Anda di halaman 1dari 10

1

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN


“HAY”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Nurhayati, S.Pt.,M.Si

Disusun Oleh :
Dony prastyo 20741012
Citra Nirmala Ayu 207410
Leo Chandra 207410

POLITEKNIKNEGERI LAMPUNG2
JURUSAN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
T.A 2020/2021
2

KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan, sehingga Makalah Teknologi Pengolahan Pakan “Hay” ini bisa terselesaikan
dengan baik. Adapun laporan ini kami susun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Teknoligi
Pengolahan Pakan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Adapun pihak-pihak tersebut
antara lain:
1. Dr. Nurhayati, S.Pt.,M.Si.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengolahan Pakan.
Seluruh teknisi program studi d3 produksi ternak, orang tua, sahabat, kerabat, dan pihak-
pihak lainnya yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Lampung, 27 Desember 2021

Kelompok
3

DAFTAR ISI
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hijauan artinya pakan utama bagi ruminansia pada hijauan terdapat serat kasar yang akan
dicerna oleh cairan rumen menjadi sumber energi untuk ternak. Ketersediaan hijauan
sepanjang tahun berlimpah pada musim hujan serta kekurangan di musim kemarau, oleh
sebab itu perlu dilakukan pengawetan hijauan agar dapat tersedia sepanjang tahun. salah satu
pengawetan hijauan adalah menggunakan cara hay sebagai persediaan dimusim kemarau.Hay
adalah metode pengawetan bahan pakan hijauan dengan cara

pengeringan. sesudah bahan pakan hijauan dikeringkan kemudian akan dipress serta
disimpan dalam tempat penyimpanan seperti gudang yang tidak lembab dan terjaga dari air
hujan. Hay disimpan dalam syarat kering dengan kandungan air 12% – 20%. Tujuannya agar
bahan pakan selama disimpan tidak ditumbuhi fungi yg bisa merusak kualitasnya. Bahan
pakan yg digunakan adalah segala jenis pakan hijauan yang disukai binatang ternak mirip
jerami padi, jerami jagung, rumput – rumputan, daun kacang dan lain-lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :
1. Mengetahui apa itu hay
2. Mengetahui metode pembuatan hay
3. Mengetahui proses yang berlangsung selama pembuatan hay
4. Mengetahui kandungan hay
5. Mengetahui kualiatas hay
6. Mengetahui reaski ternak ketika memakan hay

1.3 TUJUAN
5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hay

Secara umum definisi Hay adalah tanaman hijauan yang di awetkan dengan cara di
keringkan dibawah sinar matahari kemudian di simpan dalam bentuk kering dengan kadar air
12%-30%. Pengertian lain dari Hay adalah hijauan pakan ternak yang dikeringkan hingga
kadar air 20%. Biasanya rumput yang akan dijadikan Hay dipotong sebelum rumput
berbunga atau rumput telah kering di lapangan (standing hay). 

 Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak


mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan
memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman
hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu
sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim
kemarau.Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Hay :

 Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah kering


 Dipanen pada awal musim berbunga.
 Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur
 Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga

Bahan pakan yang biasa digunakan untuk pembuatan hay adalah segala macam hijauan yang
di sukai oleh ternak ruminansia.

2.2 Metode Pembuatan Hay

Ada dua cara membuat hay yang bisa dilakukan untuk pakan ternak yaitu dengan
hamparan, dan method Pod.

1. Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan yang


sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-
balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30%
(tanda: warna kecoklat-coklatan).
6

2. Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan


yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ± 50%). Hijauan yang akan diolah harus
dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air
optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan
menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.

