Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI

Kapital dalam Tindakan Ekonomi di Era Digital

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Hapipah Ismika Sari (19070026)


2. Pipit Fauriza (19070034)
3. Nabilah Ariqah (19070043)
4. Rahmad Fadli Dianto (19070035)

Dosen Pengampu :

Dr. Irwan, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

(SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN)

STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini
dapat kami selesaikan. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.

Adapun pembuatan makalah ini untuk diajukan sebagai makalah kelompok


presentasi pada mata kuliah Sosiologi Ekonomi dengan judul Kapital dalam
Tindakan Ekonomi di Era Digital di Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP PGRI) Sumatera Barat dan atas dasar itulah maka kami
mengharapkan semoga makalah ini bisa digunakan sebagai bahan diskusi kelompok
sebagaimana mestinya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca dan
khususnya bagi penulis menjadi amal yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam
belajar. Aamiin.

Bengkulu, 30 Oktober 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………......................I

DAFTAR ISI………………………………………………............................II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………................1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...........2
1.3 Tujuan Penulis………………………………………………………........2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kapital Dalam Ekonomi di Era Digital……..............................................3


2.2 Konsep Kapital dari Tokoh Sosiologi klasik Hingga Kontemporer...........3
2.3 Bentuk Kapital pada Era Digital (Kapital Sosial, Kapital Budaya, Kapital
Simbolik, Kapital Manusia)………………………………………………7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………….....................12
3.2 Saran……………………………………………………….......................12

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kapital adalah istilah umum dalam
pengertian kepemilikan ekonomi material. Kapital dalam pengertian sempit,
menunjuk pada hal material seperti uang, barang dan kekayaan material lain. Karl
Marx mengatakan bahwa kapital adalah suatu modal yang dimiliki oleh kaum
kapitalis untuk menekan kaum proletar. Kapital dalam pandangan Marx lebih
bernilai sebagai alat untuk menguasai basis dan melanggengkan kekuasaan
kapitalis. Kapital adalah akumulasi pekerja bila dialokasikan secara pribadi atau
kelompok akan mengasilkan suatu energi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Bourdieu membagi kapital dalam empat bentuk yaitu kapital


ekonomi, kapital budaya, kapital sosial, dan kapital simbolik (Haryatmoko,
2010:17). Kapital ekonomi, salah satu kapital paling berpengaruh bersifat material
seperti uang, harta benda dan lain-lain Kapital sosial, kapital yang
mengedepankan relasi sosial dalam lingkup masyarakat tertentu. Pemilik kapital
sosial terbesar adalah siapapun jaringan relasi sosialnya paling luas di antara yang
lain. Kapital budaya, menjadi satu kapital yang berpotensi untuk dikonversi
menjadi uang, dan prestise dalam hal pendidikan. Kapital simbolik, satu-satunya
kapital yang tidak berbentuk, tidak mudah diterima logika pengetahuan, namun
dapat dikonversi menjadi ke tiga kapital yang lain. Pada dasarnya, kepemilikan
ekonomi memang menjadi sesuatu yang dikejar oleh banyak orang. Meski
demikian, masih ada kapital yang dapat diperoleh seseorang di luar ekonomi.

Bourdieu menunjukkaan bahwa teori kapital bisa digunakan untuk


membedah suatu persoalan konkret seperti pembaruan ilmu pengetahuan. Meski
demikian, kepentingan lain seperti politik, sosial dan lain sebagainya bisa
menempel pada arus yang sama. Makna kapital memang sudah berubah menjadi
suatu milik seseorang yang tidak hanya berupa kepemilikan ekonomi-material
saja, akan tetapi ketiga lain seperti kapital sosial, kapital budaya dan kapital
simbolik. Akan tetapi pembahasan mengenai kapital tidak bisa lepas dari fungsi

1
dominasi di dalam arena. Perolehan kapital bukan merupakan tujuan utama, akan
tetapi bisa bersaing di dalam arena.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Kapital dari Tokoh Sosiologi klasik Hingga


Kontemporer?
2. Jelaskanlah Bentuk Kapital pada Era Digital (Kapital Sosial, Kapital Budaya,
Kapital Simbolik, Kapital Manusia)?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep kapital dari Tokoh Sosiologi Klasik-Kontemporer.


