Anda di halaman 1dari 18

Aliran utilitarian

dicetuskan
oleh filosof Inggris,
yakni Jeremy
Bentham (1748-1832)
dan John
Stuart Mill (1806-1873).
Kata “utility”
bermakna “berguna” atau
“kegunaan”.
Menurut teori ini, suatu
perbuatan
adalah baik jika
membawa manfaat
pada masyarakat secara
keseluruhan
atau banyak orang, dan
bukan pada
satu atau dua orang saja.
Kriteria
untuk menentukan baik
buruknya
suatu perbuatan adalah,
the greatest
Aliran utilitarian
dicetuskan
oleh filosof Inggris,
yakni Jeremy

ii
Bentham (1748-1832)
dan John
Stuart Mill (1806-1873).
Kata “utility”
bermakna “berguna” atau
“kegunaan”.
Menurut teori ini, suatu
perbuatan
adalah baik jika
membawa manfaat
pada masyarakat secara
keseluruhan
atau banyak orang, dan
bukan pada

iii
satu atau dua orang saja.
Kriteria
untuk menentukan baik
buruknya
suatu perbuatan adalah,
the greatest
liran utilitarian dicetuskan
oleh filosof Inggris,
yakni Jeremy
Bentham (1748-1832)
dan John
Stuart Mill (1806-1873).
Kata “utility”
bermakna “berguna” atau
“kegunaan”.
iv
Menurut teori ini, suatu
perbuatan
adalah baik jika
membawa manfaat
liran utilitarian dicetuskan
oleh filosof Inggris,
yakni Jeremy
Bentham (1748-1832)
dan John
Stuart Mill (1806-1873).
Kata “utility”
bermakna “berguna” atau
“kegunaan”.
Menurut teori ini, suatu
perbuatan
v
adalah baik jika
membawa manfaat
MAKALAH
TEORI ETIKA DALAM DUNIA MODERN

Oleh Kelompok 2 :

Nama : 1.Nur Anisah Siregar (21100015)

2. Monica Theresia Siregar (21100018)

Mata kuliah : Etika Bisnis

Dosen pendamping : Toharuddin Harahap,S.Pd.,M.M

vi
PENDIDIKAN EKONOMI KONSENTRASI
AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDKAN TAPANULI SELATAN
IPTS 2022

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Toharuddin
Harahap,S.Pd.,M.M Selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis
atas arahan dan bimbigannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan, 29 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. Utilitarisme ....................................................................................................3
B. Deontologi .....................................................................................................4
C. Teori Hak.......................................................................................................5
D. Teori Keutamaan ...........................................................................................7

BAB III : PENUTUP ...............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Etika adalah sebuah cabang dari ilmu filsafat dan berkaitan dengan studi
prinsip-prinsip moral dan tindakan moral seseorang dimasyarakat, untuk
menentukan etika yang benar, kita harus terlebih dahulu memahami arti dari
moralitas. Moralitas berkaitan dengan praktek-praktek dan kegiatan yang
dianggap benar atau salah, yang juga berkaitan dengan nilai-nilai dari praktek
tersebut yang menggambarkan prilaku yang sesuai dengan aturan yang dilakukan
dalam setting yang diberikan Makna yang terkandung dalam nilai-nilai etika yang
ada dan berlaku dimasyarakat tidak hanya menjadi hal yang harus diyakini oleh
masing-masing pribadi dimasyarakat, melainkan harus dijadikan sebagai norma
yang wajib dijalankan, dengan kata lain suatu nilai yang terkandung dalam etika
harus menjadi acuan, tujuan dan pedoman dalam bertindak dan berprilaku yang
akan membawa akibat dan pengaruh positif secara moral.
Dunia pendidikan dewasa ini, berpacu dengan semangat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang teknologi yang selalu menyajikan
berbagai macam sumber yang baru melalui media-media online. Tingkat
kemajuan perguruan tinggi baik suasta maupun negeri memacu untuk menyajikan
dengan harapan meningkatkan kualitas yang diajarkan. Dunia pendidikan tidak
hanya mengandalkan kemampuan kognitif tetapi lain untuk mendukung dirinya
atau kemampuan kepribadian yang memiliki semangat kepedulian tinggi. Sejak
Plato dan Aristoteles terdapat penekanan yang jelas bahwa etika merupakan
filsafat praktis yang ingin kepada tingkah laku manusia, dengan apa yang harus
dan tidak boleh dilakukan. Dalam abad pertengahan Thomas Aquinas tradisi
filsafat praktis ini dengan dibidang teknologi moral. Demikian juga dalam dunia
modern, orientasi praktis dan etika terus. Pada awal zaman modern muncul etika
khusus yang masalah etis tentang suatu bidang tertentu, seperti keluarga dan
Negara. Etika terapan yang kita kenal sekarang sebenarnya tidak lain dari etika
khusus itu, yang bermaksud menyorot hal-hal praktis kehidupan manusia. Situasi

