Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“ RISET DALAM BIDANG MAKROEKONOMI DAN PERANAN


PEMERINTAH”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi pertanian dan penelitian
sektor ekonomi pertanian

Dosen : Sri Fajar Ayu SP., MM.

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Aidil Humardani. 170304088 11.Sindi A. W. M. 200304034


2. Ahmad Alfandi 200304002 12.Tria Dewi R. 200304037
3. Despri Hasanah P. 200304009 13.Zahry Dwi.A. 200304041
4. Diki Wahyudi R. 200304010 14. Adinda Safira T. 200304041
5. Dinda Tasya P.L. 200304011 15. Emilia F.Htg. 200304046
6. Eri Vestin P. Gulo 200304012 16.Jelly E.Br.Ginting 200304047
7. Fadhila R. A. 200304014 17.Tryswanto S. 200304048
8. Iqlima Nurazkiya Hs. 200304016 18.Priscilla Regina 200304051
9. Jelita Aprilia 200304017 19.Wirahady K. 200304052
10. M.Irfan Fauzi P. 200304018 20.Alfi Fachrezi 200304054

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Peran penting sector pertanian dalam pembangunan ekonomi terletak


dalam beberapa hal sebagai berikut:

a. Penopang pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja nasional,


b. Penyedia kebutuhan pangan masyarakat atau penduduk suatu negara,
c. Penghasil devisa,
d. Pendorong tumbuhnya sektor industri, dan
e. Pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Tidak terbantahkan bahwa sektor pertanian menjadi penyangga


ekonomi nasional pada saat krisis ekonomi. Sektor pertanian sebagai salah
satu sektor penyedia lapangan kerja nasional terbesar yaitu lebih dari 40
persen kesempatan kerja nasional berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian
merupakan penyedia utama, kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang
merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi manusia. Sektor pertanian juga
menyediakan pasar yang sangat besar untuk produk manufaktur karena jumlah
penduduk pedesaan yang besar dan terus mengalami peningkatan. Sektor
pertanian merupakan salah satu sektor yang paling efektif untuk mengentaskan
kemiskinan di wilayah pedesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang
bekerja di sektor pertanian.

Kenaikan pendapatan wilayah pedesaan sebagai akibat surplus hasil


pertanian akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat pedesaan. Para petani
mulai mengkonsumsi lebih banyak bahan makanan, khususnya yang memiliki
nutrisi tinggi dalam bentuk biji-bijian berkualitas tinggi, telur, susu, buah-buahan
dan sebagainya. Dengan demikian, surplus hasil pertanian yang semakin
meningkat berdampak pada peningkatan standar kehidupan masyarakat pedesaan.
Indikator pembangunan ekonomi daerah tercermin dalam perkembangan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Perkembangan
PDRB tersebut akan bermanfaat dalam perencanaan pembangunan. Pembangunan
ekonomi di tingkat daerah maupun pusat terbagi menjadi sembilan sektor
perekonomian. Sektor pertanian sendiri merupakan sektor yang memberikan
kontribusi cukup besar dalam pembangunan perekonomian.

Kontribusi sektor pertanian semakin kecil dengan berkembangnya suatu


perekonomian. Karena semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi suatu negara
maka tingkat pendapatan masyarakat juga meningkat. Dengan meningkatnya
pendapatan masyarakat proporsi pengeluaran untuk makanan yang diproduksi
sektor pertanian akan relatif menurun.

1.2.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perumusan


masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan GDP beserta manfaat dari GDP?


2. Apa yang dimaksud dengan pertanian dan sektor-sektor usaha di
pertanian?
3. Bagaimana Pengaruh Pertanian Terhadap GDP Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan kebijakan moneter beserta contoh dari
kebijakan moneter?
5. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal beserta Bagaimana contoh
dari kebijakan fiskal?
6. Bagaimana pengaruh kebijakan moneter terhadap produksi dan
pengeluaran pertanian?
7. Bagaimana pengaruh kebijakan fiskal terhadap produksi dan pengeluaran
pertanian?
1.3.Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka dapat diketahui
tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian GDP beserta manfaat dari GDP.


2. Untuk mengetahui pengertian pertanian dan sektor-sektor usaha yang
terdapat di bidang pertanian.
3. Untuk mengetahui pengaruh pertanian terhadap GDP Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengertian kebijakan moneter beserta contoh dari
kebijakan moneter.
5. Untuk mengetahui pengertian kebijakan fiskal beserta contoh dari
kebijakan fiskal.
6. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan moneter terhadap produksi dan
pengeluaran pada sektor pertanian.
7. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan fiskal terhadap produksi dan
pengeluaran pada sektor pertanian.

1.4. Manfaat

1. Menambah wawasan tentang pengertian GDP serta manfaat GDP.


2. Menambah pengetahuan tentang pengertian pertanian dan usaha di bidang
pertanian.
3. Menambah pengetahuan tentang pengaruh pertanian terhadap GDP
Indonesia.
4. Menambah pengetahuan tentang kebijakan moneter beserta contohnya.
5. Menambah pengetahuan tentang kebijakan fiskal beserta contohnya.
6. Menambah wawasan mengenai peran kebijakan moneter dan fiskal
terhadap sektor pertanian.
7. Menambah pengetahuan tentang fungsi GDP dalam sektor pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian GDP dan Manfaat GDP

Produk domestik bruto (PDB) atau dalam bahasa Inggris gross domestic
product (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu.PDB merupakan salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional. Teknik ini paling sering digunakan. Secara
ringkas, GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atau GDP atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun.

