Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR

GRINDING

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mesin gerinda adalah salah satu mesin yang digunakan untuk mengasah
atau memotong benda kerja. Sejarah awal penggunaan batu gerinda yang
digunakan sebagai alat pengikis yaitu sejak zaman besi dan perunggu. Pada
zaman itulah mata gerinda sudah dibuat lebih lebih baik dan bagus untuk
proses penajaman alat buru maupun alat perkakas. Prinsip kerja mesin gerinda
adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi
gesekan yang akan membuat pengikisan, penajaman, pengasahan, pemolesan,
atau pemotongan. Jadi mesin gerinda ini merupakan salah satu jenis mesin
perkakas dengan mata potong jamak, atau lebih adari satu yang mana
digunakan untuk mengasah maupun sebagai alat potong benda kerja.

Mesin ini dapat dipergunakan untuk menghaluskan ataupun memotong


benda logam dan non logam. Mesin gerinda tangan digunakan secara umum
sebagai alat potong di dalam bengkel kecil ataupun rumah tangga. Pada mesin
gerinda, putaran batu pengasah pada penyayatan benda kerja diperlukan
putaran kecepatan pemotongan yang sangat tinggi. Mesin gerinda digunakan
untuk pengasahan benda kerja yang bulat, pengasahan benda kerja permukaan
rata, pengasahan benda kerja bentuk, dan pengasahan pahat pemotong (cutting
tool) mesin-mesin perkakas. Selain itu, gerinda juga digunakan untuk
memperhalus dan membuat ukuran yang akurat permukaan benda kerja
(finishing).

Kekasaran permukaan pada proses pemesinan gerinda, dengan


memvariasikan kecepatan pemakanan, kekerasan benda kerja, dan grit batu

Kelompok 6
gerinda. Untuk mengetahui hubungan ketiga faktor tersebut maka dilakukan
percobaan, hasil yang diperoleh kemudian dianalisa secara statistik dengan
menggunakan regresi linier. Hasil dari analisa diperoleh suatu persamaan yang
menunjukkan adanya hubungn dari ketiga faktor tersebut terhadap kekerasa
permukaan. Semakin besar kekerasan benda kerja dan kecepatan dalam
pemakanan pemakanan, maka permukaan benda kerja yang dihasilkan
semakin kasar, sedangkan semakin besar harga grit batu gerinda, maka
permukaan benda kerja yang dihasilkan semakin halus.

2. Tujuan Praktikum

Pada praktikum grindding kali ini ada beberapa tujuan yang diharapkan
dapat dicapai oleh praktikan.

A. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan dari
yang ingin dicapai dalam penelitian itu sendiri. Berikut merupakan tujuan
umum praktikum ini:

1) Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara


pengoperasiannya.
2) Peningkatan pengetahuan serta keterampilan tentang mesin perkakas.

B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan dari praktikum yang lebih spesifik.
Berikut merupakan tujuan khusus praktikum ini:

1) Dapat mengetahui, menguasai dan menggunakan mesin grinding

2) Mengetahui proses dan cara pengasahan benda kerja dengan


menggunkan mesin grinding

Kelompok 6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. MESIN GERINDA

Mesin gerinda merupakan salah satu mesin perkakas yang dbiasa digunakan
untuk mengasah, memotong ataupun menggerus benda kerja dengan tujuan
atau kebutuhan tertentu. Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda
berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi pengikisan,
penajaman, pengasahan, atau pemotongan. Menggerinda yang dilakukan
untuk memudahkan suatu pengerjaan benda kerja seperti mengasah benda
kerja, atau dapat pula digunakan untuk membuat benda kerja seperti
merapihkan bekas hasil pemotongan, merapihkan bekas pengerjaan hasil las,
membentuk sebuah lengkungan pada suatu benda kerja yang bersudut,
membersihkan permukaan benda kerja untuk dilakukan proses pengelasan,
dan lain sebagainya.

Mesin Gerinda dirancang agar mampu menghasilkan kecepatan putar


sekitar 11.000 rpm – 15.000 rpm. Grinding merupakan salah satu metode
dalam menghaluskan dari suatu partikel kasar dan besar menjadi partikel-
partikel yang lebih halus. Operasi grinding sangat luas penggunaannya pada
proses bijih tambang dan industri semen. Sebagai contoh bijih tembaga, nikel,
kobal dan besi biasanya dilakukan pada proses grinding dan sebelum
mengalami proses kimia. Limestone, marble, gypsum, dan dolomite
dihancurkan lalu untuk penggunaan bahan sebagai pengisi kertas, cat dan
kertas. Bahan baku tersebut untuk industri semen seperti lime, alumina dan
silika digiling dalam skala besar atau dalam jumlah besar.(Tehuayo,2017)

Kelompok 6
2. MACAM MACAM GERINDA
A. MESIN GERINDA TANGAN

Gambar 2.2.1 Mesin Gerinda tangan


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)

Mesin gerinda tangan merupakan proses penghalusan permukaan


yang digunakan pada tahap finishing dengan daerah toleransi yang sangat
kecil sehingga mesin ini harus memiliki kontruksi yang sangat kokoh.
Dengan penambahan blower (vaccum) diharapkan dapat mengurangi
polusi terhadap penggunanya. Banyaknya partikel debu yang terjadi akan
berubah-ubah tergantung dari tekanan pengguna saat kondisi
pengoperasiannya.