2.3 Proses Yang Berlangsung Selama Pembuatn Hay

Pada proses penumpukan hijauan akan terjadi proses-proses sebagai berikut :

a.        Proses respirasi

Hijauan yang segar masih mampu mengadakan respirasi. Respirasi ini akan mengambil
oksigen dari luar dan akan menghasilkan air serta panas. Kerusakan gizi pada tahap ini bisa
mencapai 10%.

b.       Proses fermentasi

Bakteri yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah dari jenis bakteri thermofilik, yang
akan menghasilkan panas. Apabila tumpukan hijauan tidak sempurna, kerusakan yang
disebabkan oleh bakteri dan enzim tersebut bisa mencapai 5-10%.

c.        Reaksi kimiawi

Dalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi kimiawi, akibat dari reaksi
ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari hay akan berwarna coklat kehitaman.

2.4 Kandungan Yang Terdapat Dalam Hay

Tujuan pembuatan hay adalah untuk memanen hijauan pada umur optimum, yakni
pada saat hijauan menjelang berbunga agar dapat diperoleh nutrisi optimal, memanen hijauan
pakan yang melimpah untuk persediaan pakan pada saat musim paceklik pakan dan
mengawetkan hijauan dengan cara menurunkan kadar airnya. Pada ternak ruminansia, hay
digunakan sebagai pakan penting untuk sumber energi (jika hay berasal dari rerumputan) dan
sumber protein (jika hay berasal dari tanaman bebijian).
7

Hay berkualitas baik rata-rata mengandung serat kasar antara 25-35% dan total
digestible nutrients (TDN) antara 45-55%. Berdasarkan kualitasnya, hay secara umum dibagi
menjadi tiga kategori, yakni hay kelas I dengan kandungan protein tidak kurang dari 19% dan
serat kasarnya tidak lebih dari 22%, kemudian hay kelas II dengan kandungan protein tidak
kurang dari 17% dan serat kasar tidak lebih dari 25%, serta hay kelas III yang kandungan
proteinnya 15% dengan kandungan serat kasar tidak lebih dari 28%.

Menurut Ristianto (2015), kualitas hay ditentukan antara lain oleh umur pemotongan
hijauan, keadaan daun (rasio antara batang dan daun), warna hay, tingkat kelembutan hay dan
banyak atau sedikitnya kotoran atau gulma maupun benda asing dalam hay. Kotoran yang
dimaksud adalah benda lain yang tidak dikehendaki, seperti tanaman gulma, bonggol, batang
atau benda lain yang berpotensi menurunkan kualitas hay.

Adapun warna hay yang pucat menunjukkan penurunan kualitas hay karena hal itu
menunjukkan terjadinya kerusakan provitamin A, yang disebabkan oleh paparan sinar
matahari yang terlalu lama. Oleh karena itu, sebaiknya segera setelah cukup masa
pengeringan, segera dimasukkan ke gudang untuk menghindari kerusakan. Hay yang
berkualitas baik adalah yang beraroma khas menyegarkan, tidak berbau apek atau menyengat.
Jika hay berbau apek, berarti telah terjadi penjamuran akibat kadar air bahan hijauan yang
masih tinggi pada saat penyimpananan.

Pengaruh Panas Berlebihan Terhadap Warna dan Kehilangan Nutrisi

Parameter Suh Warn Bau Kehilanga Kehilanga


u a n MP n DP
(°C)

Normal 50 Norma Normal - -


l

Fermentasi> 50- Gelap Menusuk 5-10 10-30


60

Fermentasi> 60- Cokela Sangat menusu 10-30 30-80


> 70 t k

Over >75 Hitam Terbakar 30-60 80-100


heating
8

Sumber: Watson (2009) dalam Utomo (2015).

Ket: MP (Martabat Pati), DP (Digestible Protein)

Bahan Tambahan Hay

Salah satu tantangan pembuatan hay di daerah tropis seperti di Indonesia adalah kadar
airnya yang sering kali tidak dapat dicapai sesuai standar penyimpanan. Solusi untuk
mengatasinya adalah perlu digunakan bahan pengawet untuk mencegah terjadinya
pembusukan sekaligus mempersingkat waktu pengeringan di lahan akibat cuaca yang tidak
menentu. Bahan pengawet hay yang umum digunakan antara lain bahan pengering, asam
organik, garam asam, garam, anhydrous ammonia, urea, produk fermentasi, inokulan bakteri
anaerob dan inokulan bakteri aerob.

