TINJAUAN PUSTAKA
Lebah Trigona (Trigona sp.) merupakan jenis lebah madu tak bersengat
(stingless honey bees) yang dapat ditemukan di wilayah yang beriklim tropis dan
beberapa daerah beriklim subtropis. Jenis Trigona yang ada di bumi diperkirakan
berjumlah ratusan jenis, namun sulit dibedakan karena kedekatan kekerabatan
mereka (Michener, 2007). Menurut Inoue et al. (1985), beberapa variasi organ tubuh
dan degradasi warna belum dapat menentukan jenis dari lebah Trigona karena
kedekatan sub-generanya.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Apidae
Subfamily : Apinae
Tribe : Meliponini
Genus : Trigona
Species : Trigona laeviceps
Gambar 2.1.
Jenis lebah Trigona laeviceps (Discovery life, 2014)
Pada toraks terdapat tiga pasang kaki yang berada, tungkai belakang
merupakan ciri khas yang dapat membedakan antara lebah pekerja dengan lebah
jantan. Pada bagian tibia tungkai belakang lebah pekerja, terlihat lebih besar dan
mempunyai lebih banyak setae dibandingkan dengan tibia tungkai belakang dari
lebah jantan yang membulat dan sedikit setae (Gambar 2.2). Setae pada tungkai
berfungsi sebagai tempat untuk polen bunga yang akan dibawa ke dalam sarang
(Erniwati, 2013). Abdomen lebah Trigona berbentuk oval, pada ujung abdomen
lebah jantan terdapat genitalia, yang dijadikan sebagai penciri spesies (Michener,
2007).
Gambar 2.3.
Lebah Trigona laeviceps: a. sel anakan, b. larva, c. pupa, d. pejantan muda, f.
pejantan dewasa, g. betina muda, h. betina dewasa (Dokumentasi pribadi, 2016)
Dalam sebuah koloni lebah, para pekerja merupakan strata yang penting,
dengan jumlah terbanyak pada satu koloni. Lebah ini bertugas untuk mencari pakan.
Tubuh lebah pekerja berwarna hitam, mempunyai sayap yang menutupi tubuh dan
tungkai yang mempunyai banyak bulu halus (setae). Menurut Gojmerac (1983),
kebutuhan total protein dari suatu koloni lebah madu dapat terpenuhi dengan
mengkonsumsi polen.
Gambar 2.4.
Strata dalam suatu koloni lebah Trigona: a. pejantan, b. pekerja, c. calon ratu (virgin
queen), d. ratu lebah (Dokumentasi pribadi, 2016)
Lebah Trigona mencari makan pada bunga yang sedang mekar untuk
mendapatkan polen dan nektar. Polen merupakan alat reproduksi jantan pada
tumbuhan yang terletak pada kepala sari. Kebutuhan protein yang diperlukan oleh
lebah dapat dipenuhi dari polen yang dikonsumsi. Jika gizinya tidak memiliki
protein yang cukup, lebah madu tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
(Howes, 1979). Kelebihan polen dan nektar yang dikoleksi oleh lebah pekerja
disimpan di dalam pot-pot kecil (storage pot) didalam sarang sebagai cadangan
makanan.
Produk lain yang dihasilkan oleh lebah adalah royal jeli, yaitu cadangan
makanan berupa cairan yang akan diberikan kepada anakan terutama calon ratu.
Royal jeli berfungsi untuk membantu mempercepat pematangan seksual dan
meningkatkan kemampuan reproduksi lebah (Sihombing, 2005). Propolis juga
merupakan suatu produk yang dihasilkan oleh lebah Trigona. Propolis merupakan
zat lengket yang berwarna gelap yang dikumpulkan dari tumbuhan dicampur dengan
lilin dan resin. Bunga, batang, tunas atau getah tumbuhan merupakan sumber bagi
lebah untuk menghasilkan propolis (Gojmerac, 1983). Produksi propolis pada
Trigona lebih banyak dibandingkan lebah genus Apis. (Singh, 1962). Waktu yang
digunakan untuk mengoleksi propolis lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk mengoleksi nektar dan polen. Hal ini dikarenakan lebah Apis lebih
memprioritaskan mencari makanan untuk koloni. Menurut Angraini (2006), untuk
menghasilkan propolis, lebah pekerja perlu mengunjungi banyak tumbuhan untuk
mengoleksi getah resin. Sifat lengket yang dimiliki oleh propolis digunakan lebah
untuk memperbaiki sarang. Propolis juga digunakan sebagai alat pertahanan dari
serangan mikroba dan jamur, karena mengandung senyawa antimikroba. Menurut
Krisnawati (2013), propolis dapat membunuh semua mikroba yang mengganggu
yang masuk ke dalam sarang seperti bakteri, virus, jamur maupun protozoa.
