan mengelola kerugian dari guanxi

Kerugian dari guanxi adalah hal ini sering berakibat pada

terjadinya korupsi dan dapat menimbulkan dangerous

reciprocal obligations (kewajiban timbal balik yang


38

berbahaya) dan collective blindness (kebutaan kolektif). Perlu

disoroti juga bahwa Presiden China saat ini Xi Jinping tengah

berupaya keras dalam mengatasi korupsi yang terjadi di

China.Maka saat ini banyak perusahaan asing yang sangat

berhati – hati, terutama karena sekarang eksekutif asing adalah

subjek dari Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) dan UK

Bribery Act.

Dalam penelitiannya, Ho, et al. (2015) menemukan bahwa

kepercayaan guanxi memiliki pengaruh positif terhadap search for

knowledge dan suspension of judgment, namun tidak berpengaruh secara

signifikan autonomy dan questioning mind, sedangkan perilaku guanxi

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap search for knowledge,

suspension of judgment, autonomy, maupun questioning mind. Menurut

Ho, et al. (2015), China adalah negara yang memiliki power distance yang

cukup tinggi, yang berarti orang – orang Chinese menerima otoritas dan

keputusan dari atasan. Selain itu, penelitian dari Ying & Patel (2018),

menegaskan bahwa mahasiswa akuntansi dari China yang melanjutkan

studi di Australia memiliki independensi yang lebih tinggi. Subjek yang

lebih independen cenderung kurang skeptis dari subjek yang

interdependen dalam mengevaluasi bukti audit yang diberikan oleh klien.

Penelitian ini mendukung pernyataan Hurtt (2010) bahwa skeptisisme

seseorang dapat terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang dialami oleh

individu tersebut.
39

Jika dilihat dengan seksama, kepercayaan terhadap guanxi ini

memiliki kemiripan dengan salah satu nilai budaya yang berkembang di

Indonesia. Akar dari prinsip guanxi merupakan menjaga hubungan dengan

individu lain. Menurut Yang (2001), hubungan jangka panjang harus

dipupuk dan dipertahankan melalui perasaan dan dukungan materi yang

bersifat timbal balik, dan hal ini akan berujung pada penghindaran konflik.

Maka dari itu, orang Chinese biasanya cenderung diam bahkan jika

mereka memiliki pandangan yang berbeda dengan mayoritas ataupun

otoritas yang lebih tinggi. Menurut Ho, et al. (2015) hal ini dapat menjadi

penghambat skeptisisme profesional karena berada di atas hukum dan

melibatkan pemberian manfaat materi secara timbal balik untuk

mempertahankan perasaan.

Di Jawa, orang sangat mengedepankan prinsip kerukunan dan

kehormatan dalam kehidupan sehari – hari. Tidak hanya dalam tindakan

sehari – hari, budaya ewuh pakewuh ini juga sering masuk dalam aspek

bisnis, politik, dll. Menurut Suseno (2003), bagi orang – orang yang

memegang teguh kebudayaan Jawa, mereka sangat menghindari konflik

dalam kehidupannya. Pendidikan budaya Jawa sangat menekankan pada

pengendalian diri, disiplin serta patuh kepada kelompok dengan

menyesuaikan perilaku, jika perilaku tidak sesuai pada tempatnya maka

seseorang akan dikatakan ora Jawa atau jika pelakunya anak – anak maka

akan disebut dhurung Jawa (Koentjaraningrat, 1984).


40

Berdasarkan cara berpikir tertentu, manusia Jawa memandang nilai

hormat dan rukun memiliki makna yang amat penting dan berharga dalam

hubungan interaksi dengan sesamanya. Geertz (1985), menyatakan bahwa

kedua – duanya bukan saja merupakan petunjuk moral yang mendasari

tindak – tanduk kekeluargaan Jawa. Prinsip ini adalah pusat pengertian

dari tindak-tanduk orang Jawa. Yang pertama adalah sekelompok nilai

yang berkenaan dengan pandangan Kejawen tentang tata krama

penghormatan. Kedua adalah nilai–nilai yang berkenaan dengan

pengutamaan orang Jawa terhadap terpeliharanya penampilan sosial yang

harmonis.

Karena masyarakat Jawa yang tidak menyukai adanya konflik

dalam kehidupannya, berkembanglah budaya ewuh-pakewuh untuk

menjaga prinsip kerukunan dan kehormatan. Ewuh-pakewuh itu sendiri

sering diartikan sebagai perasaan sungkan terhadap seseorang. Dalam

penelitiannya, Soeharjono (2012) meneliti budaya ewuh-pakewuh yang

berkembang dalam birokrasi organisasi. Ia menghubungkan budaya

birokrasi ewuh-pakewuh dengan efektivitas sistem pengendalian intern.

Dari penelitiannya tersebut didapatkan bahwa budaya birokrasi ewuh-

pakewuh menjadikan sistem pengendalian intern dalam konteks risk

assessment dan monitoring menjadi tidak efektif. Dengan risk assessment

dan monitoring yang tidak efektif maka peluang terjadinya penyimpangan

atau penyalahgunaan wewenang oleh pemegang kewenangan menjadi


41

lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang

diajukan pada penelitian ini adalah

Ha : budaya ewuh pakewuh berpengaruh terhadap

skeptisisme profesional.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat sebab–akibat

(causal). Penelitian sebab–akibat merupakan penelitian yang didesain untuk

menggambarkan satu faktor atau lebih yang menyebabkan suatu

permasalahan. Dengan kata lain, penelitian sebab – akibat ini dilakukan

untuk menerangkan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y (Sekaran

dan Bougie, 2013). Penelitian ini merupakan penelitian one shoot atau

cross-sectional studies. Penelitian cross-sectional merupakan penelitian

yang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data satu kali, mungkin

melalui periode waktu dalam beberapa hari atau beberapa minggu atau

beberapa bulan untuk menjawab pertanyaan dalam sebuah riset (Sekaran &

Bougie, 2013).

3.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan data primer. Menurut Sekaran dan

Bougie (2013), data primer merupakan data yang lebih mengacu pada

informasi yang didapatkan dari sumber utama (first hand) melalui survei,

wawancara, focus group, atau observasi. Teknik pengambilan data dalam

penelitian ini akan diperoleh dengan cara membagikan kuesioner (sebagai alat

42
43

pengumpulan data) kepada sampel penelitian yang dirasa memiliki kapabilitas

untuk memberikan informasi akan variabel yang diteliti.

Kuesioner pada penelitian ini akan mengadopsi 2 kuesioner yang

dikembangkan oleh Ho, et al. (2015) yang dikutip dari Hurtt (2010) dan

Soeharjono (2012) untuk mengukur skeptisisme profesional dan budaya ewuh-

pakewuh. Format dan isi kuesioner yang digunakan dapat dilihat dalam

Lampiran 1. Kuesioner bagian pertama terdiri dari 24 pertanyaan yang akan

mengukur tingkat ewuh-pakewuh mahasiswa/i dan bagian kedua terdiri dari 11

pertanyaan yang akan mengukur skeptisisme profesional mahasiswa.

Kuesioner mengenai skeptisisme profesional diberi modifikasi oleh

penulis. Modifikasi yang dilakukan adalah menghilangkan dimensi autonomy

dari kuesioner skeptisisme profesional oleh Ho. et al., (2015). Dalam

jurnalnya Hurtt (2010) menyatakan bahwa tiga dimensi utama auditor dalam

mengevaluasi bukti adalah questioning mind, suspension of judgment, dan

search for knowledge. Dalam penelitian ini, dimensi autonomy dihilangkan

karena mahasiswa belum pernah mengevaluasi bukti audit secara nyata dan

dalam mata kuliah praktikum auditing, mahasiswa tidak pernah membuat

kesimpulan akhir dalam proses mengevaluasi bukti audit.

Metode pengukuran data yang diterapkan dalam penelitian ini

mengadopsi metode yang dikembangkan oleh Ho, et al., (2015) yang dikutip

dari Hurtt (2010) dan Soeharjono (2012), dimana kuesioner dibentuk

menggunakan skala Likert. Menurut Sekaran dan Bougie (2013), skala Likert

merupakan skala yang dirancang untuk menilai seberapa besar sikap setuju
44

responden terhadap sebuah pertanyaan. Kuesioner yang dibagikan akan diukur

menggunakan 5 skala Likert, dengan pembobotan sebagai berikut:

a. Sangat Tidak Setuju (STS) : 1,

b. Tidak Setuju (TS) : 2,

c. Netral (N) : 3,

d. Setuju (S) : 4,

e. Sangat Setuju (SS) :5

Setelah data terkumpul, hasil dari jawaban kuesioner akan diolah

dalam bentuk coding. Data hasil coding akan menjadi data mentah yang akan

diolah, dianalisis, dan diuji dengan beberapa metode seperti: uji validitas, uji

reabilitas dan metode analisis regresi. Untuk mengolah data ini akan

digunakan alat bantu software SPSS versi 16.

3.3. Populasi

Menurut Sekaran dan Bougie (2013), populasi merupakan

sekelompok orang, kejadian, atau berbagai hal yang menarik untuk diteliti

oleh peneliti. Hartono (2013) menjelaskan populasi adalah keseluruhan objek

penelitian. Populasi dapat berupa populasi fisik, populasi psikologi dan

populasi sosial.

Populasi yang akan diteliti adalah mahasiswa akuntansi Univeristas

Atma Jaya Yogyakarta. Beberapa alasan mahasiswa akuntansi Universitas

Atma Jaya Yogyakarta dijadikan populasi karena:

1. sistem pembelajaran auditing di Universitas Atma Jaya Yogyakarta

berbasis ISA,
45

2. mahasiswa akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta wajib

mengambil praktikum audit sehingga mahasiswa/i Universitas Atma

Jaya Yogyakarta memiliki gambaran yang lebih nyata mengenai sikap

skeptis dalam proses audit, dan

3. dari segi karakteristik atau kriteria mahasiswa/i Universitas Atma Jaya

lebih mudah dijangkau oleh peneliti.

3.4. Sampel

3.4.1. Metode Pengambilan Sampel

Sampel menurut Sekaran dan Bougie (2013) adalah proses

memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga

penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau

karakteristiknya akan membuat peneliti dapat menggeneralisasikan

sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Sugiyono

(2012), menjelaskan sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dianggap mewakili yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Anggota sampel ditentukan berdasarkan ciri tertentu yang

dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi.

Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah metode purposive sampling (pengambilan

sampel bertujuan). Menurut Sekaran dan Bougie (2013), purposive

sampling merupakan metode yang terbatas pada tipe–tipe yang dapat

memberikan informasi yang diperlukan, hal tersebut dapat

dikarenakan hanya tipe orang tertentu yang memiliki informasi atau


46

tipe orang tersebut cocok terhadap kriteria yang telah ditentukan oleh

penelitian. Maka dari itu, penulis menggunakan pertimbangan

pribadi yang sesuai dengan topik penelitian. Sampel yang akan

dipilih dalam penelitian ini merupakan mahasiswa akuntansi

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Teknik purposive sampling ini menunjukkan informan yang

dipilih oleh penulis. Kategori informan tersebut diharuskan

memenuhi kriteria berikut:

1. mahasiswa aktif S1 Akuntansi Universitas Atma Jaya

Yogyakarta periode semester Gasal tahun akademik 2019/2020,

2. telah menempuh mata kuliah Pengauditan 2,

3. telah menempuh mata kuliah Praktikum Pengauditan.

Mahasiswa tersebut diyakini telah mendapatkan pengetahuan

yang baik mengenai skeptisisme profesional seorang auditor. Hal

tersebut dilakukan agar sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini,

yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya ewuh pakewuh

terhadap skeptisime profesional mahasiswa sebagai calon auditor.

