Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL OBSERVASI

LATAR BELAKANG SITUS BANTEN GIRANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KKL 1

Dosen pembimbing : Rikza Fauzan, M.Pd

Disusun oleh :

Hani Fitriani 2288200054

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hani Fitriani

Nim : 2288200054

Jurusan : Pendidikan sejarah

Fakultas : Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Universitas : Universitas sultan ageng tirtayasa

Telah menyelesaikan kegiatan dan laporan observasi dengan judul “Latar belakang sejarah
banten girang di kampung telaya,desa sempu Serang-banten “ tepat pada waktu yang sudah
ditentukan sebagai salah satu persyaratan kelulusan dalam mata kuliah kuliah kerja lapangan
(KKL) di program studi Pendidikan Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Serang 25 desember 2020

Mengetahui

Dosen Pembimbimng Ketua Program Studi

Rikza Fauzan, M.Pd Yuni Maryuni, M.Pd

(NIDN.0011078801) (NIDN.0019068104)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................iii

BAB I ....................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. JUDUL PENELITIAN...............................................................................1

B. LATAR BELAKANG ...............................................................................1

BAB II...................................................................................................................2

ISI..........................................................................................................................2

A. DASAR TEORI...........................................................................................2

1. LOKASI BANTEN GIRANG..................................................................2

2. LATAR BELAKANG BERDIRINYA BANTEN GIRANG...................2

3. BUKTI-BUKTI PENINGALAN BANTEN GIRANG............................2

4. FUNGSI BANTEN GIRANG..................................................................2

B. PEMBAHASAAN.......................................................................................3

BAB III ................................................................................................................4

PENUTUP............................................................................................................4

A. KESIMPULAN..........................................................................................4

B. SARAN.......................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................4

LAMPIRAN.........................................................................................................5
KATA PENGANTAR

Asalamualikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena saya telah berhasil menyusun
laporan observasi Latar belakang sejarah banten girang, yang bertujuan untuk memenuhi
tugas KKL 1, dan sekaligus bertujuan untuk memperluas ,serta mempermudah mengenali
sejarah banten girang.

Dan tidak lupa saya ucapkan Terimakasih kepada bapak Rikza Fauzan M.Pd selaku dosen
pembimbing KKL kami

Dengan adanya laporan hasil observasi ini, diharapkan pembaca dapat mendapatkan
pengetahuan yang lebih tentang latar belakang sejarah banten girang, makalah ini ditunjukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah KKL , Kami hanya manusia biasa tempat dimana ada
kesalahan-kesalahan, maka kami memohion maaf jika ada kesalahan atau kekurangan dalam
laporan hasil observasi ini. Untuk tercapainya kesempurnaan laporan ini saya mohon kritik
dan saran.

Wasalamualikum wr.wb

Serang 25 desember 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

A. JUDUL PENELITIAN

Latar belakang sejarah banten girang di kampung telaya,desa sempu Serang-banten

B. LATAR BELAKANG

1. Rumusan Masalah

a. Dimana lokasi banten girang?

b. bagaimana latar belakang berdirinya situs banten girang?

c. Apa bukti-bukti peningalan banten girang?

d. Adakah fungsi banten girang ?

2. Manfaat penelitian

Penelitian laporan ini diharapkan bermangfaat bagi pembaca maupun diri sendiri

a. Menambah wawasan terutama yang berkaitan dengan situs banten girang

b. Untuk memperluas pengetahuan

c. Menambah keilmuan dan menumbuhkan kesadaran sejarah


BAB II

ISI

A. DASAR TEORI

1. Lokasi banten girang

Banten Girang adalah suatu tempat di desa Sempu, kota Serang. Letaknya sekitar 10 km di
sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, di pinggiran kota Serang. Di tempat tersebut
terdapat suatu situs purbakala, peninggalan kerajaan Sunda yang pernah ada antara tahun 932
dan 1030 Masehi.

