Disusun oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Dengan rasa bangga dan rasa syukur makalah yang telah kami buat dengan judul ETIKA
BISNIS DAN DAN PERIKLANAN “KASUS IKLAN OBAT HERBAL BINTANG
TOEDJOE MASUK ANGIN”
Makalah ini berisi mengenai teori dan pembahasan tentang etika dan iklan dengan analisis kasus
obat herbal bintang toedjoe masuk angin yang telah menjatuhkan dan membandingkan produknya
satu sama lain. Pertama kami ucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami diberikan kelancaran untuk menyelesaikan
makalah ini. Atas dukungan moralnya kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah etika
bisnis Ibu Dr. Nina Nurani, S.H., M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami pun sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna jika tidak ada saran yang membangun. Kami
berharap dengan adanya makalah penelitian ini dapat berguna meningkatkan wawasan dan ilmu
pengetahuan kita yang terhadap hal-hal yang dibahas dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi diri kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan karena ketidak sempurnaan
kami dalam membuat makalah ini.
Kata Pengantar....................................................
………………....................…..... 2
Daftar Isi..............................................................
…………….....................…........ 3
Bab 1. Pendahuluan...............................
……………...............................…........... 4
2.2. Iklan...........................................................................
………………...…........ 7
Bab 3. Pembahasan...........................................................
…………….....….........10
Bab 4. Penutup....................................................................
…………….....…......15
4.1. Kesimpulan................................................................
………………............15
4.2. Saran..........................................................................
………………........... 15
Daftar Pustaka ...............................................................
……………................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia bisnis, iklan merupakan satu kekuatan yang dapat
digunakan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Penekanan utama
iklan adalah akses informasi dan promosi dari pihak produsen kepada
konsumen. Sebagai media, baik yang berupa visual atau oral, iklan jenis
punya tendensi untuk mempengaruhi khalayak umum untuk mencapai
target keuntungan.
Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang
dimaksudkan untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada
konsumen, dengan kata lain mendekatkan konsumen dengan produsen.
Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah
dihasilkan bisa dijual kepada konsumen. Secara positif iklan adalah suatu
metode yang digunakan untuk memungkinkan barang dapat dijual kepada
konsumen.
Hampir setiap hari kita dibanjiri oleh iklan yang disajikan media-media
massa, baik cetak maupun elektronik. Akibatnya seakan-akan upaya
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari untuk sebagian besarnya
dikondisikan oleh iklan. Memang, inilah sebenarnya peran yang diemban
oleh iklan, yakni sebagai kekuatan ekonomi dan sosial yang
menginformasikan konsumen perihal produk-produk barang dan jasa yang
bisa dijadikan sebagai pemuas kebutuhan. Masalah moral dalam iklan
muncul ketika iklan kehilangan nila-nilai normatifnya dan menjadi semata-
mata bersifat propaganda barang dan jasa demi profit yang semakin tingi
dari para produsen barang dan jasa maupun penyedia jasa iklan.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini adalah bagaimana seharusnya
produsen mempromosikan suatu produk barang atau jasa kepada konsumen
dilihat dari sisi kepentingan perusahaan dan hak-hak konsumen terutama
didalam iklan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara beriklan
dengan baik dan benar.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata
‘etika’ yaitu ethossedangkan bentuk jamaknya yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu
tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000).
K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau
urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada
arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :
1 Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang
berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan
dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika
sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini
bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2 Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode
etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik
3 Ilmu tentang yang baik atau buruk.
2.2 Pengertian Iklan
Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-
aktivitas yang lewatnya pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada
khalayak dengan maksud menginformasikan atau memengaruhi mereka
untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan
tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-
institusi tau pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut. Untuk
membuat konsumen tertarik, iklan harus dibuat menarik bahkan kadang
dramatis. Tapi iklan tidak diterima oleh target tertentu (langsung). Iklan
dikomunikasikan kepada khalayak luas (melalui media massa komunikasi
iklan akan diterima oleh semua orang: semua usia, golongan, suku, dsb).