B. MESIN GERINDA DUDUK

Gambar 2.2.2 Mesin Gerinda Duduk


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)

Kelompok 6
Mesin gerinda duduk yaitu mesin gerinda yang bekerja memutar
roda abrasif. Berbeda dengan mesin gerinda tangan, cara penggunaan
mesin ini dengan mendekatkan benda kerja ke roda abrasif yang duduk
berputar tersebut. Sehingga permukaan benda kerja yang menyentuh dan
bergesekan denagn roda abrasif yang kemudian akan terpotong atau
terkikis. Mesin ini biasanya digunakan untuk mengasah alat potong seperti
mata bor dan pahat bubut. Namun sebagian para pengerajin ada juga yang
menggunakannya untuk mengasah atau membentuk batu akik. Umumnya
mesin gerinda duduk ini diletakan pada meja ataupun lantai dan diikat
dengan sambungan mur dan baut. Penggiling alas adalah versi gerinda
yang serupa atau lebih besar yang dipasang pada alas, yang dapat dibaut ke
lantai atau dapat diletakkan di atas kaki karet.

C. MESIN GERINDA POTONG

Gambar 2.2.3 Mesin Gerinda Potong


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)

Mesin gerinda potong adalah mesin gerinda yang digunakan untuk


memotong benda kerja yang berbentuk pelat atau silinder. Roda gerinda
yang digunakan berbentuk piringan gerinda tipis yang berputar dengan
kecepatan tinggi. Prinsip kerja mesin ini yaitu piringan batu gerinda yang
berputar memotong benda kerja yang tercekam. Batu gerinda tersebut
fungsinya yaitu untuk memotong benda kerja yang umumnya terbuat dari
besi. Mesin ini juga sering disebut dengan cutting wheel.

Kelompok 6
Kelebihannya adalah dapat memotong benda kerja yang telah
dikeraskan, dapat menghasilkan permukaan yang sangat halus hingga N6,
dapat memotong benda kerja dengan tuntutan ukuran yang sangat presisi.
Kekurangannya adalah Skala pemakanan (depth of cut) harus kecil, waktu
yang diperlukan untuk pemotongan cukup lama, biaya yang diperlukan
untuk pengerjaan cukup mahal.

D. MESIN GERINDA DATAR

Gambar 2.2.4 Mesin Gerinda Datar


(sumber : https://kursuscnc.com/perhitungan-parameter-proses-pemesinan-
pada-mesin-gerinda-datar/)

Mesin gerinda datar merupakan salah satu jenis mesin gerinda yang
digunakan untuk proses penggerindaan datar dan bertujuan untuk
meratakan suatu permukaan benda kerja yang tidak rata. Bidang datar atau
rata dimaksud mencakup, datar paralel, datar bertingkat, datar miring, datar
alur dan datar profil. Pengikatan benda kerja yang dilaksanakan dengan
mencekam pada meja magnetik atau mengaplikasikan alat pencekam
lainnya, yang bergerak untuk mencontoh gerakkan meja mendatar arahnya
dapat bergerak bolak balik atau berputar.

Variasi ragam jenis mesin gerinda datar (Surface Grinding Machine)


Untuk bisa menciptakan produk penggerindaaan yang cocok dalam
tuntutan perkerjaan, mesin gerinda datar juga digolongankan menjadi dua

Kelompok 6
macam yaitu, menurut posisi sumbu spindel utama dan gerakan meja, dan
menurut pelayanan pengoperasiannya.

E. MESIN GERINDA SILINDRIS

Gambar 2.2.9 Mesin Gerinda Silindris

(sumber : https://arunajayametric.wordpress.com/mesin-grinding-bekas/)

Mesin gerinda silindris adalah sebuah mesin gerinda untuk


mengerjakan benda berbentuk silindris dan tirus. Hasil benda yang bisa
dikerjakan dari mesin gerinda jenis ini yaitu Spindle Mesin, Bearing,
Test Bar, Poros atau As, Sleeve dan lainnya.

Berdasarkan konstruksi mesinnya, mesin gerinda silindris dibedakan


menjadi 2 macam :
1) Mesin gerinda silindris luar, jenis mesin gerinda ini digunakan untuk
menggerinda diameter luar dari benda kerja yang berbentuk silindris
atau tirus.

Gambar 2.2.10 Mesin gerinda silindris luar

(sumber : Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)

Kelompok 6
2) Mesin gerinda silindris dalam, jenis mesin gerinda ini digunakan
untuk menggerinda diameter dalam dari benda kerja yang berbentuk
silindris atau tirus.