Di Museum Nasional Indonesia di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut


"arca Caringin" karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-residen Belanda di tempat
tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah Gunung Pulosari, dan
terdiri dari satu dasar patung dan 5 arca berupa Shiwa Mahadewa, Durga, Batara
Guru, Ganesha dan Brahma. Coraknya mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-
10. Oleh karena itu, Gunung Pulosari dikaitkan dengan Banten Girang dan diperkirakan
merupakan tempat keramat kerajaan Sunda.
Menurut Sajarah Banten, sesampai di Banten Girang, Sunan Gunung Jati dan
putranya, Hasanuddin, mengunjungi Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat
keramat bagi kerajaan. Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat setempat,
yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan Banteng Girang secara militer.
Kemudian dia menjadi raja dengan restu raja Demak. Dengan kata lain, Gunung Jati bukan
mendirikan kerajaan baru, tetapi merebut takhta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten
Girang.[1]
Tahun 1526 kerajaan Demak merebut pelabuhan Banten dan Banten Girang, dibantu Gunung
Jati, Hasanuddin dan Ki Jongjo. Hasanuddin naik takhta, menggantikan raja yang dalam
sumber Portugis dipanggil "Sanghyang" dan baru meninggal. Peristiwa ini merupakan
pendirian kerajaan Banten. Hasanuddin memindahkan pusat kerajaan dari Banteng Girang ke
pelabuhan Banten. Namun sampai akhir abad ke-17 Banten Girang masih dipakai sebagai
tempat istirahat raja.
2. Sejarah Banten Girang

Banten Girang merupakan awal kerajaan Banten yang sebelumnya mendapat


kebelakangan nama pada saat itu yaitu kerajaan Sunda Wahanten. Pendiri kerjaan ini ialah
Prabu Jaya Bupati yang disebut juga Prabu Saka Domas. Prabu Jaya Bupati berasal dari
keturunan kerajaan Mataram pada zaman Hindu, yang tidak mendapat kesempatan untuk
mengabdi dikerajaan Mataram Kuno. Prabu Jaya Bupati mendirikan kerajaan Sunda di
Banten Girang pada tahun 932 sampai tahun 1016, dengan luas wilayah kekuasaan meliputi
Jawa Barat dengan perbatasannya Cipamali. Pada saat itu disebut kerajaan Tatar Sunda,
dengan keadaan yang subur makmur, sehingga dapat menjalin hubungan dengan kerajaan di
Jawa.
Pada tahun 1016 Prabu Jaya Bupati memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah Cilaceh
Sukabumi karena khawatir akan adanya penyerbuan yang akan dilancarkan oleh kerajaan
Sriwijaya terhadap kerajaan Tatar Sunda di Banten Girang, mengingat usia Prabu Jaya Bupati
yang sudah tua pada saat itu, ketika Prabu Jaya Bupati berada di pengungsian berhasil
mendirikan kerajaan Surawisesa. Pada tahun 1357 kerajaan Surawisesa di pegang oleh Prabu
Baduga Sir Maharaja, keraton Surawisesa disebut kerajaan Pajajaran.

b. Masa Kerajaan Sunda Pajajaran

Penamaan Pajaran untuk kerajaan Sunda, sesungguhnya berasal dari penamaan keraton Sri Bama
– Punta – Naryana – Madura – Suradipati yang bentuknya sebangun dan berjajar oleh karena
keraton tersebut berada di kota Pakuan masyarakat sering menyebutkan Pakuan pajajaran.
Berdasarkan cerita pantun dan babab, kerajaan Sunda lebih di kenal dengan sebutkan
pajajaran,