Sehingga iklan harus memiliki etika, baik moral maupun bisnis.
Keuntungan dari adanya iklan yaitu :
Adanya informasi kepada konsumer akan keberadaan suatu produk
dan “kemampuan” produk tersebut. Dengan demikian konsumer
mempunyai hak untuk memilih produk yang terbaik sesuai dengan
kebutuhannya.
Adanya kompetisi sehingga dapat menekan harga jual produk kepada
konsumen. Tanpa adanya iklan, berarti produk akan dijual dengan cara
eksklusif (kompetisisi sangat minimal) dan produsen bisa sangat
berkuasa dalam menentukan harga jualnya.
Memberikan subsidi kepada media-massa sehingga masyarakat bisa
menikmati media-massa dengan biaya rendah. Hampir seluruh media-
massa “hidup” dari iklan (bukan dari penghasilannya atas distribusi
media tersebut). Munculnya media-media gratis memperkuat fakta
bahwa mereka bisa mencetak dan mendistribusikan media tersebut
karena adanya penghasilan dari iklan.
2.3 Pengertian Konsumen dan Hak Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Hak – hak konsumen antara lain :
Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan.
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
dan lelang likuidasi; iklan pamong, politik dan elektoral; iklan layanan
masyarakat; judi dan taruhan; senjata, amunisi dan bahan peledak; agama;
iklan multiproduk; iklan tersisip (build-in), terlebur (build-incontent), sesuai
pesanan (tailor-mode), dan sejenisnya; iklan penggoda
(teaser); iklan waktu blokiran (blocking time) di media elektronik dan sisipan
khusus di media cetak. Dalam EPI diatur juga tentang tata krama pemeran
iklan. Pemeran iklan yang dimaksud adalah anak, perempuan, jender,
pejabat negara, tokoh agama, anumerta, pemeran sebagai duta merek
(brand ambassador), tuna daksa (penyandang cacat), tenaga medis,
pemeran lainnya, hewan, tokoh animasi. Mengenai tata krama dalam
wahana iklan juga diatur, yaitu media cetak, media televisi, media radio,
media bioskop, media luar griya (out-of- home-media), media digital, layana
pesan singkat (SMS-Short Message Service) dan layanan multimedia singkat
(MMS-Multimedia Service), promosii penjualan, pemasaran/penjualan
langsung (direct marketing/selling), perusahaan basis data (database),
penajaan
Iklan diatas sangat tidak mendidik karena iklan ini seolah-oleh memperbolehkan anak kecil meminum
minuman bersoda. Padahal anak kecil tidak diperbolehkan meminum minuman bersoda.
Iklan yang ditampilkan menyerang produk lain
Banyak produk iklan yang berusaha menjatuhkan produk lain, biasanya produk ini sejenis. Tentunya
tindakan ini sangat tidak etis dan tidak seharusnya dilakukan karena tindakan tersebut merugikan pihak
lain.
Contoh :
Sekarang ini persaingan sengit antara penyedia kartu seluler sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Perang
tarif atau ikon menjadi hal sudah biasa.
Lalu dimana fungsi iklan yang seharusnya memberikan informasi kepada masyarakat? Mereka tidak
memperhatikan nilai edukasi atau hiburan kepada masyarakat. Iklan tersebut sangat jelas bahwa
menyerang produk lainnya.
Oleh karena itu dalam membuat iklan harus beretika agar tidak merugikan masyarakat atau pihak lain,
bahkan lebih baik bisa memberikan nilai edukasi dan manfaat bagi pembaca iklan. Banyak sekali ditemui
iklan yang seharusnya tidak pantas diiklankan dan tidak jarang ditemui iklan yang membodohi
masyarakat.
