Anda di halaman 1dari 4

LEBAH

MACAM MACAM LEBAH:


1. Trigona
Lebah Trigona (Trigona sp.) merupakan jenis lebah madu tak bersengat
(stingless honey bees) yang dapat ditemukan di wilayah yang beriklim tropis
dan beberapa daerah beriklim subtropis. Jenis Trigona yang ada di bumi
diperkirakan berjumlah ratusan jenis, namun sulit dibedakan karena kedekatan
kekerabatan mereka (Michener, 2007).
Propolis lebah Trigona
Trigona spp. juga ditemukan propolis yang berfungsi untuk memperkokoh
sarang tersebut serta digunakan untuk sistem pertahanan Trigona spp. Madu
dan propolis yang dihasilkan oleh lebah Trigona spp. dapat dijadikan sebagai
sumber probiotik karena mengandung bakteri asam laktat (BAL). Bakteri asam
laktat dapat membantu menjaga kesehatan organ pencernaan manusia melalui
sintesis eksopoliskarida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Bakteri asam laktat merupakan bakteri Gram positif yang mampu
menghasilkan asam laktat melalui fermentasi bahan makanan . Selain itu, BAL
mampu memproduksi senyawa-senyawa antimikroba seperti asam organik,
hydrogen peroksida, dan bakteriosin. Beberapa Penelitian terkait kemampuan
madu dan propolis dari Trigona spp. Madu yang dikumpulkan dari lebah
Trigona pada berbagai wilayah terbukti mengandung BAL seperti
Enterococcus faecalis, E. faecium, Lactococcus lactis ssp. Lactis, dan L. Lactis
ssp. Cremoris. serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Penelitian Chanchao membuktikan bahwa BAL pada madu Trigona laeviceps
mampu menghambat pertumbuhan S. aureus, Escherichia coli, Candida
albicans, Auriobasidium pullulans, dan Aspergillus niger. Penambahan
propolis yang diambil dari sarang lebah Trigona spp. dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri probiotik seperti Lactobaccilus casei (Hasan, 2014)

STRUKTUR LEBAH
Genus Trigona merupakan jenis lebah yang kebanyakan hidup sosial,
dimana di dalam satu koloni atau sarang terdapat lebah ratu (quin), lebah
pejantan (drone) dan lebah pekerja (worker) yang merupakan lebah betina
dengan jumlah koloni terbanyak di dalam sarang. Ratu berwarna coklat
kekuningan, berukuran lebih besar (3-4 kali) dibandingkan betina pekerja,
dengan ukuran perut atau abdomen secara proporsional lebih besar terhadap
tubuhnya, memiliki sayap dengan ukuran yang relatif pendek terhadap ukuran
tubuh. Ratu lebah melepaskan pheromones yang berguna untuk mengatur
aktivitas koloni .Pheromones berfungsi untuk memikat lebah jantan untuk
membuahi lebah ratu, sehingga lebah ratu dapat memproduksi telur setelah
dibuahi oleh lebah pejantan.
Lebah pejantan (drone) merupakan kelompok terbesar kedua yang terdapat
pada satu koloni lebah. Jumlahnya diperkirakan sepertiga dari jumlah lebah
betina. Selain untuk membuahi lebah ratu, lebah jantan juga berfungsi menjaga
sarang dari gangguan. Lebah pejantan tidak bekerja mencari madu dan polen
untuk makanan yang akan disimpan di dalam koloninya (Abdilah, 2008).
Lebah pekerja (workers) adalah lebah betina dengan organ reproduksi
yang tidak berkembang, sehingga tidak menghasilkan telur (Michener, 2007).
Lebah ini berwarna hitam dengan panjang tubuh 3-4 mm, panjang sayap sekitar
8 mm, kaki belakang berkembang menjadi alat pembawa polen, tubuh berbulu
dan tungkai berkait. Lebah pekerja ini mampu mengubah bahan-bahan yang
dikoleksi dari tumbuhan, seperti resin, menjadi bahan untuk membangun
sarang (wax dan propolis). Selain mencari makan, lebah pekerja ini bertugas
untuk membersihkan dan memelihara sarang, memelihara larva, dan menjaga
sarang agar tetap bersih (Michener, 2007).

2. Melifera
Apis mellifera merupakan jenis lebah madu utama yang dibudidayakan di
banyak negara, termasuk Indonesia. Para peternak memilih lebah ini karena
daya adaptasinya yang tinggi terhadap berbagai keadaan iklim, menghasilkan
banyak madu, dan tidak terlalu agresif (Gojmerac, 1983). Apis mellifera
termasuk ke dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae dan Sub Famili Apinae
(Borror et al., 1982). Persebaran alami A. mellifera adalah di daerah Timur
Tengah, Afrika, dan Eropa. Wilayah persebarannya yang sangat luas meliputi
berbagai kondisi iklim dan habitat menyebabkan lebah ini telah berevolusi
menjadi 24 subspesies (Ruttner, 1988). Berdasarkan analisis multivariat dari
morfometrik bagian–bagian tubuh lebah ini, Ruttner (1988) membagi ke-24
subspesies ini menjadi empat kelompok garis keturunan (lineage) yaitu A,
meliputi Afrika; M, meliputi Eropa Utara dan Barat; C, meliputi Eropa Selatan;
dan O, meliputi Timur Tengah. Pengelompokan yang sama juga dihasilkan
oleh Arias dan Sheppard (1996) berdasarkan DNA mitokondria.

3. Apex dorsata
Madu hutan (Apex dorsata) merupakan hasil hutan bukan kayu yang
dikelolola masyarakat sekitar hutan yang mewujudkan pelestarian hutan,
membantu komunitas masyarakat lokal, alternatif pendapatan bagi warga
setempat, menjaga keberlangsunan penyerbukan tumbuhan. Melestarikan
madu hutan, masyarakat sekitar hutan memiliki berbagai nilai yang
diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat yang
menjadi pedoman hidup mereka,
STUP
Macam macam stup:
1. Dari limbah kayu
2. Dari batu
3. Dari log kayu
4. Bambu
DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, H. 2008. Pengaruh Volume Stup Terhadap Bobot Koloni dan Aktivitas
Keluar Masuk Lebah Klanceng (Trigona sp.). Skripsi. Jurusan Produksi Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Arias MC, Sheppard C.A., 1996, Molecular phylogenetics of honeybee subspecies
(Apis mellifera L.) inferred from mitochondrial DNA sequence. Mol. Phylogenet
and Evol. 5:557-566.
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson N.F., 1982, An Inroduction to the Study of
Insects. Ohio: Saunders College Publ.
Gojmerac WL., 1983, Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. Connecticut:
AVI Publishing.
Hasan AEZ, Artika IM, Abidin S (2014) Produksi asam laktat dan pola
pertumbuhan bakteri asam laktat dengan pemberian dosis rendah propolis Trigona
spp. asal Pandeglang Indonesia. Current Biochemistry 1(3): 126-135.
Michener CD. 2007. The Bees of the World. 2nd editions. The Johns Hopkins
University Press, Baltimore, USA. 972 h
Michener, C. D. (2007). The bees of the world, second edition. The Johns
Hopkins United States of America: University Press, Baltimore.
Ruttner F., 1988, Biogeography and Taxonomy of Honeybeeys. Berlin: Springer.

Anda mungkin juga menyukai