Gambar 2.2.11 Mesin gerinda silindris dalam


(sumber : Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)

3. Cutting Fluid (Cairan Pendingin)

Panas diproduksi pada pemotongan yang disebabkan oleh gesekan pada


alat potong dan permukaan benda kerja. Gesekan pada proses pemotongan
benda kerja mengakibatkan peningkatan temperatur, sehingga dalam proses
pemotongan benda kerja pada mesin sebagian besar menggunakan cairan
pemotong. Kecepatan potong adalah faktor utama yang mempengaruhi jumlah
panas yang dihasilkan pada pemotongan diikuti oleh laju pemakanan
dankedalaman potong. Gesekan pada proses pemotongan benda kerja
mengakibatkan peningkatan temperatur, sehingga dalam proses pemotongan
benda kerja pada mesin sebagian besar menggunakan cairan pemotong.

Kecepatan potong adalah faktor utama yang mempengaruhi jumlah panas


yang dihasilkan pada pemotongan diikuti oleh laju pemakanan dan kedalaman
potong. Gesekan pada proses pemotongan benda kerja mengakibatkan
peningkatan temperatur, sehingga dalam proses pemotongan benda kerja pada
mesin sebagian besar menggunakan cairan pemotong. Kecepatan potong
adalah faktor utama yang mempengaruhi jumlah panas yang dihasilkan pada
pemotongan diikuti oleh laju pemakanan dan kedalaman potong. Tugas utama
dari cutting fluid adalah untuk melumasi alat dan mendinginkannya, serta

Kelompok 6
meningkatkan produksi akhir benda kerja. Selain itu, cutting fluid juga dapat
menurunkan keausan tool sehingga umur tool lebih lama. cutting fluid
digolongkan menjadi dua jenis utama, yaitu:

A. Cutting Fluid Berbahan Dasar Minyak

Cutting fluid berbahan dasar minyak disediakan sebagai cutting fluid


yang sudah siap untuk digunakan suatu produk. Jenis cutting fluid ini
sering dikenal dengan mineral oil dengan atau tanpa aditif. Aditif dapat
berupa alami maupun sintetis. Dibandingkan dengan cutting fluid
berbahan dasar air, keuntungan utama dari cutting fluid berbahan dasar
minyak adalah lebih baik pelumasan dan perlawanan terhadap tekanan.
Bahan aditif digunakan untuk meningkatkan pelumasan, melindungi
keausan, perlindungan terhadap korosi, stabilitas dan mengontrol busa.
Dibandingkan dengan cutting fluid berbahan dasar air, keuntungan utama
dari cutting fluid berbahan dasar minyak adalah lebih baik pelumasan dan
perlawanan terhadap tekanan.

B. Cutting Fluid Berbahan Dasar Air

Cutting fluid berbahan dasar air dibagi menjadi dua, yaitu emulsifiable
dan water-soluble. Cutting fluid berupa larutan atau emulsi merupakan
cutting fluid yang dapat dicampurkan dengan sedikit minyak murni,
minyak sintetis, atau kombinasi keduanya. Selain cutting fluid berbahan
dasar minyak dan cutting fluid berbahan dasar air, terdapat mineral oil atau
synthetic lubricant. Mineral oil adalah jenis cutting fluid yang paling
banyak digunakan oleh industri. Cutting fluid berupa larutan atau emulsi
merupakan cutting fluid yang dapat dicampurkan dengan sedikit minyak
murni, minyak sintetis, atau kombinasi keduanya Senyawa dari mineral oil
terdiri dari karbon dan hidrogen, dan seperti biasanya dirujuk sebagai
“hidrokarbon”. Cairan pendingin yang biasa digunakan untuk proses
pemesinan dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu:

Kelompok 6
1) Soluble Oil

Soluble oil terbuat dari hasil pengolahan minyak bumi atau minyak
nabati yang ditambahkan aditif dan diemulsikan dengan air sehingga
partikel minyak tersebar secara merata dan stabil di dalam air. Dromus
oil adalah minyak mineral hasil penyulingan dan aditif, komposisi
kimia dan sifatnya. Biasanya dromus oil dapat diemulsikan dengan
rasio air dan dromus yaitu 20:1 sampai 40:1.

2) Straight oil (minyak murni)

Straight oil terbuat dari hasil pengolahan bahan dasar minyak bumi
atau nabati yang ditambahkan zat-zat aditif dan tanpa yang memiliki
kandungan air.

3) Minyak Sintetis

Minyak sintetis ini tidak mengandung minyak bumi, tetapi dapat


diemulsikan dengan air. Cutting fluid jenis ini dapat terbuat dari bahan
–bahan kimia yang terdiri dari bahan kimia pelumas, pencegah korosi
dan aditif lain.