Untuk menyikapi hal ini, kita sebagai masyarakat seharusnya lebih berhati-hati dalam membaca
iklan, jangan mudah terpengaruh terhadap iklan yang membodohi kita. Produsen juga memperhatikan
nilai edukasi dan nilai manfaat bagi masyarakat, bukan sebagai keuntungan saja. Selain itu pemerintah
juga turut memperhatikan perkembangan periklanan di Indonesia agar tidak terlalu membawa dampak
negatif bagi konsumen atau masyarakat. Iklan dari luar negeri yang masuk ke Indonesia seharusnya bisa
disaring mana yang memberikan dampak baik dan mana yang memberikan dampak buruk. Untuk
kedepannya semoga lebih banyak iklan-iklan di Indonesia yang dapat memberi manfaat. Iklan juga harus
dapat melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara dan golongan,
serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
4.2 Makna Etika dan Estetika Dalam Iklan
Fungsi iklan pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan di mata masyarakat.
Citra ini terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan informasi
yang disampaikan dalam iklan. Prinsip etika bisnis yang paling relevan dalam hal ini adalah nilai
kejujuran. Dengan demikian, iklan yang membuat pernyataan salah atau tidak benar dengan maksud
memperdaya konsumen adalah sebuah tipuan.
Ciri-ciri iklan yang baik :
Etis: berkaitan dengan kepantasan.
Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus ditayangkan?).
Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.
Contoh Penerapan Etika dalam Periklanan :
Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.
Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan daerah
kepribadian wanita tersebut.
Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.
Etika secara umum :
Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk
Tidak memicu konflik SARA
Tidak mengandung pornografi
Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Tidak melanggar etika bisnis, contoh: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya.
Tidak plagiat.
ANALISIS KASUS
Contoh yang kami ambil adalah mengenai kasus –kasus masalah etika bisnis menyangkut
periklanan yaitu :
“IKLAN OBAT HERBAL BINTANG TOEDJOE MASUK ANGIN”
Besar dan kuatnya persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam
memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan
melanggar peraturan yang berlaku. Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis
yang tidak hanya pada produk dan kosumen tetapi lebih menekankan pada
persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan akhirnya telah menjadi
praktek monopoli.
Salah satu kasus yang akan dibahas adalah tentang pelanggaran yang dilakukan
oleh iklan Bintang Toedjoe Masuk Angin. Sebelumnya, obat herbal masuk angin
sangat berguna bagi tubuh dikala tubuh manusia sedang masuk angin. Obat masuk
angin dapat bekerja secara alami didalam tubuh manusia yang dapat mencegah
dan mengobati masuk angin tanpa efek samping bagi tubuh. Saat ini obat herbal
masuk angin dikuasai oleh dua produk, yaitu Tolak Angin dan Bintang Toedjoe Masuk
Angin.
Tolak angin adalah produk dari PT. SIDOMUNCUL yang sejak lama telah memasarkan
obat-obatan herbal dan jamu. Sedangkan belum lama ini, sering terlihat iklan dari
salah satu anak perusahaan PT. KALBE FARMA, Tbk yaitu PT. BINTANG TOEDJOE yang
juga meluncurkan produk obat herbal masuk angin. Iklan produk tersebut terlihat
saling menjatuhkan dan membandingkan produknya satu sama lain.
Terlihat jelas bahwa iklan Bintang Toedjoe masuk angin menyindir produk dari Tolak
Angin dengan slogannya “Orang Bejo Lebih Untung Dari Orang Pintar”, sedangkan
Tolak Angin sendiri memiliki slogan “Orang Pintar Minum Tolak Angin” slogan ini lah
yang disindir oleh produk Bintang Toedjoe, yang dimana pada kenyataannya Tolak
Angin yang lebih dahulu memasarkan produk obat herbal masuk angin di Indonesia
bahkan sampai keluar negeri. Bahkan untuk iklan terbaru produk Bintang Toedjoe
yang bertujuan memperkenalkan kemasan terbarunya pun masih menyinggung
produk Tolak angin dengan sloga “Orang bejo berinovasi, lalu orang pintar
ngapain?”
Bintang Toedjoe Masuk Angin sebagai pendatang baru cukup berani menggunakan
slogan yang secara tidak langsung menyindir produk Tolak Angin sebagai market
leader, tetapi hal tersebut berhasil menarik perhatian konsumen sehingga membuat
produk tersebut terkenal.
