KELAS L
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
MATERI I
HAY
BAB I
1.3 Tujuan
1. Sebagai pakan cadangan saat transportasi atau pada saat musim kemarau,
2. Sebagai pakan yang dapat menstimulasi fungsi dan kerja rumen,
3. Sebagai upaya mengawetkan pakan yang melimpah,
4. Sebagai sumber serat untuk pakan lengkap.
1.4 Alat
1. Rumput gajah
2. Rumput odot
3. Tebon jagung
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ferreira, et al. (2018) menyatakan bahwa rumput gajah (Pennisetum
purpureum) merupakan salah satu rerumputan yang tersebar luas di daerah tropis
dan subtropis di dunia. Tanaman ini memiliki produksi hijauan dan nilai gizi yang
tinggi, sehingga penting untuk sistem pemotongan dan pengangkutan.
Menurut Trisnadewi, dkk. (2016) menyatakan bahwa prinsip dasar dari
pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan cara mengeringkan hijauan, baik
secara alami (menggunakan sinar matahari) maupun menggunakan mesin
pengering (dryer) sehingga kandungan air hay sebesar 12-20%. Metode pembuatan
hay ada dua macam yaitu :
1. Metode hamparan merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara
menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah
sinar matahari. Setiap hari hamparan dibalik-balik hingga kering.
2. Metode pod dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat
menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1-3 hari.
Menurut Subekti (2009) menyatakan bahwa ciri-ciri hay yang baik adalah
warna hijau kekuningan, tidak banyak daun yang rusak, bentuk daun masih utuh
atau jelas dan tidak kotor atau berjemur, serta tidak mudah patah bila batang dilipat
dengan tangan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bahan baku
untuk pembuatan hay ini adalah material atau hijauan yang dipotong sebelum tua,
seperti rumput gajah, rumput odot dan tebon jagung. Hal tersebut sesuai dengan
Ferreira, et al. (2018) yang berpendapat bahwa rumput gajah (Pennisetum
purpureum) merupakan salah satu rerumputan yang tersebar luas di daerah tropis
dan subtropis di dunia. Tanaman ini memiliki produksi hijauan dan nilai gizi yang
tinggi, sehingga penting untuk sistem pemotongan dan pengangkutan.
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat 2 jenis
metode pengeringan hay yaitu pengeringan dengan mesin pengering (dryer) dan
secara alami dengan penjemuran di bawah sinar matahari, contohnya metode
hamparan dan metode pod. Hal tersebut sesuai dengan Trisnadewi, dkk. (2016)
yang berpendapat bahwa prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay
adalah dengan cara mengeringkan hijauan, baik secara alami (menggunakan sinar
matahari) maupun menggunakan mesin pengering (dryer) sehingga kandungan air
hay sebesar 12-20%. Metode pembuatan hay ada dua macam yaitu metode
hamparan merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara menghamparkan
hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap
hari hamparan dibalik-balik hingga kering. Dan metode pod dilakukan dengan
menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur
selama 1-3 hari.
• Hay adalah hijauan yang sengaja dipotong sebelum tua untuk dikeringkan
sampai kadar air 15-20% dalam waktu singkat. Bahan baku utama
pembuatan hay adalah material atau hijauan seperti rumput gajah, rumput
odot dan tebon jagung.
• Metode pengeringan pada hay dibagi menjadi 2 jenis yaitu pengeringan
dengan menggunakan mesin (dryer) dan secara alami dengan penjemuran
di bawah sinar matahari. Metode penjemuran dibagi menjadi 2 jenis yaitu
metode hamparan merupakan metode sederhana dan metode pod
menggunakan rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur.
