NIM : 19410041
1. Hambatan internal
Hambatan internal berbicara terkait dengan kompetensi konselor.
Kompetensi konselor yakni meliputi kompetensi akademik dan kompetensi
profesional. Kompetensi akademik yang dimaksud adalah lulusan perguruan
tinggi pada jurusan bidang S1 bimbingan dan konseling atau S2 bimbingan
dan konseling, dan yang kemudian melanjutkan pendidikan profesi selama 1
tahun. Adapaun kenyataan di lapangan membuktikan bahwa masih banyak
ditemukan diberbagai tingkat pendidikan dasar dan menengah adanya guru
Bimbingan dan Konseling (BK) dalam artian konselor sekolah yang mereka
tidak pernah menempuh pendidikan BK, namun kemudian di angkat oleh
kepala sekolah untuk menjadi guru Bimbingan dan konseling (BK). Mereka
ini di angkat dengan alasan anggapan bahwa mereka bisa. Meskipun secara
keilmuan mereka tidak mendalami teori-teori bimbingan konseling.
Seyogyanya kompetensi profesional tebentuk melalui latihan, seminar,
workshop. Untuk menjadi konselor profesional memerlukan proses dan
waktu yang Panjang. Ditambah lagi pengalaman jam terbang (praktek) yang
cukup matang.
Disisi lain, kerap sekali ditemukan di lapangan bahwa adanya
manajemen bimbingan dan konseling yang masih amburadul. Suherman, U
(2008) Dalam tulisannya menjelaskan lebih lanjut mengenai manajemen
bimbingan dan konseling, yang mana layanan bimbingan dan konseling ini
perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan, dan dipimpin oleh orang
yang memiliki keahlian, keterampilan, serta wawasan dan pemahaman
tentang arah, tujuan, fungsi, kegiatan, strategi dan indikator
keberhasilannya.
2. Hambatan Eksternal
a. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Bimbingan dan konseling sepatutnya dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (mengikuti filosopi, tujuan,
metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara
profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling
adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh
melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama dan serius di Perguruan
Tinggi, serta dibekali dengan pengalaman-pengalaman.
7. Kuasai konsep bimbingan dan konseling dan jangan malu bertanya jika
guru bimbingan dan konseling memang tidak menguasai layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, bertanya lebih baik daripada salah
dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
8. Jalin kerja sama yang solid antar guru bimbingan dan konseling melalui
komunikasi intensif dalam forum MGBK, ABKIN dan forum-forum lain
yang dapat meningkatkan kinerja bimbingan dan konseling.
10. Tumbuhkan niat dan mantapkan hati bahwa “Saya akan menjadi guru
bimbingan dan konseling yang professional mulai hari ini”.
Daftar Pustaka
Amti, Erman dan Prayitno. (2008) . Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling . Jakarta:
PT Rineka Cipta