MI - 3 - Investigasi Faktor Pangan Dan Lingkungan - 19 Mar 2018
MI - 3 - Investigasi Faktor Pangan Dan Lingkungan - 19 Mar 2018
MI - 3 - Investigasi Faktor Pangan Dan Lingkungan - 19 Mar 2018
3
INVESTIGASI FAKTOR RISIKO PANGAN DAN LINGKUNGAN
PADA KLB KERACUNAN PANGAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Investigasi lingkungan, seringkali juga disebut sebagai investigasi pangan atau
sanitasi, dilakukan bersamaan dengan penyelidikan epidemiologi dan laboratorium
untuk mengetahui bagaimana dan mengapa Kejadian Luar biasa (KLB) Keracunan
Pangan terjadi dan melakukan tindakan korektif untuk mencegah kejadian serupa pada
masa yang akan datang. Lingkungan yang dimaksud adalah faktor risiko kesehatan
lingkungan yang diduga berkontribusi terhadap terjadinya KLB Keracunan Pangan.
Investigasi lingkungan ini akan berbeda-beda untuk setiap kejadian, sesuai
dengan sifat dan ukuran KLB, sektor yang terlibat, sumber daya yang tersedia, prioritas
lokal, kebijakan politik dan hukum serta faktor-faktor lainnya. Oleh sebab itu hanya
aspek umum yang dapat diuraikan dalam modul ini.
Investigasi lingkungan dilakukan dalam konteks KLB penyakit bawaan pangan
berbeda dengan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mengidentifikasi pelanggaran
peraturan. Investigasi lingkungan terkait KLB, harus dipandu oleh data dari berbagai
sumber terkait yang melakukan investigasi. Investigasi seperti ini harus dipersiapkan
(sebelum kejadian KLB) dengan sektor terkait, sehingga saat kejadian, investigasi yang
dilakukan bukan hanya sekedar mengklarifikasi kondisi sebenarnya. Setiap pangan
yang diduga menjadi penyebab (atau bisa) menjadi penyebab KLB harus diperiksa.
Jumlah bukti fisik bisa berkurang dengan cepat dalam waktu singkat setelah
kejadian KLB diidentifikasi oleh sebab itu investigasi yang berhubungan dengan pangan
harus dilakukan secepat mungkin. Pada kasus KLB kecil, bisa dibuat definisi dengan
baik (seperti tempat kejadian KLB pada sebuah restoran), identifikasi tempat kejadian
bisa mudah diidentifikasi dan investigasi lingkungan bisa segera dilakukan. Pada kasus
KLB yang kompleks investigasi mungkin bisa mengalami penundaan, karena harus
menghubungkan kasus dengan sumber pangan atau tempat kejadian, investigasi
pangan bisa mengalami kesulitan atau bahkan mungkin tidak bisa dilakukan.
Perlu dipahami, pada sebuah kejadian KLB koordinasi dengan semua sektor
terutama kepolisian. Sering dialami barang bukti pangan terduga sudah disita sebagai
barang bukti untuk proses penyidikan kepolisian. Oleh sebab itu perlu dilakukan
koordinasi yang baik sehingga kebutuhan sisa pangan untuk investigasi KLB dan
penyidikan kepolisian bisa terpenuhi. Begitu juga kaitannya dengan investigasi
lingkungan, diperlukan koordinasi dengan kepolisian untuk mengamankan lokasi
lingkungan dan peralatan pada sumber pangan terduga. Sumber yang dimaksud adalah
sumber pada tempat pangan terduga KLB bisa berupa Tempat Pengelolaan Pangan
(TPP) atau tempat-tempat lainya yang menjadi tempat kejadian.
Salah satu tujuan investigasi lingkungan adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berperan dalam kejadian KLB. Investigasi harus dipandu oleh hasil yang sudah
diketahui dari hasil investigasi epidemiologi, dan hasil laboratorium tentang reservoir
dari agent yang dicurigai. Jika pangan yang dicurigai telah ditetapkan secara
epidemiologi, Upaya harus difokuskan terhadap bagaimana pangan tersebut bisa
tercemar. Jika hasil uji laboratorium telah mengidentifikasi kuman patogen, upaya bisa
1
difokuskan terhadap pangan dan kondisi pangan yang dicurigai. Investigasi seperti ini
bisa memakan biaya besar, memakan waktu dan penilaian terbatas.
2
2. Mengumpulkan informasi pada sumber pangan penyebab KLB.
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah dan tanya jawab.
3
3. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas
evaluasi yang telah disediakan.
4. Narasumber menutup sesi pembelajaran dengan memastikan TPU dan TPK sesi
telah tercapai.