Produk Domestik Bruto diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang


dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu
(biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara
tersebut. Sehingga PDB menghitung total produksi dari suatu negara tanpa
memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi
dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor
produksi yang digunakan.

GDP adalah Gross Domestic Product, dan Manfaatnya sebagai Perbesar


Perhitungan uang dolar, Sebagai suatu alat ukur perekonomian dalam suatu
negara, GDP atau sering disebut PDB.GDP memiliki beberapa manfaat yang
menunjang pertumbuhan perekonomian dalam negara. Beberapa manfaat GDP
adalah sebagai berikut:

1. Mengukur laju pertumbuhan ekonomi nasional sudah sejauh mana dan apa
saja yang masih perlu ditingkatkan.
2. Membandingkan kemajuan ekonomi antar negara untuk mengetahui
negara mana yang memiliki perekonomian terkuat.
3. Mengetahui struktur perekonomian suatu negara, untuk mengetahui sektor
mana yang memerlukan perbaikan.
4. Sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah. Dalam hal ini PDB
seringkali diartikan sebagai indikator dari kesejahteraan suatu negara.
Angka PDB yang tinggi diartikan dengan tingginya angka produksi.
Tingginya angka produksi dihubungkan kepada daya beli masyarakat yang
juga tinggi.

Untuk menjadi tolat ukur perekonomian suatu negara, ada perhitungan


angka-angka GDP atau PDB. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan GDP
adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Produksi

GDP adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu :

 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan


 Pertambangan dan Penggalian
 Industri Pengolahan
 Listrik, Gas dan Air Bersih
 Konstruksi
 Perdagangan, Hotel dan Restoran
 Pengangkutan dan Komunikasi
 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi
menjadi sub-sub sektor.

2. Pendekatan Pendapatan
GDP adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun).
Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal, dan keuntungan yang semuanya sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung neto yakni pajak tak langsung dikurangi
subsidi.
3. Pendekatan Pengeluaran
GDP adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan
inventori, ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).

2.2. Pengertian Pertanian dan Sektor-sektor Usaha di Pertanian

Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada


proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti
sempit dinamakan pertanian rakyat. Sedangkan, pertanian dalam arti luas meliputi
pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan, perkebunan, dan perikanan.
Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas menjadi empat komponen
yang tidak terpisahkan. Keempat komponen tersebut meliputi: (1) proses
produksi, (2) petani atau pengusaha pertanian, (3) tanah tempat usaha, dan (4)
usaha pertanian.

Sektor usaha pertanian terbagi atas 5 sub sektor yakni sub sektor tanaman
pangan,perkebunan,peternakan,perikanan,dan kehutanan.Seluruh sub sektor
tersebut memberikan kontribusi kepada peningkatan GDP Indonesia.Sebagaimana
kita tahu bahwa peran sektor pertanian di Negara sedang berkembang (Low
Developing Countries/LDCs) memiliki empat kontribusi terhadap pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu kontribusi produk, kontribusi pasar,
kontribusi faktor-fakor produksi, dan kontribusi devisa.

a. Kontribusi Produk Kontiribusi produk dapat diartikan sebagai


ketergantungan sektor-sektor lain seperti industri dan jasa, dalam
melakukan ekspansi atau perluasan usaha teradap pertumbuhan output
sektor pertanian baik dalam sisi permintaan maupun penawaran.
b. Kontribusi Pasar Kontribusi pasar menjadikan ekonomi pertanian
merupakan sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestic bagi
produk-produk dari sektor-sektor ekonomi lain. Kontribusi pasar untuk
prouk pertanian dibandingkan sektor non pertanian tergantung pada
dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik juga diisi
dengan barang-barang impor. Jenis teknologi yang digunakan di sektor
pertanian yang menentukan tingkat mekanisasi dan modernisasinya.
c. Kontribusi faktor-faktor produksi Sebagai mana pertanian merupakan
sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Dimana
didalam proses pembangunan ekonomi terjadi transfer surplus tenaga kerja
dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektor-sektor perkotaan lainnya.
Kontribusi faktor produksi diukur dengan produktivitas. Jika sektor
pertanian jika sektor pertanian mengalami kelebihan supply tenaga kerja,
maka ada kecenderungan mereka beralih ke sektor industri. Hal ini
mengakibatkan produktivitas di sektor pertanian semakin menurun
digantikan oleh peran sektor industri yang semakin meningkat. Untuk
meningkatkan kontribusi sektor pertanian harus terjadi surplus di sektor
pertanian dengan cara meningkatkan permintaan dimana mereka mampu
meningkatkan sisi permintaan, serta nilai tukar antara produk pertanian
dan non pertanian.
d. Kontribusi devisa Dalam percaturan internasional,dimana salah satu
aktivitasnya adalah melaksanakan perdagangan internasional, maka sektor
pertanian menjadi salah satu contributor bagi pembangnan ekonomi
sebuah Negara dalam menghasilkan devisa, baik melalui penjualan
komoditas, produk pertanian maupun melalui pengiriman tenaga kerja
dibidang pertanian. Neraca perdagangan pertanian yang positif (surplus)
dapat menjadi perseden baik bagi pembangunan ekonomi nasional
(Kuznet:1964).

