Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH TENTANG

KONEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF

OLEH :

NAMA : IIN PADU LEMBA

NIM : 1922511042

KELAS/SEMESTER : B/V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkatnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini degan baik. Semoga dengan makalah ini dapat di
gunakan sebagai acuan untuk bahan pembelajaran, petunjuk maupun pedoman bagi para
pembaca.

Harapan penulis makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang penulis miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan bagi para
pembaca untuk memberi masukkan-masukkan yang bersifat membangun sehingga penulis
dapat memperbaiki kesalahan dalam bentuk maupun isi dari makalah ini untuk
membangun kesempurnaan makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………….………………
Daftar Isi…………………………………………………………………………………
BAB  I  PENDAHULUAN……………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang………………………………………………..................
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………
BAB  II  PEMBAHASAN…………………………………………...…………………
BAB  III  PENUTUP……………………………………………….…………………..
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….
3.1 Saran……………………………………………………..……………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan
suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, alat, siswa dan guru.
Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan
semuanya berfungsi dengan berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa
tugas utama guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai
tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam
kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam  proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana
memilih dan menentukan strategi pembelajaran atau strategi belajar mengajar (SBM).
Strategi belajar mengajar menentukan jenis interaksi di dalam proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang di gunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik,
aktif, kreatif, efektif dan efesien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal. Berkenaan dengan hal itu diperlukan strategi belajar mengajar. Selain itu
metode mengajar juga diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar
adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar
mempengaruhi belajar, metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa yang tidak baik pula. Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan
lebih dari satu metode. Dengan menguasai teori belajar mengajar peserta didik dapat
mengikuti pelajaran dengan baik bahkan dapat memotivasi anak didik untuk berminat
belajar.
Strategi pembelajaran merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian
rupa oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sebelum menentukan
strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab
tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi. Strategi mempunyai beberapa
istilah yaitu, metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam pembelajaran. Yang
terpenting dalam belajar yaitu proses bukan lah hasil, artinya belajar harus diperoleh
dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang
dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baikterpenting.
Dari penjelasan di atas nampak begitu pentingnya strategi, metode dan teknik
dalam proses belajar mengajar, maka kami mencoba menyusun penjelasan mengenai
strategi, metode dan teknik dalam proses belajar mengajar dalam bentuk makalah
dengan harapan dengan adanya penyusunan makalah ini pembaca lebih memahami
tentang teknik, metode dan teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar agar
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah
yang akan di bahas sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian strategi pembelajaran ?
2. Bagaimana model pembelajaran ?
3. Bagaimana pendekatan dalam pembelajaran ?
4. Bagaimana strategi dalam pembelajaran ?
5. Apa saja metode dalam pembelajaran ?
6. Bagaimana teknik dalam pembelajaran ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian strategi pembelajaran

2. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran

3. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan dalam pembelajaran

4. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam pembelajaran

5. Untuk mengetahui apa saja metode dalam pembelajaran

6. Untuk mengetahui bagaimana teknik dalam pembelajaran


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

A. Pegertian Strategi Pembelajar

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu


usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan. Awalnya digunakan
dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang
yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks
pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran.  Strategi adalah
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar


haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegitan guru dan anak didik dalam perwujudan kegitan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau bisa dikatakan strategi belajar
mengajar merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk dalamnya
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
suatu pembelajaran. Adapun pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli
yaitu sebagai berikut :

1. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran


adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2. J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi


pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

3. Dick dan Carey (2005:7), Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen


dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi
peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan
selanjutnya.

4. Suparman (1997:157), Strategi pembelajaran adalah merupakan perpaduan dari


urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik,
peralatan dan bahan,dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