4) Minyak Semi Sintetis

Minyak semi sintetis tersebut mengandung minyak. Cutting fluid


jenis ini terbuat dari bahan-bahan kimia yang terdiri dari atas bahan
kimia pelumas, pencegah korosi dan aditif lain. (Afrian, 2016)

4. Batu Gerinda

Batu Gerinda Sampai saat ini belum ditemukan jenis batu gerinda ideal
yang berarti dapat digunakan untuk berbagai kondisi proses penggerindaan.
Batu gerinda yang ada dipasaran terdiri dari berbagai jenis, masing-masing
dengan karakteristik tertentu yang hanya sesuai dengan beberapa kondisi

Kelompok 6
penggerindaan saja. Sebelum menentukan variabel dari proses penggerindaan
(kecepatan putar, gerakan meja, dan sebagainya), sangat logis jika jenis batu
gerinda yang ditentukan terlebih dahulu, sehingga kondisi penggerindaan
optimum dapat dicapai terlebih dahulu. Batu gerinda dibuat dari campuran
serbuk abrasif dengan bahan pengikat yang kemudian dibentuk menjadi
bentuk tertentu (silindris, roda, cakram, piringan, kronis, mangkuk, dan
sebagainya),Parameter utama dari batu gerinda adalah :

A. Bahan serbuk/ abrasive.


B. Ukuran serbuk (grain/grit size).
C. Kekuatan ikatan atau kekerasan.
D. Struktur.
E. Bahan pengikat (bond).

5. Bahan Serbuk

Serbuk abrasive adalah bagian aktif yang merupakan mata potong yang
tersebar diseluruh permukaan batu gerinda. Terdapat 4 jenis serbuk yang
umum digunakan sebagai bahan batu gerinda, yaitu alumunium oxide, silicon
carbide, boron carbide / nitride, dan diamond.

A. Alumunium Oxide (Al2O3).

Merupakan abrasive sintetis yang dibuat dengan cara memanaskan atau


membakar tanah liat (lempung) yang dikenal sebagai bauksit , yang terdiri
darialumunium hydroxides (campuran alumunium, oksigen, dan air).
Proses pembakaran ini untuk menghilangkan air yang ada di dalamnya.
Kemudian di campur dengan serbuk kokas dan besi dalam dapur listrik
yang mempunyai beberapa elektroda karbon. Campuran ini dilewatkan atau
di putar pada elektroda karbon tadi.

Setelah di panaskan selama 24 jam, kristal-kristal yang terbentuk


kemudian didinginkan selama 36 jam. Kristal-kristal itu kemudian di

Kelompok 6
hancurkan, dibersihkan, disaring, dan dipisahkan dari partikel-partikel besi.
Aluminium oxide putih dibuat dengan cara yang sama, tetapi material
awalnya alumina murni tanpa ditambah kokas dan besi. Aluminium oxide
biasanya dikunakan untuk roda gerinda yang keras, ulet, dan mampu
menahan tegngan yang terus menerus.

B. Silicon Carbide (SiC).

Abrasive yang diproduksi dengan cara memasukkan campuran pasir


kaca murni, kokas tanah, serbuk kayu, dan garam dalam dapur listrik yang
besar.Silicon pasir kemudian dimasukkan dalam campuran tadi pada suhu
2200ºC dengan kokas karbon untuk membentuk silicon carbide. Setelah 36
jam dalam dapur terbentuklah kristal-kristal silicon carbide. Kristal-kristal
ini kemudian dihancurkan, dicuci dengan larutan asam dan alkali, disaring
untuk mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan dan dilewatkan pada
bagian yang bermagnet untuk memisahkan partikel-partikel besi dari
kristal-kristal tersebut. Butiranbutiran ini yang digunakan untuk
membentuk roda gerinda. Silicon carbide bewarna hitam, tetapi yang
banyak digunakan bewarna hijau terang. Sifatnya getas sehingga mudah
melepaskan butirannya dan memunculkan sisi potong yang baru.

C. Boron Carbide (Cubic Boron Nitride B4C).

Karbida/Nitridia Boron (CBN, Cubic Boron Nitride) merupakan jenis


serbuk abrasif buatan manusia (tidak ditemukan di alam) dengan kekerasan
dibawah kekerasan intan atau sekitar dua kali kekerasan aluminium oxide
dan tahan sampai temperatur 1400oC (intan mulai terbakar pada 700oC).
CBN dibuat dengan memanfaatkan temperatur dan tekanan tinggi seperti
halnya dalam pembuatan intan tiruan. Graphit-putih (hexagonal boron
nitride) sebagai vahan dasar pada temperatur dan tekanan tinggi yang
terkontrol akan berubah menjadi kristal yang berbentuk kubus. CBN tidak
bereaksi terhadap besi sehingga dapat digunakan untuk menggerinda
berbagai jenis baja (terutama baja perkakas, tool steels) dengan ekonomik.

Kelompok 6
D. Diamond.

Adalah zat mineral yang paling keras. Merupakan suatu alat potong
yang mempunyai kekerasan dan kualitas yang tinggi. Bila dipilih dengan
tepat aplikasinya dapat menggerinda lebih ekonomis dan optimal.
(Prastiawan, 2010).