• Indikator keberhasilan pembuatan hay dapat dilihat dari ciri-ciri fisikanya
yaitu bewarna hijau pucat, betuk batang dan daun masih terlihat jelas,utuh
dan tidak rusak, tidak kotor atau berjamur dan tidak mudah patah bila dilipat
dengan menggunakan tangan.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum kedepannya adalah agar pengerjaan tugas seperti
penulisan laporan sementara dapat dilakukan dengan diketik atau dikerjakan di
Microsoft word agar lebih efisien dan tidak menghambur-hamburkan kertas yang
dapat menyebabkan timbulnya sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Mencapai suasana asam stabil yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat
untuk mengawetkan silase dan mencegah aktifitas mikroba lain.
1.3 Tujuan
• Baik
1. Asam atau pH antara 3,8 – 4,2,
2. Tekstur yang halus,
3. Berwarna hijau kecoklatan atau warna coklat terang,
4. Apabila dikepal tidak keluar air dan bau,
5. Kadar air 60-70%,
6. Baunya wangi,
7. Dan tidak ada jamur.
• Buruk
1. Berlendir,
2. Berjamur,
3. Basah,
4. Warna coklat kehitaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sulistyo, dkk. (2020) menyatakan bahwa rumput gajah banyak
ditanam oleh peternak karena tahan kering, produktivitas tinggi dan memiliki nilai
kandungan gizi tinggi (PK 7-13%) nilai kecernaan (55-70%), sehingga berpotensial
untuk dijadikan hijauan awetan berupa silase.
Menurut Landupari, dkk. (2020) menyatakan bahwa salah satu bahan yang
sering digunakan dalam pembuatan silase adalah molasses yang merupakan hasil
sampingan dari pembuatan gula pasir dari tebu yang mempunyai sifat menyedapkan
bahan makanan ternak. Molasses sering disebut tetes tebu. Tetes tebu rendah
protein dan dalam proses silase protein sangat diperlukan untuk dirombak menjadi
amoniak, asam amino, asam asetat.
Menurut Mehmood, et al. (2020) menyatakan bahwa warna silase kualitas
terbaik adalah dari emas hingga coklat muda.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa silase
merupakan hijauan makanan ternak yang diawetkan dalam bentuk segar dengan
kadar air 60-70%, dalam suasana asam dan anaerob. Jenis hijauan yang digunakan
antara lain rumput gajah, rumput odot dan tebon jagung. Hal terserbut sesuai
dengan Sulistyo, dkk. (2020) yang berpendapat bahwa rumput gajah banyak
ditanam oleh peternak karena tahan kering, produktivitas tinggi dan memiliki nilai
kandungan gizi tinggi (PK 7-13%) nilai kecernaan (55-70%), sehingga berpotensial
untuk dijadikan hijauan awetan berupa silase.
• Salah satu jenis hijauan yang sering digunakan dalam pembuatan silase
adalah rumput gajah karena tahan kering, produktivitas tinggi dan memiliki
nilai kandungan gizi tinggi (PK 7-13%) nilai kecernaan (55-70%), sehingga
berpotensial untuk dijadikan hijauan awetan berupa silase.
• Bahan pengawet yang sering digunakan dalam pembuatan silase adalah
molasses karena mempunyai sifat menyedapkan bahan makanan ternak.
Molasses sering disebut tetes tebu.
• Silase dikatakan baik jika asam atau pH antara 3,8-4,2, tekstur yang halus,
berwarna hijau kecoklatan atau warna coklat terang, apabila dikepal tidak
keluar air dan abu, kadar air 60-70%, baunya wangi dan tidak berjamur.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum kedepannya adalah praktikum IPTEK seperti saat ini
dalam penyampaian materi bisa dipertahankan. Karena sangat membantu praktikan
memahami setiap materinya dan menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi
mengenai pengolahan bahan pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
1.4 Alat
1. Timbangan, untuk menimbang jerami padi dan urea.
2. Gelas ukur, untuk mengukur atau menakar bahan yang digunakan.
3. Trash bag, sebagai tempat menyimpan jerami.
4. Baskom, sebagai wadah.
5. Tali rafia, untuk mengikat trash bag.
6. Kertas labeh, sebagai tempat meletakkan keterangan pada sampel agar tidak
tertukar.