Selain itu,Sektor-sektor usaha pertanian yang tercakup 5 sub sektor tadi


memiliki peranan .Dimana peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu
negara atau suatu daerah dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
a. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
b. Kontribusi sektor pertanian terhadap kesempatan kerja,
c. Kemampuan sektor pertanian dalam menyediakan keragaman menu
makanan yang nantinya sangat mempengaruhi pola konsumsi dan gizi
masyarakat,
d. Kemampuan sektor pertanian dalam mendukung perkembangan industri
hulu dan industri hilir
e. Ekspor hasil pertanian akan memberikan sumbangan devisa bagi negara.
Sektor pertanian merupakan faktor yang amat strategis, merupakan basis
ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai kehidupan sebagian besar
penduduk, menyerap lebih separuh total tenaga kerja dan bahkan menjadi
katub pengaman pada krisis ekonomi Indonesia. (Arifin, 2004).

2.3. Pengaruh Pertanian Terhadap GDP Indonesia

Kemajuan ekonomi yang bagus telah dicapai pemerintah Indonesia dalam


kurun waktu 2004 sampai 2013. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan
periode 2004-2009 atau pada saat presiden Susilo Bambanh Yudhoyono menjabat
di periode pertama rata-rata mencapai sekitar 5,5 persen per tahun.

Gambar 1.Persentase Pertumbuhan sektor pertanian terhadap GDP Indonesia


tahun 2004 - 2013 Sumber:Badan Pusat Statistik
Sektor pertanian memiliki kecenderungan menjadi salah satu sektor basis
ekonomi di beberapa provinsi di Indonesia, hal ini terlihat dari kontribusinya
terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia dan Produk Domestik
Regional Bruto provinsi periode 2013 hingga 2017, meskipun cenderung
menurun. Namun, tenaga kerja yang terserap pada sektor ini masih tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki andil dalam perekonomian.
Kondisi ini menjadi dasar penelitian tentang pengaruh dari sektor pertanian dan
kesempatan kerja di sektor pertanian terhadap produktivitas tenaga kerja di
Indonesia.

Tidak Hanya ditahun 2013-2017 saja,berikut kontribusi pertanian terhadap GDP


Indonesia mulai dari 2016-2020
Kontribusi Pertanian cukup besar dalam GDP Indonesia.Bahkan pada
tahun 2010-2020 kontribusinya meningkat bukan menurun.Padahal tahun 2019-
2020 terkenal dengan era covid 19 yang banyak menurunkan tingkat keuntungan
beberapa sektor usaha.Ini dikarenakan masyarakat butuh makanan seperti
biasanya.Tidak meningkat signifikan karena keuangan juga tidak menaik .Lagi
pula meningkatnya pendapatan untuk bahan pokok makanan ,sayuran tidak akan
meningkat drastis karena mengalami elastis tidak sempurna.

Walaupun Kontribusi pertanian cukup besar untuk GDP Indonesia namu


terlihat pertumbuhan Ekonomi tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 0,42 persen. Lapangan usaha yang mendorong terjadinya kontraksi
pertumbuhan terjadi pada Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 20,15
persen; Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar
0,87 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 0,38 persen. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib sebesar 8,95 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum sebesar 5,86 persen; dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 5,78
persen. Dari 17 lapangan usaha, hanya 3 sektor yg masih tumbuh positif yaitu
pertanian, Tranportasi dan pergudangan dan jasa kesehatan dan kegiatan
sosial.Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki kontribusi
yang tidak begitu dominan, namun sektor ini merupakan sektor yang sangat
vital/penting bagi Negara Indonesia terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
masyarkat, sehingga tidak banyak mengimpor dari negara lain. Dan apabila hal ini
terjadi terus menerusa bukan tidak mungkin Indonesia yang justru mengekspor ke
berbagai negara dalam produk olahan, bukan merupakan bahan mentah atau bahan
lain yang di jual murah. Hal ini tentunya harus di cari jalan keluarnya supaya
kekayaan alam di Indonesia tidak di ambil negara lain, salah satunya dengan
mengelola semua kekayaan yang ada dengan bijaksana.
Berikut lampiran data grafisnya:

2.4. Pengertian Kebijakan Moneter dan Contohnya

Kebijakan moneter adalah keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam


rangka menunjang aktivitas ekonomi melalui berbagai hal yang berkaitan dengan
penetapan jumlah peredaran uang di masyarakat. Tujuan utama kebijakan moneter
adalah menjaga kestabilan ketersediaan uang suatu negara.