4
a. Kondisi pangan terduga saat dikonsumsi
Kondisi yang dimaksud adalah kondisi fisik pangan secara umum masih baik.
Faktor risiko kesehatan lingkungan : Kondisi fisik pangan yang menjadi perhatian adalah
tidak ada tanda-tanda kerusakan, pada kemasan tidak ada tanda-tanda kerusakan dan
masih belum melewati tanggal kadaluarsa produk (jika pangan tersebut merupakan
produk pangan kemasan). Bagi pangan yang disiapkan dengan cara dimasak atau
disajikan mentah/segar, kondisi fisiknya masih baik tidak ada tanda-tanda pangan
sudah terjadi proses pembusukan yang bisa terlihat seperti adanya jamur atau bau yang
tidak sedap atau perubahan warna atau tekstur pangan itu sendiri.
1. Informasi faktor risiko kesehatan lingkungan yang diamati adalah :
a) Kondisi fisik pangan dan perubahan aroma pangan.
b) Jika pangan kemasan, yang diamati kondisi kemasan dan tanggal kadaluarsa.
2. Sumber informasi : penderita/keluarga yang mengkonsumsi pangan terduga KLB.
3. Cara memperoleh informasi : wawancara dengan penderita/keluarga yang
mengkonsumsi pangan terduga KLB.
5
pada pangan. Perlakuan menyimpan pangan dalam suhu aman (<5 0C) jika tidak akan
segera dikonsumsi, juga merupakan upaya untuk meminimalisir terjadinya pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme dalam pangan itu sendiri.
Perlakuan yang tidak higienis juga bisa menyebabkan terjadinya kontaminasi pada
pangan seperti pemanasan yang tidak mencapai suhu aman (>70 0C) justru bisa
menyebabkan mikroorganisme mencapai suhu optimum untuk tumbuh dan berkembang
dalam pangan itu sendiri.
1. Informasi faktor risiko kesehatan lingkungan yang diamati adalah:
a) Tempat penyimpanan, suhu penyimpanan.
b) Perlakuan pemanasan kembali bagi pangan matang.
c) Perlakuan pencucian ulang bagi pangan yang akan dikonsumsi mentah.
d) Kualitas bakteriologis air bersih yang digunakan dalam pengelolaan pangan
pada tempat kejadian.
2. Sumber informasi : penderita/keluarga yang mengkonsusmsi pangan terduga KLB.
3. Cara memperoleh informasi : wawancara dengan penderita/keluarga yang
mengkonsumsi pangan terduga KLB.
6
sebuah rantai pangan (food chain) maka bahan pangan tersebut dimulai dari
pertanian/peternakan atau produksi primer hingga sampai ke konsumen akhir dan
termasuk pengolahan manufaktur, transformasi, pengemasan, penyimpanan,
transportasi, distribusi dan penjualan atau penyedia produk (6).
Pada beberapa kajian dan penelitian bahwa kasus penyakit infeksi bawaan
pangan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan etiologi, transmisi dan identifikasi
mikrobiologis bisa diprediksi bahwa menurut karakteristik penyebab penyakit bawaan
pangan berasal dari lingkungan di sekitar tempat persiapan pangan, termasuk
penjamah pangan (7, 8).
Oleh sebab itu informasi mengenai alur pengelolaan pangan terduga KLB perlu
diketahui sebagai salah satu acuan tim KLB untuk memperoleh informasi faktor risiko
kesehatan lingkungan. Alur pengelolaan pangan dimulai dari sumber bahan pangan itu
sendiri. Sumber yang dimaksud adalah sumber bahan pangan yang digunakan untuk
menyiapkan pangan terduga KLB. Tim penyelidikan faktor risiko kesehatan lingkungan
merinci terlebih dahulu jenis pangan/menu pangan terduga, selanjutnya mengumpulkan
data/informasi tentang pengelolaan bahan pangan sampai dengan pangan terduga KLB
disajikan.
Sebagai ilustrasi, jika pangan terduga adalah nasi kotak, dalam satu paket nasi
kotak tersebut disajikan nasi putih, sayur singkong rebus, ayam goreng tepung (paha
bawah) dan sambal goreng (merah), maka tim KLB akan mengumpulkan informasi
mengenai alur pengelolaan masing-masing menu tersebut. Informasi ini bisa diperoleh
melalui pencatatan yang ada pada sumber (jika tersedia) atau dengan metode
mewawancarai pemilik atau penjamah pangan atau penanggung jawab yang
mengetahui alur pengelolaan masing-masing pangan/menu terduga KLB tersebut.
Berikut ini disajikan ilustrasi alur pangan.