5. J.R David (1996), Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi


tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

Dari beberapa pengertian ahli diatas dapat disimpukan bahwa strategi


dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang dipersiapkan
secara saksama untuk mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan telah
ditargetkan dalam proses belajar.
B. Unsur-unsur strategi pembelajaran
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat
unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
C. Macam-Macam Strategi Dalam Proses Belajar Mengajar
Macam-macam strategi pembelajaran meliputi:
1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE).
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal.
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.belajar bukan semata-mata proses
menghafal sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara
individu dengan lingkungannya
4.   Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
5.   Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam
pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa,
akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang
harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan
memanfaatkan pengalaman siswa.
6.   Strategi Pembelajaran Kooperatif ( SPK )
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
SPK, yaitu :
a. Adanya peserta dalam kelompok
b. Adanya aturan kelompok
c. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan
d. Adanya tujuan yang harus dicapai.
7. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran
kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit
diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari
dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam
kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan
yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang
terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila
menilaiperubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu
baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang
bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan
keluarga.
Strategi Pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada
situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi
ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang
dianggapnya baik.
2.2 Model pembelajaran
A. Pengertian Model Pembelajaran
Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di
gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi
untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce
menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar”. Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus
yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1) Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3) Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di
laksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat
tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen
(1999), suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi criteria sebagai
berikut :
1) SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal yaitu, (1) apakah
model yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; (2)
apakah terdapat konsistensi internal.
2) PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika, (1) para ahli dan
praaktisi menyatakan bahwa apa yang di keembangkan dapat di terapkan (2)
kenyataan menunjukan bahwa apa yang di kembangkan tersebut dapat di
terapkan.
3) EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan
parameter sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar pengalaamannya
menyatakan bahwa model tersebut efeektif; (2) secara operasional model
tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model
pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk
memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan  untuk aspek
kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk
melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk
melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk
suatu  topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di kembangkan.
Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai dengan tujuan
yang di inginkan. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus
di pilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga
tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka
seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam
proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.
B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran.
1. Pengertian Belajar.
Bagi kita yang aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang memiliki high
responsibility tinggi terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu
memepertanyakan beberapa hal yang terkait langsung dengan dunia
pendidikan, yaitu apa itu belajar, mengajar dan pembelajaran? Secara
sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dan
sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Anthony Robbins senada dengan
apa yang di kemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg & Kaput, 1999),
bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun
(mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme ‘belajar’ bukanlah
semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar darinya, tetapi belajar
lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman
yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang
baru.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar
terjadi melalui banyak cara baik di sengaja maupun tidak di sengaja dan
berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri
pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah perubahan prilaku tetap berupa
pengetahuan, pemahaman, ketermapilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh
individu.
Apa hakikat mengajar? Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang
serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari
sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkahlaku
dan  pertumbuhan siswa (Subiyanto, 1988:30). Cara mengajar yang baik
merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik.
Apa pula yang dimaksud dengan pembelajaran? Pemebelajaran merupakan
aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk
interaktif berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam
makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan
interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya
terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target
yang telah di tetapkan sebelumnya.
C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan adalah:
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi
akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu
diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai?
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau
tidak?
c. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari
materi itu?
3. Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi
peserta didik?
c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model
yang dapat digunakan?
c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?
D. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadika pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:
a. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntaks).
b. Adanya prinsip-prinsip reaksi.
c. Sistem sosial.
d. Sistem pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi:
a. Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
b. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
E. Macam-Macam Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And Learning)
A. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar konteksual (contextual teaching and learning) merupakan konsep
belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002). Sistem CTL
adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna
dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan  jalan menghubungkan
mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan
konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan
fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan
nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan
mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari
sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL  tersebut dalam
pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermkna, apakah dengan cara bekerja  sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan
dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
3. Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-
pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan  kelompok
berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
B. Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh
guru, yaitu:
1. Konstruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Oleh karena itu, dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa
menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur
yang diutamakan  dibandingkan dengan kenyataan merupakan unsur yang
diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadapseberapa banyak
pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan
akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3. Bertanya (Question)
Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan
siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan
dengan baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktifitas
pembelajaran. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru
atau sisw harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau
sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Melalui penerapan
bertanya, pembelajaran akaan lebih hudup, akan mendorong proses dan hasil
pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan ditemukan unsur-unsur
terkait yang sebelumnya tidak terpikir baik oleh guru maupun siswa. Dengan
pengembangan bertanya produktifitas pembelajaran akan lebih tinggi karena
dengan bertanya, maka:
a. Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik,
b. Mengecek pemahaman siswa,
c. Membangkitkan respoon siswa,
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e. Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa,
f. Memfokuskan perhatian siswa,
g. Membengkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan
h. Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4. Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan
memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan
segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami
hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan
model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran siswa
bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan  membantu mengatasi
keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja
dipelajari. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna,
menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan
dirinya sendiri (learning to be). Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan
hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelasa,akan
tetapi jauh lebih penting dari pada itu adalah bagaimana membawa pengalaman
belajar tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat dituntut menanggapi dan
memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa
memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.
Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai
perwwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula
pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
A. Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada
hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati, (2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model
cooperative learning, yaitu:
1. Ketergantungan yang positif,
2. Pertanggungjawaban individual,
3. Kemampuan bersosialisasi,
4. Tatap muka,
5. Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1. Cooperative task atau tugas kerja sama.
2. Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :
1. Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara
individual.
2. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
3. Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
4. Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
5. Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah.
B. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Secara Tim.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota timharus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Tiga fungsi manajemen, yaitu :
a. Perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan.
b. Organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan
efektif.
c. Kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteriakeberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu
ditentukan dalam pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan bemikian, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
5. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
1. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-
pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
utama tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi
pelajaran.
2. Beajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi, seswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya.
3. Penilaian, dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara
individu atau kelompok.
4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol
atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
lebih baik lagi.
3.      Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
A.    Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan
dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar,
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan,
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar, dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
k. Studi kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :
1. Penyajian masalah,
2. Menggerakkan inquiry,
3. Langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar,
iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi
pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.
B. Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
a) Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam
PBM dalah :
a. Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b. Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c. Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d. Mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,
e. Menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan
menghadang, dan
f. Membantu siswa merasa memiliki masalah.
b) Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan
kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna
untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan
menganalisis data penting, dan mengelaborasi solusi.
c) Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan
satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif
untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-lngkah
yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar,
dan penyajian ide.
d) Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan
siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi
inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
4. Model Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran
sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah
pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan
perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorag melakukan proses belajar
secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut.
Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes terhadap
kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut adalah:
1. Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat
kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban
yang benar,
2. Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang
benar dari satu soal,
3. Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah
alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal
tersebut. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak
memunculkan soal berikutnya.
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif
model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai
berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi
dari sistem memori pada komputer.
2.3 PENDEKATAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana Cara guru dapat meningkatkan
motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh
guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru
berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan. Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar
pada siswa ialah bagaimana Cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter pembelajaran. Pendekatan (approach) pembelajaran fisika
adalah Cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan
bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat  dari  pendekatannya,  pembelajaran  terdapat  dua  jenis  pendekatan, 
yaitu: 
1. Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau  berpusat  pada  siswa 
(student  centered  approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan
pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek
utama dalam proses pembelajaran.
B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
6. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran
yang akan digunakan.
7. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
8. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
9. Mendiaknosis masalah-masalah belajar  yang timbul.
10. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
C. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap
anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan
individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran.
Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan
metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual,
sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan
individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih
mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu
saat pendekatan kelompok diperlukan. Pembelajaran individual merupakan salah
satu Cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu
merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan
yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan
bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru
dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal
berikut ini:
a. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak
didik dan membuat hubungan saling percaya.
b. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima
perbedaannya dengan penuh perhatian.
e. Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian,
bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
 Ciri-ciri pendekatan individual :
a. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan
memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif,
kreatif, dan mandiri dalam belajar.
b. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual.
c. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta
didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d. Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik
dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak
membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa
dalam menuntaskan belajar mereka.
Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar
mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi
yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas
merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual. Keuntungan dari
pengajaran pendekatan individual yaitu:
1. Memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-
masing secara penuh dan tepat.
2. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi
kelompok.
3. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan.
4. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat
mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru.
5. Memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya.
6. Latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat
menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang ada.
7. Menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru.M
8. emberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat
yang lebih baik.
9. Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang
tergolong lamban.
Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat
dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
a. Proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan
yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b. Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan
individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa
siswa rendah diri/minder dalam pembelajaran.
c. Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular
secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak
dapat dikelola dengan baik.
d. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan Cara-cara lama akan mengalami hambatan
untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan
penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan
pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang
suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan
sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama. Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois
yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja.
Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam
mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup
yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau
tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam
kehidupan makhluk tertentu.
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan
yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi
pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang
biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan
variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi
inisebagai alat yang dapat guru gunakanuntukkepentinganpengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk
mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi,
karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam
kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi
hokumdengan Cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah
sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum
yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk
menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana
bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah
dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik
agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam
mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak
hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan
pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler,
tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran
agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi,
misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan
nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk
mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa
kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna
(gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah
pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan
makna.
D. Tipe-tipe pendekatan
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun
1916,yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembanganminat
dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching
and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah
satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari
enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika
Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas. Ada kecenderungan dewasa ini untuk
kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat
jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang. Inilahyang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia
dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan
dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada
guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan
utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang
siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa
manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah
berguna bagi hidupnya.
5. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya,
dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat
untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :
11. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme.
Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu
yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah
diketahui siswa dengan informasi baru.
12. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
13. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan
yang realistic dan relevan.
14. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan
yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama
tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia
nyata.
15. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan
focus pada pemahaman bukan hapalan
2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang
dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
 Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme:
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi
peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian
atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai
dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari.Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti
dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan
sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau
penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.Pendekatan
induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju
keadaan umum.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan
dan pengalaman.
 Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah
pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta
didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk
melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih
psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat
mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi
pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran Cara kerja,
ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Filosofi
yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta
didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan
apa yang telah mereka ketahui.
e. Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran
1. Pendekatan Langsung
Pendekatan langsung terdiri dari empat tahap pembelajaran :
a. Tahap Presentasi
Ada lima metode pembelajaran penting yang harus digunakan selama tahap
presentasi pembelajaran langsung: (1) review materi sebelumnya atau
keterampilan awal yang diperlukan; (2) pernyataan mengenai pengetahuan
atau keterampilan khusus yang harus dipelajari; (3) pernyataan atau
pengalaman yang menyediakan siswa dengan penjelasan tentang mengapa
tujuan khusus ini penting; (4) yang jelas, penjelasan pengetahuan atau
keterampilan yang harus dipelajari, dan (5) beberapa kesempatan bagi
siswa untuk menunjukkan pemahaman awal mereka menanggapi
pemeriksaan guru.
b. Tahap Latihan
Terdapat tiga metode pengajaran dalam tahap latihan : (1) latihan
terbimbing langsung dibawah pengawasan guru, (2) latihan mandiri dimana
siswa mengerjakan sendiri, dan (3) tinjauan berkala (sering dimasukkan
setiap hari dalam praktek dibimbing dan mandiri) dimana sebelumnya
siswa belajar memanfaatkan konten atau skills.
c. Tahap Penilaian dan Evaluasi
Ada dua penilaian dan evaluasi pada pembelajaran langsung yaitu (1) tes
formatif, dan (2) tes sumatif.
d. Monitoring dan Feedback
Pemantauan dilakukan pada tahap 1, 2 dan 3. Jika diperlukan maka
diberikan umpan balik agar proses presentasi, latihan dan penilaian berjalan
sesuai yang diharapkan.
2. Pendekatan Diskusi
a. Pembagian tanggung jawab
Pembelajaran diskusi harus menggeser pembelajaran  yang berpusat pada
menjadi pendekatan yang berpusat pada tanggungjawab belajar bersama
antara guru dan siswa. Pembagian tanggungjawab ini tidak berarti
mengurangi peran guru dalam proses pembelajaran tetapi mengelola dan
mengarahkan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Oleh karena itu
harus ada pengaturan peran dan tugas yang jelas.
3. Pendekatan Pengalaman
Ada beberapa metode dalam pendekatan pengalaman dalam pembelajaran
yaitu:
1. Framing The Experience (Merangkaikan pengalaman)
a) Menetapkan tujuan atau hasil pembelajaran
b) Membicarakan kriteria penilaian
c) Membangun hubungan (teman sebaya, guru,komunitas dan lingkungan)
2. Activating experience (Menggerakkan Pengalaman)
a) Pengalaman nyata
b) Membuat keputusan hasil yang nyata
c) Orientasi Masalah
d) Kesulitan Optimal
3. Reflecting on experience (Evaluasi/Penilaian dalam Pengalaman)
a) Fasilitas guru sebagai fasilitator
b) Membuat kelompok
c) Proses : Apa yang terjadi , mengapa itu terjadi , apa yang telah dipelajarai
dan bagaimana Cara mengaplikasikannya.
4. Pendekatan Berbasis Masalah
1. Pemilihan masalah
PBI ini dirancang untuk mendukung pengembangan dan penyempurnaan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini tidak cocok sebagai strategi
instruksional untuk mengajarkan keterampilan dasar. Pendekatan PBI
memerlukan pemilihan masalah yang pembelajar (bahkan pelajar muda) telah
memiliki pengetahuan, yang mereka peroleh dari pengalaman hidup,
sehingga penerapan pengetahuan ini dengan pengetahuan yang diperoleh
melalui penelitian dan pemecahan masalah dapat menghasilkan pemahaman
lebih dalam.
2. Peran guru.
Hal yang paling penting dalam keberhasilan pelaksanaan FBI adalah
kemampuan guru berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan bukan
sebagai penyedia informasi atau materi.
3. Penilaian autentik praktek untuk memvalidasi tujuan pembelajaran.
Penggunaan penilaian autentik FBI, mempertimbangkan hal berikut:
 Instruktur / guru harus sangat mengerti yang dimaksud (atau antisipasi)
hasil pembelajaran yang berkaitan dengan masalah yang diajukan ke
pelajar. Strategi penilaian yang digunakan harus selaras dengan hasil yang
diinginkan.
 Penilaian sumatif dilakukan pada akhir siklus pemecahan masalah.
kelompok siswa dinilai berdasarkan pada solusi yang ditawarkan mereka
untuk memecahkan masalah tersebut.
 Penilaian formatif dapat terjadi setiap saat dalam siklus FBI. Barrows
(1988) menunjukkan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran mereka
diuji dengan menuliskan pengetahuan yang didapat pada proses pemecahan
masalah.
4. Gunakan penjelasan ulang secara konsisten dan menyeluruh.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh desainer instruksional adalah :
 Tujuan dari proses pembekalan ini adalah untuk membantu peserta didik
untuk mengenali, verbalisasi, dan mengkonsolidasikan apa yang telah mereka
pelajari, dan untuk mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang
ada.
 Tugas guru adalah untuk memastikan suara yang sama bagi semua peserta,
jadi hati-hati untuk mendengarkan semua anggota dan meminta semua
anggota untuk mereka berpendapat dan bercommentar.
 Ikuti tanya jawab didirikan protokol. Tahu generik dan spesifik pertanyaan
untuk diminta untuk memandu sesi tanya jawab. Siapkan pertanyaan ide /
topik untuk memastikan bahwa Anda (sebagai debriefer) mengingat semua
pembelajaran yang telah dibahas dalam kegiatan FBI.
 Ajukan pertanyaan yang mendorong peserta didik agar sesuai dengan
pengetahuan baru ke dalam skema yang ada.
 Dorong peserta didik untuk mendaftar apa yang telah mereka pelajari dengan
menggunakan peta konsep-menyediakan bahan-bahan yang diperlukan.
5. Pendekatan Simulasi
Secara umum desain pendekatan simulasi memiliki tujuh prinsip umum,
sebagai berikut :
1. Fungsi Isi
Bagian ini menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengatur isi modul fungsional
dari sebuah pembelajaran simulasi. Konten Simulasi mengambil model yang
dinamis replika sistem nyata atau khayalan.
2. Fungsi Strategi
Melibatkan Desain strategi yang menggambarkan konteks pengaturan
instruksional, pengaturan sosial, tujuan, struktur sumber daya, dan acara yang
diberikan.
C. Fungsi Kontrol
Desain simulasi fungsi menggambarkan sarana yang seorang pelajar dapat
menyampaikan pesan-pesan yang mempengaruhi terbukanya isi, strategi, atau
unsur-unsur dinamis lainnya dari pengalaman. Desain sistem kontrol
sangat  menantang karena tindakan belajar berlangsung dalam konteks yang
dinamis dan harus memanfaatkan pertukaran informasi dan kontrol.
D. Fungsi Pesan
Pesan Menghasilkan unit:
 Prinsip: Pesan Elements
 Prinsip: Pendekatan untuk Penataan pesan
 Prinsip: Pelaksanaan-waktu Pembangunan pesan
E. Fungsi Representasi
Fungsi representasi desain simulasi adalah yang paling terlihat dan nyata.
Desainnya melibatkan semua unsur sensorik pengalaman simulasi-
pemandangan, suara, sensasi taktil, dan kinestetik sensasi. Fungsi
representasi desain yang menggambarkan semua pengalaman indrawi yang
akan diadakan dan bagaimana mereka akan diintegrasikan dan disinkronkan.
Semua dijelaskan struktur titik ini untuk konten, strategi, kontrol, dan pesan
yang abstrak dan menjadi terlihat hanya melalui representasi desain. Oleh
karena itu, representasi adalah jembatan yang menghubungkan elemen desain
abstrak dengan simbolis tertentu elemen media.
F. Media-fungsi logika
Media-melaksanakan fungsi logika representasi dan melaksanakan operasi
logis yang memungkinkan simulasi peristiwa terjadi. Hal ini dapat juga
mencakup perhitungan dan pengumpulan data.
G. Fungsi pengelolaan data.
Mengelola data yang dihasilkan dari interaksi
2.4 STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha
untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan
dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang
yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks
pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.[3] Menurut J.R David
(1976) strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sementara itu
dick and Carey (1985) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar siswa/peserta latih.
Pendapat dari moedjiono (1993) strategi pembelajaran adalah kegiatan guru
untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek
dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru
menggunakan siasat tertentu.Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi
pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi
mempuanyai kesamaan dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai suatu
cara penetakapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
pembelajaran, teramasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
Menurut Poerwadarminta, Pembelajaran merupakan terjemahan dari
kata“instruction”  yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” 
yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah
menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku
perubahan. Muhammad Surya memberikan pengertian pembelajaran ialah suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian ini lebih menekankan kepada
murid (individu) sebagai pelaku perubahan. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya,
2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.
R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan
untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran
tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a  plan of operation achieving
something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina
Senjaya (2008).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan
suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai
pada tindakan.
b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun
sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya.
c. Strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru)
untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil yang diharapkan.
B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Menurut para ahli
Menurut Mansur (1991) terdapat empat konsep dasar strategi pembelajaran:
1. Mengidentifikasikan serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk
mencapai sasaran yang akurat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru
dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
C. Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Ada beberapa tahapan kegiatan pembelajaran diantaranya:
1. Tahap prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia
memulai proses belajar dan mengajar.
Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
oleh siswa pada tahapan prainstruksional:
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat sspa saja yang tidak
hadir.
b. Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pembelajaran
sebelumnya.
c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa dikelas, atau siswa tertentu tentang
bahan pelajaran yang diberikan sebelumnya.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan
pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah
dilaksanakan sebelumnya.
e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran
sebelumnya) secara singkat, tapi mencangkup semua bahan aspek yang
telah dibahas sebelumnya.
2. Tahap instuksional
Tahap kedua ini adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan
memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara
umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan dalam tahap inti seperti:
1. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
2. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari
buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Membahas pokok materi yang telah dituliskan.
4. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-
contoh konkrit.
5. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap
pokok materi yang telah diperlukan.
6. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
3. Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam
kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).
2.5 METODE PEMBELAJARAN
A.Pengertian Metode pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik,
sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau
tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Jadi Metode Pembelajaran
adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem
dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
denganbaik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih
dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan
suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan.
Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi
dalam kegiatan pembelajaran.
1. Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab secara
umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah
teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata method (Inggris), artinya
melalui, melewati, jalan atau cara untuk memeroleh sesuatu.
3. Menurut M. Sobri Sutikno (2009 : 88) “Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan”.
4. Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa
pengertian metodepembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai


ruang lingkup sebagai cara dalam:

1. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam rangka
memberikan dorongan kepada warga belajar untuk terus mau belajar
2. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam menumbuhkan
rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar warga belajar yang didasarkan pada
kebutuhannya
3. Penyampaian bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam
menyampaikan bahan dalam kegiatan pembelajaran
4. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi warga abelajar untuk belajar
5. Tenaga untuk melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk menumbuhkan kreativitas
warga belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya
6. Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, yaitu cara untuk
mengetahui keberhasilan pembelajaran
7. Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk untuk mencari
pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau
gairah belajar siswa.
b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut.
c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.
d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-
nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

B. Macam-Macam Metode Pembelajaran dan Penerapannya


Dalam Belajar Pembelajaran Serta Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran
Terhadap Aktifitas Peserta Didik Apabila kita ingin
mengajarkan suatumatapelajaran kepada anak/peserta didik dengan baik dan
berhasil, pertam-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau cara yang akan
dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan
baik, karena metode atau cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jika pengetahuan tentang metode dapat
mengklasifikasikannya dengan tepat maka sasaran untuk mencapai tujuan akan
semakin efektif dan efisien.
Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif
bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dapat dikatakan
tujuan telah tercapai, bila semakin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu
semakin efektif pula metode tersebut. Sedangkan metode mengajar dikatakan
efisien jika penerapannya dalam menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu relatif
menggunakan tenaga, usaha pengeluaran biaya, dan waktu minimum, semakin
kecil tenaga, usaha, biaya, dan waktu yang dikeluarkan maka semakin efisien
metode itu. Metode atau cara yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik, jika
materi yang diajarkan dirancang telebih dahulu. Dengan kata lain bahwa untuk
menerapkan suatu metode atau cara dalam pembelajaran matematika sebelumnya
harus menyusun strategi belajar mengajar, dan akhirnya dapat dipilih alat peraga
atau media pembelajaran sebagai pendukung materi pelajaran yang akan diajarkan.
Perkembangan mental peserta didik di sekolah, antara lain, meliputi kemampuan
untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada
pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang
efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan
peserta didik. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas
dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah
dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada
interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah
harus fleksibel dan tingkah laku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa
ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kearah kedewasaan.

Pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik. Tiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode lain.