6. Kekuatan Ikatan

Keras atau tidaknya butiran abrasive terlepas, sehingga hal ini sangat
berkaitan dengan kemampuan perekat dalam mengikat butiran abrasive. Batu
gerinda lunak digunakan untuk benda kerja yang keras dan sebaliknya.
Sebagai ukuran kekuatan ikatan serbuk atau kekerasan batu gerinda digunakan
kode huruf abjad dari A sampai Z secara berurutan dengan tingkat kekerasan
yang semakin tinggi. Grade yang digunakan untuk mengklasifikasikan batu
gerinda yang dihasilkan oleh suatu perusahaan pembuat batu gerinda
berdasarkan pengalamannya dalam cara pembuatan maupun cara
pengetesannya.

Sementara belum ada standart test yang dapat diterima dan digunakan oleh
seluruh pabrik pembuat batu gerinda, maka batu gerinda yang dibuat oleh
pabrik yang berbeda dengan tanda grade yang sama belum tentu mempunyai
karakteristik kekerasan yang sama. Kerapatan serbuk abrasif ini dapat diatur
sewaktu batu gerinda di buat, yaitu dengan mengatur tekanan pencetakan
campuran serbuk dengan bahan pengikat keramik sebelum proses
pembakaran. Untuk batu gerinda aluminium oxide atau silicon carbide dengan
bahan pengikat keramik biasanya perbedaan angka strutur tidak banyak
mempengaruhi proses penggerindaan. Kadangkala kode angka struktur ini
tidak dicantumkan karena pabrik pembuat menganggap bahwa jenis batu
gerinda yang dibuatnya telah ditentukan strukturnya yang paling baik
sehingga tidak perlu membuat jenis yang lain yang hanya beda strukturnya.

Kelompok 6
7. Grinding Wheel

Grinding wheel merupakan salah satu parameter utama proses grinding


yang berpengaruh kepada penggunaan benda kerja yang akan dipakai pada
proses grinding. Parameter grinding dapat dipengaruhi oleh abrasive material,
bonding material, grain size, wheel grade dan wheel structure. Grinding wheel
oleh bahan pengikat abrasive material. Sifat yang diinginkan dari bonding
material adalah kekuatan, ketangguhan, kekerasan dan ketahanan akan suhu.
Grain size merupakan ukuran butir abrasive yang akan mempengaruhi
permukaan akhir dari produk. Semakin kecil grit size maka akan semakin baik
karena MRR akan jauh lebih kecil. Grinding wheel sangat mempengaruhi
proses surface grinding dan mempengaruhi pemilihan serta hasil permukaan
dari benda kerja. Parameter acuannya antara lain:

A. Geometri
Geometri menggambarkan tipe dan ukuran dari grinding wheel yang
akan digunakan sehingga memiliki kecocokan dengan mesin yang dipakai
dan material yang digunakan. Pada proses surface grinding hanya ada 2
type grinding wheel yang akan dipakai yaitu straight cup dan cylinder cup.

B. Spesifikasi
Spesifikasi dari grinding wheel merupakan spesifikasi structure dari
grinding wheel yang akan digunakan terdiri dari abrasive (jenis material
abrasive yang akan digunakan untuk mengikis benda kerja), grit size
(ukuran butir abrasive), grade (tingkat kekerasan abrasive yang akan
digunakan), structure (mengacu kepada jarak antar butir abrasive) dan
bond (material pengikat abrasive). (Ikhwan Arief, 2014).

8. Bahan Pengikat

Ada enam jenis-jenis bahan dari pengikat yang umum atau biasa
digunakan, antara lain :

Kelompok 6
A. Vitrified (keramik).
Merupakan bahan pengikat yang paling banyak digunakan. Porositas
dan kekuatan dari batu gerinda yang dihasilkan memungkinkan untuk
digunakan pada proses penggerindaan dengan kecepatan pembuangan
geram yang besar dan ketelitian bentuk dari produk cukup baik.

B. Bakelite (resinoid, syntetic resin).


Digunakan untuk batu gerinda dengan kecepatan putar yang tinggi
seperti halnya yang didapatkan pada pabrik penuangan dan pengelasan.
Penghalusan jenis produk tuang dan bekas welding dan juga dari
penggerindaan ulir.

C. Rubber.
Terutama dipakai pada saat dalam proses pengerjaan penggerindaan
dengan hasil yang kehalusan permukaan yang tinggi seperti alur dari
bantalan peluncur.

D. Shellac.
Memungkinkan penggerindaan yang halus seperti halnya pada
pengerjaan akhir dari produk baja.

E. Silicate.
Hanya digunakan untuk menggerinda mata pahat, karena panas yang
ditimbulkan harus serendah mungkin untuk menghindari kehangusan pada
ujung pahat yang runcing. Serbuk abrasive mudah terlepas sehingga hanya
sesuai bagi batu gerinda yang besar. (Ikhwan Arief, 2014).