Umumnya alur pengelolaan pangan berawal dari sumber bahan yang digunakan
untuk menyiapkan pangan terduga KLB. Setelah bahan diterima oleh
pengelola/penjamah pangan pada sumber, bahan pangan tersebut bisa saja disimpan
terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menyiapkan menu pangan terduga KLB. Bisa
juga bahan yang sudah diterima langsung digunakan untuk menyiapkan pangan terduga
KLB. Tahap selanjutnya adalah penyajian pangan terduga KLB. Pangan/menu yang
sudah selesai disiapkan akan disajikan untuk dikonsumsi. Bisa juga pangan terduga
yang sudah disiapkan tidak langsung disajikan tetapi disimpan terlebih dahulu sebelum
disajikan/didistribusikan. Beberapa jenis pangan/menu terduga KLB bisa saja disajikan
atau didistribusikan setelah disimpan, tetapi untuk beberapa jenis pangan/menu,
terutama pangan matang yang tidak dikemas umumnya perlu perlakuan pemanasan jika
akan disajikan kembali. Setelah dipanaskan barulah pangan tersebut disajikan untuk
dikonsumsi (Gambar 1).
Seseorang yang terlibat dalam persiapan sampai penyajian disebut penjamah
pangan. Penjamah pangan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
pangan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan sampai dengan penyajian (9). Menurut WHO, penjamah pangan juga
termasuk orang yang menangani pangan yang dikemas atau tidak dikemas dan
peralatan yang digunakan untuk persiapan atau penyajian dan atau permukaan/bidang
kerja yang kontak dengan pangan (4, 10).
7
BAHAN DITERIMA
PENYIMPANAN
PERSIAPAN
Tabel 3.1. Alur Pengelolaan Pangan dan Potensi Faktor Risiko Kesehatan
Lingkungan
Alur Faktor risiko yang diamati
Sumber bahan Pangan atau bahan pangan bisa jadi sudah terkontaminasi atau
pangan sudah mengalami kerusakan pada sumbernya
Penerimaan bahan - Kondisi fisik bahan pangan atau pangan saat diterima seperti :
warna, bau, rasa dan tekstur.
- Jika bahan pangan/pangan terduga KLB kemasan, perlu
diketahui kondisi kemasan dan tanggal kadaluarsa.
- Jika bahan pangan/pangan terduga KLB disajikan mentah
perlu diketahui tanggal dan jam penerimaan.
- Penjamah pangan yang terlibat dalam penerimaan
Penyimpanan bahan - Tempat penyimpanan, pemisahan bahan mentah dan matang
pangan atau pangan yang siap dikonsumsi pada penyimpanan
(jika bahan diletakkan pada posisi atas dan yang mentah di bagian bawah,
8
Alur Faktor risiko yang diamati
pangan/pangan serta sirkulasi pengeluaran pangan dari penyimpanan.
terduga disimpan - Kesesuaian suhu penyimpanan dengan jenis bahan
sebelum pangan/pangan terduga KLB serta lama penyimpanan
disiapkan/disajikan) (tanggal, jam diterima dan tanggal jam dipersiapkan/disajikan).
- Penjamah pangan yang terlibat dalam persiapan.
Persiapan/pemasak - Cara persiapan (pemasakan/persiapan dingin/mentah), tempat
an persiapan, suhu persiapan pangan terduga KLB disesuaikan
dengan cara persiapan (pemasakan >700C/persiapan dingin >
7,20C/mentah perlu diketahui proses pembersihan).
- Penjamah pangan yang terlibat dalam persiapan.
- Kebersihan penjamah, bidang saji dan peralatan yang
digunakan untuk persiapan.
- Pembedaan peralatan yang digunakan untuk pangan matang
dan mentah.
Penyajian pangan - Rentang waktu pangan terduga KLB matang sampai disajikan
(hari, tanggal dan jam),
- Suhu penyajian, suhu tempat penyajian pangan
- Penjamah pangan yang terlibat dalam penyajian pangan
terduga KLB.
- Pangan terduga KLB yang disajikan dengan kemasan perlu
dikethui jenis kemasan (jenis kemasan food grade),
kebersihan kemasan
- Pangan yang menggunakan pengangkutan : kebersihan, alat
angkut dan pemisahan pangan matang dengan barang lainya,
rentang waktu pangan matang sampai di sajikan di tujuan
(hari, tanggal dan jam).
Penyimpanan - Jenis tempat penyimpanan disesuaikan dengan jenis pangan
pangan matang terduga (pangan matang atau dingin disimpan dengan alat
pendingin menggunakan suhu <50C, pangan segar/mentah
disesuaikan dengan jenis pangan) suhu lama penyimpanan
(hari, tanggal dan jam).