1.5 Bahan
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Dolberg (1992) menyatakan bahwa urea (5% urea diukur pada
jerami kering udara) dilarutkan dalam air dan ditaburkan di atas lapisan jerami.
Jumlah air dapat berkisar dari 0,3 hingga 1 liter air per 1 kg jerami kering udara
dengan minimum diterapkan di daerah dengan kelangkaan air.
Menurut Sriyani, dkk. (2016) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam
pembuatan jerami amoniasi yaitu jerami padi ditimbang sesuai dengan jumlah yang
diperlukan dipotong-potong dengan ukuran sekitar 5-10 cm. Urea sebanyak 6% dari
bobot jerami padi dilarutkan pada air bersih. Jumlah air bersih yang diperlukan
sebanding dengan jumlah jerami padi yang digunakan, misalnya jerami padi 50 kg,
diperlukan air 50 liter. Selanjutnya jerami padi yang telah dipotong-potong di sebar
sehingga membentuk lapisan setebal 10-20 cm. Jerami ini selanjutnya disemprot
dengan larutan urea secara merata, selanjutnya dibuat lapisan berikut sehingga
jerami padi tersusun sedemikian rupa membentuk tumpukan ke atas. Setelah
penumpukan jerami selesai, ditutup dengan rapat menggunakan plastik dan
disimpan selama tiga minggu (21 hari). Setelah penyimpanan, tutup dibuka,
dikering anginkan dan jerami padi amoniasi dapat digunakan sebagai pakan ternak
ruminansia.
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa amoniasi dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu metode basah dan metode kering. Pada metode
basah dibuat silo (didalam atau di atas tanah) kemudian dihamparkan lembaran
plastik. Jerami yang telah diketahui bahan keringnya ditaburkan berlapis-lapis dan
diinjak-injak atau dipadatkan. Setiap lapis disiram secara rata atau proporsional
dengan larutan urea 4%. Perbandingan BK jerami : air : urea = 1 : 1 : 0,04.
Penggunaan urea = 4% BK jerami padi. Untuk jerami padi kering 100 kg (missal
kandungan BK nya 90%), maka dibutuhkan air sekitar 90 liter dan urea 3,6-4 kg.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Dolberg (1992) yang berpendapat bahwa urea (5%
urea diukur pada jerami kering udara) dilarutkan dalam air dan ditaburkan di atas
lapisan jerami. Jumlah air dapat berkisar dari 0,3 hingga 1 liter air per 1 kg jerami
kering udara dengan minimum diterapkan di daerah dengan kelangkaan air.
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa prosedur
pembuatan jerami padi urea amoniasi dilakukan secara bertahap mulai dari
disiapkannya alat dan bahan, ditimbang jerami sesuai perlakuan sebanyak 500
gram, ditimbang urea sesuai perlakuan, sebanyak 4% dari berat kering jerami padi,
di itambahkan air dengan perbandingan BK jerami yang digunakan, disiram larutan
urea ke jerami secara merata, dimasukkan ke dalam plastik (trash bag), ditutup, dan
diikat, dan sampai disimpannya jerami padi urea amoniasi selama 7-10 hari dan
diamati indikator keberhasilannya.Hal tersebut tidak sesuai dengan Sriyani, dkk.
(2016) yang berpendapat bahwa langkah-langkah dalam pembuatan jerami
amoniasi yaitu jerami padi ditimbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan
dipotong-potong dengan ukuran sekitar 5-10 cm. Urea sebanyak 6% dari bobot
jerami padi dilarutkan pada air bersih. Jumlah air bersih yang diperlukan sebanding
dengan jumlah jerami padi yang digunakan, misalnya jerami padi 50 kg, diperlukan
air 50 liter. Selanjutnya jerami padi yang telah dipotong-potong di sebar sehingga
membentuk lapisan setebal 10-20 cm. Jerami ini selanjutnya disemprot dengan
larutan urea secara merata, selanjutnya dibuat lapisan berikut sehingga jerami padi
tersusun sedemikian rupa membentuk tumpukan ke atas. Setelah penumpukan
jerami selesai, ditutup dengan rapat menggunakan plastik dan disimpan selama tiga
minggu (21 hari). Setelah penyimpanan, tutup dibuka, dikering anginkan dan jerami
padi amoniasi dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jerami padi
urea amoniasi yang baik bewarna kuning kecoklatan, teksturnya lunak, berbau
ammonia dan tidak berjamur. Hal tersebut sesuai dengan Ilham, dkk. (2018) yang
berpendapat bahwa kualitas fisik jerami padi amoniasi secara organoleptik
diperoleh warna coklat muda atau kecoklatan, bau amoniak disebabkan suasana
basa selama proses amoniasi mengakibatkan urea yang memiliki rumus CO(NH₂)₂
diubah menjadi NH₃ (ammonia) sehingga terserap oleh jerami padi, tekstur halus
disebabkan ikatan lignin, sellulosa dan silika pada dinding jerami lepas, ditemukan
sedikit fungi atau jamur pada bagian atas dan pinggir tumpukan namun dibagian
tengah tidak ada.
BAB IV
• Amoniasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode basah dan
metode kering. Pada metode basah jumlah atau presentase urea yang
digunakan berbeda-beda, ada yang memakai urea 4% dan ada juga yang
memakai urea 5% tentunya hal ini juga berpengaruh terhadap hasil akhir
pembuatan jerami padi.
• Prosedur kerja pembuatan jerami padi urea amoniasi yang perlu disiapkan
adalah alat dan bahan, setelahnya dilakukan penimbangan jerami sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan, selanjutnya dibuat larutan urea dengan
cara mencampurkan urea yang telah ditimbang dengan air. Kemudian
dibentuk lapisan jerami padi dan disemprotkan larutan urea pada setiap
lapisnya. Setelahnya tumpukan jerami padi ditutup dan dibiarkan selama
beberapa hari. Waktu pemeraman yang baik berkisar antara 10-21 hari.
Selanjutnya jerami padi urea amoniasi dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak.
• Jerami padi urea amoniasi yang baik dan dapat digunakan sebagai pakan
ternak memiliki ciri-ciri berwarna kuning kecoklatan, teksturnya lunak,
berbau ammonia dan tidak terdapat jamur.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum IPTEK berikutnya agar diberi waktu praktikum yang
cukup lama pada saat sesi tanya jawab. Karena masih banyak praktikan yang ingin
bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Adanya aktivitas mikroba (jamur, kapang dan yeast serta bakteri) yang
diberikan sebagai inokulum atau starter di dalam bahan pakan akan menghasilkan
proses fermentasi sesuai dengan persyaratan yang diperlukan dalam proses
fermentasi.
1.5 Tujuan
1. Untuk mengetahui aktifitas mikroorganisme untuk fermentasi,
2. Meningkatkan nilai nutrisi terutama protein,
3. Menurunkan kandungan serat kasar.
1.6 Alat
a. Tekstur
• Remah : biasanya baru dibuat (+)
• Agak Keras : di pertengahan inkubasi (++)
• Keras : ketika fermentasi sudah selesai (+++)
b. Aroma
• Bahan pakan (+)
• Sedikit fermentasi (++)
• Fermentasi (+++)
c. Miselia
• Tidak ada, awal pembuatan fermentasi (+)
• Sedang, di pertengahan inkubasi (++)
• Banyak, ketika fermentasi sudah selesai (+++)
d. Suhu
• Dingin, ketika baru dibuat.
• Sedang, selama proses inkubasi.
• Hangat, ketika miselia sudah banyak dan diakhir fermentasi.
e. Warna
• Warna bahan pakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Istiqomah, et al. (2010) menyatakan bahwa dedak padi merupakan
salah satu limbah pertanian yang paling melimpah dan tersedia secara lokal yang
mengandung bahan variabel seperti karbohidrat yang mungkin digunakan sebagai
karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan jamur dalam produksi protein sel
tunggal.
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa teknologi
fermentasi bahan pakan yang digunakan adalah bahan pakan sumber energi atau
karbohidrat, bahan pakan sumber protein, bahan pakan sumber serat atau jerami,
ragi tape, ragi tempe, ragi roti, dll. Contoh bahan pakan yang digunakan bekatul,
bungkil kedelai, dedak. Hal tersebut sesuai dengan Istiqomah, et al. (2010) yang
berpendapat bahwa dedak padi merupakan salah satu limbah pertanian yang paling
melimpah dan tersedia secara lokal yang mengandung bahan variabel seperti
karbohidrat yang mungkin digunakan sebagai karbon dan sumber energi untuk
pertumbuhan jamur dalam produksi protein sel tunggal.
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bakteri yang
digunakan pada proses fermentasi berasal dari ragi yaitu ragi tape, ragi tempe, ragi
roti. Ragi adalah makhluk hidup (yeast), biasanya mengandung mikroorganisme
yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Hal
tersebut sesuai dengan Pasaribu (2007) yang berpendapat bahwa mikroorganisme
yang digunakan dalam proses fermentasi sangat beraneka ragam seperti; kapang,
bakteri, maupun campuran bakteri dengan kapang. Pada umumnya, proses
fermentasi pada limbah pertanian menggunakan A. niger, karena A. niger mudah
didapat atau diproduksi, mudah beradaptasi pada substrat yang akan ditanami.
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahu bahwa indikator
keberhasilan dari teknologi fermentasi adalah tekstur keras, aroma khas fermentasi,
ditemukan banyak miselia ketika fermentasi sudah selesai, suhu hangat dan warna
seperti warna bahan pakan. Hal tersebut sesuai dengan Hatmiko, dkk. (2014) yang
berpendapat bahwa indikasi yang menunjukkan keberhasilan proses fermentasi
yang utama adalah aroma. Aroma wangi akan muncul jika proses fermentasi
berhasil, tetapi aroma busuk akan muncul jika fermentasi pakan belum berhasil.
Selama 12 jam aroma wangi sudah tercium, tetapi untuk memaksimalkan aroma
wangi dan tekstur dari bahan pakan maka 2 hari menjadi pilihan yang tepat.
BAB IV
• Bahan pakan yang digunakan pada fermentasi adalah bahan pakan yang
mengandung sumber energi, sumber protein, sumber serat, dll contohnya
seperti dedak padi, merupakan salah satu limbah pertanian yang paling
melimpah dan tersedia secara lokal yang mengandung bahan variabel
seperti karbohidrat.
• Mikroorganisme yang digunakan pada proses fermentasi berasal dari ragi.
Ragi atau yeast biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan
fermentasi.
• Indikator keberhasilan teknologi fermentasi dapat dilihat dari aromanya,
Aroma wangi akan muncul jika proses fermentasi berhasil, tetapi aroma
busuk akan muncul jika fermentasi pakan belum berhasil.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum kedepannya adalah waktu yang disediakan untuk
mengerjakan laporan agar lebih panjang lagi, karena terlalu dekat dengan
pengerjaan laporan praktikum mata kuliah lain yang lebih dulu ditugaskan, agar
praktikan dapat lebih maksimal jika diberi waktu yang panjang dalam mengerjakan
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
1.2 Prinsip
Dengan mencampurkan semua bahan-bahan suplemen dan dibentuk
sedemikian rupa sehingga menjadi padat dan keras.