2. Untuk mengetahui Bentuk Kapital pada Era Digital (Kapital Sosial, Kapital
Budaya, Kapital Simbolik, Kapital Manusia).
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi ekonomi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kapital Dalam Ekonomi di Era Digital

Konsep mengenai digital ekonomi pertama kali diperkenalkan Tapscott


(1998), menjelaskan sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai
karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses
instrumen informasi dan pemrosesan informasi dan kapasitas komunikasi.
Komponen ekonomi digital yang berhasil diidentifikasi pertama kalinya adalah
industri TIK, aktivitas e-commerce antarperusahaan dan individu, distribusi digital
barang-barang dan jasa-jasa, dukungan pada penjualan-penjualan barang-barang
terutama sistem dan jasa-jasa yang menggunakan internet.

Sedangkan konsep ekonomi digital lainnya adalah digitalisasi informasi


dan infrastruktur TIK (Zimmerman, 2000). Konsep ini sering digunakan untuk
menjelaskan dampak global teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya
pada internet, tetapi juga pada bidang ekonomi. Konsep ini menjadi sebuah
pandangan tentang interaksi antara perkembangan inovasi dan kemajuan teknologi
dan dampaknya pada ekonomi makro maupun ekonomi mikro. Ekonomi digital
adalah sektor ekonomi meliputi barang-barang dan jasa-jasa saat pengembangan,
produksi, penjualan atau suplainya tergantung kepada teknologi digital.

2.2 Konsep Kapital dari Tokoh Sosiologi Klasik Hingga Kontemporer

Dilandasigrand theory dicetus-kan tokoh-tokoh klasik sosiologi Marx,


melahirkan pemikiran teoritis di level mikro akan dikemukakan beberapa catatan
mengenai perkembangan teori Sosiologi Ekonomi yang dominan mempengaruhi
studi-studi sampai era kini. Beberapa teori penting memiliki kekuatan bagi
perkembangan terkini (state of the art) studi-studi Sosiologi Ekonomi di
Indonesia, antara lain teori pilihan rasional (Coleman), Teori Jaringan Sosial
dengan Ketertambatan Sosial (Granovetter) dan teori New Institusionalis berikut
ini:

3
a. Teori Pilihan Rasional (James S Coleman 1988; 1990)
Teori pilihan rasional berada dalam tataran middle range theory
berlandas-kan kepada teori umum (grand theory), yakni tindakan rasional yang
digagas oleh Max Weber. Berlandaskan grand theory dari Weber mengenai
rasionalitas atau lebih spesifiknya adalah tindakan rasional, serta perspektif
pilihan rasional pada tataran middle range theory seperti yang dikemukakan
oleh Coleman, maka periode waktu terakhir ini berkembang studi-studi yang
mengkaji kapital sosial secara khusus, dan representasi kapital secara umum
dari sudut pandang Sosiologi Ekonomi, dikaitkan dengan pengambilan
keputusan transaksi sosial ekonomi.
Oleh karenanya, berdasarkan penjelasan di atas dalam tindakan
rasional dikaitkan satu dengan yang lainnya, yakni aktor (diasumsikan
rasional); pilihan dari beragam sumber tersedia; penguasaan atas sumber-
sumber oleh si aktor; dan kepentingan pribadi. Dengan demikian timbul
pertanyaan mengapa Coleman tidak mengacu kepada pemikiran
Fungsionalisme Struktural dalam menjelaskan teori pilihan rasional. Hal ini
tidak terlepas dari kritiknya terhadap aliran sosiologi dan aliran ekonomi,
yakni dua aliran yang berupaya menjelaskan kapital sosial hingga dekade
1980-an.
Kritik yang dikemukakan sangat fatal bagi perkembangan teori yang
tidak mempertimbangkan atau mengabaikan aktor “mesin tindakan”. Kritik
itu ditujukan kepada aliran sosiologi yang menganggap aktor itu dibentuk oleh
lingkungan (sistem atau struktur), bersifat pasif, serta tidak memiliki kekuatan
dari dalam untuk menentukan tindakannya. Faktanya dalam dunia sosial
tidaklah demikian. Menurut Coleman, individu manusia bukan hanya sekedar
tempat ataupun media bagi bekerjanya suatu struktur sosial.