Pemanasan kembali - Peralatan yang digunakan dan kebersihannya
pangan sisa - Lama pemanasan dan suhu pemanasan.
Penyajian kembali - Peralatan yang digunakan untuk penyajian pangan terduga
pangan sisa KLB
- Rentang waktu setelah pangan terduga dipanaskan sampai
penyajian
- Suhu tempat penyajian dan suhu pangan saat disajikan.
Akan tetapi dalam kondisi penyelidikan, belum tentu seluruh informasi faktor risiko bisa
diperoleh, namun petugas seharusnya berupaya semaksimal mungkin untuk
memperoleh informasi faktor risiko kesehatan lingkungan pada sumber pangan terduga
KLB.
2) Penyimpanan
Tempat penyimpanan pangan pada prinsipnya berfungsi untuk melindungi pangan
dari kontaminasi. Persyaratan umum untuk tempat penyimpanan pangan adalah,
menggunakan tempat/area yang bersih dan kering, tidak terkena percikan, debu atau
kontaminan lainnya dan minimal berjarak 15 cm dari lantai. Pangan dalam kemasan
bisa disimpan dengan jarak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai. Pangan dalam
kemasan yang kedap air seperti botol atau susu yang dikemas dalam container plastic
bisa diletakkan di lantai yang tidak lembab. Bahan baku pangan/pangan tidak boleh
disimpan pada : ruang loker, toilet, ruang ganti pakaian, tempat penampungan sampah,
ruang mesin/mekanik, di bawah saluran pembuangan yang tidak terlindung dengan
baik, sehingga bisa kena tetesan air buangan, di bawah penyemprot otomatis pemadam
kebakaran, di bawah tangga terbuka dan di bawah sumber kontaminasi(11).
Penyimpanan bahan baku pangan yang mudah rusak seperti ikan, daging dan unggas
harus menggunakan suhu aman yaitu kurang dari 5 0C (12). Jangan membiarkan bahan
baku pangan lebih dari 2 jam pada suhu ruang. Jika suhu ruangan di atas 320C maka
bahan baku pangan tersebut tidak boleh lebih dari satu jam berada pada suhu tersebut
(13). Hal ini untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme penyebab
penyakit di dalam bahan baku pangan tersebut (4). Suhu penyimpanan 4,40C dan lama
waktu penyimpanan bisa dilihat pada tabel berikut ini :
10
Tabel 1 Jenis bahan pangan dan lama waktu penyimpanan
11
Kulkas Lemari Beku
Jenis Produk (Refrigerator) (Freezer)
(≤ 5°C) (≤ -18°C)
Salad
13
1. Jenis sumber pemasok/supermarket/toko/warung/pasar tradisional/petani/peternak
dll .
2. Alamat lengkap dan nomor telepon/hp (jika memungkinkan).
3. Sumber informasi : pemilik/penjamah pangan/pengelola bahan pangan yang
digunakan untuk menyiapkan pangan terduga KLB.
4. Cara memperoleh informasi : wawancara dengan pemilik/penjamah
pangan/pengelola yang terlibat dalam pengelolaan pangan terduga KLB.
17
kemasan yang aman, sehingga bisa meminimalisir terjadinya kontaminasi saat
pengangkutan. Alat transport yang digunakan bisa berupa pesawat, kapal laut, kereta
api, mobil dan motor. Operator kendaraan tersebut seharusnya sudah dilatih tentang
higiene pengeloalan pangan. (19, 20). Alat angkut yang digunakan khusus
diperuntukkan untuk mengangkut pangan, bersih dan dilengkapi alat pendingin dan
pengukur suhu(20).
1. Informasi faktor risiko kesehatan lingkungan yang diamati adalah :
a) Kebersihan dan rapat serangga alat angkut yang digunakan untuk membawa
pangan terduga KLB.
b) Alat angkut khusus hanya digunakan untuk mengangkut pangan saja.
c) Alat angkut dilengkapai pendingin dan pengukur suhu.
2. Sumber informasi : pengamatan, pengukuran menggunakan termometer ruangan
dan atau pemilik/penjamah/pengemudi angkutan yang terlibat dalam pengangkutan
pangan terduga KLB.
3. Cara memperoleh informasi : observasi dan atau wawancara dengan
pemilik/penjamah/pengemudi angkutan yang terlibat dalam pengangkutan pangan
terduga KLB.
18
3. Cara memperoleh informasi : observasi dan atau wawancara dengan
pemilik/penjamah/pengemudi yang terlibat dalam pengemasan pangan pangan
terduga KLB.
19
- Permukaan alat yang kontak langsung dengan pangan tidak ada sudut mati dan
halus.