Semua mahasiswa selain etnis Jawa dapat mengisi kuesioner ini

dikarenakan peneliti mengasumsikan adanya asimilasi budaya pada

setiap individu mahasiswa di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Asimilasi merupakan proses yang timbul proses sosial yang timbul

bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan

yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu


47

yang lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan

berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai

kebudayaan campuran (Tim Sosiologi, 2002)

3.4.2. Ukuran Sampel

Menurut Sekaran dan Bougie (2013), untuk menentukan

jumlah sampel yang tepat digunakan dalam kebanyakan penelitian

yaitu lebih dari 40 dan kurang dari 500. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini kuesioner didistribusikan kepada 100 responden.

3.5. Variabel Penelitian

Menurut Hartono (2013), variabel merupakan suatu simbol yang

berisi suatu nilai. Variabel dalam penelitian terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lain (independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

skeptisisme profesional.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

lain (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

budaya ewuh-pakewuh.

3.6. Operasionalisasi Variabel

Menurut Hartono (2013), operasionalisasi variabel adalah suatu cara

pengoperasian konsep (operationalizing the concept) atau disebut dengan


48

mendefinisikan konsep secara operasi yang menjelaskan karakteristik dari

objek (properti) ke dalam elemen – elemen yang dapat diobservasi yang

menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasioanlisasikan di dalam riset.

Operasionalisasi variabel penelitian ini antara lain:

1. Variabel Dependen – Skeptisisme Profesional

2. Variabel Independen – Budaya Ewuh-Pakewuh

Berikut ini merupakan ringkasan dari operasionalisasi variabel penelitian

yang telah dijabarkan diatas:

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala
Skeptisis Skeptisisme  Search of Knowledge Skala
me profesional 1. Saya suka belajar Likert
Profesio merupakan 2. Bagi saya belajar itu dengan
nal (Y) “suatu sikap menyenangkan lima
yang mencakup 3. Saya suka memastikan kebenaran interval,
suatu pikiran dari hal - hal yang saya baca / dan
yang selalu dengar sebelas
mempertanyaka 4. Saya merasa senang saat pertanya
n, waspada menemukan informasi baru an Tidak
terhadap kondisi Setuju –
yang dapat  Suspension of Judgment Sangat
mengindikasika 1. Saya tidak mengambil keputusan Setuju
n kemungkinan sebelum saya mengetahui semua (1-2-3-4-
kesalahan informasi yang ada 5)
penyajian, baik 2. Saya akan mengumpulkan
yang disebabkan informasi sebanyak mungkin
oleh kecurangan sebelum mengambil keputusan
maupun 3. Saya tidak suka mengambil
kesalahan, dan keputusan terlalu cepat
suatu penilian 4. Saya tidak terburu - buru dalam
penting atas proses pengambilan keputusan
bukti audit.”
(ISA 200, 2010)  Questioning Mind
1. Saya tidak menerima pernyataan
yang tidak didasari bukti yang
kuat
49

2. Saya seringkali mempertanyakan


hal - hal yang saya lihat / dengar
3. Teman - teman saya mengatakan
bahwa saya sering
mempertanyakan hal - hal yang
saya lihat / dengar
Budaya Budaya ewuh  Individualism Skala
Ewuh pakewuh 1. Saya merasa rekan - rekan loyal Likert
Pakewuh merupakan kepada saya, karena saya lebih dengan
(X) sikap segan / mementingkan kerja sama yang lima
sungkan serta erat dengan mereka interval,
menjunjung 2. Sejujurnya, saya menyukai dan lima
tinggi rasa hubungan kerja dengan atasan belas
hormat terhadap lebih bersifat personal dan pertanya
atasan atau informal an Tidak
senior 3. Saya merasa, ada kebergantungan Setuju –
(Soeharjono, emosional kepada rekan - rekan, Sangat
2012). karena hubungan yang akrab dan Setuju
harmonis (1-2-3-4-
5)
 Power Distance
1. Saya beranggapan bahwa dalam
berorganisasi, apapun yang
diputuskan oleh pimpinan wajib
dihargai dan dipatuhi
2. Menurut saya, pimpinan memiliki
kedudukan sosial yang lebih
tinggi, oleh sebab itu berhak
memiliki keistimewaan
(privilege)
3. Saya beranggapan bahwa demi
efisiensi dan ketepatan waktu,
atasan boleh saja mengabaikan
hierarki dalam organisasi

 Uncertainty Avoidance
1. Saya berpendapat bahwa terkait
dengan hal ketidak pastian / hal
yang berisiko saya lebih baik
patuh "menunggu petunjuk
atasan"
50

Lanjutan Tabel 3.1.

Variabel Konsep Indikator Skala


2. Menurut saya, dalam hal
ketidakpastian / hal yang
berisiko, aturan normatif
boleh dilanggar oleh
pimpinan demi alasan
fleksibilitas
3. Walaupun keputusan
pimpinan mengandung
risiko tinggi, sebagai
anggota saya tulus
melaksanakan dengan
segala konsekuensinya

 Masculinity
1. Saya merasa lebih mudah
bersikap asetif (berani dan
tegas mengatakan yang
seharusnya) kepada rekan
saya
2. Saya beranggapan bahwa
menjaga kredibilitas
pimpinan lebih terhormat,
daripada hanya "mencari -
cari" kesalahan pimpinan
3. Menurut saya, serba sulit
untuk mengkritisi
kelemahan pimpinan,
walaupun pimpinan
membuka diri untuk
menerima kritik / masukan

 Mastery
1. Saya tidak berambisi untuk
meraih prestasi, tetapi yang
lebih penting bagi saya
adalah loyalitas yang tinggi
kepada pimpinan
51

Lanjutan Tabel 3.1


Variabel Konsep Indikator Skala
2. Saya sukses dalam
mencapai target kinerja dan
hak pimpinan untuk tidak
memberikan apresiasi
terhadap kesuksesan saya
3. Saya tidak berani
mengoreksi tata kerja yang
keliru, dan saya rela
dipersalahkan oleh
pimpinan atas tindakan saya
tersebut

 Harmony
1. Demi menjaga
keharmonisan dengan
pimpinan, saya tidak mau
bilang pendapat hasil
keputusan pimpinan yang
kurang tepat
2. Walaupun pimpinan
mengabaikan penerapan
sanksi, saya tidak mau
memberi saran, demi
menghidari konflik dengan
pimpinan
3. Saya tidak mau melaporkan
penyimpangan oleh rekan
kerja kepada pimpinan,
demi memelihara suasana
kerja yang sudah kondusif

 Embeddedness
1. Saya sudah disiplin dalam
melaksanakan tugas, namun
saya patuh bila pimpinan
memerintahkan saya
melanggar aturan dan
prosedur
2. Sebagai bentuk solidaritas
terhadap pimpinan, saya
tidak mau membeberkan
kesalahan pimpinan kepada
pihak - pihak lain
52

Lanjutan Tabel 3.1.

Variabel Konsep Indikator Skala


3. Sebagai bentuk kepatuhan
terhadap pimpinan, saya rela
mengikuti tata kelola yang
buruk yang
diimplementasikan oleh
pimpinan

 Autonomy
1. Kreativitas kerja saya tidak
dapat berkembang, karena
saya tulus ikhlas mengikuti
semua arahan yang
disampaikan oleh pimpinan
2. Saya menyimpan
keingintahuan saya tentang
motivasi pimpinan
melanggar aturan, karena
saya sadar bahwa hal
tersebut tidak etis
3. Saya tetap berbesar hati,
sekalipun saran saya (atas
permintaan pimpinan) tidak
digunakan pimpinan dalam
pengambilan keputusan

3.7. Model Penelitian

Menurut Hartono (2013), adalah bentuk simbol dari suatu teori yang

harus dapat menunjukkan hubungan kausal antara variabel–variabel di

dalam model. Berikut ini adalah gambaran hubungan pengaruh antar

variabel yang digunakan dalam penelitian ini:


53

Gambar 3.1

Model Penelitian Implikasi Budaya Ewuh-Pakewuh terhadap Skeptisisme

Profesional

X
Y
(Budaya
(Skeptisisme
Ewuh
Profesional)
Pakewuh)

3.8. Analisa Data

3.8.1 Uji Pendahuluan

3.8.1.1. Uji Alat

1. Uji Validitas

Uji validitias digunakan untuk mengukur sah atau

valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan

valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2011). Validitas dapat dilakukan dengan

beberapa cara, salah satunya dengan Confirmatory Factor

Analysis (CFA). Analisis faktor konfirmatori digunakan

untuk menguji apakah indikator–indikator yang digunakan

dapat mengkonfirmasi sebuah konstruk atau variabel.

Kaiser-Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO


54

MSA) merupakan pendeteksi dapat tidaknya dilakukan

analisis faktor. Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan

1. Apabila nilai KMO > 0,5; instrumen penelitian dapat

dikatakan valid dan dapat dilakukan analisis faktor.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau

konstruk. Suatu kuesioner sebagai instrumen penelitian

dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban responden

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu (Ghozali, 2011). Jawaban responden terhadap

pernyataan atas suatu variabel tidak boleh acak karena

masing–masing pernyataan mengukur hal yang sama.

Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

pengukuran ulang (repeated measure) dan pengukuran

sekali saja (one shot). Teknik pengukuran reliabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran one shot

dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu kuesioner

sebagai instrumen penelitian dikatakan reliabel bila nilai

Cronbach Alpha > 0.6.


55

3.8.1.2. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011), uji normalitas digunakan

untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual

yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

Kriteria pengujian yang dilakukan sebagai berikut:

1. jika probabilitas nilai Z uji Kolmogorov-Smirnov

signifikan ≥ 0.05 maka nilai residual terdistribusi

normal,

2. jika probabilitas nilai Z uji Kolmogorov-Smirnov

signifikan ≤ 0.05 maka nilai residual tidak

terdistribusi normal.

3.8.1.3. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif didasarkan pada data yang telah

dikumpulkan kemudian dianalisis. Menurut Ghozali (2011),

statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata–rata (mean), standar deviasi,

maksimum dan minimum. Statistik deskriptif digunakan dalam

penelitian ini untuk memberikan deskripsi mengenai variabel –

variabel penelitian.
56

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

3.8.2.1. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi ketidaksamaan variance dari residual

suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

model yang tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Spearman Rho.

3.8.3 Pengujian Hipotesis

3.8.3.1. Model Pengujian Statistik

Dalam peneliftian ini, pengujian statistik menggunakan

analisis regresi linier sederhana. Menurut Ghozali (2011),

regresi linear sederhana adalah regresi yang memiliki satu

variabel dependen dan satu variabel independen. Berikut ini

adalah model persamaan regresi linier sederhana penelitian ini:

Y1 = a + bX
57

3.8.3.2. Hipotesis Statistika

Menurut Hartono (2013), untuk menguji hipotesis,

prosedur pengujiannya adalah menyatakan hipotesisnya,

memilih pengujian statistiknya, menentukan tingkat keyakinan

yang diinginkan dan menghitung nilai statistiknya. Hipotesis

dapat dinyatakan dalam bentuk null (null hypothesis) atau

alternatif (alternative hypothesis). Hipotesis nol menyatakan

tidak berbeda, sedangkan hipotesis alternatif menyatakan

berbeda. Bentuk hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Ho : X = 0, budaya ewuh pakewuh tidak berpengaruh terhadap

questioning mind

Ha1 : X ≠ 0, budaya ewuh pakewuh berpengaruh terhadap

questioning mind

3.8.3.3. Tingkat Keyakinan

Koefisien tingkat keyakinan (confidence coefficient)

menunjukkan besarnya interval keyakinan di kurva normal.

Confidence coefficient menunjukkan probabilitas keyakinan

bahwa suatu nilai yang diuji akan masuk didalam interval

keyakinan (confidence interval). Pengujian yang digunakan

pada penelitian ini adalah pengujian dua sisi (two-tailed test).


58

Pengujian dua sisi digunakan untuk menguji hipotesis tidak

berarah (Hartono, 2013).