Berikut dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru.

a. Metode Ceramah

1. Definisi Metode Ceramah

Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah

siswa atau peserta didik, yang pada umumnya mengkuti secara pasif. Metode

ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis

untuk penyampaian informasi, dan paling efektif dalam mengatasi

kelangkaan buku dan alat bantu peraga. Metode ini bersifat terpusat, sehingga

menghasilkan komunikasi yang searah, yaitu proses penyampaian informasi

dari pengajar kepada peserta didik, sementara proses belajar yang baik adalah

adanya interaksi dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga terjadi proses

belajar yang efektif dan menyenangkan, serta tujuan pembelajaran pun dapat

tercapai dengan baik. Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi

denagn lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan.

Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi searah dari

pembicara kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan

sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.

Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak dipakai oleh peserta

didik. Hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang

paling mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah


ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan

kelas. Murid-murid memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa

isinya dan membuat catatan. Implementasi metode ceramah ini adalah guru

mendominasi kegiatan belajar mengajar, definisi dari rumus diberikannya,

penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru.

Diberitahukannya apa yang harus dikerjakan dan bagaimana

menyimpulkannya. Contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula oleh

guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh murid. Mereka meniru

cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Kriteria dalam

pemilihan metode ceramah ini adalah berdasarkan waktu pembelajaran

karena misalnya waktu untuk pembelajaran pendek maka metode yang tepat

digunakan adalah metode ceramah ini.

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Kelebihan metode ceramah adalah:

1. Dapat menampung banyak siswa, sehingga setiap siswa mempunyai

kesempatan yang sama untuk mendengarkan si pengajar, dan biaya pun

menjadi relatif lebih murah.

2. Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang dianggap penting,


sehingga waktu dan energi dapat digunakan se efektif mungkin.

3. Dapat menyelesaikan kurikulum/silabus dengan lebih mudah dan lebih

cepat.

 Kekurangan metode ceramah adalah:

1. Kegiatan belajar mengajar akan mejadi tidak efektif, bahkan

membosankan, karena tidak adanya interaksi dalam kegiatan itu. Terlalu


banyaknya materi yang di ceramahkan (disampaikan) akan membuat si

anak tidak mampu menguasai semua materi.

2. Pembelajaran melalui ceramah, cenderung lebih mudah terlupakan

dibanding dengan belajar dengan melakukan (learning to do).

3. Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning),

sehingga akan kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu

rumus misalnya dalam pembelajaran matematik.

b. Metode Demonstrasi

4. Definisi Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan

peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-

langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan

kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan:

demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi

hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah

proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta

didik itu sendiri. Sebagai hasil, peserta didik akan memperoleh pengalaman

belajar langsung setelah melihat,melakukan, dan merasakan sendiri. ”Metode

demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda

tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.”(Wina Sanjaya, Strategi

Pembelajaran,  h. 152.)

Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa metode demonstrasi digunakan untuk

memperagakan tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu terkait dengan

materi pelajaran yang dipelajari dengan tujuan menyajikan pelajaran dengan


lebih konkrit sehingga  materi pelajaran yang disampaikan akan lebih berkesan

bagi siswa dan membentuk pemahaman yang mendalam  dan sempurna.

Metode demonstrasi dibutuhkan dalam pembelajaran matematika terutama

materi-materi yang membutuhkan alat peraga pembelajaran. Ini untuk

menanamkan pemahaman yang mendasar dan konstruktif terhadap materi yang

dipelajari. Metode demonstrasi sangat tepat digunakan pada materi Bangun-

bangun geometri.

Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara efektif

dan efisien, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai. Hal-


hal tertentu perlu dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan digunakan

untuk kepentingan demonstrasi.

2. Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan

pilihlah materi yang tepat untuk didemonstrasikan.

3. Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif jika

yang dikuasai dan dipahami baik oleh peserta didik maupun oleh guru.

4. Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh

peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti peserta didik.

5. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, dan


ciptakanlah suasan yang tenang dan menyenangkan. Upayakanlah agar

semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

6. Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik


terhadap efektivitas metode demonstrasi maupun terhadap hasil belajar

peserta didik.
Dari uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa kriteria pemilihan metode

pembelajaran demonstrasi ini yaitu konteks domain tujuan pembelajaran.

Karena kriteria konteks domain tujuan pembelajaran ini yaitu misalnya untuk

tujuan pembelajaran yang menekankan pada domain,  afektif,  kognitif dan 

posikomotor, jika domain yang ditekankan adalah domain psikomotor  maka

metode  yang tepat dalam pembelajaran adalah metode demonstrasi.

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Kelebihan-kelebihan metode demontrasi adalah:

1. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting

oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati.

2. Dapat membimbing murid ke arah berpikir yang sama dalam satu

saluran pikiran yang sama.

3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu

yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu

yang pendek.

4. Dapat mengurangi kesalaham-kesalahan bila dibandingkan dengan

hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan

gambaran yang jelas ari hasil pengamatannya.

5. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak.

6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat

diperjelas waktu proses demonstrasi. 

Kekurangan-kekurangan metode demontrasi adalah:

1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa

ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.


2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu

tersedia dengan baik.

3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di

samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin

terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. (Syaiful Bahri

Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 91.)

c. Metode Tanya Jawab

1. Definisi Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau

sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan-

pertanyaa. Metode Tanya jawab adalah suatu metode dalam pendidikan dan

pengajaran dimana guru bertanya dan murid-murid menjawab bahan materi

yang diperolehnya. Metode ini memungkinkan terjadinya komunikasi langsung

antara pendidik dan peserta didik, bisa dalam bentuk pendidik  bertanya dan

peserta didik menjawab atau dengan sebaliknya.

Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan.

Umumnya pada tiap kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya jawab. Namun,

tidak pada setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut menggunakan metode

tanya jawab. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan bisa muncul

dari guru, bisa juga dari peserta didik, demikian pula halnya jawaban yang

dapat muncul dari guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, dengan

menggunakan metode ini siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar

dengan metode ekspositori. Meskipun aktivitas siswa semakin besar, namun


kegiatan dan materi pelajaran masih ditentukan oleh guru. Dalam metode tanya

jawab, pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang keaktifan dan kreativitas

berpikir siswa/peserta didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari

dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Sebelum pertanyaan-

pertanyaan itudiberikan, sebagai pengarahan diperlukan pula cara informatif.

Bahan yang diajarkan masihterbatas pada hal-hal yang ditanyakan oleh guru.