- Peralatan yang kontak langsung dengan pangan tidak mengandung zat beracun.
Peralatan yang akan digunakan untuk harus dicuci terlebih dahulu untuk menjaga
kebersihannya (11). peralatan yang kotor bisa mencemari bahan atau pangan. salah
satu cara untuk mencegah kontaminasi yang disebabkan oleh peralatan adalah dengan
membedakan peruntukan peralatan bahan baku dan pangan matang. Dengan demikian
kemungkinan terjadi kontaminasi silang melalui peralatan yang digunakan bisa
diminimalisir(11, 12).
1. Informasi faktor risiko kesehatan lingkungan yang diamati adalah :
1) Nama peralatan yang digunakan dalam pengelolaan pangan KLB.
2) Kegunaan peralatan dalam pengelolaan pangan terduga KLB.
3) Hasil pemeriksaan laboratorium sampel usap alat.
2. Sumber informasi : pengamatan dan atau pemilik/penjamah/pekerja yang terlibat
dalam persiapan pangan terduga KLB.
3. Cara memperoleh informasi : observasi dana tau wawancara dengan
pemilik/penjamah/pekerja yang terlibat dalam persiapan pangan terduga KLB.
20
diduga telah terjadi penularan bakteri patogen dari tangan penjamah pangan terhadap
pangan saat persiapan dan penyajian (25). Penelitian lain di Afrika Tengah menemukan
bahwa pasukan Perancis yang sedang bertugas mengalami KLB sakit perut, setelah
dilakukan pemeriksaan ternyata posistif ditemukan genogrup II norovirus pada stool
penderita dan pangan yang dikonsumsi. Sehingga kuat dugaan hal ini disebabkan oleh
penjamah pangan yang terinfeksi (26). Oleh sebab itu perlu diamati faktor risiko
kesehatan lingkungan dari penjamah pangan terduga KLB.
1. Informasi faktor risiko kesehatan lingkungan yang diamati adalah :
1) Nama penjamah yang terlibat dalam persiapan pangan terduga KLB.
2) Kebersihan kuku penjamah pangan yang terlibat dalam persiapan pangan
terduga KLB.
3) Penggunaan APD oleh penjamah pangan yang terlibat dalam persiapan pangan
terduga KLB.
4) Kondisi kesehatan penjamah penjamah pangan yang terlibat dalam persiapan
pangan terduga KLB, yang terdiri dari :
- Hasil pemeriksaan kesehatan terakhir
- Pemeriksaan kesehatan dan hasil pemeriksaan pasca KLB
2. Sumber informasi : pengamatan dan atau pemilik/penjamah pangan yang terlibat
dalam persiapan pangan terduga KLB.
3. Cara memperoleh informasi : observasi dana tau wawancara dengan pemilik/
penjamah pangan yang terlibat dalam persiapan pangan terduga KLB
21
Persyaratan tempat sampah (9):
a) Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat. Mempunyai
tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan pangan dan
pangan matang yang cepat membusuk.
b) Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
c) Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
d) Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan restoran.
e) Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari seranga, tikus atau
hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkut sampah.
m. Pengambilan Sampel
Sampel yang dimaksud adalah sampel pada lingkungan sumber pangan terduga
yang diperiksa pada laboratorium. Sampel lingkungan ini untuk mengetahui apakah
kontaminasi pada pangan terduga merupakan akibat dari buruknya kondisi higiene pada
lingkungan tempat persiapan pangan tersebut. Sehingga dengan adanya hasil
pemeriksaan sampel lingkungan bisa melengkapi hasil investigasi wabah pangan dan
menjadi salah satu masukan untuk perbaikan dalam upaya mencegah kejadian serupa
terulang kembali.
Pertimbangan utama pengambilan sampel lingkungan adalah jika jenis agent
penyebab wabah diduga bersumber dari lingkungan. Akan tetapi mengingat hasil
pemeriksaan laboratorium memerlukan waktu tertentu untuk pemeriksaan, maka
sebaiknya saat investigasi dilakukan pengambilan sampel sebagai berikut :
Jika agent penyebab adalah bakteriologis maka dilakukan pemeriksaan:
- Sampel usap alat makan yang digunakan untuk penyajian pangan terduga.
- Sampel usap tangan penjamah pangan yang menyiapkan pangan terduga.
22
- Sampel usap tempat persiapan pangan terduga.
- Sampel air bersih yang digunakan pada persiapan, jika menggunakan bahan baku
air.
Jika agent penyebab adalah zat kimia/pestisida maka dilakukan pemeriksaan;
- Sampel bahan pangan yang digunakan untuk persiapan pangan terduga.
- Sampel air bersih yang digunakan pada persiapan, jika menggunakan bahan baku
air.