Contohnya adalah pengendalian inflasi. Saat inflasi tinggi, artinya uang


yang beredar terlalu banyak, sehingga bank sentral akan mengambil kebijakan
moneter dengan menarik uang yang beredar lewat kebijakan kenaikan suku bunga.
Saat suku bunga tinggi, otomatis akan menarik masyarakat untuk menyimpan
uangnnya di perbankan atau instrumen lainnya ketimbang menggunakannya untuk
konsumsi.
2.5. Pengertian Kebijakan Fiskal dan Contohnya

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan


penerimaan pemerintah. Bentuk penerimaan ini adalah pajak bersih yang
diperoleh dari sektor rumah tangga. Pajak ini digunakan oleh pemerintah untuk
membiayai pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan pemerintahan. Kebijakan
fiskal merupakan bagian dari kebijakan ekonomi makro yang digunakan untuk
mencapai sasaran pembangunan.

Fungsi kebijakan fiskal secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu fungsi
penetapan sasaran anggaran, fungsi distribusi pendapatan dan subsidi, serta fungsi
stabilisasi ekonomi. Fungsi alokasi anggaran bertujuan untuk
tujuan pembangunan ekonomi. Fungsi distribusi pendapatan dan subsidi
dimaksudkan untuk upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Sedangkan fungsi
stabilisasi ekonomi makro dimaksudkan untuk mencapai
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah membuat kebijakan fiskal untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan
berbentuk pajak pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter,
yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat suku
bunga dan jumlah uang beredar.

Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.


Perubahan tingkat dan komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah dapat
memengaruhi variabel-variabel meliputi permintaan agregat dan tingkat aktivitas
ekonomi, pola persebaran sumber daya dan distribusi pendapatan. Pemerintah
yang menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal
pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang
diinginkannya. Dengan melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan
kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat
mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.

Contoh kebijakan fiskal di Indonesia pertama yaitu tax amnesty,


pembebasan pajak berupa pengurangan atau peniadaan dalam kurun waktu
tertentu bagi masyarakat yang mau melaporkan seluruh kekayaannya. Contoh
kebijakan fiskal yang kedua adalah subsidi BBM dan gas. Tujuan kebijakan fiskal
di bidang bahan bakar ini adalah memperlancar mobilitas dan transaksi ekonomi
masyarakat.Contoh terakhir kebijakan fiskal adalah penetapan harga jual
maksimum untuk barang tertentu, yang disebut dengan kebijakan HET. Barang
dengan HET umumnya adalah obat-obatan dan sembako.

2.6. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Produksi dan Pengeluaran


Pada Sektor Pertanian.

Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank


Indonesia sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan mengatur
jumlah uang yang beredar (JUB) dan tingkat suku bunga. Kebijakan moneter
tujuan utamanya adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB).

Kebijakan moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan


ekonomi pemerintah lainnya. Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya.
Jika dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah maka dalam kebijakan moneter Bank Sentral (Bank
Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang bersedar (JUB).

Melalui kebijakan moneter, Bank Sentral dapat mempertahankan,


menambah, atau mengurangi JUB untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus
mempertahankan kestabilan harga-harga. Berbeda dengan kebijakan fiskal,
kebijakan moneter memiliki selisih waktu (time lag) yang relatif lebih singkat
dalam hal pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena Bank Sentral tidak memerlukan
izin dari DPR dan kabinet untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi dalam perekonomian.

Pada dasarnya kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas inflasi.Dimana


Inflasi adalah suatu kondisi atau keadaan terjadinya kenaikan harga untuk semua
barang secara terus-menerus yang berlaku pada suatu perekonomian tertentu.
Inflasi yang tinggi mengancam perekonomian. Indonesia pernah mengalami
inflasi yang tinggi, yaitu periode 1965-1966 mencapai 650% sehingga timbul
gejolak di masyarakat menuntut penurunan harga yang dikenal dengan TRITURA
(Tiga Tuntutan Rakyat), diantaranya adalah tuntutan penurunan harga barang-
barang yang telah menyengsarakan rakyat. Pada pertengahan tahun 1997 hingga
pertengahan tahun 1999 inflasi sangat tinggi. Berdasarkan catatan BPS dalam
tahun 1998 saja inflasi mencapai 80%.

Ciri-ciri inflasi adalah sebagai berikut :


a. Jumlah Uang Beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang
beredar, yang ditunjukkan oleh Agregate Demand (AD) lebih besar dari
Agregate Supply (AS).
b. Harga cenderung mengalami kenaikan secara terus-menerus. Dengan
demikian, bila harga naik hanya seketika dan kemudian turun kembali atau
dengan kata lain harga naik tidak terus-menerus, maka belum dapat
dikatakan terjadinya inflasi.
c. Nilai tukar uang mengalami penurunan.