Inisiatif dimulai dari guru. Sesudahpengarahan, dimulailah dengan pengajuan

pertanyaan. Jika pertanyaan terlalu sulit, jawabansiswa mungkin hanya “tidak

tahu”, “tidak dapat”, gelengan kepala, atau hanya diam saja. Kelas diam bisa

juga diakibatkan oleh sikap atau tindakan guru yang tidak menyenangkan

siswa. Hal ini dapat menjengkelkan guru. Kalau guru marah karena hal

tersebut, murid akan menjadi (lebih) takut untuk menjawab atau bertanya.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan

metode ini yaitu hanya dapat dipakai oleh guru secara umum untuk

menetapkan perkiraan apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan

sudah memahami pelajaran yang diberikan dan metode ini tidak dapat

digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan anak didik

dalam suatu kelas karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama

pada setiap murid untuk menjawab pertanyaan.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode tanya

jawab, sebagai berikut :

1. Guru perlu menguasai bahan secara penuh (maksimal), jangan sekali-kali


mengajukan pertanyaan yang guru sendiri tidak memahaminya atau tidak

tahu jawabannya.
2. Siapkanlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik
sedemikian rupa, agar pembelajaran tidak menyimpang dari bahan yang

sedang dibahas, mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dan sesuai

dengan kemampuan berpikir peserta didik (siswa).

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab

Kelebihan  dari metode tanya jawab adalah:

1. Pertanyaan menarik dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,

sekalipun ketika siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan

hilang kantuknya.

2. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan cara berpikir,

termasuk daya ingatan.

3. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab


dan mengemukakan pendapat.

Adapun kekurangan dari metode tanya jawab ini adalah:

1. Siswa merasa takut, apalagi bila kurang dapat mendorong siswa untuk
berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan

akrab.

2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir


dan mudah dipahami siswa.

3. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat

menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

4. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa. 

d. Metode Resitasi

1. Definisi Metode Resitasi


Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Jadi, bisa

disimpulkan bahwa metode resitasi adalah metode pembelajaran yang

dilakukan dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan

dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat

memperdalam materi pelajaran dan dapat pula mengevaluasi materi yang telah

dipelajari. Sehingga siswa akan terangsang untuk belajar  aktif baik secara

individual maupun kelompok. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini semua

pendidik memberikan tugas. Jadi, kenyataan siswa banyak mempunyai tugas

dari beberapa mata pelajaran itu. Akibatnya tigas itu terlalu banyak diberikan

kepada siswa, menyebabkan siswa mengalami kesukaran untuk mengerjakan,

serta dapat menganggu pertumbuhan siswa, karena tidak mempunyai waktu

lagi untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang perlu untuk perkembangan

jasmani dan rohaninya pada usiannya. Maka dari itu, ciri yang baik dalam

pemilihan metode ini adalah jangan terlalu sesering atau kerap kali

memberikan resitasi atau tugas kepada peserta didik agar tidak terlalu menyita

waktu para peserta didik dan menganggu pertumbuhan dan perkembangan

peserta didik secara wajar.

Sebab itu dalam pelaksanaan metode ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Merumuskaan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.


2. Pendidik perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah

dimengerti.

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

Kelebihan-kelebihan metode tugas dan resitasi adalah:


1. Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas sebab dalam strategi ini
siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah

dikerjakan.

3. Memberikan kebiasaan siswa untuk giat belajar. Memberikan tugas siswa


untuk sifat yang praktis. ( Zuhairini, dkk, Metodik Khusus

Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 98.).

Kekurangan metode tugas dan resitasi adalah:

1. Tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan meniru

pekerjaan orang lain.

2. Karena perbedaan individu, maka tugas apabila diberikan secara umum

mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedangkan sebagian

lainnya merasa mudah menyelesaikan tugas tersebut.

3. Apabila tugas diberikan, lebih-lebih bila itu sukar dikerjakan, maka

ketenangan mental para siswa menjadi terpengaruh. (Ali Pande &

Imansyah, Didaktik Metode (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h. 92.).

e. Metode Eksperimen

1. Definisi Metode Eksperimen

”Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana

siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

sesuatu yang dipelajar.”(Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi

Belajar,  h. 84.). Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode

eksperimen, siswa diiberikan kesempatan untuk mengalami  sendiri atau

melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis,

membuktikan dan menarik kesimpulan tentang suatu permasalahan terkait


materi yang diberikan. Peran guru sangat penting pada metode eksperimen,

khususnya dalam ketelitiandan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan

dan kesalahan memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran.

Pemahaman siswa akan lebih kuat dan mendalam jika siswa diberikan

kesempatan untuk mengalami secara langsung dalam suatu proses, analisis dan

pengambilan kesimpulan terhadap suatu masalah. Hal ini akan menimbulkan

kepercayaan pada siswa bahwa yang dipelajari merupakan suatu yang benar

dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran matematika dikatakan ilmu

pasti, yang artinya bahwa setiap pernyataan dalam matematika dapat

dibuktikan secara analitis dan logis. Mengingat  hal tersebut maka metode

eksperimen sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika khususnya

pada materi-materi yang membutuhkan keterlibatan siswa secara langsung,

misalnya materi Peluang, Konsep bilangan, dan Bangun-bangun geometri.

Sehinnga dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan

metode ini adalah harus didasarkan pada tingkat kemampuan pendidik, apakah

pendidik mempunyai keahlian melakukan eksperimen dari meteri yang akan di

ajaran dengan menggunakan metode ini.

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Kelebihan-Kelebihan metode eksperimen adalah:

1. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran dan

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya

menerima kata guru atau buku saja.

2. Dapat mengembangkan sikap untuk studi eksploratis tentang sains dan


teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan.
3. Metode ini didukung oleh azas-azas didaktik modern. (Syaiful

Sagala, Konsep dan Makna,  h. 220-221.)

Kekurangan metode eksperimen adalah:

1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.


2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.

3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan dan ketabahan.


4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan

kemampuan dan pengendalian.(Syaiful Bahri Djamarah & Azwan

Zain, Strategi Belajar, h. 85.)

f. Metode Latihan (Drill)

1. Definisi Metode Latihan

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu

ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat

latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka

hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.

Banyak alat yang dapat membantu orang untuk dapat berhitung cepat dan

cermat. Daftar kuadrat, daftar akar, dekak-dekak, dan kalkulator misalnya.

Tetapi berhitung cepat dan cermat tanpa alat di sekolah tetap diperlukan.

Karena itu dalam kegiatan belajar ini akan dibicarakan pula metode drill.

Sesudah murid memahami penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian bilanganbulat positif sampai 100, akhirnya mereka dituntut untuk

dapat mengerjakannya dengan cepat dan cermat. Kemampuan mengenai fakta-

fakta dasar berhitung ini tergantung pada ingatan.Cepat mengingat,


kemampuan mengingat kembali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan

merupakan hal-hal yang perlu untuk “hafal”. Kemampuan-kemampuan

demikian merupakan tujuan dari metode drill. Sebelum program pengajaran

matematika yang sekarang berlaku, pengajarannya terlalu ditekankan pada drill

atau latihan. Perlu disadari bahwa belajar keterampilan secara rutin

menyebabkan sedikit yang dapat diingat, sedikit pengertian, dan sedikit

aplikasi dalam masalah sehari-hari. Karena itu drill hendaknya diadakan bila

perlu saja. Dengan demikian antara keterampilan, pengertian, dan penerapan

akan menjadi seimbang dan pengajaran menjadi efisien. Kriteria pemilihan

metode ini sama dengan kriteria pemilihan metode demonstrasi yaitu konteks

domain tujuan pembelajaran yang penekannya pada ranah psikomotor, katena

metode latihan ini terarah pada kemampuan  dan keterampilan peserta didik

seperti yang dijelaskan di atas.