9. Dimensi Bentuk

Dimensi dan bentuk batu gerinda yang dipilih dapat disesuaikan dengan
jenis dari mesin gerindanya, dimensi utamanya, serta dapat dipilih dari jenis
operasi penggerindaannya. Pemilihan bentuk dan dimensi dari batu gerinda

Kelompok 6
tersebut tidak begitu sulit, begitu juga sebaliknya pemilihan karakteristik batu
gerinda hanya memerlukan pertimbangan yang lebih dalam agar gerinda tahan
lama atau lebih awet dalam proses penggerindaannya. Ada juga beberapa
faktor-faktor yang dalam menentukan jenis batu gerinda yang sesuai dengan
jenis pekerjaannya antara lain :

A. Jenis material benda kerja dan kekerasannya.


B. Kecepatan pembuangan geram dan kehalusan yang diinginkan.
C. Penggunaan cairan pendingin.
D. Kecepatan putaran batu gerinda.
E. Lebar sempitnya daerah kontak.
F. Kemudahan/ kesulitan proses yang direncanakan.
G. Daya mesin gerinda.

10. Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan merupakan salah satu indikator dari kemampuan


mesin yang baik. Kekasaran permukaan sangat penting, karena sebagian besar
suatu komponen membutuhkan kekasaran permukaan yang rendah, sehingga
permukaan menjadi halus. Semakin halus permukaan, maka semakin tinggi
biayanya. Kualitas geometris dapat dicapai jika benda kerja memenuhi
persyaratan spesifikasi geometris yang meliputi ukuran/dimensi (dimension),
bentuk (form), dan kekasaran permukaan (surface roughness). Salah satu
karakteristik geometri yang ideal dari suatu komponen adalah permukaan yang
halus, tetapi pada kenyataannya tidak ada suatu komponen dengan permukaan
yang betul-betul halus. Setiap bidang permukaan juga tidak selalu diperlukan
bidang yang sangat licin, karena besar kecilnya kekasaran permukaan
tergantung dari pelaksanaan suku cadang .Kualitas kekasaran permukaan pada
proses pemesinan yang paling umum adalah harga kekasaran rata-rata
aritmatik (Ra), yaitu sebagai standar kualitas permukaan dari hasil
pemotongan maksimum yang diizinkan.

Kelompok 6
Kekasaran permukaan tergantung pada kondisi pemotongan mesin
gerinda, karena ketelitian bentuk benda kerja dicapai dengan pemakanan yang
terjadi. Proses pemotongan benda kerja mengakibatkan temperatur menjadi
lebih tinggi, sehingga diperlukan cairan pendingin untuk mengurangi
peningkatan temperatur tersebut. Temperatur sangat berpengaruh terhadap
kekasaran permukaan benda kerja, karena peningkatan yang tinggi pada
temperatur dapat mengakibatkan efek yang merugikan pada permukaan.

Tingkat kekasaran dapat diukur melalui beberapa cara. Selain dengan


membandingkan secara visual dengan standar yang ada, cara lain yaitu dengan
perbandingan mikroskopi . Setiap bidang permukaan juga tidak selalu
diperlukan bidang yang sangat licin, karena besar kecilnya kekasaran
permukaan tergantung dari pelaksanaan suku cadang .Kualitas dari kekasaran
permukaan pada proses pemesinan yang paling umum adalah harga dari
kekasaran rata-rata aritmatik (Ra), yaitu sebagai standar kualitas permukaan
dari hasil pemotongan maksimum yang diizinkan.

Untuk mengukur kekasaran permukaan dan karakteristik permukaan telah


dikembangkan beberapa standar, yaitu ISO R468 dan ASA B 46,1-1962.
Setiap bidang permukaan juga tidak selalu diperlukan bidang yang sangat
licin, karena besar kecilnya kekasaran permukaan tergantung dari pelaksanaan
suku cadang .Kualitas kekasaran permukaan pada proses pemesinan yang
paling umum adalah harga kekasaran rata-rata aritmatik (Ra), yaitu sebagai
standar kualitas permukaan dari hasil pemotongan maksimum yang diizinkan.
Untuk mengukur kekasaran permukaan dan karakteristik permukaan telah
dikembangkan beberapa standar, yaitu ISO R468 dan ASA B 46,1-1962.
Angka kekasaran permukaan menurut standar ISO 1302: 1992 diklasifikasikan
menjadi 12 angka kelas.

Kelompok 6
11. Teknik Perawatan Perkakas Pemesinan

Model perawatan dapat dikelompokkan atas dua cara, yaitu: model


perawatan preventif dan model perawatan korektif.Perawatan Korektif Yaitu
metode perawatan mesin dengan memperbaiki komponen yang rusak satu atau
beberapa komponen (rusak berat hingga mesin tidak bisa jalan). Yaitu metode
perawatan yang dilakukan guna mencegah terjadinya kerusakan mesin yang
tiba-tiba atau kegiatan untuk memelihara serta menjaga fasilitas peralatan
sebelum terjadi kersakan saat dioperasikan atau sedang berproduksi.