Faktor Penyebab Inflasi Pada hakikatnya terdapat 2 (dua) faktor penting


sebagai penyebab Inflasi, yaitu faktor demand dan supply terhadap uang. Inflasi
yang disebabkan faktor demand dikenal dengan Demand Inflation, dan yang
bersumber dari faktor supply disebut dengan Cost Push Inflation. Namun, bagi
Negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, inflasi juga dapat ditimbulkan
dari luar negeri.
Sumber atau penyebab inflasi dapat ditemukan sebagai berikut :
a. Inflasi Tarikan Pemerintah (Demand Inflation)
Pada masa perekonomian suatu Negara tumbuh secara pesat, dimana
kesempatan kerja teralokasi secara penuh (full employment), tingkat
pendapatan masyararakat bertambah, baik bersumber dari upah/gaji, sewa,
maupun dividen. Dengan kata lain, bertambahanya daya beli masyarakat.
Kenaikan daya beli masyarakat akan mendorong pada peningkatan
pengeluaran membeli barang dan jasa. Bila peningkatan permintaan tidak
mampu diikuti oleh peningkatan produksi barang dan jasa, maka untuk
mengantisipasi besarnya kenaikan aggregate demand yang melebihi dari
kemampuan menghasilkan barang dan jasa adalah dengan menaikkan harga
barang dan jasa beredar, maka terjadilah inflasi. Inflasi ini biasa juga dikena
sebagai demand inflation.
b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi ini juga terjadi pada kondisi perekonomian berkembang secara
pesat,dengan tingkat pengangguran tergolong rendah. Dalam pertumbuhan
ekonomi yang pesat, mendorong buruh/karyawan untuk menuntut
kenaikan upah. Selanjutnya pada kondisi perekonomian tumbuh pesat,
perusahaan berusaha menambah tenaga kerja untuk membantu
meningkatkan volume produksi. Keadaan ini juga akan menyebabkan
kenaikan upah dan gaji. Naiknya tingkat upah dan gaji sudah tentu
menaikkan biaya produksi dan operasi. Kenaikan biaya produksi dan
operasi mendorong pada kenaikan harga jual produk, sehingga terjadi
inflasi.Pihak-pihak yang dirugikan karena terjadinya inflasi adalah :
Pihak yang dirugikan terutama masyarakat yang berpendapatan tetap,
seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ABRI, karena dengan kenaikan
harga barang-barang akan berkurang jumlah barang-barang yang dapat
dibeli (daya belinya berkurang).

Pihak-pihak yang diuntungkan karena terjadinya Inflasi adalah :


a) Investor atau dunia usaha yang akan mengalami keuntungan dari kenaikan
harga produk yang mereka hasilkan atau yang dijual.
b) Pemerintah akan mengalami keuntungan karena mengalami peningkatan
pendapatan dari pajak serta mampu mengatasi pengangguran karena semakin
luasnya kesempatan kerja.
c) Para petani dapat diuntungkan karena pendapatan mereka akan bertambah dari
penjualan hasil pertanian yang mereka usahakan (Karya,2017).Dikarenakan harga
naik terus menerus sehingga pendapatan mereka bertambah.

Walaupun inflasi bisa mendatangkan keuntungan.Namun jika terus


menerus akan memperparah keadaan ekonomi negara.Oleh karena itu kita
melakukan suatu kebijakan salah satunya kebijakan moneter.Kebijakan moneter
adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi
yang diinginkan (meningkatkan output keseimbangan atau terpeliharanya
stabilitas harga) dengan mengatur jumlah uang beredar.
Adapun Tujuan dari Kebijakan Moneter adalah untuk mensejahterahkan
rakyat dengan cara menaikan perekonomian Indonesia, meminimalisirkan
pengangguran serta mengatur mata uang dalam satu negara.
Tetapi tidak selalu terpaku dengan satu tujuan karena tujuan kebijakan
moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu disesuaikan dengan
kebutuhan perekonomian suatu negara.Kebijakan moneter dapat
menargetkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang rendah dianggap sehat bagi
perekonomian sebuah negara. Namun, jika inflasi sudah sangat tinggi, kebijakan
moneter diharapkan dapat mengatasi masalah ini.

 Nilai tukar mata uang

Dengan menggunakan otoritas fiskal, bank sentral dapat mengatur nilai tukar
antara mata uang domestik dan asing. Sebagai contoh, bank Indonesia dapat
meningkatkan jumlah uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang
cetak. Dalam kasus seperti itu, mata uang negara tersebut menjadi lebih murah
dibandingkan dengan mata uang negara lain.

 Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat

Meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke
dalam negeri atau sebaliknya. Dengan cara ini maka persaingan produk dalam
negeri akan bersaing dan pastinya akan mempunyai kualitas sehingga dapat di
ekspor ke luar negeri.

Instrumen Kebijakan Moneter

 Kebijakan Operasi Pasar Terbuka

Ini merupakan salah satu kebijakan yang diambil oleh bank sentral untuk
mengurangi atau menambah jumlah uang yang sedang beredar di masyarakat
dengan cara melakukan pembelian atau penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
atau dengan melakukan pembelian atau penjualan surat berharga yang dijual di
pasar modal.

 Kebijakan Diskonto

Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar


dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan
jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral
mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku
bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.

Contoh Untuk Bidang Pertanian:

Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap PDB sektor pertanian. Hal ini
berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang beredar, maka PDB sektor
pertanian akan semakin meningkat.

 Kebijakan Cadangan Kas

Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan


cadangan kas (cash ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam
bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya.
Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah dan tidak boleh
dipinjamkan.