Batas kesalahan / margin of error (α) pada penelitian

ini adalah 5%, sehingga tingkat keyakinannya adalah 95%.

3.8.3.4. Teknik Pengujian

a. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk

mengukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data

aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini

mengukur presentase total variasi variabel dependen Y

yang dijelaskan oleh variabel independen dalam model

regresi (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi terletak

antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin R2 mendekati 1, maka

semakin baik model regresi karena variabel – variabel

indpenden memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen,

Apabila R2 semakin mendekati 0 menunjukkan model

regresi yang kurang baik.

Analisis regresi dengan R2 memiliki kelemahan

yaitu nilai koefisien determinasi akan selalu naik jika terus

menambah variabel independen. Meskipun variabel

independen yang ditambahkan secara teoritik atau intuitif


59

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Oleh karena

itu, digunakan adjusted R2 sebagai alternatif (Ghozali,

2011).

b. Pengujian Nilai t

Menurut Ghozali (2011), uji statistik t (uji t) pada

dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu

variabel independen secara individual dalam penerapan

variasi variabel dependen. Hasil uji nilai t dapat dilihat pada

tabel coefficients pada kolom sig (significance). Uji nilai t

ini dilakukan dengan membandingkan signifikasi t-hitung

dengan tabel dimana kriteria pengujiannya sebagai berikut:

1. jika t-hitung ≤ t-tabel, maka Ha ditolak,

2. jika t-hitung > t-tabel, maka Ha diterima,

3. apabila tingkat signifikansi t ≤α, maka Ha diterima,

4. apabila tingkat signifikansi t >α, maka Ha ditolak.

c. Uji - F

Menurut Ghozali (2011) uji F ujian statistik nilai F

dilakukan untuk menilai Goodness of Fit atau kelayakan

dari suatu model penelitian. Uji ini dilakukan untuk

mengukur ketetapan fungsi regresi sampel dalam menafsir

nilai aktual secara statistik. Penelitian menggunakan uji


60

statistik nilai F untuk menguji pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan ada atau

tidaknya pengaruh yang signifikan adalah:

1. jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak, artinya

variabel independen tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen secara

simultan,

2. jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima, artinya

variabel independen memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen secara simultan,

atau dengan membandingkan signifikansi dengan nilai ɑ:

1. apabila signifikansi ≤ 0.05, maka Ha diterima

2. apabila signifikansi ≥ 0.05, maka Ha ditolak.


BAB IV

ANALISIS DATA

4.1. Penjelasan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh budaya ewuh-pakewuh

terhadap skeptisisme profesional mahasiswa sebagai calon auditor. Data penelitian

dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner pada 100 orang. Metode analisis

terdiri dari analisis deskriptif, analisis uji regresi linier sederhana, uji t, dan uji F.

Untuk mempermudah hasil analisis data digunakan bantuan aplikasi komputer

SPSS 16.

4.2. Teknik Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen diperlukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang

akan digunakan dalam penelitian layak digunakan. Teknik pengujian instrumen

dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan uji reabilitas.

4.2.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah alat untuk menguji apakah tiap – tiap butir

benar – benar telah mengungkapkan faktor atau indikator yang ingin

diselidiki.Semakin tinggi validitas suatu alat ukur, semakin tepat alat

ukur tersebut mengenai sasaran. Pengujian validitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Factor Analysis. Suatu instrument dinyatakan

61
62

valid apabila nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy (MSA) memiliki nilai ≥ 0,5: probabilitas (p) , 0,05. (Hair,

et.al, 1997)

Hasil uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan

komputer program SPSS versi 16 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.
Uji Validitas Variabel X (Budaya Ewuh Pakewuh)
Dimensi Butir Hasil Standar Keterangan
Uji MSA
Individualism 1. 0,738 0,5 Valid
2. 0,623 0,5 Valid
3. 0,712 0,5 Valid
Power Distance 4. 0,568 0,5 Valid
5. 0,555 0,5 Valid
6. 0,762 0,5 Valid
Uncertainty 7. 0,518 0,5 Valid
Avoidance 8. 0,626 0,5 Valid
9. 0,773 0,5 Valid
Masculinity 10. 0,530 0,5 Valid
11. 0,521 0,5 Valid
12. 0,707 0,5 Valid
Mastery 13. 0,509 0,5 Valid
14. 0,616 0,5 Valid
15. 0,791 0,5 Valid
Harmony 16. 0,874 0,5 Valid
17. 0,785 0,5 Valid
18. 0,797 0,5 Valid
Embeddedness 19. 0,711 0,5 Valid
20. 0,733 0,5 Valid
21. 0,735 0,5 Valid
Autonomy 22. 0,668 0,5 Valid
23. 0,749 0,5 Valid
24. 0,514 0,5 Valid
MSA = 0,691
63

Tabel 4.2.
Uji Validitas Variabel Y (Skeptisisme Profesional)
Dimensi Butir Hasil Standar Keterangan
Uji MSA
Search of 1. 0,547 0,5 Valid
Knowledge 2. 0,559 0,5 Valid
3. 0,779 0,5 Valid
4. 0,834 0,5 Valid
Suspension of 5. 0,779 0,5 Valid
Judgment 6. 0,778 0,5 Valid
7. 0,725 0,5 Valid
8. 0,827 0,5 Valid
Questioning 9. 0,735 0,5 Valid
Mind 10. 0,737 0,5 Valid
11. 0,735 0,5 Valid
MSA = 0.717
Dari Tabel 4.1. dan 4.2. dapat dilihat hasil uji validitas dengan

menggunakan factor analysis dengan nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure

of Sampling Adequacy (MSA) semua butir item pertanyaan valid

sehingga semua butir pertanyaan dapat digunakan dalam pengujian

selanjutnya.

4.2.2. Uji Reabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk memastikan alat ukur yang

digunakan memberikan hasil yang konsisten (Sekaran dan Bougie,

2010). Sebuah variabel dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s

Alpha yang dihasilkan melalui uji reabilitas SPSS ≥ 0,6.


64

Pengukuran reliabilitas pada prinsipnya menunjukkan apakah

pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila

dilakukan pada subjek yang sama, semakin tinggi tingkat keandalan

suatu alat ukur, semakin stabil dan semakin dapat diandalkan alat ukur

tersebut dalam mengukur suatu gejala. Ketentuan uji reliabilitas dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. suatu instrumen dinyatakan andal atau reliabel jika

memiliki nilai alpha lebih besar dari 0,6,

b. pengujian menggunakan tingkat kesalahan (α) 5%.

Ringkasan hasil uji reliabilitas yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3.
Tabel Uji Reliabilitas
Variabel Koefisien Cronbach Keterangan
Alpha
Budaya Ewuh 0,793 Reliabel
Pakewuh
Skeptisisme 0,813 Reliabel
Profesional
Hasil uji reliabilitas diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan

reliabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pertanyaan ini

dapat diandalkan.
65

4.3. Metode Analisis Data

4.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif digunakan untuk menganalisis atau

menggambarkan semua data yang terkumpul. Hasil analisis deskriptif

yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4.
Tabel Analisis Deskriptif
Keterangan Mean Max Min Standar
Deviasi
Budaya 3,2 4,63 2,42 0,417
Ewuh
Pakewuh
Skeptisisme 4,03 5,00 2,82 0,447
Profesional
Search of
3,97 5,00 2,25 0,62
Knowledge
Suspension
4,13 5,00 2,50 0,58
of Judgment
Questioning
3,97 5,00 2,67 0,51
Mind
Hasil analisis deskriptif diketahui bahwa rata–rata (mean) dari

setiap variabel > 3 yang berarti tingkat budaya ewuh-pakewuh di dalam

diri mahasiswa akuntansi jika dihitung dari skala 1 – 5 adalah 3,2

(cenderung netral) dan skeptisisme profesional dalam diri mahasiswa

akuntansi jika diukur dari skala 1 – 5 adalah 4,2 (cenderung tinggi). Dari

standar deviasi, kita dapat mengetahui mean untuk budaya ewuh-

pakewuh bervariasi sekitar 41,7% dan skeptisisme profesional bervariasi

sekita 44,7%.
66

4.3.2. Uji Normalitas

Langkah awal dari analisis regresi adalah pengujian normalitas

residual data. Pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan

melakukan uji Kolmogorv-Smirnov Test. Hasil dari Kolmogorov-Smirnov

Test yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5.
Tabel Uji Normalitas
Keterangan Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,968
Pada alpha sebesar 5%, jika nilai signifikansi dari pengujian

Kolmogorov-Smirnov> 0,05 berarti data terdistribusi secara normal. Pada

tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,968 yang

berarti data terdistribusi secara normal.

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model

regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas menggunakan uji

Spearman.

Tabel 4.6.
Tabel Uji Spearman
Pearson Corelation
Budaya Ewuh Pakewuh 0.396
Y = Skeptisisme Profesional
67

Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai sig.

pada variabel independen ≥ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

4.3.4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi

linear sederhana dengan program SPSS versi 16. Pengujian hipotesis

dilakukan untuk mengetahui pengaruh budaya ewuh pakewuh terhadap

skeptisisme profesional yang diuji kepada mahasiswa. Hipotesis yang

digunakan adalah:

Ha : budaya ewuh pakewuh berpengaruh terhadap

skeptisisme profesional

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7.
Tabel Uji Regresi Linear Sederhana
Keterangan Koefisien t Sig Hasil
Constant 2.447 5.330 0,000
X (Budaya 0.454 3,765 0,000 Signifikan +
Ewuh
Pakewuh)
R2 = 0,157 R = 0,396 Adjusted R Square = 0,146
Y = Skeptisisme Profesional
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil dari uji regresi linear

sederhana, budaya ewuh pakewuh mempengaruhi skeptisisme

profesional dengan secara signifikan dengan arah yang positif. Nilai

korelasi antara budaya ewuh pakewuh terhadap skeptisisme profesional


68

termasuk lemah dengan korelasi sebesar 0,396. Koefisien determinasi

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,157 yang berarti budaya

ewuh pakewuh memiliki pengaruh kontribusi sebesar 15,7% terhadap

variabel Y, 84,3% lainnya dipengaruhi oleh faktor diluar budaya ewuh

pakewuh. Model persamaan regresi linear sederhana yang didapatkan

dari penelitian ini adalah :

Y = 2,447 + 0,454x

4.3.5. Uji t

Uji t digunakan untuk membuktikan apakah secara parsial

budaya ewuh pakewuh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

skeptisisme profesional, maka digunakan nilai t. Ketentuan analisis

regresi secara parsial adalah sebagai berikut:

Menerima Ho : Jika t hitung < t tabel.

Menolak Ho : Jika t hitung > t tabel

Tabel 4.8.
Tabel Uji t
Keterangan Koefisien t Sig Hasil
Constant 2,447 5,330 0,000
X (Budaya 0,454 3,765 0,000 Signifikan +
Ewuh
Pakewuh)
R2 = 0,157 R = 0,396 Adjusted R Square = 0,146
Y = Skeptisisme Profesional
69

Dari pengujian yang sudah dilakukan, dapat dilihat bahwa t-

hitung adalah 3,765 sedangkan t-tabel untuk N = 100 (ɑ = 5%) adalah

1,983. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima.

4.3.6. Uji F

Uji F-statistik digunakan untuk menilai goodness of fit model

regresi yang diuji dalam penelitian ini. Model regresi yang baik

menunjukkan bahwa variabel–variabel independen mampu

menjelaskan/memprediksi variabel dependen. Kriteria yang digunakan

dalam pengambilan keputusan menurut Ghozali (2011) adalah:

a. jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak,

b. jika sig < 0,05, maka Ho ditolak.

Tabel 4.9
Tabel Uji F
X F Sig
Budaya Ewuh Pakewuh 14,172 0,000
Y = Skeptisisme Profesional
Dari pengujian yang sudah dilakukan, dapat dilihat bahwa F

hitung adalah 14,172, sedangkan F hitung untuk N = 100 (ɑ = 5%)

adalah 3,94. Kemudian nilai sig 0,000 < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan Ha diterima.
70

4.3.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk

mengetahui akibat dari perubahan parameter terhadap variabel.