b. Teori Jaringan Sosial (Granovetter, 1985;2005)

Granovetter mengetengahkan gagasan mengenai pengaruh struktur


sosial terutama dibentuk berdasarkan jaringan sosial (network), terhadap
manfaat ekonomis khususnya menyangkut kualitas informasi. Ia lebih lanjut
menjelaskan empat prinsip utama melandasi pemikiran mengenai adanya

4
hubungan pengaruh antara jaringan sosial (network) dengan manfaat ekonomi,
yakni:

(i) Norma dan densitas network;

(ii)The Strength of Weak Tiesyakni manfaat ekonomi, yang ternyata


cenderung didapat dari jalinan ikatan yang lemah. Ia menjelasakan bahwa
pada tataran empiris, informasi baru misalnya, akan cenderung didapat dari
kenalan baru dibandingkan dengan teman dekat yang umumnya memiliki
wawasan yang hampir sama dengan individu, dan kenalan baru relatif
membuka cakrawala dunia luar individu.;

(iii) The Importance of Structural. Holes, yakni adanya peran lubang struktural
diluar ikatan lemah maupun ikatan kuat berkontribusi untuk menjembatani
relasi individu dengan pihak luar (outsider) dan

(iv) The Interpenetration of Economic and Non-Economic Actionyaitu adanya


kegiatan- kegiatan non ekonomis yang dilakukan dalam kehidupan sosial
individu yang ternyata mempengaruhi tindakan ekonominya. Dalam hal ini
Granovetter menyebutnya ketertambatan tindakan non ekonomi dalam
kegiatan ekonomi sebagai akibat adanya jaringan sosial.

c. Teori New Institutionalism (Nee, 2005)


Pemikiran Nee (2005) mengenai new institutionalism diawali
gagasannya untuk menjelaskan bagaimana instistusi berinteraksi dengan
jaringan sosial (social network) dan norma-norma sosial dalam mengarahkan
tindakan-tindakan ekonomi. Ia menjelaskan pendekatan dikemukakan oleh
Granovetter dalam memandang jaringan sosial menyatakan aktor ekonomi
bukan atom (lepas dari konteks masyarakat), bukan pula sepenuhnya patuh
pada aturan sosial; tingkah laku aktor melekat pada realitas relasi sosial
(concrete, on-going social relation); Hubungan sosial bukan institusi; institusi
makro melahirkan trust dalam kegiatan ekonomi. Pandangan New
Institutionalism mengemukakan Granovetter hanya menjelaskan proximate
causes tanpa menjelaskan large/macro causes; Juga menurut Nee, Granovetter

