Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Kebutuhan Ansietas

A. Definisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), ansietas merupakan
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman. (Herdman & Kamitsuru, 2018).
B. Fisiologis
a. Wajah tegan
b. Tremor tangan
c. Peningkatan keringat
d. Peningkatan ketegangan
e. Gemetar
f. Tremor
g. Suara bergetar
1. Simpatis
a. Gangguan pola pernapasan
b. Anoreksia
c. Peningkatan refleks
d. Eksitasi kardiovaskular
e. Diare
f. Mulut kering
g. Wajah memerah
h. Palpitasi jantung
i. Peningkatan tekanan darah
j. Peningkatan denyut nadi
k. Peningkatan frekuensi pernapasan
l. Dilatasi pupil
m. Vasokonstriksi superfisial
n. Kedutan otot
o. Lemah
p.
2. Parasimpatis
a. Nyeri abdomen
b. Perubahan pola tidur
c. Penurunan tekanan darah
d. Penurunan denyut nadi
e. Diare
f. Pusing
g. Keletihan
h. Mual
i. Kesemutan pada ekstremitas
j. Sering berkemih
k. Anyang-anyangan
l. Dorongan segera berkemih
3. Kognitif
a. Gangguan perhatian
b. Gangguan konsentrasi
c. Menyadari gejala fisiologis
d. Bloking pikiran
e. Konfusi
f. Penurunan lapang persepsi
g. Penurunan kemampuan untuk belajar
h. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
i. Lupa
j. Preokupasi
k. Melamun
l. Cenderung menyalahkan orang lain

C. Tingkat Ansietas
Menurut Peplau (1963) dalam (Stuart, 2016) mengidentifikasi empat tingkat ansietas dengan
penjelasan efeknya, yaitu :
1. Ansietas ringan
Terjadi pada saat ada ketegangan dalam hidup sehari-hari. Selama ini seseorang waspada dan lapang
persepsi meningkat. Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan menangkap lebih dari
sebelumnya. Jenis ansietas ini dapat memotivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan, dan meningkatkan
kreativitas.
2. Ansietas sedang
Terjadi ketika seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja dan lapang persepsi
meyempit. Sehingga kurang dalam melihat,mendengar,dan menangkap. Seseorang memblokir area
tertentu tetapi masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Ansietas berat
Terjadi ditandai dengan penurunan yang signifikan dilapang persepsi. Ansietas jenis ini cenderung
memfokuskan pada hal yang detail dan tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ansietas dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area lain
4. Panik
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror. Pada sebagian orang yang mengalami kepanikan tidak
dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan. Gejala panik yang sering muncul adalah peningkatan
aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit
dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu, karena
tidak kompatibel dengan kehidupan. Kondisi panik yang berkepanjangan akan mengakibatkan kelelahan dan
kematian, tetapi panik dapat diobati dengan aman dan efektif.
D. faktor Terjadinya Ansietas

Beck, Amey & Greenberg (Freeman & Di Tomasso dalam Wolman & Stricker, 1994) dalam
(Canisti, 2013) mengemukakan bahwa dari sudut pandang kognitif (cognitive model), terdapat lima
kemungkinan faktor predisposisi atau faktor yang secara potensial dapat menyebabkan individu
mengalami kecemasan, diantaranya :
1. Generative inheritability (pewarisan genetik)
Faktor hereditas mempengaruhi mudah tidaknya saraf otonom menerima rangsang. Dengan kata
lain, seseorang dengan sejarah keluarga atau keturunan yang memiliki gangguan dalam kecemasan
bila dihadapkan pada situasi yang mencemaskan.
2. Physical disease states (penyakit fisik)
Pandangan kognitif mengatakan bahwa faktor penyebab penyakit fisik dapat membuat individu
mengalami kecemasan.
3. Phychological trauma/mental trauma (trauma mental)
Individu akan lebih mudah cemas ketika ia dihadapkan pada situasi yang serupa dengan
pengalaman terdahulu yang menimbulkan trauma, dimana situasi tersebut seperti skema yang telah
dipelajari.
4. Absence of coping mechanisms (tidak adanya mekanisme penyesuaian diri)Individu yang
mengalami kecemasan akan sering menunjukkan defisit dalam respon penyesuaian diri terhadap
kecemasan itu sendiri. Mereka merasa tidak berdaya untuk menemukan strategi dalam mengatasi
kecemasannya tersebut. Akibatnya individu tersebut membiarkan diri mereka berada dalam situasi
yang secara potensial yang dapat membuat mereka cemas.
5. Irrational thoughts, assumptions and cognitive processing errors.
(pikiran-pikiran irasional, asumsi dan kesalahan proses kognisi)
Pada individu yang memiliki gangguan kecemasan, keyakinan yang tidak realistik atau keyakinan
semu mengenai suatu ancaman atau bahaya
dianggap dipicu oleh situasi-situasi tertentu yang mirip dengan situasi ketika keyakinan semu
tersebut dipelajari. Jika skema keyakinan semu tersebut teraktifkan, maka skema ini akan
mendorong pikiran, tingkah laku dan emosi orang tersebut untuk masuk dalam keadaan cemas.
Selain faktor predisposisi kecemasan, Freeman dan Di Tomasso (dalam Wolman & Stricker,
1994) dalam (Canisti, 2013) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor pencetus
kecemasan, yaitu :
1. Masalah fisik, dapat menyebabkan kelelahan sehingga mempengaruhi ambang toleransi
individu untuk menghadapi stressor dalam kehidupan sehari-hari.
2. Stressor eksternal yang berat, seperti kematian orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan.
3. Steresor eksternal yang berkepanjangan