Tabel 4.10
Tabel Regresi Linear Sederhana Search of Knowledge
Keterangan Koefisien t Sig Hasil
Constant 2,366 0,650 0,000
X (Budaya 0,477 0,171 0,007 Signifikan +
Ewuh
Pakewuh)
R2 = 0,093 R = 0,305 Adjusted R Square = 0,081
Y = Search of Knowledge
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil dari uji regresi linear

sederhana, budaya ewuh pakewuh mempengaruhi search of knowledge

secara signifikan dengan arah yang positif. Nilai korelasi antara budaya

ewuh pakewuh terhadap search of knowledge termasuk lemah dengan

korelasi sebesar 0,305. Koefisien determinasi yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah 0,093 yang berarti budaya ewuh pakewuh memiliki

pengaruh kontribusi sebesar 9,3% terhadap variabel search of knowledge,

90,7% lainnya dipengaruhi oleh faktor diluar budaya ewuh pakewuh.

Tabel 4.11
Tabel Regresi Linear Sederhana Suspension of Judgment
Keterangan Koefisien t Sig Hasil
Constant 1,671 2,617 0,011
X (Budaya 0,673 0,168 0,000 Signifikan +
Ewuh
Pakewuh)
R2 = 0,175 R = 0,418 Adjusted R Square = 0,164
Y = Suspension of Judgment
71

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil dari uji regresi linear

sederhana, budaya ewuh pakewuh mempengaruhi suspension of

judgment dengan secara signifikan dengan arah yang positif. Nilai

korelasi antara budaya ewuh pakewuh terhadap suspension of judgment

termasuk lemah dengan korelasi sebesar 0,418. Koefisien determinasi

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,175 yang berarti budaya

ewuh pakewuh memiliki pengaruh kontribusi sebesar 17,5% terhadap

variabel Y, 82,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor diluar budaya ewuh

pakewuh.

Tabel 4.12
Tabel Regresi Linear Sederhana Questioning Mind
Keterangan Koefisien t Sig Hasil
Constant 3,582 6,122 0,000
X (Budaya 0,135 0,877 0,383 Tidak
Ewuh signifikan
Pakewuh)
R2 = 0,010 R = 0,100 Adjusted R Square = -0,003
Y = Questioning Mind
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil dari uji regresi linear

sederhana, budaya ewuh pakewuh tidak berpengaruh terhadap

questioning mind.

4.4. Pembahasan

Ho, et.al. (2015) meneliti faktor kultur/budaya guanxi di China sebagai

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi skeptisisme. Budaya guanxi yang

berasal dari ajaran Konfusiasnisme yang mengatur akan hubungan dengan sesama
72

manusia. Hubungan dengan sesama manusia ini kemudian diatur dalam Wulun13

untuk menciptakan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Konfusius

mengajarkan bahwa guanxi merupakan prioritas standar moral yang berada diatas

aturan dan hukum yang dibuat oleh manusia (Kwock, et al., 2013). Hubungan

jangka panjang harus dibina dan dipelihara melalui perasaan timbal balik dan

dukungan materi.

Maka dari itu, orang China cenderung diam disaat pandangannya berbeda

dengan suara mayoritas atau otoritas yang lebih tinggi. Sebagai akibatnya, guanxi

dapat terlihat sebagai halangan untuk menerapkan skeptisisme profesional karena

guanxi berada di atas hukum dan melibatkan timbal balik dalam memberikan

keuntungan materi untuk memelihara perasaan. Dalam penelitiannya, Ho, et al.

(2015), menemukan bahwa mahasiswa yang masih memiliki kepercayaan akan

pentingnya guanxi, memiliki pengaruh positif terhadap knowledge dan suspension

of judgment, namun tidak signifikan terhadap autonomy dan questioning mind.

Dalam hal ini, Ho et al. (2015) mengaitkan tingginya postifinya hubungan

knowledge dan suspension of judgment dengan budaya pengajaran dalam tradisi

China selama beribu – ribu tahun yang mendukung keunggulan akademik melalui

pencapaian pengetahuan, tetapi umumnya melalui hafalan dan tidak

mempertanyakan pengajar karena hal tersebut tidak sopan untuk dilakukan

(Thomas dan Kelley, 2011; Ho, 2010). Untuk perilaku guanxi, Ho et al. (2010)

13
Wulun = lima norma kesopanan
73

menemukan bahwa perilaku guanxi tidak berpengaruh signifikan terhadap search

of knowledge, suspension of judgment, autonomy dan questioning mind.

Walaupun dalam keunggulan akademik masih terdapat pentingnya

kepercayaan yang tinggi terhadap budaya yang ada, namun China sejatinya adalah

negara yang memiliki power distance yang tinggi. Hal ini membuat mereka

menerima otoritas dan keputusan dari atasan (Hofstede and Minkov, 2010;

Hofstede, 1980). Hal ini yang kemudian menjelaskan hasil perilaku yang tidak

signifikan ketika menghadapi atasan.

Sama seperti China, di Indonesia juga masih menjunjung tinggi nilai–nilai

kebudayaannya. Badan Pusat Statistik (2010) mencatat bahwa 40,05% dari jumlah

penduduk di Indonesia adalah etnis Jawa sehingga budaya Jawa dapat ditemukan

dalam banyak keseharian masyarakat Indonesia. Dalam kesehariannya, orang

Jawa sangat memperhatikan keselarasan hubungan dengan sesamanya

(Koentjaraningrat, 1984). Menurut Suseno (2003), orang Jawa memiliki dua

prinsip dalam hidup sosial di masyarakat yaitu prinsip kerukunan dan kehormatan.

Dua prinsip ini kemudian membentuk budaya ewuh-pakewuh yang membuat

masyarakat lebih berhati–hati dalam berinteraksi dengan sesamanya.

Sama dengan guanxi prinsip ini menuntut keselarasan dalam kehidupan

bermasyarakatnya. Hal ini tercermin dari konstelasi hidup serasi di masyarakat

“setiap orang harus berikhtiar untuk bertindak sesuai, cocok, selaras dan seirama

dengan teladan yang telah diterapkan.” (Lombard,1996). Orang Jawa sendiri

sangat mementingkan pendidikan karakter (Idrus, 2010). Dalam tulisannya Geertz


74

(1983), mengungkapkan bahwa anak mempelajari prinsip kehormatan dalam

keluarga melalui tiga sikap yang dipelajarinya dalam rangka menghormati orang

lain, yaitu sikap takut (wedi), malu (isin), dan segan (sungkan).

Suseno (2003), menyatakan bahwa pertama anak belajar untuk merasa

takut terhadap orang yang harus dihormati, dan anak dipuji apabila bersikap takut

terhadap orang asing. Sikap kedua yang dikembangkan adalah isin, yang secara

harafiah berarti malu. Isin dapat juga berarti malu–malu. Isin dapat juga berarti

malu – malu atau merasa bersalah. Suseno (2003) mengungkapkan bahwa

penilaian ora ngerti isin14, merupakan suatu kritik yang sangat tajam yang

ditujukan kepada seseorang. Sikap ketiga adalah sungkan. Sungkan dalam bahasa

jawa juga disebut dengan pakewuh/pakewet. Sikap ini muncul dalam diri individu

karena adanya perasaan lebih rendah dari orang atau individu yang akan

dihadapinya.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa budaya

ewuh-pakewuh memiliki pengaruh signifikan postif terhadap skeptisisme

profesional. Jika kita melihat secara lebih dalam dari analisis sensitivitas, budaya

ewuh-pakewuh berpengaruh signifikan positif terhadap search of knowledge dan

suspension of judgment. Sebelum merasa sungkan, ada rasa takut dan malu yang

dikembangkan dalam rangka menghormati orang lain. Mahasiswa yang

diasumsikan sebagai seorang auditor memiliki tanggung jawab moral terhadap

para pemangku kepentingan (stakeholder), karena auditor harus dapat

14
Ora ngerti isin = tidak tahu malu
75

meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan dari perusahaan

tersebut. Geertz (1983), menyampaikan bahwa dalam masyarakat Jawa, hukuman

tidak selalu berupa fisik, caci maki yang datang dari masyarakat merupakan hal

yang sangat buruk.

Hal ini dapat berakibat pada munculnya perasaan takut bila auditor

melakukan penyimpangan selama proses audit. Selain itu, jika auditor terbukti

melakukan penyimpangan, hal ini dapat mengakibatkan munculnya rasa malu

karena auditor telah kehilangan integritasnya dalam memeriksa laporan keuangan.

Selain itu, rasa takut dapat memicu auditor dalam melakukan pemeriksaan, karena

auditor akan lebih berhati – hati dalam melaksanakan proses audit.

Ho, et al. (2015) menjelaskan budaya guanxi membuat questioning mind

tidak berpengaruh karena power distance yang tinggi. Jika kita bandingkan dengan

budaya Jawa, orang Jawa lebih senang dengan pendapat pemimpin mereka.

Menurut Siswanto (2010) orang Jawa memandang pemimpin mereka memiliki arti

moral yang tinggi. Endraswara (2013) menuliskan pemimpin di mata orang Jawa

adalah orang yang memiliki wahyu untuk memimpin, sehingga kemampuan

memimpin tidak datang dari kemampuan melainkan dari keajaiban. Orang Jawa

juga memandang pemimpin merupakan sosok yang mengerti segalanya, sehingga

mereka dapat mempercayai segala keputusan di tangan pemimpinnya.

Hal ini didukung dengan perintah Sri Sultan Hamengkubuwono ke V yang

berpesan dalam Serat Wuruk Respati, Sumiyardana (2017) menuliskan bahwa jika

seorang diberikan perintah oleh pemimpinnya, maka hendaklah ia mengatakan iya


76

dan segera melaksanakannya. Orang Jawa yang lebih senang dipimpin kemudian

akan cenderung bersikap ngeli15 dan nrimo.16 Hal ini, menurut Mulder (1989)

menjadi sikap salah satu sikap moral yang agung di mata orang Jawa. Hal ini

kemudian membuat seseorang tidak dapat mengandalkan dirinya sendiri, sehingga

cenderung menerima setiap keputusan yang dibuat oleh atasan. Kelemahan ini

pada akhirnya akan membuat kekacauan di saat sosok pemimpin ini hilang.

15
Ngeli = mengikuti
16
Nrimo = menerima
77

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya ewuh-pakewuh

terhadap skeptisisme profesional mahasiswa akuntansi. Responden dalam

penelitian ini berjumlah 100 dengan kriteria sudah mengambil mata kuliah

Pengauditan 2 dan Praktikum Audit. Berdasarkan pada data yang telah

dikumpulkan dan hasil uji hipotesis menggunakan regresi linear sederhana, maka

dapat disimpulkan bahwa budaya ewuh-pakewuh berpengaruh signifikan terhadap

skeptisisme profesional. Dari analisis sensitivitas, dapat disimpulkan bahwa

budaya ewuh-pakewuh berpengaruh signifikan terhadap search of knowledge dan

suspension of judgment dan tidak berpengaruh signifikan terhadap questioning

mind.

Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian Ho, et al. (2015) yang

menemukan bahwa kepercayaan mengenai pentingnya guanxi berpengaruh

signifikan terhadap search of knowledge dan suspension of judgment dan tidak

berpengaruh signifikan kepada questioning mind. Adanya rasa takut dan malu

dalam diri mahasiswa membuat budaya ewuh-pakewuh berpengaruh signifikan

positif terhadap skeptisisme profesional.