Jika tidak memungkinkan karena keterbatasan sumber daya maka minimal dilakukan
pemeriksaan sampel air bersih pada sumber KLB.
23
7) Koordinasi dengan tim investigasi KLB dan sektor terkait untuk mengamankan
sisa pangan terduga.
8) Koordinasi dengan tim investigasi KLB dan sektor terkait untuk mengamankan
stool atau muntahan di lokasi kejadian jika ada.
Pada saat yang sama investigator lingkungan selanjutnya menelusuri informasi
pada sumber pangan terduga.
24
Analisis hasil penyelidikan KLB pada tempat kejadian menggambarkan perlakuan
penyimpanan, pemanasan, tidak ada perlakuan, tempat penyimpanan (jika disimpan)
dan suhu penyimpanan (jika disimpan sebelum di konsumsi). Hasil analisis bisa dilihat
pada lampiran 3 Form 3_AHTKKLB.
1. Lokasi Sumber :
Jumlah
Jumlah penjamah Jumlah
Nama Alamat penjamah Jumlah
No pangan yang pemilik di
Sumber sumber pangan pemilik
terlibat wawancara
diwawancara
1
2
3
dst
5. Ilustrasi Kasus
Sebagai ilustrasi salah satu menu pangan terduga KLB adalah nasi putih, sumber
pangan terduga tidak mempunyai sistem pencatatan yang memadai, sehingga tim
mengumpulkan informasi dengan cara mewawancarai pemilik dan penjamah pangan
yang terlibat dalam menyiapkan pangan terduga KLB. Informasi yang dikumpulkan
adalah :
a) Bahan pangan:
Bahan pangan yang digunakan untuk mempersiapkan menu nasi putih adalah beras
dan air bersih.
b) Penjamah pangan yang terlibat dalam pengelolaan bahan.
Informasi yang diperoleh dari pemilik, penerima beras adalah pemilik. Penjamah
pangan yang terlibat dalam pengelolaan beras adalah A dan yang menyiapkan nasi
B sedangkan yang menyajkan nasi putih adalah A, B dan C. Jadi ada 4 orang yang
terlibat dalam pengelolaan beras sampai penyajian nasi putih. Penjamah pangan
dan pemilik belum pernah mengikuti pelatihan penyehatan pangan, penjamah
pangan tidak mempunyai buku kesehatan, tidak menggunakan pelindung seperti
masker, penutup kepala, celemek dan pakaian kerja. Kuku penjamah pangan B dan
C tidak bersih dan terlihat belum dipotong.
c) Cara pengelolaan bahan
Menurut pemilik, beras dibeli sekitar satu minggu yang lalu berdasarkan informasi
beras diterima pada hari selasa 17 oktober 2017 sekitar jam 14.00. Beras yang
dibeli berjumlah 5 karung dengan merek dagang X, jenis sentra ramos isi 40 kg per-
25
karung, dibeli dari warung Y, alamat ……………….. Kondisi karung (kemasan) baik
tidak ada kerusakan, saat dibuka beras di dalamnya juga kondisi baik, bewarna
putih tidak ada hal-hal yang mencurigakan. beras tersebut disimpan pada sisi kanan
dapur, diletakkan pada lantai yang dialas dengan triplek. Tidak ada tempat khusus,
beras tetap disimpan menggunakan karung kemasan.
d) Peralatan yang digunakan
- Alat yang digunakan untuk mengambil beras menurut penjamah pangan adalah
piring untuk menghidangkan lauk. Salah satu piring lauk yang bersih dan belum
digunakan dipakai untuk mengambil beras.
- Alat yang digunakan untuk membersihkan beras menurut penjamah pangan
adalah baskom plastik, terlihat bersih saat penyelidikan. Beras dicuci
menggunakan air bersih pada tempat cuci piring yang tersedia di dapur. Caranya
mencuci beras, beras dimasukkan ke dalam baskom, selanjutnya baskom diisi
air yang berasal dari keran pada tempat cuci piring, setelah itu beras di aduk
menggunakan tangan penjamah pangan sampai air berwarna keruh dan kotoran
yang ada di dalam beras mengapung ke permukaan air dalam baskom,
selanjutnya air dibuang, dulang sampai 3 kali sampai air cucian terlihat sudah
tidak keruh. selanjutnya beras yang sudah dianggap bersih dimasukkan ke
dalam baskom rice cooker.
- Alat yang digunakan untuk mempersiapkan nasi putih adalah rice cooker.
Jumlah rice cooker sebanyak 2 unit dengan kapasitas masing-masing rice
cooker bisa memasak 7 liter beras. Hasil pengamatan saat penyelidikan KLB
rice coocker kurang bersih, terutama pada tutup bagian dalam rice cooker.