E. Macam-macam Yang Mempengaruhi Ansietas


Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018) macam-macam yang mempengaruhi ansietas yaitu
:
1. Konflik tentang tujuan hidup
2. Hubungan interpersonal
3. Penularan interpersonal
4. Stressor
5. Penyalahgunaan zat
6. Pembedahan
7. Ancaman kematian
8. Ancaman pada status terkini
9. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
10. Konflik nilai
F. Rencana Asuhan Keperawatan klien dengan kebutuhan ansietas
1. Pengkajian

1. Pengkajian.

a) Identistas Klien.

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.

b) Keluhan Utama.

Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih


dari 2 bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri
menyebar kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat Penyakit Sekarang.

Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya


keluhan & apakah menetap atau hilang timbul', hal apa yang
mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien
sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu.

Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau
trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau
otot sebelumnya.
e) Riwayat Pekerjaan.

Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot


rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja
statis.
II. Pemeriksaan Fisik.

a) Keadaan umum.

Meliputi : baik, jelek, sedang.

b) Tanda – tanda Vital.

TD : Tekanan darah. N : Nadi.


P : Pernapasan.

S : Suhu.
c) Antropometr
BB : Berat badan.
TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengidraan.

Mata : lapang pandang.

Hidung : kemampuan penciuman.

Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.

e) Sistem pernapasan.

pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara,dan bunyi


tambahan ronchi, wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer.

Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi


jantung.
g) Sistem gastrointestinal.

Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum, peristaltik


usus dan eliminasi.
h) Sistem integumen.

Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna


permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal.

Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah,

j) Sistem endokrin.

Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.

k) Sistem reproduksi.

Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.


l) Sistem neurologis.

1) Fungsi cerebral.

2) Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.

3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan


menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan bicara.

5) Fungsi kranial.

 Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh klien menutup mata dan menutuo salah satu
lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau
yang berbeda (misalnya jeruk nipis dan kapas
alkohol).
 Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus
optikus, penglihatan perifer.
 Nervus III (Okulomotorius) :

Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh klien


mengikuti cahaya
 Nervus IV (Troklearis) :

Suruh klien menggerakan mata kearah bawah dan


kearah dalam.
 Nervus V (Trigeminus) :

Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika klien


merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh
bila area dekat pipi disentuh) dekati dari samping,
sentuh bagiang mata yang berwarna dengan lembut
dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip
dan refleks kornea.

 Nervus VI (Abdusen) :

Kaji kemampuan klien untuk menggerakan mata


secara lateral.
 Nervus VII (Fasialis) :

Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi larutan


manis (gula), asam (lemon). Kaji fungsi motorik
dengan cara tersenyumdan menglihatkan giginya.
 Nervus VIII (Vestibulocochlearis) : Uji
pendengaran.
 Nervus IX (Glosofaringeus) :

Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi ras pada


lidah.
 Nervus X (Vagus) :

Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong spatel


pada lidah ke posterior faring untuk menentukan
refleks muntah, jangan menstimulasi jika ada
kecurigaan epiglotitis.
 Nervus XI (Asesorius) :
Suruh klien memutar kepala kesamping dengan
melawan tahanan, minta klien untuk mengangkat
bahunya kemudian kita tahan apakah klien mampu
untuk melawannya.

 Nervus XII (Hipoglasus) :

Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya,periksa deviasi


garis tengah, dengarkan kemampuan anak untuk
mengucapkan ‘R’.
6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan oto.
7) Fungsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Fungsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan
2. Diagnosis keperawatan

Menurut Nursalam (2015) Diagnosis keperawatan adalah respons


individu terhadap rangsangan yang timbul dari diri sendiri maupun luar
(lingkungan). Sesuai dengan judul proposal studi kasus, diagnosa
keperawatan yang akan ditegakkan adalah : Ansietas berhubungan dengan
adanya perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatan
pembedahan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit),
dampak yang ditimbulkan akibat pembedahan, dan prognosis penyakit.
Perubahan dalam status peran menyebabkan kecemasan apabila klien
setelah memiliki penyakit mioma uteri akan kehilangan peran dalam
keluarga maupun lingkungannya. Ancaman pada status kesehatan yang
menimbulkan kecemasan yaitu ketika timbul gejala seperti adanya
perdarahan, timbul nyeri, dan adanya pembesaran pada abdomen. Serta
perubahan konsep diri klien akan hilang, karena motivasi dalam diri klien
berkurang sehingga klien akan merasa cemas dan takut.
a. Batasan karateristik
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,muda
tersingung
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan.
Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala
3. Intervensi keperawatan/perencanaan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan untuk
merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
menggunakan koping secara luas, agar stimulus secara keseluruhan dapat
terjadi pada klien (Nursalam, 2015). Intervensi keperawatan pada masalah
Intervensi Keperawatan Ansietas