Tahap Analisis. Hasil dari tahapan ini adalah beberapa kebutuhan atau
tuntutan yang harus dipenuhi dalam pengembangan mesin universal
cylindrical grinding attachment, kebutuhan akan fungsi mesin yaitu bisa
menggerinda internal dan eksternal, kekuatan mesin, kemudahan dalam proses
assembly komponen mesin, kemudahan dalam proses setting pada mesin
bubut dan kinerja mesin.

Tahap Desain. Mesin universal cylindrical grinding attachment yang


dikembangkan ini, dapat dipasang pada berbagai jenis mesin bubut manual,
karena dilengkapi dengan dudukan yang dapat disetel menyesuaikan tool post
mesin bubut yang akan digunakan, Tahap Pengembangan. (Sutopo, 2018)

Kelompok 6
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam percobaan praktkum kali
ini adalah sebagai berikut:

A. Mesin Gerinda Duduk

2)
1)

4)
3)

6)
5)

Gambar 3.1.1 Mesin Gerinda Duduk


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)

Bagian-bagian mesin gerinda duduk dapat dibagi menjadi beberapa


bagian di antaranya sebagai berikut :

1) Wheel guard

Wheel Guard berfungsi untuk mencegah keluarnya api terbuka


atau partikel panas keluar dari mesin ke daerah di sekitarnya.

2) Dinamo penggerak

Dinamo Penggerak berfungsi sebagai pengangkat awal putaran


pada mesin gerinda duduk tersebut.

Kelompok 6
3) Mika pelindung

Mika Pelindung berfungsi sebagai pelindung dari percikan gesekan


mata gerinda dengan benda kerja ketika mesin gerinda duduk
dihidupkan.

4) Batu Gerinda Atau Mata Gerinda Asah

Batu Gerinda berfungsi digunakan untuk membentuk, mengasah,


dan membersihkan bram (sisa cetakan besi).

5) Saklar On/Off

Saklar On/Off berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan


mesin gerinda duduk.

6) Tool Rest
Tool Rest berfungsi untuk menyangga atau menyokong suatu
benda kerja yang akan di gerinda jika ukurannya cukup panjang.

B. Sarung Tangan

Gambat 3.1.2 Slop Tangan


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : Untuk melindungi tangan dari benda tajam saat proses
pengerjaan.

Kelompok 6
C. Face Shield

Gambar 3.1.3 Kaca Pelindung


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : Untuk melindungi dari debu dan percikan saat memotong
benda saat proses pengerjaan.

D. Masker

Gambar 3.1.4 Masker


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : Untuk melindungi mulut dan hidung dari resiko kecelakaan
kerja.

E. Apron Set

Gambar 3.1.5 Apron Set


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : untuk melindungi bagian depan tubuh si pemakainya dari
kotor yang di sebabkan oleh percikan.

Kelompok 6
F. Penggaris Siku

Gambar 3.1.6 Sepatu Safety


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : untuk membuat tanda ataupun sebagai penggaris pada suatu
objek atau benda.

G. Sepatu Safety

Gambar 3.1.7 Sepatu Safety


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : Untuk melindungi kaki agar tidak terinjak benda tajam.

H. Plat Besi (ASTM A2 ASSENTAL) Tebal 2mm

Gambar 3.1.8 Plat Besi (Astm A2 Assental) tebal 2 mm


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : Plat digunakan sebagai specimen pe rcobaan.

Kelompok 6
I. Pipa Besi 1,25inch

Gambar 3.1.9 Pipa Besi 1,25inch


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : Pipa besi 1,25inch digunakan sebagai specimen percobaan.

J. Besi Nako 16mm

Gambar 3.1.10 Besi Nako 16mm


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)
Fungsinya : Besi nako 16mm digunakan sebagai specimen percobaan.

2. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur yang digunakan pada praktikum Grinding adalah sebagai
berikut.

A. Sebelum Menjalankan Mesin


1) Memeriksa keadaan mesin sebelum memulai praktikum.
2) Menyiapkan benda kerja maupun peralatan yang dibutuhkan.
3) Menyiapkan benda kerja, tandai bagian-bagian yang akan digrinding
dengan penitik.

Kelompok 6
B. Saat Menjalankan Mesin
1) Menyalakan mesin dengan menekan tombol switch on
2) Melakukan pengerindaan secara perlahan untuk menghindari
kerusakan batu grinding dan kerusakan pada benda kerja.
3) Merapikan sisi baju, Gelang Tangan, Jam Tangan atau yang dapat
terkena mesin grinding terutama pada bagian Pergelangan lengan yang
mudah tersangkut, serta singkirkan benda yang dapat menghalangi
proses penggerindaan untuk menghindari kecelakaan.
4) Mendinginkan benda kerja ketika mengalami panas akibat dari proses
penggeridaan, dengan cara dicelupkan ke cairan pendigin atau air.
5) Mematikan mesin jika terjadi gangguan.

