Anda di halaman 1dari 2

PCR (Polymerase Chain Reaction)

Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memperbanyak DNA suatu organisme. PCR adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi
DNA secara in vitro yang melibatkan beberapa tahap yang berulang (siklus) serta terjadi
duplikasi jumlah target DNA untai ganda pada setiap siklusnya (Yustinadewi dkk., 2018).
Metode berbasis PCR seringkali digunakan di dalam identifikasi organisme, baik melalui DNA
finger printingmaupun melalui DNA barcoding (Pertiwi dkk., 2012). Teknologi PCR juga dikenal
dengan tingkat sensitifitas yang cukup tinggi karena hanya membutuhkan secuplik sampel DNA
saja untuk mendapatkan jutaan kopi DNA baru. Sejak pertama kali ditemukan oleh Kary Banks
Mullis 32 tahun silam, teknologi PCR telah merevolusi semua aspek biologi molekular di seluruh
dunia.
Prinsip dari teknik PCR adalah memperbanyak bagian spesifik dengan enzim DNA
polymerase yang diinisiasi oleh pelekatan primer dengan menghubungkan deoksiribonukleotida
trifosfat (dNTP) dalam reaksi termal (Yustinadewi dkk., 2018). Siklus PCR yaitu denaturasi,
annealing, dan polimerasi (Budiarto, 2015). Komponen-komponen yang harus ada dalam proses
PCR antara lain DNA cetakan yaitu potongan DNA yang akan dilipatgandakan, primer yaitu
suatu potongan atau sequence dari oligonukleotida pendek yang digunakan untuk mengawali
sintesis DNA, deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP), terdiri atas dATP, dCTP, dGTP, dTTP, dan
enzim DNA polimerase yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai DNA, dan
senyawa buffer (Joko, dkk., 2012).

Tahapan PCR
Tahapan PCR dimulai proses pemecahan untai DNA ganda menjadi untai tunggal
disebut denaturasi DNA template. Biasanya terjadi pada suhu 95 oC selama 1–2 menit sehingga
DNA yang berupa untai ganda (double stranded) akan terpisah menjadi untai tunggal.
Kemudian dilanjutkan dengan proses penempelan (annealing) primer pada DNA cetakan pada
suhu 56oC selama 1 menit. Primer akan membentuk ikatan hidrogen dengan cetakan pada
daerah sekuen yang komplementer. Tahap selanjutnya yakni sintesis DNA dimana akan
terbentuk DNA baru berdasarkan informasi yang ada pada DNA cetakan dengan bantuan enzim
DNA polimerase. Tahap sintesis ini biasanya terjadi pada suhu 72 oC selama 1– 2 menit.
Tahapan-tahapan tersebut diulangi 25–35 siklus. Di akhir proses PCR maka hasilnya disimpan
pada suhu 4oC (Joko, dkk., 2012).

Daftar Pustaka
Yustinadewi, P.D., P.S. Yustiantara., I. Narayani. 2018. Teknik Perancangan Primer Untuk Sekuen Gen
MDR-1 Varian 1199 pada Sampel Buffy CoatPasien Anak dengan Lla. Jurnal Metamorfosa, V(1):
105-111.
Pertiwi, N.P.D., I.G.N.K. Mahardika., N.L. Watiniasih. 2012. Optimasi Amplifikasi DNA Menggunakan
Metode PCR (Polymerase Chain Reaction)pada Ikan Karang Anggota Famili Pseudochromidae
(Dottyback) Untuk Identifikasi Spesies Secara Molekular. Jurnal Biologi, 19(2) : 1-5.
Budiarto, B.R. 2015. Polymerase Chain Reaction(PCR) : Perkembangan dan Perannya dalam
Diagnostik Kesehatan. BioTrends, 6(2): 29-38.
Joko, T., Kusumandari, N., dan Hartono, S. 2012. Optimasi metode PCR untuk deteksi
Pectobacterium carotovorum, penyebab penyakit busuk lunak anggrek. Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia. 17(2): 54-59.

Anda mungkin juga menyukai