78

5.2. Implikasi Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak–pihak terkait

seperti institusi pendidikan terutama pendidikan akuntansi. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa budaya ewuh-pakewuh berpengaruh secara signifikan

positif terhadap skeptisisme profesional. Hal ini dapat menjadi dorongan bagi

institusi pendidikan khususnya di bidang pendidikan akuntansi agar dapat

menanamkan dan mengembangkan nilai budaya dan moral untuk membentuk

calon akuntan yang berkualitas.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

1. Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini masih terbatas

sehingga sulit untuk mendapatkan jurnal atau penelitian terdahulu. Hal ini

karena masih sedikit peneliti yang meneliti variabel baru seperti budaya ewuh-

pakewuh.

2. Dalam proses pengambian data, peneliti menggunakan mahasiswa sebagai

responden. Penggunaan responden mahasiswa sebagai asumsi mahasiswa

merupakan calon auditor, dapat menghasilkan opini yang berbeda dengan

auditor. Hal ini disebabkan karena auditor telah memiliki pengalaman

langsung dilapangan, berbeda dengan mahasiswa yang masih sangat idealis.


79

5.4. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas, saran

yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Penelitian selanjutnya dapat menambah sampel dan memperluas wilayah

penelitian, tidak hanya di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, sehingga hasil

penelitian dapat digenerelisasi secara umum.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel rasa takut dan malu

sebagai variabel independen untuk mengetahui implikasinya terhadap

skeptisisme profesional.

3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti auditor sebagai sampel penelitian untuk

mendeteksi budaya ewuh-pakewuh pada auditor dan akibatnya secara langsung

terhadap skeptisisme profesional.


Daftar Pustaka

Abicic, S. P. (2014). Professional Skepticism of Auditors and Risk of Fraudulent

Financial Reporting. Journal of Accounting and Management.

Endraswara, S. (2013). Falsafah Kepemimpinan Jawa. Jakarta: PT. Buku Seru.

Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures. Princeton: Basic Books.

Geertz, H. (1983). Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Unversitas Diponegoro.

Glover, S. M., & Prawitt, D. F. (2014). Enhancing Auditor Professional

Skepticism: The Professional Skepticism Continuum. American Accounting

Association 2014, Vol. 8, No. 2.

Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (1997). Multivariate

Data Analysis With Reading. New Jersey: Prentice Hall.

Hartono, J. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman

- Pengalaman. Yogayakrta: BPFE.

Ho, R. (2010). Assessment of Chinese Students' Experience with Foreign Faculty:

A Case Study from A Chinese University. Journal of Teaching in

International Business, Vol. 21.

Ho, R., Kwock, B., & James, M. (2015). Cultural Implications on Chinese

Accounting Students' Professional Skepticism. Journal of Business Studies

Quarterly 2015, Volume 7, Number 2 .

80
82

Hofstede, G. (1980). Motivation, Leadership, and Organization: Do American

Theories Apply Abroad? Organizational of Dynamics, Vol. 9, No. 1.

Hofstede, G., & Bond, M. H. (1984). Hofstede Culture Dimensions : An

Independent Validation Using Rokeach's Value Survey. Journal of Cross-

Cultural Psychology, Vol 15, No. 4.

Hofstede, G., & Minkov, M. (2010). Cultures and Organizations: Software of the

Mind. New York: McGraw-Hill.

Hurtt, R. K. (2010). Development of a Scale Measure Professional Skepticism.

Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol. 29, No. 1, 29 (1).

Idrus, M. (2012). Pendidikan Karakter pada Keluarga Jawa. II (2).

Ihromi. (2006). Pokok - Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kohlberg, L. (1969). Continuities and Discontinuities and in Childhood and Adult

Moral Development. Human Development Vol. 1, No. 2.

Kwock, B., James, M. X., & Tsui, A. (2014). The Psychology of Auditing in

China: The Need to Understand Guanxi Thinking and Feelings as

Applied to Contractual Disputes. Journal of Business Studies Quarterly,

Vol. 5, No. 3.
83

Lombard, D. (1996). Nusa Jawa: Batas-Batas Pembaratan. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Mulder, N. (1989). Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Nelson, M. W. (2009). A Model and Literature Review of Professional

Skepticism in Auditing. Auditing: A Journal of Practice and Theory Vol. 28,

No. 2 .

Rittenberg, Larry & Johnstone, Karla & Gramling, Audrey. (2008). Auditing: A

Business Risk Approach (6th Edition). Boston: Cengage Learning

Sardjono, A. R. (1999). Pembebasan Budaya - Budaya Kita. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Schein, E. H. (2004). Organizational Culture and Leadership. San Francisco:

Jossey-Bass.

Schwartz, S. H. (2006). A Theory of Cultural Value Orientation : Explication and

Applications. Comparative Sociology, Vol. 5, No. (2-3).

Sekaran, U. dan Bougie, R. (2013). Research Methods for Business: A skill

buliding apporoach (6th Edition). New Delhi: Wiley India.

Siswanto, D. (2010). Pengaruh Pandangan Hidup Masyarakat Jawa terhadap

Model Kepemimpinan. Jurnal Filsafat, Vol. 20, No. 3.

Soeharjono, H. I. (2012). Pengaruh Budaya Birokrasi Ewuh Pakewuh terhadap

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern. Jurnal Ilmu Administrasi Negara,

Vol. 1, No. 1
84

Soemardjan, S., & Soelaeman, S. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Sumiyardana, K. (2017). Nilai-Nilai Etika dalam Serat Wuruk Respati. Sabda:

Jurnal Kajian Kebudayaan, Vol. 7, No. 1.

Suseno, F. M. (2003). Etika Jawa: Sebuah Analisa Fisafi tentang Kebijaksanaan

Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suwondo, T., Widati, S., & Prabowo, D. P. (2003). Kritik Sastra Jawa. Jakarta:

Pusat Bahasa.

Tuanakotta, T. M. (2010). Audit Berbasis ISA (International Standard on

Auditing). Jakarta: Salemba Empat.

Tobing. D. H. (2010). Asertivitas Perokok Pasif dalam Budaya Ewuh Pakewuh.

Thesis. Yogyakarta: Program Magister Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada.

Tylor, E. B. (1871). Primitive Culture: Researches Into the Development of

Mythology, Phylosophy, Religion, Language, Art and Custom. London: John

Murray.

Ying, S. X., & Patel, C. (2016). Skeptical Judgments and Self-Construal: A

Comparative Study between Chinese Accounting Students in Australia and

China. Journal of International Accounting Research, Vol. 15, No. 3.


85

PRANALA LUAR

Akbar, C. (2018). “Kasus SNP Finance, Kemenkeu Jatuhkan Sanksi ke Deloitte

Indonesia”. Tempo, 28 Maret 2018 diakses dari https://bisnis.tempo.co/

pada tanggal 1 Maret 2019

IFAC. (2009). ISA 200. Overall Objectives of the Independent Auditor and the

Conduct of an Audit in Accordance with International Standar of Auditing,

diakses dari https://www.ifac.org/ diakses pada 5 Maret 2019.

PCAOB.(2010). Due to Professional Care in the Performance of Work. AU

Section 230, diakses dari https://pcaobus.org/ pada 1 Maret 2019.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2014). Pertanyaan dan Jawaban : Skeptisisme

Profesional dalam Suatu Audit Atas Laporan Keuangan, diakses dari

http://iapi.or.id/ pada 12 Maret 2019.

Tim CNN Indonesia. (2018). “Kronologi SNP Finance dari „Tukang Kredit‟ ke

„Tukang Bobol‟”. CNN Indonesia, 26 September 2018 diakses dari

https://www.cnnindonesia.com/ pada tanggal 1 Maret 2019.

Wenderoth, M. (2018). “How A Better Understanding of Guanxi Can Improve

Your Business in China. Forbes, 16 Mei 2018 diakses dari

https://www.forbes.com/ pada tanggal 3 April 2019.


LAMPIRAN I

KUESIONER PENELITIAN

86
LEMBAR KUESIONER

"IMPLIKASI BUDAYA EWUH PAKEWUH TERHADAP SKEPTISISME

PROFESIONAL MAHASISWA - STUDI PADA MAHASISWA

AKUNTANSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”

Perkenalkan, saya Theresa Corina Arvi Batisa, mahasiswi Fakultas Bisnis dan

Ekonomika program studi Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta sedang

melakukan penelitian untuk tugas akhir (skripsi) mengenai “Implikasi Budaya

Ewuh-Pakewuh terhadap Skeptisisme Profesional Mahasiswa – Studi pada

Mahasiswa Akuntansi di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Saya memohon bantuan

Saudara/i untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner ini. Atas partisipasi

dan kesediaan Saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.

A. Data Responden

Umur : ____________ tahun

Jenis Kelamin : L / P (*coret yang tidakperlu)

Semester : ____________

Suku : ___________________________________

Asal Daerah : __________________________________

87
Lama tinggal di Yogyakarta : ____________ tahun

B. Petunjuk Pengisian

Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang tersedia untuk masing –

masing pernyataan kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut

Saudara/i. Mohon isi setiap pernyataan yang ada. Setiap pernyataan yang

disajikan hanya dapat diisi satu jawaban.

Keterangan:

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Sangat Setuju

RR : Ragu - Ragu

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

88
C. Daftar Pertanyaan Kuesioner

Bagian 1

Budaya Ewuh Pakewuh

No. Pernyataan Skala

1 2 3 4 5

Dalam organisasi di mana saya berada

Saya merasa rekan saya loyal kepada saya, karena

1 saya lebih mementingkan kerja sama yang erat

dengan mereka.

Sejujurnya, saya menyukai hubungan kerja dengan


2
atasan lebih bersifat personal dan informal.

Saya merasa, ada kebergantungan emosional

3 kepada rekan saya, karena hubungan yang akrab

dan harmonis.

Saya beranggapan bahwa dalam struktur piramida

4 organisasi, apapun yang diputuskan oleh pimpinan

wajib dihargai dan dipatuhi

Menurut saya, dalam berorganisasi pimpinan

memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi, oleh


5
sebab itu berhak memilki keistimewaan

(priviledge).

89
Saya beranggapan bahwa demi efisiensi dan

6 ketepatan waktu, pimpinan boleh saya mengabaikan

hierarki dalam organisasi.

Saya berpendapat bahwa terkait demham hal

7 ketidak pastian / hal yang berisiko saya lebih baik

patuh "menunggu petunjuk atasan".

Dalam berorganisasi menurut saya, dalam hal

ketidakpastian / hal yang berisiko, aturan normatif


8
boleh dilanggar oleh pimpinan demi alasan

fleksibilitas.

Walaupun keputusan pimpinan mengandung risiko

9 tinggi, sebagai pegawai saya tulus membantu

dengan segala konsekuensinya.

Saya merasa lebih mudah bersikap asertif (berani

dan tegas mengatakan yang seharusnya kepada

10 rekan saya).

Saya beranggapan bahwa menjaga kredibilitas

11 pimpinan lebih terhormat, daripada hanya "mencari

- cari" kesalahan pimpinan.

Menurut saya, serba sulit untuk mengkritisi

12 kelemahan pimpinan, walaupun pimpinan

membuka diri untuk menerima kritik / masukan.

13 Saya tidak berambisi untuk meraih prestasi, tetapi

90
yang lebih penting bagi saya adalah loyalitas yang

tinggi kepada pimpinan.

14 Saya sukses dalam mencapai target kinerja dan hak

pimpinan untuk tidak memberikan apresiasi

terhadap kesuksesan saya.

15 Saya tidak berani mengkoreksi tata kerja yang

keliru, dan saya rela dipersalahkan oleh pimpinan

atas tindakan saya tersebut.

16 Demi menjaga keharmonisan dengan pimpinan,

saya tidak mau menyampaikan pendapat hasil

keputusan rapat yang kurang tepat.

17 Walaupun pimpinan mengabaikan penerapan

sanksi, saya tidak mau memberi saran, demi

menghindari konflik dengan pimpinan.

18 Saya tidak mau melaporkan penyimpangan oleh

teman saya kepada orang lain, demi memelihara

suasana kerja yang sudah kondusif.

