TINJAUAN PUSTAKA
Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan merupakan salah satu kegiatan pokok yang
ada di rumah sakit. Kegiatan ini meliputi kegiatan pengadaan makanan hingga
penyalurannya kepada pasien dengan mutu, jenis, dan jumlah yang sesuai
dengan rencana kebutuhan. Unit yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan tersebut adalah instalasi gizi (Depkes 2003).
Kegiatan pelayanan gizi memiliki tujuan yaitu untuk memberi terapi diet
yang sesuai dengan perubahan sikap dan untuk mencegah kambuhnya penyakit
pasien (Depkes 2003). Pengaturan makanan bagi orang sakit bukan merupakan
tindakan yang berdiri sendiri dan terpisah dari perawatan dan pengobatan.
Pengobatan, perawatan dan pengaturan makanan merupakan suatu kesatuan
dalam penyembuhan penyakit seperti juga dengan obat harus sesuai dengan
ketentuan yang diberikan (Moehyi 1999).
Makanan Enteral
Makanan enteral merupakan salah satu teknik pemberian makanan di
rumah sakit untuk pasien dengan sakit berat seperti pasien pasca bedah,
penderita kanker, malnutrisi, anoreksia, depresi berat, luka bakar, yang tidak
dapat makan secara oral dengan keadaan saluran gastrointestinal yang
berfungsi dengan baik. Pemberiannya dengan cara menggunakan sonde (Hill
2000).
Pemberian makanan enteral dini akan memberikan manfaat antara lain
memperkecil respon katabolik, mengurangi komplikasi infeksi, memperbaiki
toleransi pasien, mempertahankan respon imunologik, lebih fisiologis dan
memberikan sumber energi yang tepat bagi usus pada waktu sakit (Hartono
2000). Menurut Tanra (1998), makanan enteral memiliki beberapa syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. Memiliki kepadatan kalori tinggi. Kepadatan kalori yang ideal adalah 1kkal/ml
cairan.
2. Kandungan makanannya seimbang. Makanan enteral harus mengandung
semua komponen zat gizi esensial seperti protein, asam amino, lemak,
vitamin, mineral, dan trace elements lain yang memenuhi jumlah kebutuhan.
5
Keamanan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman (UU RI No.7 1996).
Mengingat definisi pangan menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1996 yang
mempunyai cakupan yang luas, maka upaya untuk mencegah pangan dari
kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia
merupakan suatu keharusan.
FAO (1997) menjelaskan pengertian keamanan pangan sebagai jaminan
bahwa makanan tidak akan mengakibatkan bahaya bagi konsumen ketika itu
dipersiapkan atau dimakan menurut pemakaian yang dimaksudkan atau
dikehendaki. Menurut Hariyadi (2007), keamanan pangan merupakan prasyarat
bagi pangan yang bermutu dan bergizi baik. Tidak ada artinya berbicara citarasa
dan nilai gizi, atau pun mutu dan sifat fungsional yang bagus, tetapi produk
tersebut tidak aman dikonsumsi.
Cemaran mikrobiologis sering terjadi pada makanan yang dibuat secara
massal, dan setiap tahapan dalam proses tersebut memungkinkan mikroba
berkembang biak dan memperbanyak diri. Cemaran mikrobiologis dapat terjadi
akibat pemakaian alat untuk mengolah bahan pangan yang kurang bersih dan
lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya (Hartono & Palupi 2006).
Terdapat kelompok yang lebih berisiko untuk terjangkit infeksi dan
intoksikasi bawaan makanan, yaitu orang yang rentan dengan alasan fisiologis
atau alasan lainnya lebih mudah terkena infeksi bawaan makanan. Kelompok
tersebut mencakup bayi dan anak-anak, lansia, ibu hamil, pasien malnutrisi,
pasien dengan penyakit utama (misalnya penyakit hati dan diabetes), dan pasien
gangguan kekebalan akibat mengalami infeksi atau pasien yang sedang
menjalani pengobatan (kanker) (Hartono & Palupi 2006).
Beberapa ketentuan perlu diperhatikan untuk memenuhi syarat mutu
keamanan pangan mulai dari penyiapan bahan baku, pengolahan, pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan/pendistribusian sampai makanan tersebut siap
disajikan, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menekan atau
menghilangkan setiap mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya dalam bahan
makanan (Supardi & Sukamto 1998).