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Latihan

Kelebihan metode latihan ini yaitu antara lain:

1. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,

melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

2. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,


penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan

sebagainya. 

3. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan


pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan ini antara lain:


1. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih

banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari

pengertian. 

2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.


3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

4. Dapat menimbulkan verbalisme.


g. Metode Inquiri

1. Definisi Metode Inquiri

Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk

lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar

sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah. Proses

inquiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui

penelitian. Oleh karena itu metode inquiri kadang-kadang disebut juga metode

ilmiahnya penelitian. Metode inquiri adalah metode belajar dengan inisiatif

sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi

inquiri yang ideal dalam kelas matematika terjadi, apabila murid-murid

merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup

kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Peran utama guru dalam pelajaran

inquiri sebagai metoderator (Sutrisman, Tambunan, 1987 : 6.39). Sebuah

contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah menarik jarak antara dua

garis yang sejajar. Sejenis dengan ini, dalam inquiri adalah menarik jarak

antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruang. Contoh-contoh

topik lainnya untuk inquiri adalah menentukan kepadatan lalu lintas di suatu
perempatan, menentukan air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang

rusak, menentukan banyak air suatu aliran sungai.

Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar siswa tahu dan belajar

metode ilmiah dengan inquiri dan mampu mentransfernya ke dalam situasi lain.

Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :

1. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki,


dan sebagainya.

2. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan

prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang

diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, masalah, dan

sebagainya.

3. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang

baru dilaksanakan.

4. Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk

dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.

Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan metode inquiri, sebagai berikut :

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam


2. Merumuskan masalah yang ditemukan
3. Merumuskan hipotesis
4. Merancang dan melakukan eksperimen
5. Mengumpulkan dan menganalisis data
6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni : objektif, jujur,
hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.

Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode ini

berada pada ranah kognitif, maka kriteria pemilihan metode pembelajaaran


metode inquiri adalah harus didasarkan pada tujuan pembelajaran atau konteks

domain tujuan pembelajaran yang tujuannya dengan penekanannya pada

domain kognitif.

 Kebihan dan Kekurangan Metode Inquiri

Kelebihan dari Metode Inquiri:

1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir


dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir.

2. Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan,

mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan

metode inquiri dapat dikembangkan seluas-luasnya.

3. Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat
mengembangkan pendidikan demokrasi.

Kekurangan dari metode inquiri:

1. Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasarn anak


yang tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.

2. Metode inquri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda,

misalnya anak SD.

h. Metode Pemecahan Masalah

1. Definisi Metode Pemecahan Masalah

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode

pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang

kemudian dicari penyelasainnya dengan dimulai dari mencari data sampai pada

kesimpulan. Seperti apa yang ungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan

Aswan Zain bahwa. Metode problem solving (metode pemecahan masalah)

bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir,
sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang

dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.


2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.


4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
5. Menarik kesimpulan.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri pemilihan metode

ini berdasarkan sifat atau karakter pendidik yang pendiam.

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemecahan Masalah.

Kelebihan metode pemecahan masalah ini adalah:

1. Pemecahan masalah merupakan tehnik yang cukup bagus untuk

memahami isi pelajaran.

2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan siswa kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

siswa.

3. Pemecahan masalah  dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang

mereka lakukan. 
6. Melalui pemecahan masalah  bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa

setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya),

pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus

dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari

buku-buku saja.

7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir

kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan

dengan pengetahuan baru.

9. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki

dalam dunia nyata.

10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara

terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.(Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,).

Kekurangan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah:

1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan

tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan

dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan

kemampuan dan keterampilan guru.

2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering

memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil

waktu pelajaran.

3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir


memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-

kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan

tersendiri bagi siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi

Belajar,  h. 93.)

1. Metode Diskusi

a) Definisi Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa

dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan

yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Metode

diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru 

dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan siswa suatu permasalahan

untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga akan terjadi interaksi antara dua

atau lebih siswa untuk saling bertukar pendapat, informasi, maupun

pengalaman masing-masing dalam memecahkan permasalahan yang diberikan

oleh guru. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada siswa yang pasif.

Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran seperti

yang diungkapkan Killen (1998) adalah ” tujuan utama metode ini adalah untuk

memecahakan suatau permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan

memahami pengatahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.” (Wina

Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 154.) Metode diskusi sangat tepat

digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama untuk

memecahkan masalah serta melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat secara

lisan. Dalam pembelajaran matematika metode diskusi sangat tepat digunakan

pada materi-materi yang menantang untuk sama-sama dipecahkan, misalnya

materi bangun-bangun geometri, peluang dan konsep bilangan.


Adapun  dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus benar-benar mampu

mengorganisasikan siswa sehingga diskusi dapat berjalan seperti yang

diharapkan. Menurut Bridges (1979) dalam pelaksanaan metode diskusi, guru

harus mengatur kondisi yang memungkinkan agar:

1. Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya.


2. Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain.
3. Setiap harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap
penting.

4. Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengatahuannya


serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. 

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan

diskusi didasarkan pada beberapa aspek, yaitu Tingkat kemampuan siswa itu

sendiri, Materi ( bahan ajar ) dengan karakteristik yang berbeda atau materi

yang telalu banyak maka boleh menggunakan metode pembelajaran ini.

 Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Kelebihan dari metode diskusi adalah:

1. Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir.


2. Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan

aspirasinya secara bebas.

3. Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.


4. Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif aktif dikalangan siswa.
5. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai
pendapat orang lain. (Syaiful Sagala,Konsep dan Makna

Pembelajaran  (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 208.)

Kekurangan dari metode diskusi adalah:


1. Diskusi terlalu menyerap waktu.
2. Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi dan

menggunakan waktu diskusi dengan baik, maka kecenderungannya

mereka tidak sanggup berdiskusi.

3. Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara melaksanakan


diskusi, maka kecenderungannya diskusi tanya jawab. 
2.6 TEKNIK PEMBELAJARAN
a. Pengertian Teknik Dalam Proses Belajar Mengajar
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-
ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Teknik pembelajaran
merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalnya, terdapat dua orang
sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam teknik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung
banyak diselingi dengan dengan humor karena memang dia memiliki sense of
humor yang tinggi, sementara ang satunya lagi kurang memiliki sense of humor,
tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dian sangat
menguasai bidang tersebut.
b. Macam-Macam Teknik Dalam Proses Belajar Mengajar
5. Teknik Ceramah
Teknik ceramah adalah memberikan uraian atau penjelasan kepada
sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain teknik ini
adalah sebuah teknik mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif.
6. Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan
oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak
ada yang pasif sebagai pendengar. Teknik diskusi merupakan suatu cara
mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang
atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk
memperkuat pendapatnya.
7. Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami
materi tersebut. Teknik tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang
menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.
Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan
yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka
(pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara
yang menarik.
8. Teknik Pemberian Tugas (Individu/Kelompok)
Teknik pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi
melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas
dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa
atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
9. Teknik Penemuan (Discovery) dan Simulasi
Teknik penemuan merupakan proses dimana seorang siswa melakukan
proses mental yang harus mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip. Yang dimaksud proses mental ialah mengamati, mencerna, mengerti
menggolong-golongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan lain
sebagainya. Sedangkan prinsip ialah siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberiakan
instruksi. Teknik simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan
tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan
tujuan agar orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang
itu merasa dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan
sebagai orang lain.
10. Teknik Inquiry
Inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru membagi
tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya
didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian
didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan
terakhir. Teknik inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
11. Teknik Eksperimen dan Demonstrasi
Teknik eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang
siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru. Teknik
demonstrasi merupakan teknik mengajar dimana seorang instruktur atau tim
guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses.
12. Teknik Karya Wisata
Teknik karya wisata merupakan teknik mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah
untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
13. Teknik Bimbingan / Tutorial
Teknik bimbingan/tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru
kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.      Peran guru
sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan
oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-
tugasnya.
14. Teknik Problem Solving
Teknik problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar teknik
mengajar, tetapi juga merupakan satu teknik berpikir, sebab dapat
menggunakan teknik-teknik lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi pembelajaran merupakan sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sebelum
menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
Strategi mempunyai beberapa istilah yaitu, metode, pendekatan, teknik atau taktik
dalam pembelajaran.
Yang terpenting dalam belajar yaitu proses bukan lah hasil, artinya belajar
harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai
perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil
dengan baikterpenting.
Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang
dipersiapkan secara saksama untuk mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dan telah ditargetkan dalam proses belajar. Macam-macam strategi pembelajaran
meliputi: Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE), Strategi Pembelajaran Inkuiri
(SPI), Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) , Stategi Pembelajaran Kontekstual
(CTL), Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir, Strategi
Pembelajaran Kooperatif ( SPK ), Strategi Pembelajaran Afektif.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: Metode  ceramah,  metode demonstrasi, metode
diskusi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode tanya jawab, metode
latihan, metode karya wisata.
Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Teknik pembelajaran
merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran
tertentu yang sifatnya individual. Macam-macam teknik dalam proses belajar
mengajar yaitu: teknik ceramah, teknik diskusi, teknik tanya jawab, teknik
pemberian tugas (Individu/Kelompok), teknik penemuan (Discovery) dan simulasi,
teknik inquiry, teknik eksperimen dan demonstrasi, teknik karya wisata, teknik
bimbingan / Tutorial, teknik problem solving
3.2 Saran
Untuk menjadi seorang guru, maka perlu sekali untuk memahami konsep dari
belajar dan pembelajaran karena tugas seorang guru ialah mengajar siswanya
dengan baik dan benar.
Sebelum membelajarkan siswanya, guru harus mempersiapkan sebuah strategi
pembelajaran yang tersusun secara sistematis ataupun hierarkis supaya pada saat
mengajar, siswa tidak akan bingung. Tujuan dari pembuatan strategi pembelajaran
bagi guru ialah memudahkannya dalam mengajar atau mendidik siswanya. Sebagai
seorang calon guru, kita harus mempelajari bahkan terlebih menguasai strategi,
metode, dan teknik dalam proses belajar mengajar agar suatu kelak jika kita
mengajar kita tidak akan bingung dalam memilih strategi dan metode apa yang
akan digunakan dalam menyajikan materi. Disamping itu proses belajar mengajar
akan berlangsung dengan efektif jika kita menguasai strategi, metode dan teknik
yang tepat dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Dharman, Surya.(2008). Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya.Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasioal.
Fathurrohman, Pupuh & M.Sobry Sutikno. 2009.Strategi Belajar Mengajar.Bandung:PT
Refika Aditama.
Udin S.Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka,
2008), hal : 1.9 – 1.11
Sri Anita W,dkk(2012)strategi pembelajaran di sd tangerang selatan, universitas terbuka.
Adang Heriawan, dkk, 2012, Metodoogi pembelajaran, (Serang : LP3K(Lembaga
Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru).
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran
dalamhttps://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-
teknik-dan-model-pembelajaran/
Anonim.  2014. Pengertian strategi metode dan teknik dalam
http://www.mediapustaka.com/2014/06/pengertian-strategi-metode-dan-teknik.html
Hatimah. . 2001. Pengertian Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran
dalam http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/
IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf
Srianggoro, Bambang. Metode Strategi Mengajar dalam
https://bambangsrianggoro.wordpress.com/metode-strategi-mengajar/
Krisna.   2010. Strategi Belajar Mengajar dalam
http://krisna1.uns.ac.id/files/2010/05/strategi-belajar-mengajar.pdf
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Uno Hanzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media
Staff.uny.ac.id/sites/defalut/files/131414327/jurnal%207.pdf
Zuhairini, dkk. 1983.  Metodik Khusus Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Pande Ali & Imansyah. 1984.  Didaktik Metode. Surabaya: Usaha Nasional.
Sagala Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIK
A/METODE__PEMBELAJARAN__MATEMATIKA,_BERMAIN__SAMBIL__BELAJ
AR.pdf
http://kurtek.upi.edu/media/sources/6-pemilihan.pdf
http://www.damandiri.or.id/file/mariasugiharyaniunmuhsolobab1-5.pdf

http://syasmkn2tb.wordpress.com/2012/08/02/kriteria-pemilihan-metode-pembelajaran/
Majib Abdul, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014)
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika
Aditama, 2007)
Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Depag RI, 2009)
Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan
Pemilihannya, (Jakarta :      Dipdiknas, 2008)
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta :   Kencana Prenada Media, 2011)
Abdul majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) hal.3
Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran ( Jakarta: Depag RI, 2009) hal.37
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan(Jakarta :
Kencana Prenada Media 2011) hal : 126
Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya (Jakarta :
Dipdiknas, 2008)hal:5
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) hal.8
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Refika
Aditama, 2007)hal 46
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) hal.12-24
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) hal.27-29

Anda mungkin juga menyukai