1
yang telah dalam waktu yang cukup lama tersebut justru mengalami perubahan
selama enam pertama abad ke 20. Pada itu sifat praktis dari etika hamper
terlupakan, namun sejak tahun 1960an situasinya berubah, pada etika kembali
mendapat tempat penting. Bahkan sekarang dapat dikatakan bahwa filsafat moral,
khususnya dalam bentuk etika terapan masa suatu etika kejayaan.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan utilitarisme?
b. Apa pengertian deontologi?
c. Apa pengertian tentangteori hak ?
d. Apa pengertian teori keutamaan?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui tentang utilitarisme
b. Untuk mengetahui tentang deontologi
c. Untuk mengetahui tentang teori hak
d. Untuk mengetahui tentang teori keutamaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. UTILITARISME
Aliran utilitarian dicetuskan oleh filosof Inggris, yakni Jeremy Bentham
(1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Kata "utility" bermakna "berguna"
atau "kegunaan". Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat pada masyarakat secara keseluruhan atau banyak orang, dan bukan pada
satu atau dua orang saja. Kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan adalah, the greatest happiness of the greatest number, yakni
kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Jadi perbuatan yang
mengakibatkan orang banyak bahagia adalah perbuatan terbaik (Bertens 2000:
66). Teori utilitarianisme mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik
dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau
masyarakat. Teori utilitarianisme sebagai teori etika kegunaan suatu tindakan
ekonomis, sesuai sekali dengan prinsip prinsip ekonomis. Teori ini cukup jelas
dengan dijelaskan melalui teori cost benefit analysis yang dipakai dalam konteks
ekonomi. Manfaat utilitarianisme mampu menghitung keuntungan dan kerugian
atau kredit dan debet dalam bisnis. Banyak penganut utilitarianisme
mengusahakan melaksanakan perhitungan etis ekonomis tersebut.
Persoalan individu tidak dipentingkan dalam aliran ini, malah individu
perlu berkorban untuk kesenangan manusia terbanyak. Dari penjelasan di atas,
dapat dipahami bahwa aliran utilitarianisme sangat menekankan pentingnya
dampak atau konsekwensi dari suatu perbuatan dalam menilai baik dan buruknya.
Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar, dalam arti memajukan
kesejahteraan, kebahagiaan, serta kemakmuran bagi orang banyak maka itu adalah
Suatu perbuatan buruk. Konsekwensi di sini amat dipentingkan, karena
menentukan seluruh kualitas moralnya. Dari segi ini, aliran utilitarianisme
seringkali disebut sebagai, "konsekuensialisme".
Pada tahap ini, aliran utilitarian seringkali dianggap membuka peluang
lahirnya tindakan menghalalkan segala cara (ends always justify the means), di

3
mana orang bertindak dengan cara-cara yang jahat agar tujuannya tercapai Suatu
perbuatan yang bertujuan baik tidak boleh dilakukan dengan cara- cara yang tidak
dapat dibenarkan secara moral. Kritikan lain terhadap teori utilitarian ialah, dapat
menimbulkan konflik keadilan, di mana tindakan-tindakan yang diambil
seseorang tidak menjamin berlakunya keadilan bagi hak setiap individu.
Walaupun kepentingan masyarakat lebih utama, tetapi perilaku bermoral mestilah
juga menghormati hak-hak mutlak individu. Kita bisa melihat contoh bagaimana
tindakan yang diambil sebagian pemimpin- pemimpin politik yang atas
namamasyarakat luas (terbanyak) meraih ambisinya mengobarkan perang dan
kemudian membawa dampak penderitaan pada sebagian orang. Contoh lain
misalnya, pembunuhan besar-besaran terhadap kelompok- kelompok kriminal.
seperti penembakan misterius di tahun 1980- an jaman Orde Baru, yang
melampaui hak-hak sebagian orang meskipun tujuannya untuk membuat
masyarakat Indonesia secara luas aman.