c. Sri Baduga Maharaja

Sri baduga Maharaja mempunyai seorang putra yang dijadikannya sebagai penerus
tahta kerajaan, karena putra Sri Baduga masih kecil, mata akhirnya kerajaan tersebut di
pimpinan oleh Praih Bunisora pada tahun 1352-1371. Namun, setelah putra Sri Baduga
Maharaja sudah cukup usia, kerajaan tersebut akhirnya dipimpin oleh putra raja Baduga pada
tahun 1371, yang bernama Nuskala waktu kencana, dan akhirnya dengan pertimbangan Raja
Niskala Wastu Kencana, kerajaan Suwawisesa di pendidikan di Galuh, yang disebut kerajaan
Galuh Pakuan, kemudian digantikan oleh Putra raja yang bernama Taba’an karena raja
taba’an menikah dengan orang Islam, maka tokoh-tokoh masyarakat kerajaan Sunda Galuh
Pakuan hampir semua kecewa atas perilaku keluhurnya, sehingga digantikan oleh Prabu Jaya
Dewata atau disebut juga Prabu Pucuk Umum.
Peristiwa perbuatannya di Pakuan sekaligus menjadikan Jaya Dewata seorang
Maharaja, karena kekuasaan pemerintahannya meliputi kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh.
Peristiwa tersebut sesuai dengan isi prasasti Batu tulis kota Bogor. Prasasti batu tulis kota
Bogor, dibuat oleh Ratu Sanghiyang Surawisesa pada tahun 1533 M. Pembuatan prasasti
tersebut dilakukan dengan upacara penyempurnaan Sukma untuk mengenang jasa-jasa dan
kebesaran ayahnya. Sri Baduga Maharaja, upacara semacam itu hanya dilakukan untuk raja-
raja tertentu, jika seorang raja wafat kemudian setelah 12 tahun masyarakat masih
menceritakan jasa-jasanya.
dangkan berdasarkan sumber-sumber Portugis, nama resmi kenegaraan tetap menggunakan
sebutan kerajaan Sunda.

d. Sikap Terhadap Muslim

Sebelum Sri Baduga Maharaja lahir dikerajaan Sunda sudah ada penganut agama Islam,
tokoh tersebut adalah Bratalegawa Putera Mangkubumi Bunisora Suradipati. Bratalegawa
adalah adik Curidewata alias Ki Gedeng Kasmaya, raja Cirebon Cairung, Bratalegawa lahir
tahun 1350 M. Bratalegewa menikah dengan wanita masuk dari Gujarat. Walaupun berbeda
agama ia tetap hidup rukun dengan saudara-saudaranya.

Berdasarkan Koprak 406 carita Paranghiyangan, setelah Sri Baduga Maharaja wafat,
ada 5 orang saja pendiri tahta kerajaan Pajajaran, antara lain:
1. Prabu Sanghiyang Surawisesa (1521 – 1635 M)
2. Ratu Dewatabuana (1535 – 1543 M)
3. Ratu Sakti (143 – 15551 M)
4. Prabu Raga Mulya Suryakencana atau Prabu Pukuk Umum Pulosari (1537 – 1579 M).
Setelah kerajaan Galuh Pakuan (Pajajaran) dipundah ke Banten Girang bekas kerajaan
Sunda tertua. Pada suatu saat, ajar yang sebagai Patih kerajaan Dewata agar adiknya yang
bernama Ajarju untuk diangkat menjadi tumenggung, karena melihat adiknya yang cukup
lama mengabdi kepada rajanya Prabu Jaya Girang, yang dinamakan Pajajaran Banten dibantu
oleh wakil putihnya putihnya yang bernama Ajar Ju.
Pada suatu ketika terjadi konflik intern didalam kerajaan, sehingga Ajarjong keluar
dari kerajaan Pajajaran Banten, kemudian Ajar Jong pergi mengabdi dikerajaan Islam Jawa
Demak, sehingga mengenal orang-orang penting dikerajaan Islam Demak. Diantara Sultan
Trenggono dan Syariat hidayatulah untuk menguasai kerajaan pengajaran Banten untuk
menjadi penganut agama Islam.