19 Saya sudah disiplin dalam melaksanakan tugas,

namun saya patuh bila pimpinan memerintahkan

saya untuk melanggar aturan dan prosedur.

20 Sebagai bentuk solidaritas terhadap pimpinan, saya

tidak mau membeberkan kesalahan pimpinan

kepada pihak - pihak lain.

91
21 Sebagai bentuk kepatuhan terhadap pimpinan,

saya rela mengikuti tata kelola yang buruk yang

diimplementasikan oleh pimpinan.

22 Kreativitas kerja saya tidak dapat berkembang,

karena saya tulus ikhlas mengikuti semua arahan

yang disampaikan oleh pimpinan.

23 Saya menyimpan keingintahuan saya tentang

motivasi pimpinan melanggar aturan, karena saya

sadar bahwa hal tersebut tidak etis.

24 Saya tetap berbesar hati, sekalipun saran saya

(atas permintaan pimpinan) tidak digunakan

pimpinan dalam pengambilan keputusan.

Bagian 2

Skeptisime Profesional

No. Pernyataan Skala

1 2 3 4 5

1 Saya suka belajar.

2 Bagi saya belajar itu menyenangkan.

Saya suka memastikan kebenaran dari hal - hal


3
yang saya baca / dengar.

4 Saya merasa senang saat menemukan informasi

92
baru.

Saya tidak mengambil keputusan sebelum saya


5
mengetahui semua informasi yang ada.

Saya akan mengumpulkan informasi sebanyak


6
mungkin sebelum mengambil keputusan.

7 Saya tidak suka mengambil keputusan terlalu cepat.

Saya tidak terburu - buru dalam proses pengambilan


8
keputusan.

Saya tidak menerima pernyataan yang tidak


9
didasari bukti yang kuat.

Saya seringkali mempertanyakan hal - hal yang

10 saya lihat / dengar.

Teman - teman saya mengatakan bahwa saya sering


11
mempertanyakan hal - hal yang saya lihat / dengar.

Data Responden

No Umu Jenis Semester Etnis Asal Daerah Lama di

r Kelami Jogja

1 22 P 9 Jawa Bantul 22

2 22 P 9 Jawa Malang 4

93
3 21 P 7 Batak Kalimantan 3

Timur

4 22 P 7 Tionghua Bengkulu 3.5

5 21 P 7 Melayu Manggarai - 3

Flores

6 22 L 7 Tionghua Semarang 5

7 21 P 7 Jawa Jogja 21

8 20 P 7 Batak Jayapura 3

9 21 P 7 Toraja Toraja Utara 3

10 22 P 9 Jawa Jakarta 13

11 20 L 7 Tionghua Jogja 17

12 24 L 9 Flores Kupang (NTT) 4

13 22 P 9 Batak Medan 4.5

14 22 L 9 Tionghua Jogja 22

15 22 L 9 Jawa Surabaya 4

16 22 P 9 Jawa Jogja 22

17 22 P 9 Batak Kalimantan 4

Tengah

18 22 P 9 Dayak Kalimantan 4

Barat

19 21 P 7 Jawa Jogja 21

20 23 L 9 Jawa Sleman, 23

94
Yogyakarta

21 22 L 9 Tionghua Jawa Tengah - 4

Gombong

22 22 P 9 Jawa Malang 4

23 23 P 9 Batak Pontianak 4.5

24 22 L 7 Jawa Jogja 22

25 21 P 7 Batak Jogja 20

26 20 P 7 Jawa- Surabaya 7

Tionghua

27 21 P 7 Jawa Jawa Timur 3

28 21 P 7 Jawa Pati - Jawa 3

Tengah

29 21 P 7 Jawa- Samarinda 3.5

Tionghua

30 22 P 7 Flores NTT 3

31 21 P 7 Dayak Kalimantan 4

Tengah

32 22 P 9 Sunda Papua 4

33 22 L 7 Jawa Magelang 3

34 21 P 7 Batak Jayapura 3

35 22 P 9 Batak Semarang 4

36 21 P 7 Jawa Yogyakarta 15

95
37 20 L 7 Sunda Bandung 3

38 21 P 7 Jawa Yogyakarta 21

39 21 P 7 Jawa Surakarta 3.5

40 22 P 7 Jawa Jogja 22

41 21 P 7 Jawa Karanganyar 3

42 21 P 7 Jawa Purworejo 3

43 21 L 7 Jawa Gresik - Jawa 3

Timur

44 21 P 7 Tionghua Jakarta 3

45 21 P 7 Tionghua Jawa Tengah 3

46 21 P 7 Jawa Surakarta 3

47 22 L 7 Batak Medan 3

48 21 P 7 Jawa Jakarta Selatan 3

49 21 P 7 Tionghua Tangerang 3

50 21 L 7 Jawa Demak 16

51 22 P 9 Jawa Yogyakarta 13

52 22 P 9 Jawa Sragen 4

53 22 P 9 Jawa Surakarta 4

54 22 P 9 Batak Medan 4

55 23 L 8 Batak Sumatera Utara 4

56 23 P 8 Batak Sumatera Utara 4

57 21 P 9 Batak Lubuk Linggau 4

96
58 21 P 9 Banjar Kalimantan 4

Tengah

59 22 L 9 Tionghua Purwokerto 4

60 22 L 9 Jawa Yogyakarta 22

61 22 L 9 Jawa Yogyakarta 22

62 23 L 7 Batak Bangka 3

Belitung

63 22 L 9 Jawa Sleman 22

64 21 P 9 Papua Jayapura 4

65 22 P 6 Tionghua Solo 3

66 21 L 7 Jawa Jakarta 3

67 22 L 7 Dayak Kalimantan 3

68 21 P 9 Jawa Lampung 7

69 22 P 9 Batak Medan, 4.5

Sumatera Utara

70 23 P 9 Batak Pekanbaru, 4

Riau

71 21 L 7 Jawa Sleman 19

72 21 L 7 Minang Padang 3

73 21 P 7 Jawa Jawa Tengah 3.5

74 22 P 9 Jawa Jawa timur 4

75 22 P 9 Tionghua Pemalang 7

97
76 22 P 8 Batak Medan 4

77 22 L 9 Jawa Semarang 4.5

78 22 P 9 Jawa Klaten 4

79 22 P 7 Tionghua Riau 3

80 23 P 10 Jawa Yogyakarta 23

81 23 P 9 Jawa Solo 4

82 23 L 10 Toraja Mamuju 4.5

83 21 P 8 Tionghua Tanjungpinang 3

84 21 P 8 Tionghua Babel 4

85 24 L 8 Tionghua Jawa tengah 7

86 23 L 9 Tionghua Jambi 5

87 23 L 9 Batak Padang 4

88 21 P 7 Tionghua Magelang 3

89 23 L 9 Batak Yogyakarta 23

90 21 P 7 Jawa Jawa Barat 3.5

91 23 P 9 Jawa Jakarta 4.5

92 21 L 7 Jawa Demak 16

93 22 P 9 Jawa Yogyakarta 13

94 21 L 9 Tionghua Sragen 4.5

95 21 P 9 Jawa Surakarta 4

96 22 P 9 Batak Medan 4

97 21 L 7 Jawa Solo 3.5

98
98 22 P 7 Batak Sumatera Utara 3.5

99 23 P 9 Jawa Ketapang 4.5

100 23 P 9 Dayak Pontianak 4.5

99
Jawaban Kuesioner Variabel X (Budaya Ewuh Pakewuh)

No Individuali Power Uncertaint Masculinit Mastery Harmony Embedded Autonomy


Distance y y
sm Avoidance ness

Respon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
den
1 5 5 4 2 2 4 5 3 5 2 3 2 4 2 2 2 4 4 4 2 4 5 4 5
2 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4
3 4 4 4 4 3 4 5 3 4 2 2 3 4 4 3 4 3 2 3 3 1 4 3 3
4 4 4 1 4 4 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 2 2 2 4 2 3 4 3
5 4 4 5 4 3 2 4 3 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3
6 4 4 2 4 3 2 2 2 4 3 5 4 2 3 4 2 4 4 2 5 2 2 4 4
7 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
8 4 5 4 5 2 3 4 3 3 4 4 1 4 2 2 1 1 1 1 2 1 3 2 5
9 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 2 4 3 2 2 2 3 2 3 2 4 2 5
10 3 2 3 4 3 2 4 2 4 4 4 4 3 4 2 2 2 3 2 4 2 2 4 4
11 4 5 4 3 4 4 4 4 1 3 4 4 2 1 1 2 3 3 3 1 1 4 4 2
12 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4
13 4 4 4 5 3 3 3 3 4 5 5 3 4 3 3 4 2 2 1 2 1 2 4 5
14 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 3 4 3 4 4 2 4
15 5 3 4 4 4 2 3 2 3 5 3 2 3 1 1 2 2 2 3 3 2 4 4 3
16 4 5 5 4 4 4 2 4 4 2 5 4 5 4 2 2 4 1 1 4 1 1 2 5
17 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 3 2 2 4 4 4 2 3 2 4 4 4

100
18 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 3 4 4 2 2 1 1 3 2 2 3 5
19 5 4 4 3 4 4 2 2 3 5 5 2 4 4 2 2 2 2 1 3 1 4 4 4
20 5 3 4 5 1 1 4 1 5 4 4 2 2 3 1 2 2 2 2 4 2 3 4 5
21 4 3 3 2 2 5 2 3 3 4 3 3 1 1 2 3 3 2 4 4 4 3 3 3
22 4 2 4 4 5 5 1 1 4 5 4 4 5 2 1 1 1 1 2 1 1 4 2 1
23 4 3 3 4 3 1 2 4 3 2 4 4 2 3 2 2 2 1 1 3 1 1 2 3
24 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 5 5 1 2 1 1 5 1 1 1 1 5
25 4 2 4 4 5 4 3 4 4 5 4 2 3 4 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2
26 5 5 4 5 3 3 5 4 4 5 5 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4
27 4 2 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 3 1 4 2 2 2 2 2 2 2 3 4
28 3 5 4 4 2 2 4 3 4 5 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 3 2 4
29 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 5 3 3 1 2 1 3 3 4 3 4 4 4
30 4 2 4 3 2 4 4 4 2 5 4 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 4
31 4 4 4 3 4 1 4 2 4 4 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4 4
32 3 4 4 2 3 1 2 1 3 5 4 4 4 3 1 1 1 1 3 3 1 3 4 3
33 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 2 4 2 4
34 4 4 5 4 3 2 4 3 4 5 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4
35 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3
36 3 4 4 3 2 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 3 2 4 2 4 4 4
37 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 5 4 3 2 3 1 2 2 2 3 1 1 2 4
38 3 5 4 4 5 2 5 5 3 2 2 3 3 2 1 2 5 3 1 2 1 4 2 2
39 3 2 4 4 4 4 5 4 4 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 5 5
40 4 3 4 4 3 2 2 4 4 4 4 3 3 4 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3
41 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 4

101
42 3 4 4 3 4 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 4 3 3
43 4 3 2 4 2 3 4 2 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4
44 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4
45 3 5 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4
46 4 4 3 5 3 2 4 2 3 4 5 2 3 4 1 2 2 2 2 4 1 1 2 5
47 4 5 4 3 2 5 1 3 3 4 5 4 2 1 1 4 2 3 2 5 1 1 4 4
48 3 1 4 5 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3 1 1 1 3 3 3 4 1 3 4
49 4 2 2 4 1 1 3 1 4 5 3 2 3 4 1 1 1 3 1 1 1 2 3 5
50 4 4 3 5 5 2 2 1 4 4 3 2 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4
51 4 3 4 5 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 3 4
52 4 5 5 2 2 3 5 4 2 3 3 4 4 2 4 2 2 4 2 2 1 4 1 5
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
54 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 3 2 4 2 2 2 4 2 4 2 4
55 5 5 5 5 5 2 4 2 3 5 4 2 2 4 2 5 2 2 2 4 2 5 2 5
56 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 4 2 1 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 4
57 4 4 4 4 1 1 4 5 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 4 4
58 4 4 3 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 4 3 4
59 4 5 4 5 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 2 4 3
60 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 2 1 2 2 2 4 3 5 2 1 4 4
61 5 5 5 5 3 5 4 4 4 5 2 2 4 4 1 1 1 1 3 1 1 3 1 5
62 4 5 4 4 3 2 2 4 4 4 5 5 4 3 2 2 4 4 4 4 2 3 4 3