Periuk rice cooker menurut informasi penjamah pangan, dicuci setiap kali akan
digunakan untuk memasak nasi putih menggunakan air mengalir pada tempat
cuci piring yang tersedia di dapur. Setelah beras dimasukkan ke dalam rice
cooker, penjamah pangan mengambil air dari keran cuci piring, menggunakan
gayung. setelah air diisi sampai batas tertentu, rice cooker ditutup dan
dinyalakan. Gayung yang digunakan untuk mengambil air untuk memasak nasi
adalah gayung yang digantung pada dinding dapur di dekat tempat cuci piring.
- Cara pencucian periuk rice cooker menurut penjamah pangan adalah jika nasi
sudah habis, periuknya dicuci sampai bersih pada tempat cuci piring
menggunakan sabun dan abu gosok, setelh itu langsung digunakan kembali.
- Air bersih yang digunakan menurut pemilik adalah air sumur bor. sumur berada
di bawah lantai dapur dengan kedalaman sekitar 16 meter. pada lantai 2
disediakan toren yang terbuat dari fiber untuk menyimpang air bersih.
Berdasarkan hasil pengamatan toren terlihat dalam kondisi baik, tidak ada
kebocoran dan tertutup. secara fisik air bersih yang digunakan sedikit keruh,
tidak berbau dan berasa sedikit payau.
Pada ilustrasi di atas terlihat bahwa dari informasi yang diperoleh bisa diketahui
siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan bahan, alur pengelolaan bahan, peralatan
dan tempat penyimpanan bahan, cara pengelolaan bahan, cara persiapan pangan
terduga KLB, cara penyimpanan pangan terduga sampai disajikan, jenis bahan yang
digunakan, cara pencucian alat, persiapan sampai penyajian. Informasi inilah yang
nantinya diisikan pada form Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sumber pangan KLB.
26
VIII. REFERENSI
1. WHO. Foodborne disease outbreaks: Guidelines for investigation and control
World Health Organization 2008.
2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan In: R.I. KK, editor. 2013.
3. CIFOR. Guidelines For Foodborne Disease Outbreak Response, Council to
Improve Foodborne Outbreak Response (CIFOR), 2009.
4. FAO PAHO/WHO F. Food Handlers manual • instructor Washington, D.C., 2017:
Food and Agriculture Organization of the United Nations and Pan American Health
Organization / World Health Organization 2017.
5. Hui YH SS, Nip WK, Stanfield PS. Food Borne Disease Handbook Second Edition,
revised and expanded Volume 2: Viruses, Parasite, Pathogen, and HACCP. New
York. Basel: Marcel Dekker, Inc; 2001.
6. FAO. Sistemas de Calidad E Inocuidad de Los Alimentos Manual de capacitación
sobre higiene de los alimentos y sobre el sistema de Análisis de Peligros y de
Puntos Críticos de Control (APPCC) dalam Food Handlers manual • instructor
Food and Agriculture Organization of the United Nations and Pan American Health
Organization / World Health Organization. Roma: Food and Agriculture
Organization; 2002.
7. Park JM YY, Cho HM, Hong JW, Ghim SY. Foodborne Infectious Diseases
Mediated by Inappropriate Infection Control in Food Service Businesses and
Relevant Countermeasures in Korea. Osong Public Health Res Perspect 2017
Jun;8(3):159-168. 2017.
8. Rumble C AS, Balasegaram S, Chima K, Ready D, Heard J, Alexander E. Role of
Food Handlers in Norovirus Outbreaks in London and South East England, 2013
to 2015. J Food Prot 2017 Feb;80(2):257-264 2017.
9. Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
dan Restoran. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2003.
10. WHO. Food Hygiene Basic Texts, fouth edition. Rome: World Health Organization
Food And Agriculture Organization Of The United Nations; 2009.
11. US-FDA. Food Code U.S. Public Health Service Food and Drug Administration.
College Park, MD 20740 U.S. Department Of Health And Human Services
Public Health Service 2013.
12. WHO. Five Keys To Safer Food Manual: Department Of Food Safety, Zoonoses
And Foodborne Diseases; 2006. Available from:
http://www.who.int/foodsafety/publications/consumer/manual_keys.pdf.
13. USDA. Keep Food Safe! Food Safety Basics 2016 [updated 20/12/2016; cited
2017 16/11].