3. Bukti-bukti peningalan banten girang

Di Banten Girang banyak sekali atau benda-benda yang bersejarah, seperti pecahan
gerabah dan keramik yang berasal dari dalam dan luar negeri, pecahan tembikar seberat
318,12 kg. Pada umumnya wadah tembikar yang ditemukan di situs Banten Girang yang
dipakai untuk keperluan sehari-hari yang pertama yang digunakan untuk menyimpan dan
memasak bahan makanan dan yang kedua untuk menimba dan menyimpan air, sedangkan
fungsi yang ketika untuk menyajikan makanan dan minuman serta fungsi yang keempat
untuk wadah penerangan lampu.
Kesaksian Pande Emas :
Ketika tim ekskavasi arteolog Peranci dan Indonesia melakukan penelitian disitus Banten
GIrang juga banyak ditemukan benda-benda yang terbuat dari logam. Menurut Claude
Guillot hanya tua benda dari emas ditemukan dalam penggalian di situs tersebut, yang
pertama berupa potongan perhiasan emas, berukuran sangat kecil dengan berat 0,5 mg,
hingga tak mungkin bisa diidentifikasi.
Sedangkan yang kedua jauh lebih menarik yaitu bagian dari perhiasan berukuran 6 x 12 mm,
berupa cakar burung dan Viagra bermata empat yang memegang sebuah batu kuarsa bundar
yang dilubangi.
Dilokasi situs purbakala Banten Girang juga ditemukan sebuah cincin perunggu dengan batu
mulia warna pirus dengan bekas-bekas lapisan emas. Disana juga terdapat kapak batu, batu
asahan, kepingan, gerabah, golok, artepak batu, keramik lokal, keramik asing, seperti Tang
(abad IX – XI), Song (XI – XII, keramik Yuan (XIII – XIV), Jepang, Thailang, Vietnam
(XVII – XVIII) dan beberapa naskah Al-Qur’an tulisan tangan. Para analog yang melakukan
penelitian di Banten Girang tahun 1989 – 1992 banyak menemukan benda purbakala berupa
manik-manik jumlah manik-manik yang ditemukan pada waktu itu mencapai 795 buah dalam
kondisi baik dan utuh.

Punden Berundak di Banten Girang


Dengan ditemukannya punden beundak di Banten Girang berarti jauh sebelum berdirinya
sebuah kerajaan besar di situs Banten Girang sudah ada pemukiman penduduk yang
menganut kepercayaan mengalith disana. Boleh jadi situs Banten Girang merupakan sebuah
peninggalan purbakala yang berkelanjutan, mulai zaman pra sejarah, Hindu, Budha sampai
masa Islam.
Sebagai bukti situs tersebut pernah dihuni masyarakat yang menyembah arwah nenek
moyang, dilokasi itu ditemukan pula beberapa batu besar yang memiliki arti penting.
Diantaranya yang disebut sebagai batu dekan, batu datar yang disimpan di makam keramat di
Masjong dan Agus Jo, Banten Girang.
Punden berundak itu berada tak jauh dari tepi sungai Cibanten yang konon pada zaman
dahulu bisa dilayari sepanjang dari teluk Banten sampai ke Banten Girang. Tinggi punden
berundak itu sekitar 5 meter dari permukaan tanah, bila dipandang dari dasar sungai yang
cukup tDi Banten Girang juga terdapat sebuah gua yang didalamnya terdapat tiga ruang
kamar, gua tersebut merupakan tempat Prabu Pucuk umum bersemedi.
Kerajaan Sunda apabila diserang oleh kerajaan atau kerjaan lainnya, dan ke empat sebagai
tanda persahabatan antara kerajaan Sunda dan Portugis. Raja Sunda akan menghadiahkan
seribu karung lada setiap tahunnya kepada raja Portugis sejak pembangunan benteng di
mulai.
Perjanjian tersebut ditandatangani langsung oleh ratu Samiam (Prabu Suwasesa) dan
Henriqve de Leme, ketika sedang melakukan perundingan Ratu Samiam didampingi
pembantu utamanya yaitu santri Dalam, Tumenggung Sang Adipati, dan Syahbandar.
Sementara mengharapkan bantuan Portugis yang tidak kunjung datang Sirawisesa terpaksa
berperang sendiri melawan pasukan Muslim, keadaan terus berperang juga dialami oleh raja
penggantinya, Ratu Dewata, karena kalah perang ia kemudian meninggalkan ibu kota.
Karena melihat keberadaan perekonomian Sunda Banten yang kurang menguntungkan maka
bersama Sabakingking Mas Jong dengan Agus Jo situs ini dari gundukan tanah sekitar 500 M
di sekitar makam, yang ternyata dibawah permukaannya terdapat batu berundak dan dibawah
batu berundak itulah terdapat dua ceruk di tebing cadas sebelah timur cibanten,
apabila merundingkan untuk memindahkan pusat pemerintahan Banten Girang ke Banten
Pesisir, karena sudah tidak ada fungsinya lagi.
Pada 1 Muharam bertepatan pada tanggal 8 Oktober 1526 pusat pemerintahan Banten Girang
dipindah ke Surosawon (Banten Pesisir). Maka pada saat itulah Sabakingking mendapat
julukan sebagai Sultan Banten dan mendapat gelar dari orang Arab sebagai Sultan Maulana
Hasanuddin. Pada saat terjadi penyerangan Banten Girang di ganti namanya oleh orang
Belanda menjadi Tirtalaya.
Di Banten Girang ini terdapat gua yang didalamnya terdapat tiga ruang kamar, tempat ini
merupakan tempat raja Pucuk Umun bersemedi, dan banyak sekali temuan-temuan atau
benda-benda yang bersejarah seperti gerabah, keramik, benda-benda logam, mata uang, batu-
batuan arkeologi dan artepak.
Dalam penelitian Ambari (1985), dilihat dari type nisan dan artepak kijing yang dipakai
dalam makam kuno Kijong dan menjadi Banten Girang, maka dalam tipologi nisan makam
islam dimasukan kelompok type Demak dan Troloyo. Selanjutnya, montana pada tahun
(1988:71) mencatat kekunoan dilihat dari typoligi ceruk-ceruk atau gua yang ada di sana,
paling tidak Banten Girang telah muncul pada sekitar abad XI-XII (Guillot, 1990:12) lebih
menarik lagi,dari data babad banten girang fungsikan pada masa pemeritahan sultan ageng
tirtayasa ( abad XVII), dimana pada waktu masa terentu sultan berwisata dengan kgiatan
memancing ikan ditempat itu . Dan menurut keterangan caef,ditempat ini sultan tirtayasa
menyuruh membuatkan sebuah istana sebagai tempat mengungsi kaum w anita di masa
perang pajajadin ingrat,1983:1245
Dari penilitian arkelogis 1989,1990,1991 dan 1992 Lukman nurhakim (1992) berbagai
mengungkapkan berbagai aspek pentung dari banten girang.tempat situs pemikiran dalam
sekala kota pra –industri yang dikelilingi bnteng dari tanah,baik dari sisi luar maupun dari sisi
dalam tanggul .untuk keperluan pertahanan.tanggul tanah sebagai benteng di dalam banteng
girang,sebagai mana halnya di situs-situs lain,sudah dikenal luas pada pra sejarah awal dan
kelasik yang kemudian berlanjut pada kota-kota yang kuno pada priode islam ;seperti di
punggung raharjo (bandung),pasir angin (bogor),aceh,barus,(sumatra utara),rao (sumatra
barat),muara takus (lumanjang),dan surosoan (banten,serang).

