Anda di halaman 1dari 3

Falsafah Gerakan Sebagai Cara Pandang

Perjuangan ke-Islam-an Kader PII*


Oleh Rusydi Hikmawan
I
Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas beragama Islam di Asia Tenggara dan
terbesar di dunia sesungguhnya memiliki potensi merubah peradaban dunia. Indonesia di sisi lain
sebagai negara kepulauan yang terletak diantara benua Eropa dan benua Australia, letak yang
strategis ini menambah faktor kemungkinan Indonesia melakukan perubahan mendasar
peradaban dunia. Dan suatu hal yang tidak mustahil bahwa Indonesia juga strategis sebagai
sasaran perusakan dan penghancuran oleh peradaban yang diciptakan oleh musuh Islam.
Di antara berbagai tantangan besar yang dihadapai masyarakat Indonesia, khususnya oleh
generasi Islam, hari ini adalah tantangan perang pemikiran globalisasi (ghazwul fiqri) yang telah
melanda dunia Islam. Dan tantangan globalisasi yang telah melingkupi segala lini kehidupan
sudah begitu nyata terlihat. Dari segi perekonomian saat ini kita dihadapkan oleh sistem
kapitalisme-sekuler, begitu pula dengan dunia pendidikan saat ini, di mana siswa yang mampu
membiayai pendidikannya saja yang bisa menikmati pendidikan sehingga penegakan nilai-nilai
Islam sebagai bentuk kiprah kader PII terhadap nilai-nilai syahadat harus direalisasikan secara
maksimal. Pelajar Islam sebagai generasi Islam semestinya tetap konsekuen terhadap konsepsi
Rabbani yang suci dari rona-rona kebatilan.
Misi besar yang Allah telah tetapkan adalah memberlakukan hukum-hukumnya diseluruh
penjuru dunia dan mengalihkan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya. Usaha dakwah
yang berkesinambungan adalah dakwah nyata yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.

Kader Pelajar Islam Indonesia (PII) dalam hal ini adalah pengemban dakwah yang nyata dan
sangat dibutuhkan kiprahnya dalam melakukan perubahan mendasar adalah sangat jelas. Dengan
falsafah pergerakan PII yang menjadi dasar paradigma gerakan PII ke depan. Artinya
sesungguhnya pandangan terhadap dunia, PII termuat didalam falsafah gerakan, dan kemudian
akan menentukan pilihan instrumen institusi dan aktualisasi PII selanjutnya.
II
Runtuhnya khilafah lebih dari delapanpuluh tahun yang lalu berdampak buruk pada seluruh
negara di dunia dan lenyapnya hukum Islam dari kehidupan nyata kaum muslim maka kekuatan
untuk menjatuhkan kekuatan semakin terlihat. Indonesia merupakan negara yang sangat mampu
mempengaruhi negara lain, melalui letaknya yang sangat strategis dan dengan kebudayaannya
yang sangat khas. Sehingga ini merupakan ‘senjata bumerang’ bila masyarakat Indonesia, tidak
mampu membendung pemikiran/wacana/ide yang bertentangan dengan Islam masuk dan
mempengaruhi masyarakat Indonesia.
Sejarah membuktikan bahwa Indonesia dari tahun 1940-an banyak dipengaruhi beragam
pemahaman mengenai agama dan negara. Ketika masyarakat dihadapkan oleh paham Marxisme
atau komunis-sosialis, maka banyak terjadi pergolakan berbagai daerah di Indonesia. Penganut
komunisme berupaya melakukan perebutan kekuasan. Bukan hanya di bidang pemerintahan
yang mereka ‘guncang’ saat itu, perekonomian, kestabilan sosial, dan keagamaan pun mereka
coba untuk meruntuhkannya.

Jika keadaannya demikian, maka wajib bagi para pemuda Islam khususnya kader PII untuk
mengetahui lebih jauh konspirasi musuh dan sinyal-sinyal tantangan yang saat ini mereka
hadapi, sehingga apabila mereka telah berhasil melewati pemahaman, kesadaran, melakukan
persiapan, dan membangun kekuatan, maka mereka pun dapat melawan konspirasi jahat tersebut.
Kader pada hakekatnya adalah seorang yang dipersiapkan untuk mengemban tugas masa depan
dengan segala kemampuan, kualitas, dan kualifikasi tertentu. Kader merupakan kekuatan inti
organisasi dan umat Islam untk menjadi pelopor, penggerak dan penjaga misi perjuangan guna
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (Muktamar Nasional PII, 2004).
Diantara tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh kader PII saat ini adalah perang pemikiran
(ghazwul fiqri). Ini terlihat dari teori-teori, doktrin-doktrin dan pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dalam Islam tetap diangkat dan diwacanakan dengan berbagai cara untuk
menjauhkan umat muslim dari nilai-nilai Islam.
Pada tahun 1945 setelah kemerdekaan, di Indonesia terjadi pergolakan perekonomian, sosial,
politik, dan keamanan. Dan PII lahir dari kondisi ketidakstabilan sosial dan terjadinya
sekularisasi pendidikan, pada tanggal 4 Mei 1947 pelajar yang tergabung dalam PII saat itu
berkeinginan untuk tidak memisahkan antara ilmu agama dan ilmu dunia.
 