Untuk pengawet dengan menggunakan garam, umum dipakai terutama pada hay
berkadar air tinggi untuk meningkatkan palatabilitasnya. Penggunaan garam lebih berfungsi
sebagai penghambat berkembang biaknya mikroorganisme yang tidak diinginkan,
menghambat pertumbuhan jamur, sekaligus meningkatkan aroma, mempertahankan warna
dan menaikkan palatabilitas hay berkualitas rendah. Perlakuannya yakni dengan penambahan
garam atau sodium klorida sebanyak 10 kg/1 ton hay baru, dengan tujuan agar tidak berjamur
dan menghindari heating atau pemanasan (Utomo, 2015).

Adapun penambahan bahan urea pada hay dimaksudkan untuk sumber amonia yang
dihasilkan dari aktivitas urease di dalam hay. Urea yang ditambahkan umumnya 3% dosis
yang kemudian di dalam hay akan diubah menjadi amonia oleh bakteri. Dosis yang lebih
besar 5-7% bisa dilakukan selama proses pencetakan atau pengempesan hay dalam kadar air
hingga 30%. Pemberian urea pada hay harus ditutup rapat dengan terpal plastik atau bahan
lain yang kedap udara, sesegera mungkin setelah perlakuan.

Penyimpanan

Hay dapat bertahan hingga tiga tahun jika penyimpanannya dilakukan dengan baik
dan benar. Adapun cara yang tepat dalam menyimpan hay adalah dalam kondisi kadar air 18-
22%. Namun jika ingin hay tidak mengalami banyak perubahan selama proses penyimpanan
dalam beberapa tahun, simpanlah hay pada kadar air 12-15%.
9

Terdapat beberapa metode penyimpanan hay, yakni disimpan dengan kondisi terurai
dengan kadar air 25%, disimpan dalam bentuk gulungan dengan anjuran kadar air 20-22%
dan penyimpanan dengan kondisi tercincang dengan kadar air 18-22%. Selain itu, hay bisa
juga disimpan dalam bentuk balok atau kubus dengan kadar air antara 16-17%, namun bisa
juga dalam kondisi kadar air 25% asal balok dibuat dalam ukuran besar.

Rekomendasi Kadar Air (%) untuk Penyimpanan Hay yang Digulung

Jenis Gulungan Kadar
Air

Balok segi empat kecil 16-18

Hay gulung (pusat lunak) 14-16

Hay gulung (pusat keras) 13-15

Balok besar persegi panjang 12-14

Hay untuk ekspor <12

Sumber: Mickan (2009) dalam Utomo (2015).

Pemberian pakan hay pada ternak tergantung dari cara hay disimpan. Untuk hay
berbentuk kubus dan tercincang misalnya, diberikan di kandang secara manual dengan cara
disajikan dalam tempat pakan yang telah tersedia di kandang. Untuk hay berbentuk gulungan,
perlu diurai terlebih dahulu di tempat terbuka sebelum diberikan pada ternak. Pemberian
pakan dari hay sebaiknya dilakukan secara bertahap, sedikit-demi-sedikit agar ternak bisa
menyesuaikan diri dan terbiasa dengan pakan tersebut. 

2.5 Kualitas Hay


10

Daftar pustaka

http://www.majalahinfovet.com/2019/12/memanfaatkan-hay-untuk-pakan-ruminansia.html

https://rismanismail2.wordpress.com/2011/11/16/pembuatan-hay/

http://ternak.blitarkab.go.id/2019/12/pembuatan-hay.html

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/82914/HAY/

Anda mungkin juga menyukai