2.5 Polen
Ketersediaan sumber pakan di lapangan berpengaruh terhadap produksi lebah
Trigona. Madu, propolis dan polen (bee bread) merupakan produk yang dihasilkan
oleh lebah Trigona yang berasal dari beranekaragam tumbuhan. Keberlimpahan
sumber pakan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap produksi dari lebah Trigona.
Menurut O’Toole and Raw (1991), Trigona adalah lebah pencari pakan yang aktif.
Pakan trigona berupa polen sebagai sumber protein dan nektar sebagai sumber
karbohidrat. Polen yang didapatkan akan disimpan dalam sarang dan digunakan
sebagai cadangan makanan koloni (Roubik, 2006).
Polen atau serbuk sari merupakan alat reproduksi jantan pada tumbuhan yang
terbentuk di dalam ruang serbuk sari (Darjanto dan Satifah, 1990). Menurut Faegri
and Iversen (1989), ukuran dari polen sangat bervariasi yaitu dari 5µ hingga lebih
dari 200µ. Berdasarkan ukuran polen dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori
yaitu perminutae (PI), minutae (MI), mediae (ME), magnae (MA), permagnae (PA)
dan giganteae (GI) (Tabel 2.1) (Erdtman, 1972).
Tabel 2.1.
Klasifikasi polen berdasarkan ukurannya (Erdtman, 1972).
Ukuran
Klasifikasi polen
polen
Sangat Kecil (sporae perminutae; PI) < 10 µ
Kecil (sporae minutae; MI) 10 - 25 µ
Simetri polen dibagi menjadi dua tipe yaitu simetri radial dan simetri
bilateral. Simetri radial dimana polen dapat dibagi menjadi dua bidang simetri atau
lebih, dan jika memiliki dua simetri maka aksis ekuatorial memiliki panjang yang
sama dengan aksis vertikal. Simetri bilateral yaitu polen yang mempunyai bidang
simetri vertikal dan aksis ekuatorial yang tidak sama panjang (Erdtman, 1972).
Kesuksesan hidup lebah Trigona di daerah beriklim tropis tidak lepas dari
kemampuannya untuk hidup pada rentang suhu luas. Menurut Koneri dkk. (2010),
keanekaragaman serangga yang ada saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah ketinggian tempat. Penelitian sebelumnya pada lebah Trigona di Bali,
ditemukan bahwa koloni lebah ini dapat hidup dari daerah pantai sampai ketinggian
± 800m dpl (Pratama, 2015). Jenis lebah Trigona yang umum ditemukan di Bali
adalah T. laeviceps (Putra, 2015) Lingkungan koloni lebah Trigona pada umumnya
adalah tempat yang ternaung, banyak pepohonan dan tidak terlalu tinggi dari tanah.
Menurut Siregar dkk. (2011), lebah Trigona menyukai tempat teduh dengan berbagai
jenis tumbuhan. Semakin banyak jenis tumbuhan, semakin banyak populasi yang
akan berkembang.
Ketinggian tempat (altitudinal) berpengaruh terhadap keanekaragaman
organisme akibat dari perbedaan suhu antara dataran rendah dan dataran tinggi.
Perbedaan suhu lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu siklus seperti
siang dan malam, musim kemarau dan hujan. Suhu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme. Secara garis besar, suhu mempengaruhi
proses metabolisme, penyebaran, dan kelimpahan organisme. Suhu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrisi tumbuhan yang akan menjadi sumber
makanan bagi organisme herbivora (Buse et al., 1999).
Lebah Trigona aktif pada suhu 18°C hingga 35°C. Aktivitas lebah terganggu
dan menurun jika kondisi lingkungan lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu
tersebut (Manuhuwa dkk., 2013). Suhu yang terlalu tinggi, membuat lebah sibuk
menjaga koloni khususnya anakan agar tidak mati kepanasan. Sedangkan jika pada
suhu yang rendah, aktivitas lebah pekerja menurun sehingga aktivitas pencarian
polen dan nektar bisa terhenti. Lebah berkumpul dan bergerombol untuk
meningkatkan suhu di dalam sarang. Suhu yang mendekati titik 0°C, dapat membuat
lebah berhenti beraktivitas (paralyzed), namun jika suhu sudah kembali normal
aktivitas tubuh lebah akan berangsur normal. Aktivitas terbang pada lebah tak
bersengat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam (internal) pada koloni
dan faktor luar (eksternal) dari lingkungan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
aktivitas seperti intensitas cahaya, kelembapan relatif, kecepatan angin, suhu dan
hujan. Musim berbunga tumbuhan dan jumlah koloni juga merupakan faktor penting
dalam aktivitas terbang lebah (Corbet et al., 1993).