63 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 4 2 2 2 4
64 4 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 4 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4
65 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 2 2 4 1 4 4 5

102
66 4 3 4 4 4 2 3 2 4 4 3 4 4 3 1 2 3 3 1 2 2 3 3 4
67 4 4 3 2 2 3 4 2 4 3 4 5 4 3 4 3 2 5 3 4 3 3 4 3
68 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 4
69 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 4 4 2 2 4 2 2 3 1 4 1 2 2 4
70 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 2 3 2 4
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72 5 5 5 5 4 4 3 3 5 5 5 5 4 5 1 3 4 1 3 3 2 2 3 5
73 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 5 5 4 2 2 3 2 3 2 2 3 3
74 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 4
75 4 2 3 3 4 4 4 2 5 4 4 1 4 4 1 1 1 1 2 3 2 3 2 3
76 4 4 5 4 4 2 4 3 4 4 4 5 3 4 3 2 3 3 2 4 3 4 4 4
77 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4
78 4 5 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4
79 4 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 1 1 3 4 2 2 2 4
80 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 1 2 1 2 3 2 2 2 3
81 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 1 1 2 3
82 4 2 5 5 5 2 5 4 5 5 5 2 2 1 1 1 1 1 2 4 1 2 4 5
83 4 2 5 4 1 2 4 3 3 3 5 5 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2
84 3 4 4 3 4 1 1 2 3 5 5 4 4 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 4
85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
86 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 2 4 1 3 3 3 1 3 2 1 3 5
87 4 4 4 2 2 2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 4 2 3
88 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4
89 4 5 4 5 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 2 4 3
90 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 2 1 2 2 2 4 3 5 2 1 4 4
91 5 5 5 5 3 5 4 4 4 5 2 2 4 4 1 1 1 1 3 1 1 3 1 5
92 4 5 4 4 3 2 2 4 4 4 5 5 4 3 2 2 4 4 4 4 2 3 4 3

103
93 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 4 2 2 2 4
94 4 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 4 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4
95 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 2 2 4 1 4 4 5
96 4 3 4 4 4 2 3 2 4 4 3 4 4 3 1 2 3 3 1 2 2 3 3 4
97 4 4 3 2 2 3 4 2 4 3 4 5 4 3 4 3 2 5 3 4 3 3 4 3
98 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 4
99 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 4 4 2 2 4 2 2 3 1 4 1 2 2 4
100 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 2 3 2 4

104
Jawaban Kuesioner Variabel Y (Skeptisisme Profesional)

No Search of Knowledge Suspension of Judgment Questioning Mind


Responde 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
n
1 2 4 2 5 4 4 5 5 4 4 2
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
3 2 2 3 4 5 5 5 4 4 4 3
4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 3
5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5
6 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 4 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4
9 3 3 3 5 4 4 3 3 4 5 4
10 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3
11 2 2 4 4 5 5 4 4 4 4 4
12 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3
13 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4
14 3 2 4 4 4 5 4 4 4 4 3
15 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3
16 4 4 4 5 4 4 2 2 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
19 4 4 4 5 4 5 5 5 3 3 4
20 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3
21 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
22 1 1 5 4 5 4 5 4 5 4 4
23 3 3 5 5 5 5 4 4 4 4 3

105
24 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1
25 2 2 2 3 3 4 3 2 4 4 3
26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 3
29 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4
30 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4
31 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3
32 4 4 5 3 3 4 2 5 4 3 4
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
34 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4 4
35 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
36 5 5 5 5 3 4 4 4 5 5 3
37 3 3 4 5 4 3 3 3 4 4 4
38 2 2 5 5 5 5 5 4 5 5 4
39 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4
40 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3
41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
42 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4
43 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4
44 3 3 4 5 4 4 4 3 4 3 3
45 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4
46 4 5 5 5 4 4 2 4 4 5 3
47 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5
48 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
49 4 3 5 5 3 5 4 4 3 4 3
50 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4
51 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3

106
52 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
53 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
55 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
56 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4
57 2 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4
58 5 4 5 5 4 5 3 4 4 5 4
59 4 5 4 4 5 5 3 4 3 3 3
60 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4
61 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4
62 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4
63 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
64 4 3 5 5 4 4 5 5 4 4 3
65 3 3 5 4 4 5 3 4 4 5 4
66 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
67 3 3 5 5 5 4 4 4 4 3 3
68 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4
69 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
71 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
72 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4
73 4 4 4 5 3 3 4 3 4 3 4
74 4 3 4 4 5 4 3 4 2 4 4
75 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3
76 4 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5
77 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5
78 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
79 2 2 5 5 3 4 3 3 2 2 2

107
80 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4
81 3 3 5 4 5 5 5 5 5 5 3
82 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
83 5 5 4 5 4 4 3 3 5 4 4
84 3 2 5 5 4 4 3 3 5 5 5
85 4 4 5 5 4 4 3 3 5 4 4
86 4 4 3 5 5 5 5 4 4 4 4
87 5 4 5 5 3 4 3 3 4 4 4
88 2 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3
89 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3
90 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4
91 3 2 4 4 4 5 4 4 4 4 3
92 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3
93 4 4 4 5 4 4 2 2 4 4 4
94 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
95 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
96 4 4 4 5 4 5 5 5 3 3 4
97 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3
98 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
99 1 1 5 4 5 4 5 4 5 4 4
100 3 3 5 5 5 5 4 4 4 4 3

108
LAMPIRAN II

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Validitas Budaya Ewuh Pakewuh

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .676


Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 636.505

df 276

Sig. .000

Anti-image Matrices

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Anti-image 1 .651 -.160 -.011 -.117 .030 -.113 .005 .114 -.073 -.110 -.018 -.004 .008 .065 -.010 .001 -.008 .036 -.018 .008 -.078 -.017 .074 -.033
Covariance 2 -.160 .533 -.079 -.020 -.014 .104 .043 .157 -.031 .054 .008 -.028 -.085 .091 -.024 -.077 -.048 .020 -.060 -.056 .135 -.095 -.003 -.119

3 -.011 -.079 .570 -.025 -.150 .008 -.060 -.042 .015 -.054 -.052 -.064 .073 .065 .035 .039 -.059 .017 -.120 .093 .081 -.034 .089 -.147

4 -.117 -.020 -.025 .559 -.102 .061 -.108 .013 -.024 -.042 -.078 -.013 .007 -.153 .184 -.104 -.025 -.027 .061 .068 -.066 .122 .055 -.012

5 .030 -.014 -.150 -.102 .639 -.028 -.026 .028 .049 .002 -.068 .052 -.106 -.007 -.032 .012 -.046 .139 .015 -.048 -.106 -.042 -.010 .190

6 -.113 .104 .008 .061 -.028 .625 .012 -.166 .032 -.055 -.080 .030 -.073 .045 -.005 -.024 -.036 .048 -.120 -.042 .032 -.073 .030 -.039

109
7 .005 .043 -.060 -.108 -.026 .012 .606 -.138 -.047 .003 .138 -.019 -.032 .100 -.035 .005 .057 -.143 .069 -.009 -.033 -.034 .032 -.145

8 .114 -.157 -.042 .013 .028 -.166 -.138 .528 .022 -.106 -.001 -.039 .040 -.028 -.023 .023 -.087 -.014 -.033 .054 -.051 .112 .146 .063

9 -.073 -.031 .015 -.024 .049 .032 -.047 .022 .616 -.142 013 .070 -.120 -.054 -.014 .048 -.091 .061 -.054 -.046 -.046 .070 -.041 -.041

10 -.110 .054 -.054 -.042 .002 -.055 .003 -.106 -.142 .531 -.108 -.006 .082 -.073 -.045 -.022 .170 .052 -.030 .062 .037 -.108 -.135 -.007

11 -.018 .008 -.052 -.078 -.068 -.080 .138 -.001 .013 -.108 .481 -.066 -.057 .055 -.069 .051 -.016 -.050 -.011 -.104 .083 .182 -.107 -.099

12 -.004 -.028 -.064 -.013 .052 .030 -.019 -.039 .070 -.006 -.066 .519 -.188 .064 -.015 -.023 -.054 -.061 .062 -.153 -.048 .079 -.030 .147

13 .008 -.085 .073 .007 -.106 -.073 -.032 .040 -.120 .082 -.057 -.188 .456 -.216 .003 .055 .075 -.012 -.049 .174 .015 -.073 .031 -.013

14 .065 .091 .065 -.153 -.007 .045 .100 -.028 -.054 -.073 .055 .064 -.216 .458 -.084 -.040 -.056 .023 -.042 -.120 .033 -.031 .033 -.088

15 -.010 -.024 .035 .184 -.032 -.005 -.035 -.023 -.014 -.045 -.069 -.015 003 -.084 .549 -.059 -.060 -.095 .090 -.036 -.067 .001 .053 -.045

16 .001 -.077 .039 -.104 .012 -.024 .005 .023 .048 -.022 .051 -.023 .055 -.040 -.059 .472 -.116 -.011 -.034 -.062 -.006 -.056 -.032 -.038

17 -.008 -.048 -.059 -.025 -.046 -.036 .057 -.087 -.091 .170 -.016 -.054 .075 -.056 -.060 -.116 .333 -.057 .021 .038 -.022 -.065 -.095 .033

18 .036 .020 .017 -.027 .139 .048 -.143 -.014 .061 .052 -.050 -.061 -.012 .023 -.095 -.011 -.057 .336 -.100 -.043 -.019 -.066 -.070 .018

19 -.018 -.060 -.120 .061 .015 -.120 .069 -.033 -.054 -.030 -.011 .062 -.049 -.042 .090 -.034 .021 -.100 .360 -.037 -.166 -.003 .023 .106

20 .008 -.056 .093 .068 -.048 -.042 -.009 .054 -.046 .062 -.104 -.153 .174 -.120 -.036 -.062 .038 -.043 -.037 .496 -.042 .005 .003 -.043

21 -.078 .135 .081 -.066 -.106 .032 -.033 -.051 -.046 .037 .083 -.048 .015 .033 -.067 -.006 -.022 -.019 -.166 -.042 .334 -.032 -.090 -.079

22 -.017 -.095 -.034 .122 -.042 -.073 -.034 .112 .070 -.108 .182 .079 -.073 -.031 .001 -.056 -.065 -.066 -.003 .005 -.032 .453 -.047 .045

23 .074 -.003 .089 .055 -.010 .030 .032 .146 -.041 -.135 -.107 -.030 .031 .033 .053 -.032 -.095 -.070 .023 .003 -.090 -.047 .517 -.015

24 -.033 -.119 -.147 -.012 .190 -.039 -.145 .063 -.041 -.007 -.099 .147 -.013 -.088 -.045 -.038 .033 .018 .106 -.043 -.079 .045 -.015 .591
a
Anti-image 1 .680 -.272 -.017 -.195 .047 -.177 .008 .195 -.116 -.187 -.032 -.007 .014 .119 -.017 .002 -.017 .077 -.038 .014 -.167 -.032 .128 -.053
Correlation a
2 -.272 .583 -.143 -.036 -.024 .180 .076 -.295 -.053 .102 .016 -.053 -.173 .185 -.045 -.153 -.114 .047 -.136 -.109 .321 -.193 -.005 -.212
a
3 -.017 -.143 .600 -.043 -.249 .013 -.101 -.077 .026 -.098 -.099 -.117 .142 .127 .063 .075 -.135 .038 -.266 .175 .185 -.066 .164 -.254
a
4 -.195 -.036 -.043 .524 -.170 .103 -.185 .024 -.041 -.077 -.150 -.023 .014 -.302 .333 -.202 -.059 -.063 .136 .129 -.153 .243 .102 -.020

