Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN MAGANG PROFESI WAJIB KERUMAHSAKITAN

DIREKTORAT POLISI SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN


KEAMANAN POLISI REPUBLIK INDONESIA
(DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) KELAPA DUA
DEPOK, JAWA BARAT
06 – 20 JUNI 2016

Oleh :

Kelompok C
PPDH Angkatan I Tahun 2015/2016

Alfonsa Sri Handayani Kusuma W, SKH B94154103


David Alfian, SKH B94154110
Erfiandini Eka Puspita, SKH B94154115
Hayatullah Frio Marten, SKH B94154123
Rifky Rizkiantino, SKH B94154143
Risna Anggraeni, SKH B94154144
Esdinawan Carakantara Satrija, SKH B94144315

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN PPDH
MAGANG PROFESI WAJIB KERUMAHSAKITAN
DIREKTORAT POLISI SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN
KEAMANAN POLISI REPUBLIK INDONESIA
(DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) KELAPA DUA
DEPOK, JAWA BARAT
06 – 20 JUNI 2016

Oleh:

Kelompok C
PPDH Angkatan I Tahun 2015/2016

Alfonsa Sri Handayani Kusuma W, SKH B94154103


David Alfian, SKH B94154110
Erfiandini Eka Puspita, SKH B94154115
Hayatullah Frio Marten, SKH B94154123
Rifky Rizkiantino, SKH B94154143
Risna Anggraeni, SKH B94154144
Esdinawan Carakantara Satrija, SKH B94144315

Disetujui,

Pembimbing Dalam Kampus Pembimbing Luar Kampus

Drh. R. Harry Soehartono, MAppSc, PhD AKP Drh. Adi Purnomo


NIP. 19600923 198601 1 001

Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
FKH IPB

Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet


NIP. 19630810 198803 1 004

Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Magang
Profesi Wajib Kerumahsakitan di Direktorat Polisi Satwa Badan Pemeliharaan
dan Keamanan Polisi Republik Indonesia (Ditpolsatwa Baharkam POLRI),
Kelapa Dua, Kota Depok, Jawa Barat yang dilaksanakan pada tanggal 6 -
20 Juni 2016. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) dan
Direktorat Polisi Satwa Badan Pemeliharaan dan Keamanan Polisi
Republik Indonesia (Ditpolsatwa Baharkam POLRI) yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam kegiatan Magang Profesi
Wajib Kerumahsakitan Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan FKH
IPB,
2. Drh. R. Harry Soehartono, MAppSc, PhD selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam kegiatan Magang Profesi Wajib
Kerumahsakitan di Direktorat Polisi Satwa Badan Pemeliharaan dan
Keamanan Polisi Republik Indonesia (Ditpolsatwa Baharkam POLRI),
3. Brigjen Pol Drs. Andriyanto Basuno, MM selaku Direktur Polisi Satwa
dan Kombes Pol. Ferdinand Wibisono, SH., MSi. Selaku Kepala Sub
Direktorat Pemeliharaan Veteriner (Kasubdit Harvet) Direktorat Polisi
Satwa Badan Pemeliharaan dan Keamanan Polisi Republik Indonesia
(Ditpolsatwa Baharkam POLRI) yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis dalam kegiatan Magang Profesi Wajib Kerumahsakitan di
Direktorat Polisi Satwa Badan Pemeliharaan dan Keamanan Polisi
Republik Indonesia (Ditpolsatwa Baharkam POLRI),
4. AKBP Drh. R. Chaindraprasto selaku Kepala Seksi Veteriner yang telah
membimbing penulis dalam kegiatan Magang Profesi Wajib
Kerumahsakitan di Direktorat Polisi Satwa Badan Pemeliharaan dan
Keamanan Polisi Republik Indonesia (Ditpolsatwa Baharkam POLRI),
5. AKP Drh. Adi Purnomo, Drh. Jeanni Dumayanti, dan paramedik veteriner
selaku Staf Veteriner yang telah membimbing penulis dalam kegiatan
Magang Profesi Wajib Kerumahsakitan di Direktorat Polisi Satwa Badan
Pemeliharaan dan Keamanan Polisi Republik Indonesia (Ditpolsatwa
Baharkam POLRI), dan
6. Seluruh pihak terkait yang telah membantu selama berlangsungnya
kegiatan Magang Profesi Wajib Kerumahsakitan di Direktorat Polisi Satwa
Badan Pemeliharaan dan Keamanan Polisi Republik Indonesia
(Ditpolsatwa Baharkam POLRI).
Demikian laporan kegiatan ini penulis buat, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Depok, Juni 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
Latar Belakang.............................................................................................. 1
Tujuan........................................................................................................... 1
Manfaat......................................................................................................... 1
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG....................................................... 2
Waktu dan Tempat Kegiatan........................................................................ 2
Peserta dan Pembimbing Kegiatan............................................................... 2
Metode Pelaksanaan Kegiatan...................................................................... 2
REKAPITULASI KASUS ANJING DI DIREKTORAT POLISI SATWA
BADAN PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN POLISI REPUBLIK
INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) PERIODE 06 –
20 JUNI 2016................................................................................................ 3
REKAPITULASI KASUS KUDA DI DIREKTORAT POLISI SATWA
BADAN PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN POLISI REPUBLIK
INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) PERIODE 06 –
20 JUNI 2016................................................................................................ 6
REKAPITULASI REKAM MEDIS ANJING DI DIREKTORAT POLISI
SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN POLISI
REPUBLIK INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI)
PERIODE 06 – 20 JUNI 2016...................................................................... 7
REKAPITULASI REKAM MEDIS KUDA DI DIREKTORAT POLISI
SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN POLISI
REPUBLIK INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI)
PERIODE 06 – 20 JUNI 2016...................................................................... 13
LAPORAN KASUS YANG 16
DITEMUKAN.......................................................
KASUS I: Epistaksis pada Anjing Malinois................................................. 16
KASUS II: Kolik pada Kuda Gelding IV..................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 28
LAMPIRAN........................................................................................................ 29

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kuda Lamtoro yang didiagnosa mengalami kolik........................ 23

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi Anjing Malinois penderita


epistaksis........................................................................................ 19
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan magang profesi wajib kerumahsakitan dilaksanakan sebagai


bentuk upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan (Program PPDH). Pengadaan kegiatan
ini diharapkan mampu menangani kasus penyakit meliputi cara penentuan
diagnosa, prognosa, terapi, hingga edukasi klien. Salah satu bentuk kegiatan
magang wajib kerumahsakitan PPDH dilaksanakan di Direktorat Polisi Satwa
Badan Pemeliharaan dan Keamanan Polisi Republik Indonesia (Ditpolsatwa
Baharkam POLRI), Kelapa Dua, Kota Depok, Jawa Barat.
Ditpolsatwa Baharkam POLRI merupakan salah satu instansi yang
melaksanakan pengadaan, pemeliharaan, dan pelatihan anjing pelacak dan kuda.
Ditpolsatwa Baharkam POLRI terdiri dari Datasemen K-9 (anjing) dan
Detasemen turangga (Kuda). Satwa-satwa di Ditpolsatwa Baharkam POLRI
digunakan untuk mengendalikan massa, deteksi menunjang tugas satwa tersebut,
diperlukan pelayanan kesehatan veteriner untuk menjamin kesehatan satwa yang
bertugas. Pelayanan kesehatan veteriner diantaranya vaksinasi satwa, pemeriksaan
kesehatan rutin, karantina hewan, serta pengawasan kesehatan hewan. Tindakan
kuratif meliputih seluruh pengobatan dan terapi terhadap satwa yang menunjukan
gejala sakit. Oleh karena itu, pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan di
Ditpolsatwa Baharkam POLRI dapat menjadi wadah melatih mahasiswa Program
PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB)
menangani satwa sehingga meningkatkan ketrampilan mahasiswa.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang profesi wajib kerumahsakitan yang dilakukan


oleh mahasiswa Program PPDH adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan wawasan dan keterampilan mahasiswa Program PPDH dalam
penanganan kesehatan hewan peliharaan, terutama anjing dan kuda,
2. Meningkatkan pengalaman dan keterampilan mahasiswa Program PPDH
dalam peneguhan diagnosa, prognosa, terapi, serta edukasi klien, dan
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan terkai manajemen kesehatan dan
pemeliharaan hewan peliharaan, terutama anjing dan kuda.

Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan magang profesi wajib


kerumahsakitan adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa Program
PPDH dalam belajar serta mengembangkan ilmu kedokteran hewan di bidang
kesehatan hewan peliharaan, seperti anjing dan kuda; memberikan gambaran
nyata bagi mahasiswa Program PPDH terhadap peran dokter hewan dalam praktik
kedokteran hewan di bidang kesehatan hewan peliharaan; serta melatih
2

kemampuan dan keterampilan praktik mahasiswa Program PPDH dalam bekerja


sebagai dokter hewan di bidang kesehatan hewan peliharaan berupa anjing dan
kuda.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan magang profesi wajib kerumahsakitan dilaksanakan pada tanggal


6 – 20 Juni 2016 di Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polisi Republik Indonesia
(POLRI) Kelapa Dua, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Adapun mahasiswa yang
berpartisipasi dalam kegiatan magang profesi wajib kerumahsakitan berjumlah
tujuh orang mahasiswa Program PPDH FKH IPB.

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan magang kerumahsakitan Ditpolsatwa POLRI


mencakup sanitasi kandang dan klinik, pengobatan rutin pasien rawat inap,
kegiatan poliklinik, diskusi dengan dokter hewan, round visit, serta pengawasan
kesehatan satwa anjing dan kuda.
REKAPITULASI KASUS ANJING DI DIREKTORAT POLISI SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN POLISI
REPUBLIK INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) PERIODE 06 – 20 JUNI 2016

Gejala klinis Terapi


Kasus
Lapangan Literatur Lapangan Literatur
T/ Hematodin 1 cc Hilten R (2014)
Dexametason 20 tab T/ Benzil peroksida
Sebasol sampo 50cc Sampo asam salisilat/ sulfur
Allergic dermatitis
Pakan Hypoalergic 250 gr (sebasole)
(1 ekor)
Topikal antibiotic (Mupirocine,
chlorheksidine)
Antihistamin
Operasi penjahitan Hilten R (200
T/ PK dan Detol T/ Benzil peroksida
Pododermatitis Hematodin 1cc Sampo asam salisilat/ sulfur
(1 ekor) Garamycin salep (sebasole)
Lameles Topikal antibiotic (Mupirocine,
chlorheksidine)
Diare T/ / Natrium bicarbonat 5tab Ruaux CG 2011
Gangguan traktus Zultrop 8 tab T/ Fluid terapi
digestivus Antibiotic
(1 ekor) Elektrolit
Antifomiting/ antasida
Gatal, kulit kemerahan, Gatal, kulit kemerahan, T/ Frontline Tilley dan Smith (2015)
pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik T/ Kortikosteroid
Infestasi ektoparasit ditemukan ektoparasit ditemukan ektoparasit, Antihistamin
(2 ekor) terkadang ditemukan Fipronil (GABA Antagonis)
anemia Sprayer mengandung pyretrin
(Tilley dan Smith 2015) dan pyretroid.
Epistaksis T/ Vitamin K 16 tab Tilley dan Smith (2015)
Epinefrine 2 ampl s.u.e T/ Preparat koagulopati:
RL+Transamin 5cc Prednison 1.1 mg/kgBB 2
Dexametasone 3tab kali/hari
Sangobion 1 tab 4 – 6 bulan.
Gangguan sistem Hematopan 1cc Vitamin K 5 mg/kgBB 2
vaskular kali/hari
(1 ekor) 1 – 4 minggu.
Transfusi darah jika terjadi
anemia.
Minimalkan aktivitas.
Terapi lain tergantung kausa
epistaksis.
Otematom Terdapat hematom pada Terdapat hematom pada T/ Operasi Fossum (2013)
(1 ekor) daun telinga daun telinga Anastesi: T/ Preoperasi
(Fossum 2013) Xylazin Ketamin Anastesi: Butorphanol /
Buprenorphine (premedikasi);
Antibiotika: Lidocain, Ketamin, Fentanyl
Penstrep (Analgesik).
Gentamicyn salep Operasi
Posisi: Lateral recumbency
Terapi tambahan: Teknik operasi: Buat insisi
NaCl bentuk huruf S pada permukaan
Atropin konkaf telinga, kuakkan
Sangobion hematom dan isinya. Bersihkan
Ampicillin 10 tab bekuan fibrin dan irigasi ruang
Betadine hematom. Dapat diberikan
selang drainase untuk
mengeluarkan fibrin. Jahit
dengan menggunakan benang
monofilamen, tidak diserap
(polipropilen atau nilon) atau
diserap (polidioksanon,
poliglekapron 25, atau
poliglikonat) ukuran 3/0 atau
4/0. Tipe jahitan simple suture
secara vertikal terhadap bidang
insisi.
Postoperasi: Perban, analgesik.
Antibiotika untuk drainase:
Penisilin, Enrofloxacin,
Clotrimoxazole, Ciprofloxacin,
Nystatin.
T/ Sangobion 10 caps Hilten R (2014)
Dexametason 20 tab T/ Benzil peroksida
Omega 20 caps large Sampo asam salisilat/ sulfur
Dermatitis
Cafortan 20 tab (sebasole)
(1 ekor)
Topikal antibiotic (Mupirocine,
chlorheksidine)
Antihistamin
T/ Medrol 4 tab Hilten R (2014)
Dermatitis lokal Sebasol 5 ml T/ Benzil peroksida
(daerah plantar) Topikal antibiotic (Mupirocine,
(1 ekor) chlorheksidine)
Antihistamin
REKAPITULASI KASUS KUDA DI DIREKTORAT POLISI SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN POLISI
REPUBLIK INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) PERIODE 06 – 20 JUNI 2016

Gejala klinis Terapi


Diagnosa
Lapangan Literatur Lapangan Literatur
Anoreksia, kuda tidak Hilangnya nafsu makan, T/ Air + Minyak goreng T/ Analgesik
mau berdiri, hanya suhu, pernapasan, dan Pronicy 10 cc Mineral oil
berbaring. denyut jantung abnormal, Iodin 20 cc Fluid terapi
Kolik timpani RL (IV) 24 fls
berkeringat, merebahkan
(1 ekor)
diri, dan berguling (The
British Horse Society
2010).
Keluarnya discharge Unilateral purulent nasal T/ Perban
purulent dari nasal. discharge, suara pernapasan Povidone iodine (flushing) Dixon PM (2011)
Sinusitis abnormal, pembengkakan Gusanex spray T/ Tindakan operasi dan
(1 ekor) wajah, exercise Antibiotik
intolerance (Tremaine dan
Freeman 2013).
Menurut Aiello (2000):
Pembersihan kuku:
Laminitis T/ Phenilbutazone, Mineral oil
T/ Iodium Tincture
(1 ekor) Methionine
Penggantian ladam
Antihistamin, Acetyl promazine
T/ Aspirin 1 tab
Vulnus infeksi pada Salycil bedak T/ Bersihkan luka (rivanol)
ekstremitas Garamycin Irigasi dengan larutan salin
(2 ekor) Gusanex Torniket stop perdarahan
Cuci luka dengan air sabun
The British Horse Society. 2010. Advice on colic. Warwickshire (UK): The British Horse Society Welfare Department.
Tremaine H, Freeman DE. 2013. Disorders of the Paranasal Sinuses [internet]. [Diunduh 2016 Des 18]. Tersedia pada:
http://www.equisan.com/en/33-aula-magna/medicina-interna/aparato-respiratorio/318-disorders-of-the-paranasal-sinuses.
REKAPITULASI REKAM MEDIS ANJING DI DIREKTORAT POLISI SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN
KEAMANAN POLISI REPUBLIK INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) PERIODE 06 – 20 JUNI 2016

