Nama : Aditya Widi Putranto E0015010 Ada empat faktor penting yang mempengaruhi perkembangan hukum Adat. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Magis dan animisme; 2. Agama; 3. Kekuasaaan yang lebih tinggi dari persekutuan hukum adat; dan 4. Hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing. 1. Magis dan Animisme Alam pikiran magis dan animisme pada dasarnya dialami oleh setiap bangsa di dunia. Di Indonesia faktor magis dan animisme cukup besar pengaruhnya. Hal ini dapat dilihat dalam upacara-upacara adat yang bersumber pada kekuasaan-kekuasaan serta kekuatan-kekuatan gaib.
1. Kepercayaan kepada mahkluk-mahkluk halus, roh-roh,
dan hantuhantu yang menempati seluruh alam semesta dan juga gejala-gejala alam, semua benda yang ada di alam bernyawa. 2. Kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan sakti dan adanya roh-roh yang baik dan yang jahat. 3. Adanya orang-orang tertentu yang dapat berhubungan dengan dunia gaib dab atau sakti. 4. Takut adanya hukuman/ pembalasan oleh kekuatan- kekuatan gaib. Hal ini dapat dilihat adanya kebiasaan Animisme yaitu percaya bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini bernyawa. Animisme ada dua macam yaitu : a. Fetisisme : Yaitu memuja jiwa-jiwa yang ada pada alam semesta, yang mempunyai kemampuan jauh lebih besar dari pada kemampuan manusia, seperti halilintar, taufan, matahari, samudra, tanah, pohon besar, gua dan lain-lain. b. Spiritisme : Yaitu memuja roh-roh leluhur dan roh-roh lainnya yang baik dan yang jahat. 2. Faktor Agama Adanya pengaruh dari agama-agama yang masuk kemudian ke Indonesia dan dianut oleh masyarakat hukum adat bersangkutan, seperti agama Hindu, agama Islam, dan agama Kristen. Agama Hindu Agama Hindu adalah agama pada lebih kurang abad ke-8 dibawa oleh orang-orang India masuk ke Indonesia. Orang-orang India ini pindah ke Indonesia dengan membawa agamanya yang berlainan dengan kepercayaan bangsa Indonesia. Pengaruh agama Hindu yang terbesar terdapat di Bali. Tetapi pengaruh dalam hukum adatnya ternyata sedikit sekali.Pengaruh agama Hindu dapat dilihat dari Bali, hukum-hukum hindu berpengaruh pada bidang pemerintahan raja dan pembagian-pembagian kasta. Agama Islam Agama Islam dibawa masuk ke Indonesia oleh pedagang-pedagang dari Malaka dan/atau Iran pada akhir abad ke-14 dan permulaan abad ke-15. dan agama ini tersebar pesat sekali di Indonesia. Penyebarannya berlangsung secara damai antara lain dengan jalan perkawinan, oleh karena itu dapat meresap pada bangsa Indonesia. Pengaruh agama Islam terlihat dalam hukum perkawinan dan juga dalam bidang wakaf. Beberapa daerah tertentu walaupun sudah diadakan menurut hukum perkawinan islam tetapi tetap dilakukan upacara- upacara perkawinan menurut hukum adat misalnya di Lampung, Tapanuli. Agama Kristen Agama Kristen ini dibawa oleh pedagang- pedagang bangsa barat masuk Indonesia. Kemudian meluas secara damai melalui zending dan missie ke seluruh kepulauan kita. Aturan-aturan hukum Kristen di Indonesia cukup memberikan pengaruh pada hukum keluarga dan hukum perkawinan. 3. Kekuasaan-kekuasaan yang lebih tinggi dari persekutuan hukum adat. Kekuasaan yang lebih tinggi daripada persekutuan hukum adat adalah kekuasaan-kekuasaan yang meliputi daerah-daerah yang lebih luas daripada wilayah satu persekutuan hukum, seperti misalnya kekuasaan raja-raja, Kepala Kuria, Nagari, dan sebagainya. Pengaruh kekuasaan ini ada yang bersifat positif adapula yang bersifat negatif. 4. Hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing.
Faktor ini sangat besar pengaruhnya. Hukum adat yang
semula sudah meliputi segala bidang kehidupan hukum, oleh kekuasaan asing, yaitu kekuasaan penjajahan Belanda, menjadi terdesak sedemikian rupa, hingga akhirnya praktis tinggal meliputi bidang Perdata material saja. Bahkan kekuasaan asing ini yang menyebabkan hukum adat terdesak dari beberapa bidang kehidupan hukum. Selain itu, alam pikiran Barat yang dibawa oleh orang-orang asing (Barat) ke Indonesia dan kekuasaan asing dalam pergaulan hukumnya, sangat mempengaruhi perkembangan cara berpikir orang Indonesia. Sebagai contoh dapat dikemukakan proses individual sering di kota-kota yang berjalan lebih cepat dari pada masyarakat di pedesaan.