 Penyesuaian tingkat suku bunga

Bank sentral dapat mempengaruhi suku bunga dengan mengubah tingkat diskonto.
Tingkat diskonto (tarif dasar) adalah suku bunga yang dikenakan oleh bank
sentral kepada bank untuk pinjaman jangka pendek. Sebagai contoh, jika bank
sentral meningkatkan tingkat diskonto, biaya pinjaman untuk bank
meningkat.Selanjutnya, bank akan meningkatkan suku bunga yang mereka
tetapkan kepada pelanggan mereka. Dengan demikian, biaya pinjaman dalam
perekonomian akan meningkat, dan jumlah uang beredar akan berkurang.
Contoh Untuk Bidang Pertanian:

Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap PDB sektor


pertanian.Disebabkan bahwa program pemerintah dalam membantu pembiayaan
di sektor pertanian secara umum diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu 1) bantuan
secara langsung (grant) dan bersifat bergulir. Pada jenis ini tidak ada kewajiban
secara tegas untuk mengembalikan, baik pokok maupun bunga, dan 2) kredit
komersial dengan bantuan subsidi bunga oleh pemerintah. Pada jenis pertama
kelebihannya adalah petani benar-benar dibantu modal secara penuh tanpa ada
beban resiko untuk mengembalikan hutang sehingga mereka lebih tenang dalam
berusahatani. Selain itu, jika dikelola dengan baik oleh kelompok tani ada potensi
yang besar bagi petani/kelompok tani untuk pembentukan modal (capital
formation) sehingga mereka bisa mandiri dan tidak lagi memerlukan bantuan
modal di masa mendatang.

Bahkan dengan manajemen yang profesional kelompok tani yang awalnya


mendapat bantuan grant dapat membentuk lembaga keuangan mikro di tingkat
pedesaan yang dapat menyediakan dana secara kontinyu bagi usaha perekonomian
di perdesaan. Namun, bantuan modal dengan grant ini juga sarat dengan
kelemahan-kelemahan, seperti

1) kurang mendidik petani untuk lebih bertanggung jawab dan berperilaku


profesional dalam penggunaan dana masyarakat;

2) peluang terjadinya moral hazard sangat besar;

3) kontinuitas pelaksanaan sangat tergantung dengan keberadaan suatu kegiatan


sehingga ketika kegiatan berakhir program juga terhenti;

4) reward and punishment sangat lemah; dan

5) sangat membebani anggaran pemerintah dengan output yang tidak terukur


secara jelas.
Dalam kebijakannya Bank Sentral melakukan kebijakan moneter memiliki tiga
instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan tingkat
suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement
ratio). Adapun penjelasannya sebagai berikut;

1. Operasi pasar terbuka ( open market operation )

Yaitu kebijakan pemerintah mengendalikan jumlah uang yang bredar


dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Di
Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).

2. Kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) / Fasilitas Diskonto


(Discount Rate)

Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang


maksudnya adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank
umun yang meminjam ke bank sentral.

Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka


pemerintah melakukan suatu cara yaitu menurunkan tingkat bunga penjaman
(tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka
keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar,
sehingga jumlah uang yang beredar bertambah dan sebaliknya.

3. Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio )

Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang
beredar. Jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank
memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya.

Selain ketiga instrumen yang bersifat kuantitatif tersebut, pemerintah


dapat melakukan himbauan moral (moral suasion). Misalnya untuk
mengendalikan jumlah uang beredar (JUB) di masyarakat, Bank Indonesia
melalui Gubernur Bank Indonesia memberi saran supaya perbankan mengurangi
pemberian kredit ke masyarakat atau ke sektor-sektor tersebut.
Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan
moneter ekspansif dilakukan pemerintah jika ingin menambah jumlah uang
beredar di masyarakat atau yang lebih dikenal kebijakan uang longgar (easy
money policy). Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang
beredar di masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah kebijakan
moneter kontraktif atau yang lebih dikenal kebijakan uang ketat (tight money
policy). Selain itu dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Sentral dapat
menggunakan tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market
operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio
cadangan wajib (reserve requirement ratio).

Adapun tambahan sebagai berikut yakni dengan memberikan Imbauan moral

Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau


mengendalikan jumlah uang beredar.

2.7. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Produksi dan Pengeluaran Pada


Sektor Pertanian.

Selain Kebijakan Moneter.Suatu negara melakukan kebijakan


fiskal.Perbedaannya terletak pada instrument kebijakannya. Jika dalam kebijakan
moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar, maka dalam kebijakan
fiscal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya. Penerimaan
pemerintah berasal dari pajak. Sehingga dalam hal pajak, tiap-tiap warganegara
harus membayar pajak.

Kebijakan fiskal memberi dampak positif dalam pembangunan pertanian.


Hasil penelitian ditemukan bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemerintah daerah terutama belanja modal sektor pertanian, dapat meningkatkan
PDRB sektor pertanain dan pendapatan petani.

Kebijakan fiskal memberi dampak positif dalam pembangunan pertanian.