C. Sesudah Menjalankan Mesin


1) Mematikan mesin dengan menekan switch off
2) Membersihkan benda kerja dan mesin dari chip atau geram yang
menempel.
3) Mengembalikan peralatan ke tempat semula.

Kelompok 6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Mesin gerinda merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses
pengikisan logam secara abrasif melalui gesekan antara material abrasif
dengan benda kerja (logam). Pada mesin gerinda, putaran batu pengasah pada
penyayatan benda kerja diperlukan putaran kecepatan pemotongan yang
sangat tinggi. Mesin gerinda digunakan untuk pengasahan benda kerja yang
bulat, pengasahan benda kerja permukaan rata, pengasahan benda kerja
bentuk, dan pengasahan pahat pemotong (cutting tool) mesin-mesin perkakas.

Selain itu, gerinda juga digunakan untuk memperhalus dan membuat


ukuran yang akurat permukaan benda kerja (finishing). Pada praktikum kali
ini praktikan menggerinda atau menghaluskkan sisi dari sisa plat besi yang di
potong hingga menjadi lingkaran, menghaluskan sisa-sisa potongan dari pipa
besi. Dengan cara menghidupkan mesin gerinda lalu mempoleskan benda
kerja ke batu pengasah hingga sisi dari plat besi tersebut halus tidak ada sisa
bekas pemotongan.

Gambar 5.1.1 Hasil Gerinda


(sumber : Laboratorium Proses Manufaktur)

Kelompok 6
2. Pembahasan
Pada saat melakukan praktikum, dapat dilhat faktor-faktor yang
mempengaruhi proses operasi grinding diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Bentuk butiran bahan jika ukuran butiran yang akan digrinding lebih
besar maka diperlukan waktu penggerindaan yang lebih lama dan
begitupun sebaliknya.
B. Penggerindaan (grinding) jika ingin menghasilkan bahan menjadi lebih
halus itu dapat dipengaruhi dari jenis mata gerindanya.
C. Jenis bahan yang digerinda akan menentukan waktu penggerindaan, ada
bahan yang keras, sedang, dan bahan yang mudah untuk di gerinda.
D. Bahan-bahan yang digunakan yaitu, plat besi eser (ketebalan 2mm), pipa
besi (diameter 1,2 inch), besi nako (16mm).

Kelompok 6
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum grinding ini mahasiswa dapat menyimpulkan
beberapa hal yaitu :
A. Mahasiswa dapat menggunakan alat grinda secara baik dan benar .
B. Plat besi eser di potong atau dibentuk menjadi lingkaran dengan diameter
30 cm.
C. Benda kerja dipoles di gerinda hingga sisi dari plat besi tersebut halus
tidak ada sisa bekas pemotongan.
D. Penggerindaan harus secara perlahan guna menghindari kerusakan batu
grindang dan kerusakan pada benda kerja.
E. Dalam menggunakan mesin harus disesuaikan dulu dengan cara sistem
pengerjaan suatu benda agar hasilnya mampu menjadi sempurna dan presisi
sesuai dengan yang diharapkan.

2. Saran
Setelah melakukan praktikum grinding ini mahasiswa dapat menyarankan
beberapa hal yaitu :
A. Praktikan lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, yang
berupa penggunaan sepatu safety, sarung tangan, kaca pelindung dan lain
sebagainya, agar selalu aman dalam melakukan praktikum.
B. Memperhatikan kebersihan alat secara teliti.
C. Berhati-hati dalam melakukan praktikum yang sedang berjalan.
D. Menggunakan ear plug walaupun itu tidak diwajibkan.
E. Mengenakan pakaian yang rapi dan tidak mengenakan aksesoris tidak
penting guna menghindari kecelakaan akibat mesin grinding.
DAFTAR PUSTAKA

Kelompok 6
Afrian, A. 2016. Pengaruh Feeding dan cutting Fluid Terhadap kekasaran
Permukaan Baja EMS 45 Pada Proses Surface Grinding . 12.

Ikhwan Arief, A. N. 2014. Indikator Proses Utama Pada Proses Ginding Dengan
Pendekatan Manajemen Pengetahuan. Jurnal Optimasi Sistem Industri,
743-749.

Modul Praktikum Proses Manufaktur. Laboratorium Proses Manufaktur.


Institut Teknologi sumatera. Lampung Selatan.

Prastiawan, D. 2010. Rancang Bangun Alat Gerinda Silindris Permukaan Luar


Untuk Dipasangkanpada Mesin Bubut konvensional. 8.

Sutopo, P. A. 2018. Rancang Bangun Universal Cylindar Grinding Attachment


Sistem Modul Pada Mesin Bubut Manual. Jurnal Dinamika Vikasional
Teknik Mesin, 41-47.

Tehuayo, D. K. 2017. Praktikum Pengolahan Bahan Galian Laboratorium


Pengolahan Bahan Galian Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Muslim Indonesia. Makasar.

Kelompok 6

Anda mungkin juga menyukai