B. DEONTOLOGI
“Deontologi” berasal dari kata Yunani “deon”, berarti kewajiban. Suatu
tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan atau tujuan baik dari
tindakan itu, melainkan berdasarkan kewajiban bertindak baik kepada orang lain
sebagaimana keinginan diri sendiri selalu berlaku baik baik pada diri sendiri.
Deontologi merupakan teori etika yang menyatakan bahwa yang menjadi dasar
bagi baik buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban seseorang untuk berbuat
baik kepada sesama manusia. Merupakan teori etika yang memberi jawaban atas
pertanyaan “mengapa suatu perbuatan adalah baik dan perbuatan itu harus ditolak
sebagai buruk”, deontologi menjawab: “karena perbuatan pertama menjadi
kewajiban seseorang untuk berbuat baik pada orang lain dan karena perbuatan
kedua dilarang untuk dilakukan”.
Teori ini menegaskan baik atau buruknya suatu perilaku itu tidak dinilai
berdasarkan dampak yang ditimbulkannya, tetapi kewajiban. Sebagai contoh,
kenapa kita harus berlaku jujur, adil, ikhlas, amanah, tidak menyakiti orang lain,
karena itu adalah kewajiban. Begitu juga kenapa kita dilarang mencuri, korupsi, iri

4
hati, karena hal tersebut dilarang dalam semua ajaran agama. Prinsip deontologi
menyatakan, konsekwensi yang lahir setelah perbuatan itu dilakukan, adalah
persoalan lain dan tidak boleh menjadi pertimbangan.
Perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik, melainkan
hanya karena wajib dilakukan. Karena itu, bisa dimengerti bahwa deontologi
selalu menekankan bahwa perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Meskipun
suatu perbuatan itu tujuannya baik, namun cara yang ditempuh salah maka tetap
tidak bisa dianggap baik. Contoh misalnya, ada mahasiswa yang bertujuan untuk
memperoleh nilai indeks prestasi yang tinggi, tetapi ketika dia ujian melakukan
segala cara agar dapat nilai yang Naik, termasuk dengan cara menyontek dan
sebagainya. Maka perilaku semacam itu tetap tidak bisa dianggap baik. Jadi teori
ini sangat bertolak belakang dengan teori teleologis yang kita bahas sebelumnya.
Secara substansial, aliran ini berpandangan bahwa perilaku bermoral itu mesti
melibatkan kesadaran diri pelaku, vakni menekankan sifat perilaku manusia.
Manusia dikatakan melakukan sesuatu itu tidaklah semata-mata karena tindakan
tersebut dipikirkan baik atau buruk, bukan pula karena adanya sesuatu dampak
perbuatan tersebut, bukan pula perbuatan tersebut akan membawa dampak bagi
sebanyak mungkin orang, tetapi kita melakukan perbuatan tersebut karena nilai
perbuatan tersebut (Dierksmeier 2013: 3). Jadi penentuan nilai baik, betul, wajar
dan bermoral sesuatu tindakan atau perbuatan itu karena ciri-ciri atau sifatnya
sendiri Sifat perilaku dan ciri-ciri perilaku ituSementara deontologi tindakan
berpendapat bahwa bermoral atau tidaknya suatu perilaku itu bergantung pada
cara kita melaksanakan tanggungjawab pada orang lain. Adapun yang termasuk
bagian dari deontologi tindakan adalah teori eksistensialisme.

C. TEORI HAK
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan
tersebut sesuai dengan HAM. Menurut Bentens (200), teori hak merupakan suatu
aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan
kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya
tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya

5
didsarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia
mempunyai martabat yang sama. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa
sumber otoritas, yaitu
a) Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi
hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah
Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan.
b) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan dengan
pribadi masing-masing kontrak. Teori hak atau yang lebih dikenal dengan
prinsip-prinsip HAM mulai banyak mendapat dukungan masyarakat dunia
termasuk dari PBB. Piagam PBB sendiri merupakan salah satu manusia
secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok
bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan
kepentingan individu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar
hak-hak orang lain
c) Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing –
masing kontrak.
Teori hak atau yang lebih dikenal dengan prinsip-prinsip HAM mulai
banyak mendapat dukungan masyarakat dunia termasuk dari PBB. Piagam PBB
sendiri merupakan salah satu sumber hukum penting untuk penegakan HAM.
Dalam Piagam PBB disebutkan ketentuan umum tentang hak dan kemerdekaan
setiap orang. PBB telah mendeklarasikan prinsip-prinsip HAM universal pada
tahun 1948, yang lebih dikenal dengan nama Universal Declaration of Human
Rights. (UdoHR). Diaharapkan semua negara di dunia dapat menggunakan
UdoHR sebagai dasar bagi penegakan HAM dan pembuatan berbagai undang-
undang/peraturan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Pada intinya dalam
UdoHR diatur hak-hak kemanusiaan, antara lain mengenai kehidupan, kebebasan
dan keamanan, kebebasan dari penahanan, peangkapan dan pengasingan
sewenang-wenang, hak memperoleh memperoleh peradilan umum yang bebas,
independen dan tidak memihak, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat,

6
menganut agama, menentukan sesuatu yang baik atau buruk menurut nuraninya,
serta kebebasan untuk berkelompok secara damai

D. TEORI KEUTAMAAN
Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori
keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang
tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat
dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh
seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter
yang mencerminkan manusia hina. Karakter/sifat utama dapat didefinisikan
sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik.
Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secar amoral disebut manusia
hina. Bertens (2000) memberikan contoh sifat keutamaan, antara lain:
kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis,
sifat utama yang perlu dimiliki antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness),
kepercayaan dan keuletan. Teori keutamaan ini juga tidak menanyakan tindakan
mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis. Bila ini ditanyakan pada
penganut paham egoism, maka jawabannya adalah suatu tindakan disebut etis bila
mampu memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan. Pada teori ini konsep
kepuasan menjadi dominan untuk dibahas, karena setiap orang merasa ingin
diutamakan dalam memenuhi kepentingan yang diinginkan. Usaha untuk
memenuhi kepentingan seseorang sering menimbulkan atau tumbuhnya sikap
egoisme pada individu yang bersangkutan.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan atas di dapat dikemukakan
bahwa etika adalah suatu kajian ilmiah tentang perilaku manusia dalam
masyarakat, yakni suatu bidang yang mendefenisikan perilaku manusia sebagai
benar atau salah, baik atau buruk, patut atau tidak patut. Etika menegaskan
prinsip-prinsip perilaku yang perlu ditempuh individu agar bersesuaian dengan
kebajikan yang diterima. Kesadaran akan nilai-nilai tersebut perlu dipupuk secara
terus menerus. Dalam lingkup kehidupan sehari-hari, kita mengenal adanya
berbagai macam pedoman etika atau kode etik, mulai dari etika organisasi,
lembaga- lembaga pemerintah dan swasta, korporasi, sekolah, pesantren, serta
profesi, yang menjadi pemandu bagi perilaku individu, atau kelompok dalam
organisasi atau profesi pekerjaan

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amin. 1983. Etika (Ilmu Akhlak), Terj. KH. Farid Ma'ruf, Jakarta:
Bulan Bintang.

Bailey, Olivia. 2010. "What Knowledge is Necessary for Virtue?", Journal


of Ethics & Sosial Philosophy, Vol. 4, No. 2 (February), p. 1-17.

Baumane-Vitola, Cals, Igo, Sumilo, Erika. 2016. Rational? Deontological


"Is Ethics Teleological, and Virtue Ethics: Theories Reconciled
in the Context of Traditional Economic Decision Making",
Procedia Economics and Finance, Vol 39, p. 108-114.

Bertens, K. 1975. Sejarah Filsafat Yunani: Dari Thales Ke Aristoteles


Yogyakarta Kanisius.

Franz Magnis-Suseno. 1997. 13 Tokoh Etika: Sejak Zaman Yunani Sampai


Abad Ke 19, Yogyakarta: Kanisius.

Graham, Gordon. 2015. Teori-Teori Etika, Terj. Irfan M. Zakkie, Bandung:


Nusa Media.

Grcic, Joseph. 2013. "Virtue Theory, Relativism and Survival",


International Journal of-Sosial Science and Humanity, Vol. 3,
No. 4, Juli, p. 416-419.

Ljupco, Ristovski. 2017. "Morality and Ethics in Politics in the


Contemporary Societies". Journal of Liberty and International
Affairs, Vol. 2, No. 3, p. 83-93.

Anda mungkin juga menyukai