Oleh karena itu pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Selatan dalam
era otonomi daerah dewasa ini, diharapkan dapat mengambil kebijakan fiskal
yang dapat mendorong pembangunan pertanian, mengingat sebagaian besar
penduduknya berkerja pada sektor pertanian di perdesaan dengan tingkat
penghasilan yang rendah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak
kebijakan fiskal daerah terhadap pembangunan pertanian kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian ini menggunakan model ekonometrika dengan sistem


persamaan simultan. Model sistem persamaan simultan yang dibangun terdiri atas
19 persamaan struktural dan 8 persamaan identitas. Model tersebut dibagi ke
dalam tiga blok meliputi blok (1) fiskal, (2) permintaan agregat, dan (3) kinerja
perekonomian. Hasil penelitian ditemukan bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan
oleh pemerintah daerah terutama belanja modal sektor pertanian, dapat
meningkatkan PDRB sektor pertanain dan pendapatan petani. Sementara belanja
modal non pertanian dapat mendorong investasi swasta.

Selanjutnya investasi swasta dapat mendorong peningkatan produk


domestik regional non pertanian. Disamping itu investasi swasta juga dapat
menurunkan angka pengangguran. Sementara kemisikinan dapat diturunkan
seiring dengan peningkatan produk domestik regional bruto. Pada sisi lain
kebijakan fiskal dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dapat
mengurangi investasi swasta. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pemerintah
daerah memaksakan untuk menggali potensi pajak dan retribusi daerah, dapat
menimbulkan high cost economy yang berdampak pada turunnya investasi.
Dengan keterbatasan APBD, maka perlu dilakukan efisiensi penggunaan anggaran
terutama pada belanja lain-lain, dan belanja barang dan jasa, selanjutnya
digunakan untuk meningkatkan belanja modal untuk memperbaiki infrastrukur
yang ada.

Kebijakan fiskal adalah bentuk intervensi pemerintah untuk


mempengaruhi jalannya perekonomian dengan maksud agar keadaan
perekonomian tidak terlalu menyimpang dari keadaan yang diinginkan dengan
alat (policy instrument variable) berupa Pajak (T), Transfer Pemerintah (Tr), dan
Pengeluaran Pemerintah (G). Kebijakan fiskal disebut juga kebijakan anggaran
(budgetary policy), dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), (Romer, 2001).
Penelitian kebijakan fiskal dan kinerja sektor pertanian telah banyak
dilakukan antara lain; Guimaraes (2010), mengkaji dampak kebijakan fiskal
terhadap perekonomian India menggunakan data tahun 1996-2009, Nurudeen dan
Usman (2010), menganalisis pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi
di Nigeria, menemukan bahwa kebijakan fiskal dapat memainkan peran yang
efektif terhadap perekonomian.sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi di
Nigeria, menemukan bahwa ada hubungan positif antara Produk Domestik Bruto
(PDB) dengan belanja pemerintah pada sektor pertanian dan investasi asing
langsung pada sektor pertanian.

Aden dan Bashir (2011) meneliti dampak investasi publik terhadap


pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Menggunakan data time series tahun 1970-
2008, menemukan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang pertanian,
pendidikan, pertahanan, dan jasa secara statistik signifikan, sementara
pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan, transportasi, dan telekomunikasi
secara statistik tidak signifikan.

Yudhoyono (2004), menggunakan model ekonometrika dengan sisitem


persamaan simultan, menyimpulkan bahwa kebijakan fiskal memegang peranan
penting dalam mendorong pembangunan pertanian, pengurangan kemiskinan dan
perekonomian perdesaan. Revitalisasi pertanian dapat dijadikan penggerak
pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Sudaryanto dan Rusastra (2006) melakukan kajian tentang kebijakan


strategis dalam rangka peningkatan peroduksi pertanian menemukan bahwa;
kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan pengentasan
kemiskinan sangat bergantung pada kemampuannya dalam mengatasi kendala
pengembangan yang dihadapi, mencakup keterbatasan pengembangan lahan
beririgasi, teknologi varietas unggul, ketersediaan anggaran pembangunan, dan
penyediaan sistem insentif untuk mendorong peningkatan produksi dan
pendapatan petani.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan fiskal memberi
dampak positif dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu pemerintah daerah
kabupaten dan kota di Provinsi Selatan dalam era otonomi daerah dewasa ini,
diharapkan dapat mengambil kebijakan fiskal yang dapat mendorong
pembangunan pertanian, mengingat sebagaian besar penduduknya berkerja pada
sektor pertanian di perdesaan dengan tingkat penghasilan yang rendah.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tahun 2021, proyeksinya (PDB) pertanian, kehutanan, dan perikanan


3,3% sampai dengan 4,27.Meningkatnya permintaan dan harga komoditas dinilai
akan mengerek PDB di sektor perkebunan. Termasuk di dalamnya adalah
komoditas ekspor unggulan Indonesia yakni kelapa sawit.

Sebagai informasi, PDB sektor perkebunan pada tahun 2020 lalu sebesar
1,33%. Pada tahun ini, PDB dari sektor perkebunan akan digenjot hingga
mencapai 4,1% sampai dengan 5,07%.

Dua sektor lain yang juga akan digenjot oleh pemerintah adalah
peternakan dan perikanan. PDB dari sektor peternakan ditargetkan mencapai
3,72% sampai dengan 4,68% sedangkan sektor perikanan 3,43% sampai 4,38%.

Pada bidang pertanian juga memiliki masalah-masalah. Jika dalam


pertanian terjadi masalah maka perekonomian suatu bangsa juga akan berubaha
terutama pada negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena pada negara
berkembang dominan penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Jika masalah
terjadi, maka akan mendapat kerugian dari semua pihak.