5
tidak menjelaskan mengapa aktor decouple (terpisah/terlepas) dari hubungan
sosial untuk mengejar kepentingan ekonomi?.
Berlandaskan kepada kritik terhadap pendekatan New Institutional
Economic dan mencermati pandangan Garnovetter di atas, Nee mengemu-
kakan model institusional baru dari perspektif Sosiologi Ekonomi. Model ini
memandang mekanisme institusional memiliki penyebab lebih dalam karena
sangat menentukan insentif. Dalam pandangan New Institusional Sosiologi
Ekonomi, norma-norma yang ada akan bernteraksi dengan formal rules dalam
merealisasikan kepentingan individu. Pada intinya, Nee (2005)
mengemukakan adanya mekanisme integrasi hubungan formal dan informal
pada setiap level kausal, yakni pada tataran mikro (individu), meso (kelompok
ataupun organisasi), dan tataran makro berupa lingkungan kebijakan (policy
environment), termasuk ketentuan pengembangan sistem dan usaha agribisnis.
Kemudian Social capital yang komtemporer ditawarkan pertama kali
tahun 1986 (Lin, 2001; Bourdie,1986). Sosial capital kontemporer menurut
Bordie 1986 mengatakan social capital merupakan keseluruhan sumber konsep
aktual atau potensial, yang dihubungkan dengan kepemilikan dari suatu
jaringan yang tahan lama atau lebih kurang hubungan timbal balik antar
institusi yang dikenalnya. Dalam kontek bisnis social capital sama dengan,
sumber informasi. Gagasan, kesempatan bisnis, modal keuangan, power,
dukungan emosional, goodwill, kepercayaan dan kerjasama yang disediakan
oleh individu dan jaringan kerja bisnis (Baker, 2000). Ada tiga dimensi dari
social capital yaitu ikatan (Bonds), jembatan (bridges), dan hubungan
(lingkages), ikatan (Bonds) yang mengambarkan hubungan kekerabatan
keluarga dekat, teman dekat.
Social capital terdiri dari tiga level yaitu membagikan social capital
mikro level, meso level dan makro level Akdere (2005). Social capital pada
makro level merupakan langkah dimana social capital dimanfaatkan pada
cakupan yang lebih luas. Pada tingkatan ini penggunaan social capital
meliputi, seperti pemerintah, penegakan kepastian hukum sipil, kebebasan
berpolitik, berdampak pada pencapaian ekonomi suatu negara, penentuan
suatu fungsi pemerintah, dan tipe pengembangan ekonomi sektor publik.
Social capital meso level digambarkan sebagai suatu perspektif struktural
dimana jaringan social capital terstruktur dan sumber daya mengalir sepanjang

6
jaringan kerja. Secara keseluruhan social capital meso level berhubungan
dengan pengembangan dan pertumbuhan organisasi lokal atau dalam
organisasi itu sendiri. Selanjutnya, social capital mikro level berhubungan ego
dengan orang lain, pengembangan individu dan pertumbuhan pribadi.

2.3 Bentuk Kapital Di Era Digital


*Kapital Sosial dan Kontroversi Pemahaman Kapital Sosial
1. Defenisi Kapital
Konsep kapital sosial telah menjadi perhatian oleh banyak ilmuan ilmu
ekonomi, ilmu politik dan sosiologi. Oleh karena itu konsep kapital sosial
akan dipahami melalui pandangan beberapa ilmuan yang dikenal menaruh
perhatian tentang hal ini, selain itu diperbincangkan dengan hal yang berkaitan
dengan kapital. Pendapat tokoh tersebut sebagai berikut :
1. Piere Bourdieu (1986) mendefenisikan kapital sosial sebagai “sumber daya aktual
dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial terlembaga
serta berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik
(dengan kata lain keanggotaan dalam kelompok sosial) memberikan kepada
anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif”.
2. James Coleman (1990:300), memberi batasan kapital sosial sebagai “seperangkat
sumber daya inheren dalam hubungan keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas
serta sangat berguna bagi pengembangan kognitif dan sosial seorang anak”. Coleman
menambahkan bahwa kapital sosial merupakan aspek dari struktur sosial serta
memfasilitai tindakan individu dalam struktur sosial.
3. seorang ilmuan politik Robert Putnam (1999) memberi defenisi kapital sosial
sebagai “ jaringan-jaringan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang timbul diantara para
anggota perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk manfaat
bersama”.
4. Jonathan H. Turner berpendapat bahwa kapital sosial menunjukan pada kekuatan-
kekuatan yang meningkatkan potensi untuk perkembangan ekonomi dalam suatu
masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola
organisasi sosial.
5. Robert M.Z Lawang (2004) mendefinisikan kapital sosial sebagai semua kekuatan
sosial komunitas yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu

7
pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual
atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya.
6. Nan Lin pengertian kapital sosial sebagai suatu investasi dalam hubungan sosial
oleh individu-individu melalui mana mereka memperoleh akses terhadap sumber-
sumber terlekat untuk meningkatkan hasil yang diharapkan dari tindakan yang
ekspresif atau instrumental. Perspektif dan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kapital sosial merupakan investasi sosial yang meliputi sumber daya sosial seperti
jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakkan struktur
hubungan sosial untuk mencapai tujuan individu atau kelompok secara efisien dan
efektif dengan kapital lainnya.

2. Kotroversi Pemahaman Kapital Sosial

A. Kapital Sosial

Menurut Coleman (1990) memiliki berbagai bentuk, yaitu; kewajiban dan


harapan, potensi informasi, norma dan sanksi yang efektif, hubungan otoritas, dan
organisasi sosial bisa digunakan secara tepat. Sedangkan Partiko dan kawan-kawan
(2001) menemukan berdasarkan studi literatur tiga level bentuk kapital sosial yaitu;
nilai, institusi dan mekanisme.

Apa yang dikatakan oleh Coleman dan Partiko dkk dilihat Portes sebagai
sumber kapital sosial. Konsep kapital sosial merujuk pada kemampuan individu
untuk memobilisasi sumber-sumber langka terhadap permintaan. Sumber langka
tersebut memiliki karakteristik sebagai hadiah, sebab sumber tersebut tidak
diharapkan untuk dibayar dalam sejumlah uang atau nilai-lainnya pada periode
masa tersebut. Portes mengajukan 4 sumber kapital sosial, yaitu; nilai, solidaritas,
resiprositas dan kepercayaan. Misalnya mendidik anak sampai berhasil merupakan
kapital sosial, tetapi sumber dari kapital yang berlandaskan nilai diterima umum
dalam masyarakat. Sedangkan kapital sosial adalah kemampuan sesorang untuk
mendidik anak sehingga berhasil. Keberhasilan tersebut pada akhirnya membuat
orang tersebut pada masa datang menerima sesuatu dari anak, perlakuan sosial
yang baik dari anak pada masa tuanya. Kapital sosial juga dapat dikatakan sebagai
investasi sosial, adalah sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan
norma serta kekuatan menggerakkan. Kapital sebagai investasi sosial, oleh karena

8
itu memiliki aspek statis dan dinamis. Aspek statis dari kapital sosial adalah
sumber daya sosial, sedangkan aspek dinamisnya adalah kekuatan menggerakan.

B. Kapital Budaya
Dalam kajian Sosiologi tentang kapital, Pierre Bourdiue dikenal sebagai
tokoh pemuka dalam studi tentang kapital budaya. Meskipun beberapa teorinya di
pandang sukar. Namun ada beberapa pandangannya yang bisa dirangkai menjadi
suatu pemahaman keseluruhan tentang kapital budaya. Penjelasan detail mengenai
batasan Bourdieu ditulisakn oleh Lee, kapital budaya di definisikan sebagai
kepemilikan kompentensi kultural tertentu, atau seperangkat pengetahuan kultural
yang dibedakan secara khusus dan klasifikasi rumit dari barang barang kultiral dan
simbolis. Disimpulkan bahwa kapital budaya merupakan kepemilikan kompentensi
atau pengetahuan kultural yang menuntun selera bernilai budaya dan pola pola
konsumsi tertentu, yang dilembagakan dalam bentuk kualifikasi pendidikan.
Menurut Lawang, Bourdie menjelaskan kapital budaya dalam tiga dimensi: yaitu
dimensi manusia yang wujudnya adalah badan, dimensi objek yang wujudnya
dalam bentuk apa saja yang pernah di hasilkan oleh manusia, dan dimensi
institusional, khususnya menunjukan pada pendidikan.