Dalam iklan ini juga terdapat Cita Citata mengenakan pakaian yang cukup seksi
(tangtop ketat berwarna kuning dan kemeja berukuran pendek yang seluruh
kancingnya dibuka dan diikatkan hanya bagian bawahnya saja) sambil menyanyikan
lagu Perawan atau Janda yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan iklan, Cita
Citata bergoyang dengan gerakan yang “menggoda” sambil memegang busa
pencuci mobil. Selain itu, kamera juga fokus ke bagian atas tubuh Cita Citata
dimana bagian dadanya tersorot dengan jelas dengan pakaian seksinya itu.
Jika dikaitkan dengan kode etik periklanan, iklan ini menyimpang dalam aspek
tatakrama dalam isi iklan, salah satunya Pornografi dan Pornoaksi. Seperti yang
terdapat dalam Tata Krama Isi Iklan yang berbunyi “Iklan tidak boleh
mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara apapun, dan untuk tujuan
atau alasan apapun.” KPI mengingatkan berdasarkan Pasal 43 Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Pasal 58 Standar Program Siaran KPI Tahun 2012 maka ketentuan
siaran iklan harus tunduk pada Etika Pariwara Indonesia (EPI). Iklan harus
menghormati dan melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia. Budaya Indonesia yang
menjujung norma kesopanan. Hal demikian dapat memberikan pengaruh buruk
terhadap khalayak terutama anak dan remaja.
Dalam contoh kasus seperti ini tentu saja akan ada yang dirugikan, entah dari
produk yang direndahkan atau disindir seperti Bintang Toedjo maupun Tolak Angin.
Namun, bukan hanya jamu Tolak Angin yang dirugikan, Bintang Toedjo juga bisa
dirugikan karena dengan menyindir produk pesaingnya akan membuat produk
mereka terlihat buruk di mata konsumen.
Seharusnya iklan ini tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing
sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyindir
atau membingungkan khalayak, karena dengan merendahkan dan saling
menjatuhkan akan membuat produk tersebut tidak percaya dan akan terlihat buruk
dimata konsumen. Maka dari itu bersainglah secara sehat dan kreatifitas, bukannya
bersaing dengan cara menyindir dan merendahkan produk pesaing yang dapat
melanggar peraturan periklanan dunia.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan untung, dan diperbolehkan oleh
sistem hukum, serta sesuai moral. Beriklan adalah salah satu proses bisnis,
sehingga dalam beriklan pun harus mematuhi hukum dan sesuai moral. Etika yang
baik dalam periklanan sesuai dengan aturan hukum Banyak diantara para
konsumen yang belum menyadari akan pengaruh negatif yang di tayangkan oleh
para pengiklan lewat media yang sering mereka jumpai. Pengaruh negatif bahkan
pelanggaran dalam kode etik periklanan sangat banyak ditemukan dalam tayangan
iklan di berbagai media. Masih banyak iklan lain yang melanggar kode etik
periklanan yang salah satunya telah kami jelaskan pada lembar sebelumnya.
5.2 Saran
Dalam penulisan ini penulis memberikan saran yaitu dalam bisnis periklanan
perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut
sehingga tidak merugikan konsumen. Sebuah perusahaan harus memperhatikan
kepentingan dan hak – hak konsumen, dan tidak hanya memikirkan keuntungan
semata
DAFTAR PUSTAKA
Arijanto, Agus. 2012. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis. Cetakan Kedua. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller,. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi ke
13, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
The Times 100 Business Case Studies. 2011. Creating a Winning Marketing
Mix. The Times 100 and Wilson and Wilsom Pulishing Ltd. The Times 100
Business Case Studies. 2011. The Use of Social Media in Promotion.
The Times 100 and Wilson and Wilsom Pulishing Ltd. Debasish, Sathya
Swaroop dan Mohan Muralidhar. 2013. Print Advertising : Consumer
Behaviour. SCMS Journal of Indian Management.