110
a
5 .047 -.024 -.249 -.170 .508 -.044 -.042 .048 .078 .004 -.123 .091 -.196 -.013 -.054 .023 -.099 .299 .031 -.085 -.229 -.077 -.018 .309
a
6 -.177 .180 .013 .103 -.044 .686 .020 -.288 .051 -.095 -.145 .053 -.137 .083 -.009 -.045 -.079 .106 -.253 -.075 .071 -.137 .052 -.064
a
7 .008 .076 -.101 -.185 -.042 .020 .520 -.245 -.077 .006 .255 -.034 -.061 .189 -.060 .008 .127 -.316 .149 -.016 -.073 -.064 .057 -.242
a
8 .195 -.295 -.077 .024 .048 -.288 -.245 .583 .038 -.201 -.002 -.074 .081 -.057 -.042 .047 -.208 -.033 -.076 .106 -.121 .229 .280 .112
a
9 -.116 -.053 .026 -.041 .078 .051 -.077 .038 .738 -.249 .023 .124 -.226 -.102 -.024 .089 -.200 .135 -.115 -.083 -.101 .133 -.073 -.068
a
10 -.187 .102 -.098 -.077 .004 -.095 .006 -.201 -.249 .522 -.213 -.011 .166 -.147 -.084 -.043 .405 .123 -.069 .121 .088 -.220 -.257 -.012
a
11 -.032 .016 -.099 -.150 -.123 -.145 .255 -.002 .023 -.213 .503 -.133 -.122 .118 -.134 .108 -.040 -.124 -.027 -.212 .208 .389 -.214 -.186
a
12 -.007 -.053 -.117 -.023 .091 .053 -.034 -.074 .124 -.011 -.133 .685 -.386 .132 -.028 -.046 -.130 -.145 .143 -.301 -.115 .162 -.058 .265
a
13 .014 -.173 .142 .014 -.196 -.137 -.061 .081 -.226 .166 -.122 -.386 .469 -.472 .005 .119 .192 -.030 -.122 .367 .038 -.161 .063 -.024
a
14 .119 .185 .127 -.302 -.013 .083 .189 -.057 -.102 -.147 .118 .132 -.472 .594 -.167 -.085 -.144 .059 -.104 -.252 .084 -.068 .069 -.170
a
15 -.017 -.045 .063 .333 -.054 -.009 -.060 -.042 -.024 -.084 -.134 -.028 .005 -.167 .796 -.116 -.139 -.222 .203 -.069 -.157 .002 .099 -.080
a
16 .002 -.153 .075 -.202 .023 -.045 .008 .047 .089 -.043 .108 -.046 .119 -.085 -.116 .875 -.292 -.027 -.083 -.127 -.015 -.121 -.064 -.072
a
17 -.017 -.114 -.135 -.059 -.099 -.079 .127 -.208 -.200 .405 -.040 -.130 .192 -.144 -.139 -.292 .780 -.172 .061 .094 -.065 -.168 -.228 .074
a
18 .077 .047 .038 -.063 .299 .106 -.316 -.033 .135 .123 -.124 -.145 -.030 .059 -.222 -.027 -.172 .806 -.288 -.105 -.056 -.168 -.168 .040
a
19 -.038 -.136 -.266 .136 .031 -.253 .149 -.076 -.115 -.069 -.027 .143 -.122 -.104 .203 -.083 .061 -.288 .721 -.088 -.478 -.007 .052 .229
a
20 .014 -.109 .175 .129 -.085 -.075 -.016 .106 -.083 .121 -.212 -.301 .367 -.252 -.069 -.127 .094 -.105 -.088 .734 -.104 .010 .005 -.080
a
21 -.167 .321 .185 -.153 -.229 .071 -.073 -.121 -.101 .088 .208 -.115 .038 .084 -.157 -.015 -.065 -.056 -.478 -.104 .744 -.083 -.216 -.177
a
22 -.032 -.193 -.066 .243 -.077 -.137 -.064 .229 .133 -.220 .389 .162 -.161 -.068 .002 -.121 -.168 -.168 -.007 .010 -.083 .676 -.097 .088
a
23 .128 -.005 .164 .102 -.018 .052 .057 .280 -.073 -.257 -.214 -.058 .063 .069 .099 -.064 -.228 -.168 .052 .005 -.216 -.097 .721 -.028
a
24 -.053 -.212 -.254 -.020 .309 -.064 -.242 .112 -.068 -.012 -.186 .265 -.024 -.170 -.080 -.072 .074 .040 .229 -.080 -.177 .088 -.028 .448
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

111
2. Uji Validitas Skeptisisme Profesional

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .717


Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 350.915

df 55

Sig. .000

Anti-image Matrices

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Anti-image Covariance 1 .185 -.169 -.103 .039 .050 .020 -.041 -.046 .055 -.008 -.095

2 -.169 .211 .080 -.076 -.031 -.026 .064 -.007 -.050 .027 .040

3 -.103 .080 .576 -.146 -.012 -.132 .087 -.058 -.065 -.045 -.043

4 .039 -.076 -.146 .626 -.051 -.032 -.091 .037 .003 -.149 .045

5 .050 -.031 -.012 -.051 .470 -.216 -.089 -.062 -.117 .067 -.092

6 .020 -.026 -.132 -.032 -.216 .489 -.053 -.039 .098 -.121 .054

7 -.041 .064 .087 -.091 -.089 -.053 .520 -.230 -.128 .069 .005

8 -.046 -.007 -.058 .037 -.062 -.039 -.230 .528 -.016 -.031 .070

9 .055 -.050 -.065 .003 -.117 .098 -.128 -.016 .556 -.234 -.051

10 -.008 .027 -.045 -.149 .067 -.121 .069 -.031 -.234 .551 -.137

11 -.095 .040 -.043 .045 -.092 .054 .005 .070 -.051 -.137 .760
a
Anti-image Correlation 1 .547 -.854 -.315 .115 .168 .067 -.132 -.146 .171 -.024 -.252
a
2 -.854 .550 .229 -.210 -.098 -.080 .193 -.020 -.147 .078 .100
a
3 -.315 .229 .779 -.244 -.023 -.249 .158 -.105 -.114 -.080 -.064
a
4 .115 -.210 -.244 .834 -.094 -.057 -.159 .064 .004 -.253 .065
a
5 .168 -.098 -.023 -.094 .779 -.451 -.181 -.125 -.229 .132 -.154
a
6 .067 -.080 -.249 -.057 -.451 .778 -.105 -.077 .187 -.234 .089
a
7 -.132 .193 .158 -.159 -.181 -.105 .725 -.440 -.239 .129 .009
a
8 -.146 -.020 -.105 .064 -.125 -.077 -.440 .827 -.030 -.057 .111
a
9 .171 -.147 -.114 .004 -.229 .187 -.239 -.030 .735 -.422 -.078
a
10 -.024 .078 -.080 -.253 .132 -.234 .129 -.057 -.422 .737 -.211
a
11 -.252 .100 -.064 .065 -.154 .089 .009 .111 -.078 -.211 .735

112
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

3. Uji Reliabilitas Budaya Ewuh Pakewuh

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.793 24

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

1 72.86 96.642 .273 .789


2 73.04 92.661 .334 .785
3 73.04 97.622 .111 .795
4 73.06 96.321 .171 .793
5 73.53 95.240 .187 .793
6 73.91 91.096 .343 .785
7 73.37 95.379 .178 .794
8 73.74 92.609 .314 .787
9 73.19 94.053 .367 .785
10 73.01 98.247 .046 .799
11 73.06 97.152 .138 .794
12 73.67 90.719 .374 .783
13 73.67 93.238 .278 .789
14 73.87 90.944 .368 .784

113
15 74.54 89.213 .436 .779
16 74.49 88.617 .553 .774
17 74.33 86.381 .585 .770
18 74.23 88.595 .499 .776
19 74.46 87.836 .587 .772
20 73.77 90.362 .405 .781
21 74.81 88.157 .572 .773
22 74.05 92.257 .303 .787
23 73.94 93.385 .282 .788
24 73.00 97.636 .106 .795

4. Uji Reliabilitas Skeptisisme Profesional

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.813 11

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

1 40.65 19.372 .467 .801


2 40.72 19.426 .445 .804
3 40.05 20.283 .550 .792
4 39.94 20.788 .527 .795
5 40.09 20.446 .518 .795
6 40.03 20.597 .545 .793

114
7 40.32 20.221 .440 .802
8 40.27 19.628 .572 .788
9 40.23 20.933 .467 .799
10 40.19 20.963 .477 .799
11 40.59 21.362 .336 .811

115
LAMPIRAN III

ANALISIS DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Budaya Ewuh Pakewuh 100 2.42 4.63 3.2050 .41661


Search of Knowledge 100 2.25 5.00 3.9679 .62074
Suspension of Judgment 100 2.50 5.00 4.1314 .58070
Questioning Mind 100 2.67 5.00 3.9701 .51275
Skeptisisme Profesional 100 2.82 5.00 4.0286 .44680
Valid N (listwise) 100

LAMPIRAN IV

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 100
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation 5.35867647

Most Extreme Differences Absolute .057

Positive .057

Negative -.055

Kolmogorov-Smirnov Z .493

Asymp. Sig. (2-tailed) .968

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

116
LAMPIRAN V

UJI HETEROSKEDATISITAS

Correlations

Budaya Ewuh Skeptisisme


Pakewuh Profesional
**
Budaya Ewuh Pakewuh Pearson Correlation 1 .396

Sig. (2-tailed)
.000

N 100 100
**
Skeptisisme Profesional Pearson Correlation .396 1

Sig. (2-tailed)
.000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

117
LAMPIRAN VI

HASIL UJI REGRESI LINEAR SEDERHANA

1. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Skeptisisme Profesional

b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 X . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .396 .157 .146 .29807

a. Predictors: (Constant), X

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 1.259 1 1.259 14.172 .000

Residual
6.752 76 .089

Total
8.011 77

a. Predictors: (Constant), X

118
b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 1.259 1 1.259 14.172 .000

Residual
6.752 76 .089

Total
8.011 77

b. Dependent Variable: Y

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant)
2.447 .459 5.330 .000

X .454 .121 .396 3.765 .000

a. Dependent Variable: Y

2. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Search of Knowledge

b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 X . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Y

Model Summary

119
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .305 .093 .081 .42191

a. Predictors: (Constant), X

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 1.385 1 1.385 7.778 .007

Residual
13.529 76 .178

Total
14.913 77

a. Predictors: (Constant), X

b. Dependent Variable: Y

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant)
2.366 .650 3.640 .000

X .477 .171 .305 2.789 .007

a. Dependent Variable: Y

120
3. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Suspension of Judgment

b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 X . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .418 .175 .164 .41453

a. Predictors: (Constant), X

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 2.764 1 2.764 16.086 .000

Residual
13.059 76 .172

Total
15.824 77

a. Predictors: (Constant), X

b. Dependent Variable: Y

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

121
1 (Constant)
1.671 .638 2.617 .011

X .673 .168 .418 4.011 .000

a. Dependent Variable: Y

4. Budaya Ewuh Pakewuh terhadap Questioning Mind

b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 X . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .100 .010 -.003 .37988

a. Predictors: (Constant), X

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression .111 1 .111 .770 .383

Residual
10.968 76 .144

Total
11.079 77

122
b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression .111 1 .111 .770 .383

Residual
10.968 76 .144

Total
11.079 77

a. Predictors: (Constant), X

b. Dependent Variable: Y

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant)
3.582 .585 6.122 .000

X .135 .154 .100 .877 .383

123

Anda mungkin juga menyukai