Dengan demikian, kapital budaya menunjukan pada keadaan yang


berwujud potensial, bagi seseorang yang dapat diuangkan atau dipertukarkan
dengan kapital lainnya. konsep kapital budaya dengan beberapa konsep, ranah
(field) dan habitus. Ranah adalah jaringan antar posisi objektif. Sedangkan habitus
adalah “struktur mental atau konigtif” yang di gunakan aktor untuk mengarungi
kehidupan sosial. Contoh selera Anda terhadap makanan mencerminkan siapa diri
Anda di antara orang-orang lain. Pada saat Anda akan membeli makanan tentu
Anda merencanakannya akan membeli sesuatu. Dasar pertimbangan terhadap
rencana membeli sesuatu tersebut berhubungan dengan ranah dan habitus yang
dimiliki. Apakah sama keputusan Anda jika anda sebagai seorang buruh
dibandingkan bila Anda adalah seorang profesional?. Jelas beda,
selera seorang buruh berasal dari kondisi pengalaman kerja dan beban
kehidupan mereka. Seorang buruh bekerja keras secara manual dan memiliki
kapital ekonomi yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan hidup
(kondisi ini dapat disebut sebagai ranah). Ranah tersebut mempengaruhi hasrat

9
mereka yang cenderung pada pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisikal seperti
jumlah makanan yang dapat di beli untuk dikonsumsi. Sedangkan seorang
profesional tumbuh dan kembang dalam pendidikan yang memberikan kemampuan
abstraksi dan sikap mental edukatif (perlu diingat ini sebagai kapital budaya).
Selain itu sebagai profesional karena kondisi pekerjaannya dan kapital budaya
yang dimiliki serta kapital ekonomi yang relatif baik. kondisi objektif ini, juga
dikenal sebagai ranah, memengaruhi hasrat mereka yang cenderung pada
pemenuhan kebutuhan yang bersifat abstrak seperti kualitas dan citra dari apa yang
mereka konsumsi. Kondisi objektif ini dibatinkan melalui habitus sebagai hasrat
yang diekspresikan dalam selera. (Damsar dan indrayani, 2013:218-221)

C. Kapital Simbolis
Bourdieu dipandang sebagai peneruka dalam studi tentang kapital simbolik.
Turner, misalnya, melihat kapital simbolik sebagai ‘penggunaan simbol-simbol
untuk melegitimasi pemilikan tingkat dan konfigurasi ketiga bentuk kapital lainnya
(yaitu kapital ekonomi, kapital sosial, dan kapital budaya)’. Sedangkan Lee
mencoba melukiskan hubungan antara kapital simbolik dengan kapital lainnya
melalui proposisi berikut: “semakin besar kepemilikan dan investasi modal
pendidikan dan kulutral, semakin artikulatif dan khas bentuk konsumsi kultural
yang dilakukan, dan dengan demikian semakin besar pula hasil modal simbolis
yang dapat di peroleh”. kemudian Pemahaman Jenkins, serta Ritzer dan Goodman,
kapital simbolik terwujud dalam prestise, status, otoritas, dan kehormatan (gengsi)
sosial.Dari berbagai, pemahaman para sosiolog dapat disimpulkan bahwa prestise,
status, otoritas , dan kehormatan (gengsi) sosial, yang berasal dari keterampilan
mengatur symbol sosial.
Contoh, seorang yang baru saja mendapatkan undian senilai Rp. 500 Milyar
akan masuk ke dalam golongan ekonomi atas, namun orang tersebut memiliki
kapital budaya dan kapital simbolik yang tinggi. Berasal dari seorang yang berasal
dari keluarga kaya, melalui sosialisasi atau reproduksi sosial, memperoleh jenis
pendidikan, gaya, rasa, dan selera tertentu tentang sesuatu (makanan, pakaian,
perabotan rumah, musik, drama, sastra, lukisan filim, fotografi, dan preferensi etis
lainnya) pada gilirannya memberi dampak terhadap perbedaan orang dalam
prestise, status, otoritas dan kehormatan (gengsi) sosial. Dengan kata lain

10
keterampilan mengatur simbol sosial tidak serta merta atau segera diperoleh
seseorang ketika ia mendapatkan kapital ekonomi yang tinggi, karena ketrampilan
tersebut diperoleh melalui proses yang panjang melalui pendidikan, sosialisasi atau
reproduksi sosial lainnya. (Damsar dan indrayani,2013:224.