Hari/Tanggal No. Nama Anjing Ras Jenis BB (Kg) Suhu Diagnosa/ Problem Terapi
Kelamin (°C)
Senin 1. Bass Malinois ♂ 34 38,7 Gatal–gatal T/ Hematodin 1 cc
6 Juni 2016 Alergi dermatitis Dexametason 20 tab
Sebasol sampo 50cc
Hypoalergic 250 gr
2. Buddy Malinois ♂ 39,7 40,3 Check up T/ Hematodin 1 cc
Cuforton 20 tab
3. Gumbo Labrador ♂ 34,5 39,3 Check up T/ Polydex eye drop
Hematodin 1cc
Hypoalergic 350gr
Minyak ikan 1 caps
4. Dex Dutch Shaperd ♂ 50 – Check up T/ Frontline 1 tube
Dexametason 28 tab
Omega 10 caps large
Sari kurma 5cc
5. Barret Labrador ♂ 32,6 38.9 Ganti perban, T/ PK dan Detol
bersihkan luka Hematodin 1cc
Garamycin salep
Lameles
6 Emma Labrador ♀ 34,2 38,6 Check up T/ Hypoalergic 250 gr
Ilium eardrops
Hematodin 1cc
Minyak ikan 10 caps
Sari kurma 3cc
7. Orie German Shaperd ♂ 24 40,6 Caplakan T/ Shampoo Motto 20cc
8. Alexo Malinois ♂ Check up T/ Hematodin 1cc
Sari kurma 1cc
9. Avo Malinois ♂ Check up T/ Hematodin 1cc
Sari kurma 1cc
10. Artisia Malinois ♂ Check up T/ Hematodin 1cc
Sari kurma 1cc
11. Athena Malinois ♂ Check up T/ Hematodin 1cc
Sari kurma 1cc
1. Emma Labrador ♀ Minta Pakan T/ Satiety 200gr
2. Bass Malinois ♂ 34 38,3 Gatal–gatal T/ Dipenhidramine 3cc
Hypoalergic 250gr
Daging kaleng 50gr
Minyak ikan 1 caps
Selasa 3. Roxy Labrador ♂ 25,4 40 Check up T/ Sari kurma 1cc
7 Juni 2016 Potong kuku
4. Barret Labrador ♂ 32,1 38,7 Ganti perban T/ PK dan Detol
Bersihkan luka Garamycin salep
Lamelles (snack)
5. Dex Dutch Shaperd ♂ 51 Bersihkan luka kaki T/ Paidone iodine
kanan belakang
Rabu 1. Gumbo Labrador ♂ 33,7 39,0 Bersihkan telinga T/ Cafortan 20 tab
8 Juni 2016 Ohreflege
Panacure 3cc
Frontline
Hipoalergic 250gr
Omega 1 caps
Lameles
2. Emma Labrador ♀ Minta Pakan T/ Satiety 200gr
3. Bass Malinois ♂ 33,4 38,2 Alergi, Gatal–gatal T/ Dipenhidramine 3cc
4. Patina Labrador ♀ 29,9 38,7 Check up T/ Hematodin 1cc
Minyak ikan 1 caps
Sari kurma 3cc
Ohreflege
Panacure 3cc
5. Dex Dutch Shaperd ♂ 32,5 38,7 Check up T/ Hematodin 1cc
Sari kurma 3cc
6. Vodka Golden Retriver ♀ T/ Ivomec 0,8cc
Frontline
7. Zoro Beagle ♂ T/ Ivomec 0,8cc
8. Camdi Siberian Husky ♀ T/ Ivomec 0,8cc
9. Kinta Kintamani ♂ T/ Ivomec 0,8cc
Frontline
1. Max Golden Retriver ♂ T/ Endurance 250gr
Minyak ikan 1caps
Daging kaleng 50gr
2. Dex Malinois ♂ T/ Dexametasone 4 tab
3. Shiva Malinois ♀ T/ Daging kaleng 50gr
4. Emma Labrador ♀ T/ Satiety 200gr
5. Adair Labrador ♂ 38,9 33,4 Check up T/ Lameles
Hematodin 1cc
Kamis
Sari Kurma 3cc
9 Juni 2016
Minyak ikan 10 caps
6. Zoe Malinois ♀ 23,4 39,1 Diare T/ Natrium bicarbonat 5tab
Zultrop 8 tab
Daging kaleng 100gr
7. Rex Pointer ♂ 27,3 39,4 Gatal pada kaki kanan T/ Bersihin luka (PK+Detol)
dan kiri belakang, Hematodin 1cc
potong kuku Sari Kurma 3cc
Ivomec 1cc
Jumat 1. Shiva Malinois ♀ Minta pakan
2. Bass Malinois ♂ 33 37,9 Terapi lanjutan T/ Dipenhidramine 3cc
Minyak ikan 1 caps
3. Emma Labrador ♀ Ambil pakan T/ Satiety 200gr
4. Barret Labrador ♂ 39,6 32 Ganti perban, T/ PK dan Detol
10 Juni 2016 bersihkan luka Hematodin 1cc
Garamycin salep
5. Virginia ♀ 39,3 25,5 Cek up (Caplak) T/ Frontline
Bersihin telinga Biodin 1cc
Sari kurma 3cc
1. Barret Labrador ♂ 33,2 32 Ganti perban, T/ PK dan Detol
Bersihkan luka Betadine
Sabtu Garamycin salep
11 Juni 2016 2. Shiva Malinois ♀ Minta pakan T/ Daging+Madu
3. Rex ♂ Minta pakan T/ Daging+Madu
1. Barret Labrador ♂ 33,3 Ganti perban, T/ PK dan Detol
Minggu bersihkan luka Betadine
12 Juni 2016 Garamycin salep
2. Emma Labrador ♀ Ambil pakan T/ Satiety 200gr
Senin 1. Barret Labrador ♂ 33,2 32 Ganti perban, T/ PK dan Detol
13 Juni 2016 Bersihkan luka Garamycin salep
2. Adair Labrador ♂ 32,8 39,2 Check up T/ Lameles 2
Minyak ikan 10 caps
3. Aida 37,1 39,1 Semprot caplak T/ Frontline
Minyak ikan large 10caps
Minyak ikan small 30caps
4. Buddy Malinois ♂ 34,4 Check up T/ Sahampoo motto
Frontline
Ohrflage
5. Emma Labrador ♀ Ambil pakan T/ Satiety 200gr
6. Virginia ♀ 26,2 39,4 Cek up T/ Lamelles
Minyak ikan 10caps
Flexfledo 10 buah
Sari kurma 3cc
7. Dingest Malinois ♂ 33,2 Epistaksis T/ Vitamin K 16 tab
Epinefrine 2ampl s.u.e
RL+Transamin 5cc
Dexametasone 3tab
Sangobion 1 tab
Hematopan 1cc
1. Rex Pointer ♂ 26,8 40 Check up gatal-gatal T/ Nature E 1 tab
Hematodin 2 cc
Perubalsem
2. Spike 2 ♂ 29,6 Check up, cuci luka T/ Dexamethason 20 tab
Cafortan 20 tab
T/ Sebazol + iodium
Selasa Salycil s.u.e
14 Juni 2016 T/ Lamelles 1 pcs
Daging 20 gram
3. Dex Dutch Shaperd ♂ 49,2 Gatal-gatal T/ Sangobion 10 caps
Dexametason 20 tab
Omega 20 caps large
Cafortan 20 tab
4. Dingest Malinois ♂ 31,8 Check up
Rabu 1. Barret Labrador ♂ 33,6 Check luka, jahitan T/ Ganti perban
15 Juni 2016 lepas, bengkak, ada
discharge purulent
2. Ray Malinois ♂ 32,5 Gatal-gatal, banyak T/ Frontline 1 vial
spot merah di kulit Garamycin salep
3. Shiva Malinois ♀ T/ Daging kaleng 50 gr
Sari kurma 5 cc
4. Luna T/ Shampo mocco 50 cc
1. Emma Labrador ♀ Ambil pakan T/ Satiety 200gr
2. Barret Labrador ♂ 33,6 Check luka, jahitan T/ Ganti perban
lepas, bengkak, ada
discharge purulent
3. Xia Malinois ♀ 27,6 Nodul 2cm didaerah T/ Medrol 4 tab
perianal kiri, Sebasol 5 ml
dermatitis plantar
kanan belakang + 5cm
Kamis
4. Tim Malinois ♂ Hematom pada telinga T/ Operasi
16 Juni 2016
Xylazin Ketamin
Penstrep
Gentamicyn salep
NaCl
Atropin
Sangobion
Ampicillin 10 tab
Betadine
REKAPITULASI REKAM MEDIS KUDA DI DIREKTORAT POLISI SATWA BADAN PEMELIHARAAN DAN KEAMANAN
POLISI REPUBLIK INDONESIA (DITPOLSATWA BAHARKAM POLRI) PERIODE 06 – 20 JUNI 2016