III
Setelah perumusan pandangan dunia Islam, maka selanjutnya menjelaskan implikasi pandangan
dunia tersebut ke dalam aktualisasi misi dan eksistensi PII. Pandangan dunia Islam adalah
pandangan dunia (idiologi) bagi PII.(Muktamar Nasional, 2004) ketika kader PII dihadapkan
oleh banyaknya perbedaan cara pandang Islam Islam itu sendiri, maka PII sebagai gerakan
pelajar Islam harus mampu menengahi perbedaan tersebut, sehingga internal pergerakan PII
dapat bergerak dan beraksi bersama. Marhalah perjuangan Islam merupakan konsep menyeluruh
dalam memandang Islam, nilai-nilai Islam, manhaj perjuangan Islam, dan problematika
perjuangan Islam (Muktamar Nasional, 2004).
Falsafah memberikan pemahaman yang utuh terhadap aspek-aspek fundamental gerakan PII dan
menentukan setiap aktualisasi gerak dan langkah PII dan kader-kadernya dalam berjuang.
Pergerakan kader PII selalu mendasarkan aktualisasi geraknya di atas konstruksi
kesadaran berupa kerangka berfikir dan cara pandang dalam melihat dan menyikapi realitas
kehidupan. Sebagai pergerakan yang mempunyai komitmen keIslaman yang kuat, kerangka fakir
dan cara pandang tersebut tentunya berupa pandangan dunia Islam sehingga denan kerangka ini
didapatkan pemahaman tentang dunia Islam.

IV
Dalam sejarah pergerakan dakwah, Rasulullah telah membuktikan dengan penegakan
syariat Islam atau nilai-nilai Islam dapat merubah peradaban saat itu. Ketika peradaban jazirah
arab telah dirubah kurang dari duapuluhtiga tahun, dengan masa dakwah di Mekkah sepuluh
tahun dan tigabelas tahun di Madinah sudah memperlihatkan perubahan menyeluruh saat itu.
PII sebagai pergerakan kader Islam telah berjalan diatas koridor syariat yang jelas dan
falsafah gerakan yang jelas pula. Dalam marhalah perjuangan kader PII, nilai-nilai Islam dimulai
dengan melakukan transformasi kesadaran individual yang akan melahirkan individu-individu
yang shalih, yang mempunyai aqidah yang bersih dan akhlak yang mulia (syakhsyyah
Islamiyah). Ada beberapa faktor dalam proses pendidikan yang membangun kepribadian
seseorang. Pertama, ibu yang memberikan kepadanya struktur dimensi ruhiyah, dengan penuh
kasih dan kelembutan sambil membelai dan menyusuinya, sang ibu memelihara ruhani serta
menanamkan pendidikan awal pada sang anak.
Penegakan nilai-nilai ajaran Islam dilakukan pula dengan membentuk keluarga sakinah,
mawwadah, dan rahmah. Keluarga dalam struktur kemasyarakatan Islam menduduki posisi yang
sangat penting dan strategis. Selain itu, penegakan nilai-nilai ajaran Islam juga harus disertai
dengan melakukan transformasi struktural tatanan pemikiran masyarakat melalui pembentukan
sistem atau struktur kemasyarakatan yang Islami yang meliputi sistem politik, sistem sosial,
sistem ekonomi, dan sistem budaya. Wallahu ‘Alam.
 

Bahan Bacaan
Abu Faiz. 2002. Benturan Peradaban Sebuah Keniscayaan. Jakarta. HTI
Abd. Nashih Ulwan. 1992. Pesan Untuk Pemuda Islam. Jakarta. GIP
Abu Abida al Qudsi. 2003. Aktifis Islam Menghadapi Tantangan Globalisasi. Solo. Pustaka
al-Alaq.
Rahmat Abdullah. 2004. Untukmu Kader Dakwah. Jakarta. Da’watuna.
 

Anda mungkin juga menyukai