1.3 Tujuan
1. Untuk memperbaiki nilai gizi pakan,
2. Untuk mengoptimalkan kinerja dari mikroba rumen dengan pemberian
pakan supplement,
3. Untuk meningkatkan produksi dan perbaikan kinerja reproduksi,
4. Untuk menghindarkan ternak dari kekurusan yang disebabkan oleh
rendahnya nilai gizi pakan ternak (malnutrisi).
1.4 Alat
1. Timbangan, untuk menimbang bahan-bahan yang digunakan.
2. Baskom, sebagai wadah.
3. Platik, untuk melapisi cetakan.
4. Cetakan, sebagai wadah untuk mencetak bentuk umb.
5. Sarung tangan, untuk melindungi kontaminasi langsung dengan bahan yang
digunakan agar tetap steril.
6. Kertas label, sebagai tempat meletakkan keterengan pada setiap sampel
agar tidak tertukar.
1.5 Bahan
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ace, dkk. (2007) menyatakan bahwa Urea Molasses Block (UMB)
adalah pakan tambahan (supplement) untuk ternak ruminansia berbentuk padat dan
kaya dengan zat-zat makanan yang dibuat dari bahan utama berupa Molasses (tetes
tebu) sebagai sumber energi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein) dan
bahan-bahan lain sebagai sumber pengisi. Bahan-bahan pengisi ini diantaranya
(dedak padi, ampas tapioca, bungkil kelapa sawit).
Menurut Danung, et al. (2017) menyatakan bahwa bahan dasar molase,
kotoran ayam petelur, dedak padi, batu gamping, semen, batu bata, garam, air, urea,
dan campuran mineral. Peralatan pokok untuk pembuatan blok urea-molase limbah
unggas kering (DPW-UMB) adalah sarung tangan, ember kapasitas 10.000 gram,
plastic 500 gram, UMB-blok 500 gram bentuk bulat dan love, alat pengepres, dan
timbangan analitik.
Menurut Nuningtyas, dkk. (2019) menyatakan bahwa urea molasses block
(UMB) yang bagus berwarna cokelat matang. Aroma UMB yang baik memiliki
aroma yang segar dan tidak tengik. Pakan yang baik tidak ditumbuhi miselia atau
jamur.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa molasses
merupakan bahan utama dan sumber energi/RAC (karbohidrat yang mudah
terfermentasi) bagi mikroba, selain itu bekatul dan pollard merupakan bahan
pengisi (filler) dalam pembuatan UMB. Hal tersebut sesuai dengan Ace, dkk.
(2007) yang berpendapat bahwa Urea Molasses Block (UMB) adalah pakan
tambahan (supplement) untuk ternak ruminansia berbentuk padat dan kaya dengan
zat-zat makanan yang dibuat dari bahan utama berupa Molasses (tetes tebu) sebagai
sumber energi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein) dan bahan-bahan lain
sebagai sumber pengisi. Bahan-bahan pengisi ini diantaranya (dedak padi, ampas
tapioca, bungkil kelapa sawit).
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa alat yang
digunakan antara lain timbangan, baskom, plastik, cetakan, sarung tangan, dan
kertas label. Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah bekatul dan pollard
(sebagai bahan pengisi), molasses (sebagai bahan utama), garam, urea, semen, dan
mineral mix. Hal tersebut sesuai dengan Danung, et al. (2017) yang berpendapat
bahwa bahan dasar molase, kotoran ayam petelur, dedak padi, batu gamping,
semen, batu bata, garam, air, urea, dan campuran mineral. Peralatan pokok untuk
pembuatan blok urea-molase limbah unggas kering (DPW-UMB) adalah sarung
tangan, ember kapasitas 10.000 gram, plastik 500 gram, UMB-blok 500 gram
bentuk bulat dan love, alat pengepres, dan timbangan analitik.
Ace, I. S., R. Krisna, dan E. Saepudin. 2007. Pengaruh “Urea Molasses Block”
(UMB) Terhadap Peningkatan Produksi Susu. Jurnal Penyuluhan
Pertanian. 2(1): 1-5.