27
14. USDA. Refrigeration and Food Safety: USDA Food Safety and Inspection Service;
2015 [updated 23/03/2015; cited 2017 18/11]. Available from:
https://www.fsis.usda.gov/wps/portal/fsis/topics/food-safety-education/get-
answers/food-safety-fact-sheets/safe-food-handling/refrigeration-and-food-
safety/ct_index/!
ut/p/a1/jZFRT8IwEMc_DY_d3RwS8G1ZYmDKkBCl7IWUreuabO3SVqd-
est8EQNK76l3v3979z_IgUKu2JsUzEmtWHO855M9rnESzhJMV7PwHhfZy3r1kCQ
43dx6YPcHkEVX6i-
cGP_Tp1d8cGOWyVJA3jFXE6kqDVRwR5iyPTcWaKV1SSyruPsgFSscsTXnzheO
OTJUa6bKRioB1PDKSMHN4JB_oyQ_5EALt5eq5O-
whfy0NQx9LLJoM56nWYSr8W_gjHffwGVz_PSi0YdhUbtYHaKpH9N3yA03wavx6
dq5zt6NcIR93wdCa9HwoNDtCM9Jam0d0FMSuvaZfj7Gc5RP7XZq4y8BE-W7/?
PrinterFriendly=true.
15. Kader A TJ, Sylva K, Harris L. Storing Fresh Fruit and Vegetables for Better Taste.
UC Davis Postharvest Technology [Internet]. 2012. Available from:
https://food.unl.edu/documents/storing%20fruits%20and%20vegetables.pdf.
16. USDA. "Danger Zone" (40 °F - 140 °F): United States Department of Agriculture
Food Safety and Inspection Service; 2017 [updated 28/06/2017; cited /2017
21/11]. Available from: https://www.fsis.usda.gov/wps/portal/fsis/topics/food-safety-
education/get-answers/food-safety-fact-sheets/safe-food-handling/danger-zone-
40-f-140-f/ct_index.
17. USDA. Leftovers and Food Safety: United States Department of Agriculture Food
Safety and Inspection Service; 2013 [updated 15/06/2013; cited /2017 20/11].
Available from: https://www.fsis.usda.gov/wps/portal/fsis/topics/food-safety-
education/get-answers/food-safety-fact-sheets/safe-food-handling/leftovers-and-
food-safety/ct_index.
18. US-FDA. Guidance for Industry: Sanitary Transportation of Food: USFDA; 2017
[updated 12/11/2017; cited 2017 18/12]. Available from:
https://www.fda.gov/food/guidanceregulation/guidancedocumentsregulatoryinform
ation/ucm208199.htm.
19. USDA. Food Safety and Inspection Service Food Defense Guidelines for the
Transportation and Distribution of Meat, Poultry, and Processed Egg Products:
United States Department of Agriculture; 2013.
20. US-FDA. Federal Register Rules and Regulations Sanitary Transportation of
Human and Animal Food; Final Rule In: Services DoHaH, editor.: Federal
Register; 2016.
21. Presiden RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan. In: Indonesia MHdHAMR, editor. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia; 2012.
22. BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.00.05.1.55.1621 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan
Kemasan Pangan. In: Indonesia BPOdMR, editor. Jakarta2009.
23. BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor hk.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang pengawasan
kemasan pangan. In: Indonesia BPOdMR, editor. Jakarta2011.
28
24. Kemenperindag. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor :
241M-IND/PER/2/2010 tentang pencantuman logo tara pangan dank ode daur
ulang pada kemasan pangan dari plastik. In: Indonesi MPR, editor. Jakarta2010.
25. Woh PY et-all. Microorganisms as an Indicator of Hygiene Status Among Migrant
Food Handlers in Peninsular Malaysia. Asia Pac J Public Health 2017
Oct;29(7):599-607. 2017.
26. Watier-Grillot S et-all. Challenging Investigation of a Norovirus Foodborne Disease
Outbreak During a Military Deployment in Central African Republic. Food Environ
Virol 2017 Dec;9(4):498-501. 2017.
IX. LAMPIRAN
1. Formulir Penyelidikan Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Pada Penderita Dan
Tempat Kejadian Klb Penyakit Bawaan Makanan (FORM 1_TKKLB)
2. Formulir Hasil Penyelidikan Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Kejadian Luar
Biasa Keracunan Pangan Pada Sumber (FORM 2_IL)
3. Formulir Analisis Penyelidikan Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Kejadian
Luar Biasa Keracunan Pangan Pada Tempat Kejadian (FORM3_AHTKKLB)
4. Formulir Analisis Hasil Penyelidikan Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan
Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (FORM 3_AHIL)
5. Cara pengisian FORM1_TKKLB
6. Cara pengisian FORM 2_IL
7. Cara pengisian FORM 3_AHTKKLB
8. Cara pengisian FORM 4_AHIL
9. Presentasi MI 3
29