Dalam ekonomi pertanian pihak yang dirugikan adalah petani yang sulit
mengembalikan modal, konsumen yang harus membayar mahal untuk
mendapatkan kebutuhan pokok, dan pemerintah yang harus mengatur harga pasar
agar stabil dan harus mengeluarkan bahan baku bulog untuk membangtu
masyarakat yang membutuhkan. Hasil pertanian sangat dibutuhkan, karena
merupakan bahan pokok yang tidak bias tidak dimakan.
Misalnya sayuran, beras, cabai, dan lain-lain. Pada saat ini, pemerintah
mengurangi masalah tersebut dengan 2 kebijakan yaitu:

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan ini pada hakikatnya bukan wewenang pemerintah, karena


kebijakan moneter merupakan wewenang Bank Sentral, dalam hal ini adalah Bank
Indonesia. Ciri-ciri inflasi adalah sebagai berikut :

a) Jumlah Uang Beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang


beredar, yang ditunjukkan oleh Agregate Demand (AD) lebih besar dari
Agregate Supply (AS).
b) Harga cenderung mengalami kenaikan secara terus-menerus. Dengan
demikian, bila harga naik hanya seketika dan kemudian turun kembali atau
dengan kata lain harga naik tidak terus-menerus, maka belum dapat
dikatakan terjadinya inflasi.
c) Nilai tukar uang mengalami penurunan.

Adapun Tujuan dari Kebijakan Moneter:

Tujuannya adalah untuk mensejahterahkan rakyat dengan cara menaikan


perekonomian Indonesia, meminimalisirkan pengangguran serta mengatur mata
uang dalam satu negara. Tetapi tidak selalu terpaku dengan satu tujuan karena
tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu
disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara.

Instrumen kebijakan moneter:

1. Kebijakan operasi pasar terbuka


2. Kebijakan diskonto
3. Kebijakan cadangan kas
4. Penyesuaian tingkat suku bunga

Pengaruh Kebijakan Fiskal terhadap Produksi dan Pengeluaran Pertanian

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah


untuk mengelola/mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau
diinginkan dengan cara mengubah penerimaan atau pengeluaran pemerintah. Jadi,
kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang sama persis dengan kebijakan moneter.
Perbedaannya terletak pada instrument kebijakannya. Jika dalam kebijakan
moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar, maka dalam kebijakan
fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya. Penerimaan
pemerintah berasal dari pajak. Sehingga dalam hal pajak, tiap- tiap warganegara
harus membayar pajak. Ini dilakukan agar perekonomian suatu bangsa. Selain itu,
kebijakan ini dilakukan bukan untuk pemerintah namun untuk semua orang.
Dimana dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Pembayaran pajak dilakukan
berdasarkan pekerjaan, jumlah barang yang dimiliki, dan pendapatan. Semakin
tinggi atau banyak pendapatan, maka pajak yang harus dibayar akan meningkat.
Dana pajak akan dialokasikan untuk pembangunan-pembangunan seperti halnya
memberikan bibit secara cuma-cuma kepada petani.

3.2. Saran

Dengan adanya makalah ini, kami menyarankan kepada para mahasiswa/i


untuk memahami materi tersebut agar mahasiswa/i dapat mengetahui serta
memahami bagaimana riset dalam bidang makroekonomi dan peran pemerintah
dalam bidang pertanian dengan baik. Untuk itu pelajarilah materi mengenai riset
dalam bidang makroekonomi dan peran pemerintah dalam bidang pertanian ini
dengan baik dan sungguh-sungguh agar dapat dimengerti, karena dengan
mempelajarinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita, khususnya di
bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, L., & Hermawan, I. (2011).PENGARUH ASPEK FISKAL DAN
MONETER TERHADAP PDB SEKTOR PERTANIAN. Jurnal
Ekonomi & Kebijakan Publik, 2(1), 459-494.
Bengi, B. S. (2019). Analisis Pengaruh Realisasi Kredit Sektor Pertanian
Terhadap Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Provinsi Aceh.
Deger, S. (1986). Pembangunan ekonomi dan pengeluaran
pertahanan. Perkembangan ekonomi dan perubahan
budaya , 35 (1), 179-196.
Julia, D., Asmara, A., & Heriyanto, H. (2015). Dampak kebijakan fiskal
terhadap kinerja sektor pertanian di provinsi Riau. Dinamika
Pertanian, 30(3), 233-248.
SITOHANG, O., Yusuf, M. K., & Asngari, I. (2016). PENGARUH GDP,
NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP INFLASI DI
INDONESIA (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Warjiyo, P. (2017). Kebijakan moneter di indonesia (Vol. 6). Pusat
Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Wicaksono, R., & Purwanti, E. Y. (2001). Analisis Pengaruh PDB Sektor
Industri, Upah Riil, Suku Bunga Riil, dan Jumlah Unit Usaha
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan
Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990-2008 (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).
Wuryandani, D., & Meilani, H. (2013). Peranan kebijakan pemerintah
daerah dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik, 4(1), 103-115.

Anda mungkin juga menyukai