Tanggal No. Nama Kuda Ras Jenis Kelamin Diagnosa/ Problem Terapi
1. Landia Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Garamycin
Gusanex spray
NaCl fis
Ganti Perban
Glucortin
Senin
2. Rossini ♂ Terapi lanjutan R/ Glucortin 20 15 cc
06 Juni 2016
3. Lamtoro Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Omega caps
Iodine Tincture
4. Santana Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Ganti perban
Povidone iodine (flushing)
Gusanex spray
1. Rossini THB ♂ Terapi lanjutan R/ Glucortin 20 15 cc
Selasa 2. Santana Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Ganti perban
07 Juni 2016 Povidone iodine (flushing)
Gusanex spray
1. Landia Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Garamycin
Gusanex spray
Iodine Tincture
Rabu NaCl fis
08 Juni 2016 Ganti Perban
Glucortin
2 Scarlet King sober ♂ Terapi bersihkan R/ Iodium Tincture
kuku dan ganti ladam
Kamis 1. Santana Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Ganti perban
09 Juni 2016 Povidone iodine (flushing)
Gusanex spray
1. Santana Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Ganti perban
Povidone iodine (flushing)
Gusanex spray
2. Landia Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Garamycin
Gusanex spray
Iodine Tincture
NaCl fis
Jumat
Ganti Perban
10 Juni 2016
Glucortin
3. Chopard Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Phenylject 15 cc
4 Eames Warm Blood ♂ Terapi lanjutan R/ Iodium Tincture
Gusanex
5 Daeng Warm Blood ♂ Terapi lanjutan R/ Perubalsem
Salycil bedak

1. Santana Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Povidone iodine (flushing)


Ganti perban Gusanex spray
Iodine tincture
2. Landia Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Garamycin
Ganti perban Gusanex spray
Senin Iodine Tincture
13 Juni 2016 NaCl fis
3. Daen Warm Blood ♂ Terapi lanjutan R/ Perubalsem
Salycil bedak
Garamycin
Gusanex
Cuci luka dengan air sabun
Selasa 1. Santana Gilding ♂ Terapi lanjutan R/ Gusanex spray
14 Juni 2016 Ganti perban Iodine tincture
2. Daen Warm Blood ♂ Terapi lanjutan R/ Aspirin 1 tab
Salycil bedak
Garamycin
Gusanex
Cuci luka dengan air sabun
3. Quite Nite T/ Tincture
4. Lamtoro Gilding ♂ Kolik T/ Air + Minyak goreng
Pronicy 10 cc
Iodin 20 cc
RL (IV) 24 fls
1. Santana Gilding ♂ Endoskopi T/ Kassa dan perban
Flushing dan ganti Povide iodine
perban Formalin
Betadine
Rabu 2. Daen Warm Blood ♂ Terapi lanjutan R/ Aspirin 1 tab
15 Juni 2016 Salycil bedak
Garamycin
Gusanex
Cuci luka dengan air sabun
3. Quite Nite T/ Tincture
1. Santana Gilding ♂ Ganti perban T/ Kassa dan perban
Povide iodine
Kamis
16 Juni 2016
2. Daen Warm Blood ♂ Terapi lanjutan R/ Aspirin 1 tab
Salycil bedak
LAPORAN KASUS YANG DITEMUKAN

KASUS I
Epistaksis pada Anjing Malinois

TINJAUAN KASUS

Anamnese
Seekor anjing dibawa ke klinik Ditpolsatwa pada pukul 21.00 dengan
keluhan perdarahan pada hidung, sebelumnya hewan usai melakukan operasi
dilapang. Berdasarkan rekam medis, hewan pernah terinfeksi parasit darah.

Pemeriksaan fisik hewan


1. Signalemen Hewan
Nama : Dingies
Jenis hewan / spesies* : Anjing
Ras / Breed : Malinois
Warna bulu & kulit : Coklat Hitam & Putih
Jenis kelamin* : Jantan
Umur : 4 thn 6 bln
Berat badan : 31.8 kg

2. Keadaan umum:
Perawatan : Baik
Habitus / tingkah laku : Aktif,
Gizi : Baik
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Berdiri dengan ke empat kakinya
Suhu tubuh : 38.9 o C
Frekuensi nadi : 96 x / menit
Frekuensi nafas : 40 x / menit

3. Status Present
3.2. Adaptasi Lingkungan :
3.3. Kepala & Leher
Inspeksi
- Ekspresi wajah : Ketakutan, dengan telinga mengahadap ke belakang
- Pertulangan : berbatas jelas dan simetris
kepala
- Posisi tegak : kedua telinga mengarah ke belakang
telinga
- Posisi kepala : lebih tinggi dari pada pundak
Palpasi
Mata dan orbita kiri Mata dan orbita kanan
- Palpebrae : membuka dan - Palpebrae : membuka dan
menutup sempurna menutup
sempurna
- Cilia : melengkung - Cilia : melengkung
keluar keluar
- Konjunktiva : rose pucat, - Konjunktiva : rose pucat,
mengkilat mengkilat
- Membrana : tersembunyi - Membrana : tersembunyi
nictitans nictitans

Bola mata kiri Bola mata kanan


- Sklera : putih - Sklera : putih
- Cornea : bening - Cornea : bening
- Iris : tidak ada - Iris : tidak ada
perlekatan perlekatan
- Limbus : rata - Limbus : rata
- Pupil : tidak ada - Pupil : tidak ada
perlekatan perlekatan
- Reflex pupil : positif - Reflex pupil : positif
- Vasa injectio : tidak ada - Vasa injectio : tidak ada
Hidung & sinus-sinus : keluar darah dari lubang hidung secara lambat dan
terus menerus
Mulut & rongga mulut Telinga
- Rusak / luka : tidak ada - Posisi : tegak mengarah
bibir ke belakang
- Mukosa : pink pucat, licin, - Bau : khas serumen
basah, dan tidak
ada kerusakan
- Gigi geligi : ditemukan sedikit - Permukaan : licin, bersih
karang gigi
- Lidah : pink merah, tidak - Krepitasi : tidak ada
ada perlukaan
- Reflek : ada
panggilan
Leher
- Perototan : simetris antara
kanan-kiri
- Trachea : teraba, tidak ada
reflek batuk
- Esofagus : teraba, tidak ada
isi makanan

3.4. Thorak : 3.4.1. Sistem Pernafasan


Inspeksi Perkusi
- Bentuk rongga : simetris tulang - Lapangan paru- : tidak ada
thorax kanan-kiri paru perluasan
- Type pernafasan : costalis - Gema perkusi : nyaring
- Ritme : teratur

- Intensitas : dangkal Auskultasi


(teratur)
- Frekuensi : 40 x / menit - Suara : suara inspirasi
pernafasan terdengar jelas
- Suara ikutan : tidak ada
Palpasi - Antara ins & : tidak terdengar
ekspirasi
- Penekanan rongga : tidak ada
thorax reaksi sakit
- Palpasi intercostal : tidak ada
reaksi sakit
3.4. Thorak: 3.4.2. Sistem Peredaran Darah
Inspeksi AuskultasI :
(lanjutan)
- Ictus cordis : tidak ada - Frekuensi : 112 x /
menit
- Intensitas : kuat
Perkusi - Ritme : teratur
- Lapangan jantung : tidak ada - Suara sistolik & : terdengar
kelainan diastolik jelas
- Ekstrasistolik : tidak
terdengar
- Lapangan jantung : tidak ada
perluasan
- Sinkron pulsus & jantung :
sinkron
3.4. Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan
Inspeksi P a l p a s i ( profundal hewan kecil)
- Besarnya : proporsional - Epigastrikus : tidak ada rasa
sakit
- Bentuknya : simetris - Mesogastrikus : tidak ada rasa
kanan-kiri sakit
- Legok lapar : tidak terlihat - Hypogastrikus : tidak ada rasa
sakit
- Suara peristaltik : terdengar - Isi usus halus : teraba massa
lambung makanan
- Isi usus besar : tidak teraba
3.6. Alat Gerak
Inspeksi Palpasi
- Perototan kaki : tidak ada - Struktur
depan kelainan pertulangan
- Perototan kaki : tidak ada - Kaki kiri depan : tegas
belakang kelainan
- Spasmus otot : tidak ada - Kaki kanan depan : tegas
- Tremor : tidak ada - Kaki kiri belakang : tegas
- Sudut persendian : tidak ada - Kaki kanan : tegas
kelainan belakang
- Cara bergerak - : Koordinatif - Konsistensi : padat
berjalan pertulangan
- Cara bergerak - : Koordinatif - Reaksi saat palpasi : tidak ada rasa
berlari sakit
- Letak reaksi sakit :-
- Panjang kaki : sama panjang
depan ka / ki
- Panjang kaki blk : sama panjang
ka / ki

Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap
yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi Anjing Malinois penderita epistaksis


Parameter Hasil Rentang
No. Satuan Interpretasi
hematologi pemeriksaan normal
1. Sel darah putih 8.68 6 – 17 103/µL Normal
Diferensial leukosit
(Angka absolut)
2. Limfosit 1.20 1 – 4.8 103/µL Normal
3
3. Monosit 0.52 0.2 – 1.5 10 /µL Normal
4. Neutrofil 5.93 3 – 12 103/µL Normal
5. Eosinofil 0.94 0 – 0.8 103/µL Meningkat
6. Basofil 0.09 0 – 0.4 103/µL Normal
Diferensial leukosit
(Angka relatif)
7. Limfosit 13.8 12 – 30 % Normal
8. Monosit 6.0 2–4 % Meningkat
9. Neutrofil 68.3 62 – 87 % Normal
10. Eosinofil 10.8 0–8 % Meningkat
11. Basofil 1.1 0–2 % Normal
6
12. Sel darah merah 5.36 5.5 – 8.5 10 /µL Menurun
13. Hemoglobin 12.4 12 – 18 g/dL Normal
14. Hematokrit 34.15 37 – 55 % Menurun
Mean Corpuscular
15. 64 60 – 77 fl Normal
Volume (MCV)
Mean Corpuscular
19.5 –
16. Haemoglobin 23.2 pg Normal
24.5
(MCH)
Mean Corpuscular
Haemoglobin
17. 36.3 31 – 34 g/dL Meningkat
Concentration
(MCHC)
18. Platelet 88 200 – 500 103/µL Menurun
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, ditemukan adanya epistaksis serta


mukosa yang anemis pada hewan ini. Epistaksis merupakan kejadian keluarnya
darah dari hidung. Kejadian ini dapat dipicu oleh peningkatan permeabilitas
pembuluh darah dan/atau gangguan proses pembekuan darah. Peningkatan
permeabilitas umumnya diakibatkan oleh kausa lokal sedangkan gangguan proses
pembekuan darah umumnya diakibatkan oleh kausa sistemik. Kausa lokal antara
lain adalah sinusitis kronis, benda asing, tumor hidung, bahan iritan, efek obat
(misal kortikosteroid), rhinitis, trauma, perforasi septik, deviasi septik, dan
malformasi vaskula atau telangietacsia. Kausa sistemik antara lain adalah
hemofilia, hipertensi, leukemia, gangguan hati, efek obat (misal aspirin,
antikoagulan, dan NSAID), dan disfungsi platelet (Kucik dan Clenney 2005).
Berdasarkan lokasi, epitakis tergolong menjadi epistaksis anterior dan epistaksis
posterior. Epistaksis anterior merupakan epistaksis yang paling umum terjadi dan
terjadi pada jaringan anastomose pembuluh darah di septum nasalis (Plexus
Kiesselbach). Epistaksis posterior terjadi pada bagian belakang cavum nasalis
pada percabangan arteri sphenopalatine, tepatnya pada bagian posterior os
turbinatio medialis atau posterior dinding atas cavum nasale (Koh et al. 2000).
Pada saat hewan mengalami epistaksis, darah terlihat segar dan encer serta
perlukaan relatif mudah diinterupsi melalui pemberian es dan epinefrin secara
topikal di bagian rostral hidung. Hal ini mengindikasikan terjadinya epistaksis
anterior.
Dari telaah rekam medis yang dilakukan, diketahui bahwa kejadian
epistaksis pada hewan ini terjadi secara berulang tidak kurang dari tiga kali dalam
satu tahun terakhir (terdokumentasi dalam rekam medis) dan beberapa kali dalam
operasi yang melibatkan hewan ini di lapangan. Selain itu, diketahui bahwa hewan
ini memiliki riwayat infeksi parasit darah (Ehrlichia canis). Infeksi parasit darah
ini dapat memicu terjadinya trombositopenia melalui mekanisme terpicunya
sistem kekebalan tubuh untuk membentuk protein monoklonal dan poliklonal
yang mengikat platelet serta permukaan endotel vaskula. Ikatan ini mengganggu
proses pembekuan darah dan membuat pembuluh darah rentan terhadap terjadinya
perlukaan khususnya pada pembuluh darah yang relatif tipis seperti di hidung
(Hirsch dan Brain 1983).
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi ditemukan adanya kondisi
eosinofilia, penurunan angka hematokrit, peningkatan level MCHC, dan
trombositopenia. Terjadi penurunan sel darah merah namun tidak terlalu
signifikan. Megakariopoeisis merupakan proses untuk memproduksi platelet.
Platelet merupakan potongan kecil dari sitoplasma megakariosit yang memanjang
dan disebut proplatelet. Produksi platelet diregulasi oleh faktor pertumbuhan
berupa trombopoietin yang juga distimulasi akibat adanya proses inflamasi.
Eritropoietin dapat berpotensi dalam aktivitas trombopoietin sebagai hasil
interaksi eritropoiesis dengan faktor inflamasi sitokin yang akan meningkatkan
jumlah platelet yang tersirkulasi (trombositosis) (Rosenfeld dan Dial 2010).
Trombositopenia dapat disebabkan oleh adanya penurunan trombopoietin yang
menyebabkan terjadinya penurunan produksi platelet oleh megakariosit.
Trombositopenia juga dapat disebabkan oleh adanya aktivitas fibrinolisis yang
diawali dengan perubahan plasminogen menjadi plasmin melalui proses
enzimatis. Plasmin merupakan zat yang memiliki sifat proteolitik dengan sasaran
khusus berupa fibrin. Fibrin yang dilisis oleh plasmin akan dipecah menjadi
fragmen X dan Y. Fragmen Y akan dipecah kembali menjadi fragmen D dan
fragmen E yang disebut sebagai D-dimer. Degradasi fibrin tersebut memiliki sifat
antikoagulan. Apabila jumlah D-dimer tersebut banyak larut dalam darah maka
akan dapat menghambat proses homeostasis tubuh dalam menghentikan darah
apabila terjadi perdarahan (Rena et al. 2009). Kondisi kekurangan vitamin K dan
kalsium sebagai kofaktor dalam proses pembentukan fibrin sebagai sumbat luka
juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan proses penghentian perdarahan
ketika terjadi kebocoran vaskular.
Trobositopenia akibat penurunan produksi platelet dapat disebabkan oleh
gangguan sumsum tulang yang bersifat kongenital (Fanconi anemia) maupun
dapatan (aplastik anemia dan myelodisplasia), akibat kemoterapi, infeksi atau
neoplasia pada sumsum tulang, dan adanya defisiensi vitamin B12, folat, dan zat
besi. Adapun trombositopenia oleh peningkatan aktivitas fibrinolisis dapat
disebabkan oleh immune thrombocytopenia akibat infeksi virus hepatitis maupun
akibat adanya induksi obat, hemofagositosis, serta karena kondisi disseminated
intravascular coagulation (DIC) yang dapat disebabkan oleh penyakit hati, infeksi
nekrosis yang bersifat masif, pankreatitis, neoplasia, overheating, serta septicemia
(Stockhom dan Scott 2008). Menurut Sianipar (2014), berkurangnya produksi
trombosit umumnya disebabkan oleh adanya gangguan sumsum tulang yang juga
dapat memengaruhi produksi sel darah merah dan / atau sel darah putih.
Peningkatan konsumsi trombosit secara fisiologis karena terdapat perlukaan yang
hebat pada suatu jaringan maupun secara patologis, seperti pada kondisi
manifestasi insufisiensi ginjal yang disebut sebagai haemolitic uremic syndrome
(HUS), dapat menyebabkan kondisi trombositopenia (Rosenfeld dan Dial 2010).
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi diperoleh bahwa sel darah merah
mengalami penurunan walaupun tidak signifikan. Adanya penurunan produksi sel
darah merah dan trombositopenia pada pasien tersebut diduga dapat disebabkan
oleh adanya kelainan pada sumsum tulang sebagai tempat produksi komponen sel
darah. Kondisi tersebut juga diperkuat oleh adanya penurunan hasil pemeriksaan
hematokrit. Hal ini menunjukkan adanya penurunan komponen sel darah dalam
plasma sehingga nilai hematokrit menjadi rendah. Nilai Mean Corpuscular
Haemoglobin Concentration (MCHC) yang tinggi dan Mean Corpuscular Volume
(MCV) yang normal menunjukkan adanya kondisi anemia normositik
hiperkromik. Trombositopenia juga harus dipertimbangkan dengan kejadian
faktor lainnya, seperti pseudotrombositopenia. Namun, pseudotrombositopenia
atau kondisi penurunan semu trombosit terjadi akibat adanya kandungan kalsium
dalam tabung penampungan darah ethylenediamine tertaacetic (EDTA) yang
berkurang. Heparin, sodium sitrat, dan tanpa antikoagulan disarankan dapat
dipakai untuk menghitung jumlah trombosit agar tidak menghasilkan data
pemeriksaan yang bias (Sianipar 2014). Sedangkan kondisi eosinofilia umumnya
disebabkan oleh adanya infeksi parasit, seperti helminthiasis (Stockhom dan Scott
2008). Terapi yang dilakukan pada kasus ini yaitu dengan kompre menggunakan
air es, pemerian vitamin
SIMPULAN

Berdasarkan anamnesa, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik, anjing tersebut


didiagnosa mengalami epistaksis. Adapun penanganan yang dilakukan berupa
terapi suportif untuk menghentikan pendarahan yaitu dengan cara dikompres
menggunakan air es dan pemberian vitamin.
KASUS II
Kolik pada Kuda Gelding IV

TINJAUAN KASUS

Anamnesa
Kuda Gelding IV terlihat lemas, berbaring dari siang hingga sore hari, serta
nafsu makan dan minum menurun.

Pemeriksaan fisik hewan


1. Signalement Hewan
Nama : Lamtoro
Jenis hewan/breed : Kuda/Gelding IV
Warna bulu : Coklat tua
Jenis kelamin : Jantan
Usia : 9 tahun 7 bulan
Berat badan : 430 kg
Tanda khusus : Ada tanda segitiga putih terbalik diantara kedua mata

Gambar 1 Kuda Lamtoro yang didiagnosa mengalami kolik

2. Keadaan umum:
Perawatan : Baik
Gizi : Baik (BCS 3)
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Tegak di empat kaki
Suhu tubuh : 38.6 °C (Normal: 37.7–38.6 °C)
Frekuensi denyut jantung : 48 x/menit (Normal: 28-40 x/menit)
Frekuensi nafas : 52 x/menit (Normal: 14-48 x/menit)

Kepala dan Leher


Ekspresi wajah : Tegang
Pertulangan wajah : Simetris
Posisi tegak telinga : Berdiri tegak, simetris
Posisi kepala : Lebih tinggi dari tulang punggung (vertebrae)
Limfoglandula poplitea : Tidak membengkak, konsistensi kenyal, lobulasi
jelas teraba, tidak ada perlekatan, tidak panas, dan
simetris

Mata dan Orbita


Kiri Kanan
Palpebrae Membuka dan menutup Membuka dan menutup
sempurna sempurna
:
Cilia Ke arah luar Ke arah luar
:
Conjunctiva Kuning, kering Kuning, kering

:
Membrana nictitans Tersembunyi Tersembunyi

Bola Mata
Kiri Kanan
Sclera Putih Putih
:
Cornea Bening Bening
:
Iris Tidak ada perlekatan Tidak ada perlekatan
:
Refleks pupil Ada Ada
Tidak ada Tidak ada
:
Vasa injectio

Mulut dan Rongga Mulut


Rusak/ luka bibir : Tidak ada perlukaan
Mukosa : Rose pucat, licin, dan basah
Gigi geligi : Ditemukan sedikit karang gigi
Lidah : Rose, tidak ada perlukaan

Telinga
Kiri Kanan
Posisi : Tegak Tegak
Bau : Khas serumen Khas serumen
Permukaan telinga : Licin, bersih Licin, bersih
Krepitasi : Tidak ada Tidak ada
Leher
Perototan : Simetris
Trachea : Teraba, tidak ada refleks batuk
Esofagus : Tidak ada kelainan, kosong tidak ada makanan

Sistem Pernafasan
Hidung dan sinus : Tidak ada kelainan

Inspeksi Thoraks
Bentuk : Simetris kanan-kiri
Tipe pernafasan : Costo-abdominal
Ritme : Teratur
Intensitas : Dangkal

Palpasi Thoraks
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada respon sakit
Palpasi intercostalis : Tidak ada respon sakit

Auskultasi Thoraks
Suara pernapasan : Suara inspirasi terdengar jelas
Suara ikutan : Tidak ada
Antara inspirasi dan ekspirasi : Tidak terdengar
Abdomen dan Organ Pencernaan
Besar abdomen : Membesar, dengan perut kanan-kiri menegang
Bentuk abdomen : Simetris kanan-kiri
Legok lapar : Tidak terlihat
Suara peristaltik usus : Terdengar jarang dan lemah

Diagnosa : Kolik
Prognosa : Fausta-Dubius
Terapi : Infus Ringer Laktat 24 fls (12 000 ml, IV)
Flunixin 50 mg/ml (10 ml, IV)
Biodin 20 ml (20 ml, IV)

PEMBAHASAN

Kuda breed G IV jantan gelding berumur 9 tahun 7 bulan ditemukan


berbaring selama beberapa jam dengan keadaan pakan rumput yang masih utuh
dan air minum yang tidak habis. Berdasarkan pemeriksaan klinis ditemukan
adanya peningkatan frekuensi denyut jantung sebanyak 48 kali per menit (normal:
28-40 kali per menit) (Soeradji 1987), peningkatan frekuensi napas sebanyak 52
kali per menit (normal: 14 – 48 kali per menit) (Soeradji 1987), abdomen
membesar dengan perut kanan dan kiri menegang, serta suara peristaltik usus
terdengar jarang dan lemah. Kuda juga terlihat memukul-mukul kaki ke lantai saat
melakukan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan anamnese yang diperoleh, kuda Lamtoro diduga mengalami
kejadian kolik. Menurut Subronto (1985), kolik bukan merupakan suatu
terminologi penyakit namun merupakan kombinasi gejala klinis yang menandakan
adanya rasa sakit pada perut. Dalam identifikasi kejadian kolik cukup sulit karena
gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung faktor individu dan tingkat
keparahan rasa sakitnya. Namun, Douglas (2001) menyatakan bahwa terdapat
gejala umum yang dapat terlihat untuk menandakan adanya kejadian kolik pada
kuda, yaitu: kepala selalu menengok ke arah perut, perilaku menendang dan
menggigit daerah perut, meregangkan kaki belakang seperti hendak urinasi,
berusaha berbaring kemudian bangun secara cepat dan terus menerus, berguling-
guling, duduk dengan posisi seperti duduk anjing, terkadang anoreksia, kuda
mengarahkan kepalanya ke tempat air namun tidak ingin minum, berkurangnya
peristaltik usus yang disertai berkurangnya jumlah feses, berkeringat terutama di
daerah perut, terjadi peningkatan frekuensi denyut nadi dan napas, bibir terlihat
bergulung, dan daerah ekstremitas menjadi dingin.
Subronto (1985) mengklasifikasi kolik ke dalam empat kriteria, yaitu: kolik
yang ditinjau berdasarkan penyebab rasa sakit, kolik berdasarkan patofisiologi
pada saluran pencernaan, kolik berdasarkan jalannya penyakit, dan kolik
berdasarkan cara penanganannya. Kolik berdasarkan penyebab rasa sakit dapat
dibedakan menjadi kolik sejati, kolik palsu, dan kolik simptomatik. Penyebab rasa
sakit pada kolik sejati berhubungan dengan saluran pencernaan. Penyebab rasa
sakit pada kolik palsu berhubungan dengan organ tubuh di luar saluran
pencernaan. Sedangkan penyebab kolik simptomatik merupakan kolik ikutan dari
penyakit lain, seperti: anemia infeksiosa dan ingus tenang.
Kolik yang ditinjau berdasarkan patofisiologi pada saluran pencernaan
dibedakan menjadi enam jenis, yaitu: kolik spasmodik (enteralgia cataralis),
kolik konstipasi (impaksi), kolik timpani (flatulent), kolik sumbatan (obstruksi),
kolik lambung (distensi lambung), dan kolik trombo-emboli (arteritis mesenterica
verminosa, aneurisma verminosa). Kolik spasmodik atau kolik enteralgia
cataralis merupakan jenis kolik yang ditandai dengan rasa sakit perut dengan
derajat sedang, anoreksia, depresi, dan konstipasi. Penyebab kolik spasmodik
dapat berupa pakan yang kasar menyebabkan selaput lendir usus terangsang
secara terus menerus dan terjadi peradangan akibat trauma. Radang tersebut cukup
untuk merangsang saraf parasimpatis dan menyebabkan otot-otot berkontraksi
lebih kuat. Adapun gejala klinis yang ditimbulkan oleh kolik jenis ini adalah
terjadi secara tiba-tiba dan kuda merasa gelisah yang ditandai dengan
memukulkan kaki pada lantai kandang, kuda sering meringkik, menguap,
anoreksia namun masih ingin minum, hiperemi pada mukosa mata dan terjadi
diare (Subronto 1985).
Kolik konstipasi merupakan jenis kolik akut yang disertai dengan rasa
mulas dan berlangsung tidak lama serta terjadi berulang. Penyebab kolik jenis ini
dapat berupa kualitas pakan yang terlalu banyak mengandung serat kasar sehingga
menyebabkan pasasi ingesta menjadi lambat dan tertimbun pada kolon.
Kurangnya air akan memperburuk kolik dan menyebabkan konstipasi. Adapun
gejala kolik konstipasi berupa kelesuan, anorexia, masih ingin minum, masih
berkeringat dan defekasi, oligouria, serta hiperemi dan vasa injectio pada
konjungtiva (Subronto 1985).
Kolik timpani merupakan kolik yang disertai dengan penimbunan gas
berlebih di dalam kolon dan sekum. Kondisi tersebut dapat terjadi karena adanya
sumbatan atau perubahan lain yang terjadi di dalam saluran pencernaan sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi dan respirasi. Kolik timpani berlangsung akut
dan terkadang disertai rasa sakit yang berlebih. Adapun gejala klinis yang
ditimbulkan karena kolik timpani dapat berupa terlihatnya distensi abdomen dan
akan terlihat dari luar, baik pada abdomen kanan dan kiri, yang pada pemeriksaan
perkusi akan menghasilkan suara resonansi timpanik; kuda akan menjadi gelisah
ditandai dengan perilaku memukul-mukul kaki pada lantai kandang; berjalan
tanpa tujuan; berguling-guling; anoreksia; dan oligodipsi (Subronto 1985).
Kolik lambung merupakan jenis kolik yang terjadi akibat meningkatnya
volume lambung dan berlangsung akut. Penyebab kolik jenis ini dapat berupa
timbunan ingesta pada lambung yang akan merangsang peningkatan sekresi air
liur dan kelenjar lambung. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa kuda
berguling-guling, menyepak-nyepak perut, berkeringat, anoreksia, penurunan
frekuensi defekasi, dan feses berbentuk pasta. Kolik sumbatan terjadi akibat
terhalangnya ingesta di dalam usus karena adanya sumbatan usus atau akibat
adanya bolus pakan serat kasar. Sedangkan kolik trombo-emboli terjadi akibat
adanya gangguan aliran darah ke segmen usus. Migrasi larva cacing Strongylus
vulgaris dapat membuat simpul-simpul arteri sehingga menyebabkan gangguan
aliran darah tersebut (Subronto 1985).
Adapun kolik berdasarkan jalannya penyakit dapat dibedakan menjadi kolik
subakut, akut, dan rekuren (kronik) yang berlangsung secara berulang tergantung
kausa penyakit primernya. Sedangkan kolik berdasarkan cara penanganannya
dapat dibedakan menjadi kolik sederhana (non-operatif) yang penanganannya
hanya berupa pemberian terapi obat-obatan serta kolik operatif (surgical colic)
yang penanganannya membutuhkan tindakan pembedahan (Subronto 1985).
Berdasarkan anamnese dan gejala klinis yang ditimbulkan diduga kuda
Lamtoro mengalami kolik sejati jenis timpani (faltulent) yang bersifat akut karena
rasa sakit yang ditimbulkan diduga berasal dari saluran pencernaan. Kolik yang
dialami juga termasuk ke dalam kolik sederhana atau non-operatif karena
penanganannya hanya berupa pemberian terapi obat-obatan untuk menghilangkan
gejala kolik tersebut.
Kuda dirawat di klinik dan diberikan terapi infus Ringer Laktat 24 fls,
flunixin 10 ml, dan biodin 20 ml. Terapi cairan infus Ringer Laktat berfungsi
untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan shock
hipovolemik dan sebagai terapi cairan untuk mengatasi defisiensi elektrolit dalam
tubuh yang terjadi pada hewan ini akibat gangguan pada proses konsumsi pakan
dan minum serta penyerapan nutrien. Terapi yang dilakukan pada kasus kolik ini
berupa flushing menggunakan minyak yang dicampur air. Teknik ini dilakukan
untuk menghilangkan obstruksi pada usus dengan memudahkan pasase pada
saluran pencernaan. Selanjutnya, diberikan flunixin sebagai antipiretik dan
analgesik. Flunixin merupakan inhibitor poten dari siklooksigenase seperti
NSAID lainnya yang merupakan mediator penting dalam proses peradangan.
Flunixin tidak akan merubah motilitas gastrointestinal pada kuda, tetapi mampu
meningkatkan sirkulasi darah pada hewan yang megalami septik shock.
Penggunaan flunixin pada kuda dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit pada
kasus gangguan muskuloskeletal dan kolik. Biodin merupakan suplemen yang
memiliki komponen utama berupa ATP. Pada kondisi kolik, terjadi gangguan
terhadap proses penyerapan nutrien serta sirkulasi pada saluran pencernaan. Hal
ini menyebabkan berkurangnya asupan energi (ATP) khususnya pada saluran
pencernaan. Hal ini mengganggu proses kontraksi dan relaksasi otot saluran
pencernaan yang menggunakan proses transpor aktif untuk regulasi ion kalsium.
Gangguan ini menyebabkan otot saluran cerna mengalami kontraksi terus–
menerus dan menyebabkan rasa sakit yang hebat pada abdomen.

SIMPULAN

Berdasarkan anamnesa, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik, kuda Lamtoro


didiagnosa mengalami kolik sejati tipe timpani yang bersifat akut. Adapun
penanganan yang dilakukan berupa terapi obat-obatan tanpa dilakukan tindakan
pembedahan. Terapi yang diberikan yaitu terapi cairan menggunakan larutan
Ringer Laktat, pemberian analgesik dan antipiretik menggunakan flunixin, dan
perbaikan fungsi organ tubuh melalui pemberian tambahan energi melalui biodin.

DAFTAR PUSTAKA

Aiello et al. 2000. The Merck Veterinary Manual. Edisi ke-8. USA : White house
station.
Dixon PM. 2011. Treatment of Equine Sinusitis. Proceedings of the 12th
International Congress of the World Equine Veterinary Assosiation.
Edinburg (UK): University of Edenburg.
Douglas J. 2001. Horse management [Internet]. [diunduh 2016 Jun 18]. Tersedia
pada: http://www.equinecanada.com/vol_3_1/eq_magazine_management.
htm.
Fossum TW. 2013. Small Animal Surgery. Ed. ke-4. St. Louis, Missouri (US):
Elsevier Mousby.
Hilton R. 2014. Pododermatitis treatment [internet]. [Diunduh Des 8] Skinvet.org.
Hirsch J, Brain EA. 1983. Hemostasis and thrombosis: A conceptual approach.
New York (US): Churchill Livingstone.
Koh E, Frazzini VI, Kagetsu NJ. 2000. Epistaxis: vascular anatomy, origins, and
endovascular treatment. AJR Am J Roentgenol. 174: 845–51.
Kucik CJ, Clenney T. 2005. Management of Epitaxis. American Family
Physician. 71: 305–311.
Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. Ed ke-5. Iowa (US): Blackwell
Publishing.
Ruaux. 2011. Hemoraraghic Gastroenteritis in Dog. Philadelpia (US):
Saounders Elsefier.Tilley LP, Smith FWK. 2015. Blackwell’s Five-Minute
Veterinary Consult: Canine and Feline. Ed. ke-6. London (GB): Wiley
Blackwell.
Rena NMRA, Utama S, Parwati M T. 2009. Kelainan hematologi pada demam
berdarah dengue. J. Peny. Dalam. 10:218–225.
Rosenfeld AJ, Dial SM. 2010. Clinical Pathology for the Veterinary Team. Iowa
(US): Wiley-Blackwell.
Sianipar NB. 2014. Trombositopenia dan berbagai penyebabnya. CDK-217.
41:416–421.
Soeradji. 1987. Metode Pemeriksaan Kesehatan Ternak. Bogor (ID): CV
Yasaguna.
Stockhom SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology.
Ed. ke-2. Iowa (US): Blackwell Publishing.
Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah
Mada Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal kegiatan harian magang profesi wajib kerumahsakitan di Direktorat Polisi Satwa Badan Pemeliharaan dan Keamanan
Polisi Republik Indonesia (Ditpolsatwa Baharkam POLRI)
Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan
09.00 WIB Tiba di lokasi Ditpolsatwa Kelapa Dua Depok
09.00-12.00 WIB Briefing, serah terima tugas dari kelompok sebelumnya, dan perkenalan .
12.00-13.00 WIB Istirahat
Minggu, 5 Juni 2016
13.00-16.00 WIB Diskusi kegiatan koasisda
17.00-23.00 WIB –Pengobatan anjing di Parung,
–Perawatan anjing rawat inap di klinik Ditpolsatwa
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda
–Pendahuluan dari pembimbing lapangan (drh adi)
–Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
Senin, 6 Juni 2016 –Penimbangan bobot badan anjing BNN
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-17.00 WIB –Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
–Rekapitulasi obat
19.00-03.00 WIB –Perawatan hewan rawat inap
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda
–Check up rutin dan pengobatan anjinng di klinik Ditpolsatwa
–Rekapitulasi obat keluar gudang
12.00-13.00 WIB Istirahat
Selasa, 7 Juni 2016
14.00-17.00 WIB –Pengukuran bobot badan kuda
–Rekapitulasi pengukuran bobot badan kuda
–Operasi kastrasi
20.00-23.00 WIB –Pengobatan anjing di parung
–Perwatan hewan rawat inap dan round visit
Rabu, 8 Juni 2016 06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda, pengukuran bobot badan kuda
–Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
–Pemberian obat antiparasit (Ivomec dan frontline) pada anjing Ditpolsatwa
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-16.00 WIB Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
19.00-23.00 WIB Round visit dan Jaga hewan rawat inap
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda
–Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
–Rekapitulasi obat di gudang
Kamis, 9 Juni 2016
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-16.00 WIB –Pemberian obat antiparasit, mandi, potong kuku anjing di Gunung putri
–Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
19.00-21.00 WIB Round visit dan Jaga hewan rawat inap
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda
Jumat, 10 Juni 2016 11.30-13.30 WIB Istirahat
13.30-16.00 WIB –Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
19.00-21.00 WIB Round visit dan Jaga hewan rawat inap
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
–Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
Sabtu, 11 Juni 2016
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-17.00 WIB –Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
–Pengobatan anjing kennel C, cek darah Barret, round visit
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
Minggu, 12 Juni 2016
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-16.00 WIB –Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
Senin, 13 Juni 2016 06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda
–Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
– Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-16.00 WIB –Rekapitulasi rekam medik anjing dan kuda
19.00-01.00 WIB –Pengobatan anjing emergency Ditpolsatwa
–Operasi amputasi kasus tumor pada kaki kiri belakang anjing
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda
–Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
Selasa, 14 Juni 2016
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-16.00 WIB Pembuatan laporan
17.00-21.00 WIB –Penanganan kasus kolik kuda Lamtoro
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-12.00 WIB –Pengobatan kuda
–Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
Rabu, 15 Juni 2016
–Endoskopi dan pengobatan kasus Strangles kuda Santana
12.00-13.00 WIB Istirahat
13.00-16.00 WIB Pembuatan laporan kasus
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-09.00 WIB –Pengobatan kuda
–Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
Kamis, 16 Juni 2016 09.00-11.00 WIB Supervisi oleh Dosen Pembimbing kampus dan diskusi
11.00-13.00 WIB Operasi Hematom pada telinga anjing
13.00-16.00 WIB Pembuatan laporan kasus
16.00-19.00 WIB Buka bersama pihak Ditpolsatwa
06.00-07.30 WIB Sanitasi kandang anjing dan round visit
07.30-09.00 WIB –Pengobatan kuda
Jumat, 17 Juni 2016 –Check up rutin dan pengobatan anjing di klinik Ditpolsatwa
09.00-13.00 WIB Diskusi hasil supervisi
13.00-19.00 WIB Perbaikan laporan kasus

Anda mungkin juga menyukai