Bagaimana hubungan antara kapital ekonomi, kapital sosial, kapital budaya,


dan kapital simbolik dapat di ringkas dan dilihat melalui tabel di bawah ini:

Jenis Kapital Perbedaaan Persamaan


Ekonomi Langsung menjadi uang Uang
Sosial Tidak langsung menjadi uang. Menjadi uang melalui
Perlu kondisi tertentu. pembentukan eknomi
Kewajiban sosial, koneksi
Budaya Tidak langsung menjadi uang. Menjadi uang melalui
Perlu kondisi tertentu. Ijazah, pembentukan kapital
sertifikat lainnya. ekonomi
Simbolis Tidak langsung menjadi uang. Menjadi uang untuk
Perlu kondisi tertentu. melalui pembentukan
Keterampilan mengatur simbol kapital ekonomi

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kapital dalam pandangan Marx lebih bernilai sebagai alat untuk menguasai
basis dan melanggengkan kekuasaan kapitalis. Kapital adalah akumulasi pekerja bila
dialokasikan secara pribadi atau kelompok akan mengasilkan suatu energi sosial
dalam kehidupan masyarakat. Menurut Bourdieu membagi kapital dalam empat
bentuk yaitu kapital ekonomi, kapital budaya, kapital sosial, dan kapital simbolik
(Haryatmoko, 2010:17). Kapital ekonomi, salah satu kapital paling berpengaruh
bersifat material seperti uang, harta benda dan lain-lain Kapital sosial, kapital yang

11
mengedepankan relasi sosial dalam lingkup masyarakat tertentu. Pemilik kapital
sosial terbesar adalah siapapun jaringan relasi sosialnya paling luas di antara yang
lain. Kapital budaya, menjadi satu kapital yang berpotensi untuk dikonversi menjadi
uang, dan prestise dalam hal pendidikan.
Kapital simbolik, satu-satunya kapital yang tidak berbentuk, tidak mudah
diterima logika pengetahuan, namun dapat dikonversi menjadi ke tiga kapital yang
lain. Pada dasarnya, kepemilikan ekonomi memang menjadi sesuatu yang dikejar oleh
banyak orang. Meski demikian, masih ada kapital yang dapat diperoleh seseorang di
luar ekonomi. Bourdieu menunjukkaan bahwa teori kapital bisa digunakan untuk
membedah suatu persoalan konkret seperti pembaruan ilmu pengetahuan. Makna
kapital memang sudah berubah menjadi suatu milik seseorang yang tidak hanya
berupa kepemilikan ekonomi-material saja, akan tetapi ketiga lain seperti kapital
sosial, kapital budaya dan kapital simbolik.

1.2 Saran

Demikianlah, penyusunan makalah kelompok kami, apabila ada penulisan sistematika


kata yang kurang baik, analisis materi yang kurang mendalam dan lainnya masih ada
kesalahan, kami minta maaf, semoga bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa
memberikan kritik dan saran yang membangun. Terimakasih

12
DAFTAR PUSTAKA

Kapital Sosial, Kapital Budaya Dan Kapital Simbolis | PDF (scribd.com)

https://media.neliti.com/media/publications/24279-ID-profil-social-capital-suatu-
kajian-literatur.pdf

https://sg.docworkspace.com/d/sINLj2JVd8PrqiwY

http://repository.wima.ac.id/

https://id.scribd.com/

https://01kosongsatu.blogspot.com/2012/11/digital-economy-ekonomi-digital.html

Anda mungkin juga menyukai