Tujuan
N Diagnosa Interve
dan Kriteria
o Keperawatan nsi
Hasil (SLKI)
(SDKI) (SIKI)
1. Ansietas Luaran Utama : Terapi Relaksasi
Definisi : Kondisi emosi Tingkat ansietas Observasi
dan Luaran 1. Identifikasi
Tambahan : penurunan
pengalaman subyektif 1. Dukungan sosial tingkat energy,
2. Harga diri ketidakmampua
individu 3. Kesadaran diri n
terhadap objek yang 4. Kontrol diri berkonsentrasi,
tidak jelas dan spesifik 5. Proses informasi atau gejala
akibat antisipasi 6. Status kognitif lain
bahaya yang 7. Tingkat agitasi mengganggu
memungkinkan 8. Tingkat kemampuan
individu melakukan kognitif
tindakan

untuk menghadapi
ancaman.

Penyebab : pengetahuan 2. Identifikasi


1. Krisis situasional teknik relaksasi
2. Kebutuhan tidak Setelah yang
terpenuhi Pernah efektif
3. Krisis maturasional dilakukan intervensi digunakan
4. Ancaman keperawatan selama 3. Identifikasi
terhadap konsep ….. x 24 jam maka kesediaan,
diri ansietas menurun kemampuan,
5. Ancaman dengan kriteria hasil : dan penggunaan
terhadap 1. Verbalisas teknik
kematian i sebelumnya
6. Kekhawatir kebingung 4. Periksa
an an ketegangan otot,
mengalami menurun frekkuensi
kegagalan 2. Verbalisasi nadi, tekanan
7. Disfmgsi sistem khawatir akibat darah, dan suhu
keluarga kondisi yang sebelum dan
8. Hubungan orang dihadapi menurun sesudah latihan
tua anak-anak 3. Perilaku gelisah 5. Monitor respons
tidak memuaskan menurun terhadap terapi
9. Faktor keturunan 4. Perilaku tegang relaksasi
(tempramen, menurun Terapeutik
mudah teragitasi 5. Keluhan pusing 1. Ciptakan
sejak lahir) menurun lingkungan
10. Penyalahgunaan 6. Anoreksia menurun tenang dan
zat 7. Palpitasi menurun
11. Terpapar bahaya 8. Diaforesis menurun tanpa
lingkungan (mis. 9. Tremor menurun gangguan
Toksin, polutan, 10. Pucat menurun dengan
dan lain-lain) 11. Konsentr pencahayaan
12. Kurang terpapar asi dan suhu
informa membaik
Gejala dan Tanda 12. Pola tidur membaik ruang
Mayor 13. Frekuensi nyaman, jika
Subjektif pernapa memungkinkan
1. Merasa bingung san 2. Berikan
2. Merasa khawatir membai informasi tertulis
dengan akibat dari k tentang
kondisi yang 14. Frekeunsi nadi persiapan dan
dihadapi membaik prosedur teknik
3. Sulit bekonsentrasi 15. Tekanan darah relaksasi
Objektif membaik 3. Gunakan
1. Tampak gelisah 16. Kontak mata pakaian longgar
2. Tampak tegang membaik 4. Gunakan nada
3. Sulit tidur 17. Pola berkemih suara lembut
Gejala dan Tanda membaik Dengan irama
Mayor 18. Orientasi membaik Lambat dan
Subjektif berirama
1. Mengeluh pusing 5. Gunakan
2. Anoreksia relaksasi sebagai
3. Palpitasi strategi
penunjang
dengan analgetik
atau
tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan

tujuan, manfaat,

batasan,

4. Merasa tidak dan jenis


berdaya relaksasi yang
Objektif tersedia (mis,
1. Frekuensi napas music, meditasi,
meningkat napas dalam,
2. Frekuensi nadi relaksasi otot
meningkat progresif)
3. Tekanan darah 2. Jelaskan secara
meningkat rinci intervensi
4. Diaforesis relaksasi yang
5. Tremor dipilih
6. Muka tampak pucat 3. Anjurkan
7. Suara bergetar Mengambil
8. Kontak mata buruk posisi nyaman
9. Sering berkemih 4. Anjurkan sering
10. Berorientasi pada mengulangi atau
masa lalu melatih teknik
Kondisi klinis yang yang dipilih
terkait : 5. Demonstrasikan
1. Penyakit kronis dan latih
Progresif (mis, teknik relaksasi
kanker, penyakit (mis,
autoimun) Napas dalam,
2. Penyakit akut peregangan,
3. Hospitalisasi atau imajinasi
4. Rencana operasi terbimbing)
5. Kondisi diagnosis
penyakit belum
jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh
kembang

Anda mungkin juga menyukai