4. Fungsi Banten Girang


Dari hasil eksavasi di ketahui bahwa situs banten girang berpungsi sebagai:
a. Pasat pemukiman terlahat dari banyaknya sebaran artepak,teknapak dan sosiospak.
b. Pusat upacra adanya gua persemedian/pemujaan’dan
c. Benteng untuk melindungi keduanya
Selanjutnya Lukman Hakim memandang adanya fase-fase kehidupan di Banten Girang yang
meliputi :
1) Fase I : Fase subordinasi Pakuan-Pajajaran dimana gua dijadikan pusat upacara keagamaan
bercorak Hiduistik (Hindu – Budha)
2) Fase II : Fase pendudukan/administrasi politik Islam masa Maulana Hasanuddin;
3) Fase III : Fase surutnya Banten Girang karena pusat administrasi politik dipindahkan ke
Banten lama di pesisir, tetapi Banten Girang masih tetap digunakan bahkan sampai masa
pemer
4) Fase IV : Fase akhir, ketika Banten Lama sudah diancurkan oleh Daendels pada tahun
1815, dimana diduga frekuensi penggunaan Banten Girang semakin menurun.
5) Fase resen, okupasi lanjut oleh penduduk Banten Girang masa sekarang yang digunakan
untuk lahan pertanian dan lahan pemukiman.
intahan Sultan Ageng Tirtayasa (1652 – 1671), sultan Banten kelima.

B. PEMBAHASAAN

Hasil Dari wawancara dengan narasumber di banten girang yaitu Abah hasan yang
merupakan kuncen di situs banten girang
1. Asal muasal situs banten girang didirikaan ?
Ia menceritakan sekilas tentang asal muasal Situs Kerjajaan Banten Girang didirikan. Situs
ini adalah sejarah awal Kerajaan Sunda Banten Girang yang berdiri di abad ke X.
Kemudian berdiri juga Kesultanan Banten pada abad ke XVII.
Dalam Situs terdapat makam Ki Mas Jong dan Agus Jo. Ada pula peninggalan punden
berundak yang diduga bekas benteng, goa yang kala itu digunakan untuk berdiam diri rakyat
serta museum yang berisi artefak di masa Kerajaan Sunda Banten Girang.
2. Adakah perhatian dari pemkot serang?
Penjaga Situs (Kuncen) Banten Girang, Abduh Hasan mengaku prihatin dengan tidak adanya
perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Serang dan Pemprov Banten. Diabaikannya itu
menunjukan bahwa pemerintah tidak memahami sejarah Banten. Padahal situs ini dikenal
sebagai sejarah bekas ibu kota Kerajaan Sunda Banten Girang.
3. Bagaimana peraturan jika ingin mengunjungi situs banten girang pada masa pademi
COVID-19 ?
Peraturan mengunjungi situs banten girang pada masa pademi COVID -19 yaitu dengan
memakai masker , menjaga jarang dan mencuci tangan sebelum memasuki kawasan banten
girang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Banten Girang adalah suatu tempat di desa Sempu, kota Serang. Letaknya sekitar 10 km di
sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, di pinggiran kota Serang. Di tempat tersebut
terdapat suatu situs purbakala, peninggalan kerajaan Sunda yang pernah ada antara tahun 932
dan 1030 Maseh, Banten Girang merupakan awal kerajaan Banten yang sebelumnya
mendapat kebelakangan nama pada saat itu yaitu kerajaan Sunda Wahanten. Pendiri kerjaan
ini ialah Prabu Jaya Bupati yang disebut juga Prabu Saka Domas. Prabu Jaya Bupati berasal
dari keturunan kerajaan Mataram pada zaman Hindu, yang tidak mendapat kesempatan untuk
mengabdi dikerajaan Mataram Kuno. Prabu Jaya Bupati mendirikan kerajaan Sunda di
Banten Girang pada tahun 932 sampai tahun 1016, dengan luas wilayah kekuasaan meliputi
Jawa Barat dengan perbatasannya Cipamali. Pada saat itu disebut kerajaan Tatar Sunda,
dengan keadaan yang subur makmur, sehingga dapat menjalin hubungan dengan kerajaan di
Jawa. Adapun Bukti-bukti peningalan banten girang ,di Banten Girang banyak sekali atau
benda-benda yang bersejarah, seperti pecahan gerabah dan keramik yang berasal dari dalam
dan luar negeri, pecahan tembikar seberat 318,12 kg. Pada umumnya wadah tembikar yang
ditemukan di situs Banten Girang yang dipakai untuk keperluan sehari-hari yang pertama
yang digunakan untuk menyimpan dan memasak bahan makanan dan yang kedua untuk
menimba dan menyimpan air, sedangkan fungsi yang ketika untuk menyajikan makanan dan
minuman serta fungsi yang keempat untuk wadah penerangan lampu.
Adapun Fungsi Banten Girang
Dari hasil eksavasi di ketahui bahwa situs banten girang berpungsi sebagai:
a. Pasat pemukiman terlahat dari banyaknya sebaran artepak,teknapak dan sosiospak.
b. Pusat upacra adanya gua persemedian/pemujaan’dan
c. Benteng untuk melindungi keduanya

B. SARAN

Kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata dalam
penulisan ini.
Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan kami lebih baik ke depannya dalam
penulisan laporan hasil observasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Juliadi, 2005, Ragam Pustaka Budaya, Serang : Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Iskandar, Yosef dkk., 2001, Sejarah Banten I, Jakarta : Triyana Jam’un Corp
https://id.wikipedia.org/wiki/Banten_Girang (Di akses pada pukul 15:43)
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai