Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

MEKANISME EVOLUSI

Dosen Pengampu:
Drs.Yeremiah Rubin Camin, M. S.

Oleh:

MARIA NENDYA
183112620150128

LABORATORIUM MIKROTIKA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi adalah proses perubahan spesies dalam jangka waktu tertentu yang
bertujuan agar mampu beradaptasi terhadap lingkungannya dan meneruskan perubahan
tersebut kepada generasi berikutnya (Campbell, 2003). Evolusi menjadi konsep
pemersatu dalam biologi karena evolusi menjelaskan banyak aspek dalam biologi
terutama bagaimana organisme yang hidup saat ini merupakan evolusi dari satu nenek
moyang (ancestor) dan diversitas kehidupan yang besar di bumi ini (Taufik, 2019).
Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan membawa sifat-sifat baru.
Sifat baru ini dapat diperoleh dari perubahan genetik karena mutasi genetik ataupun
transfer gen antar populasi dan antar spesies. Mutasi yang menyebabkan evolusi pada
makhluk hidup yang bereproduksi hanya akan terjadi apabila mutasi ini terjadi pada sel
gamet. Mutasi juga merupakan salah satu faktor yang menentukan terjadinya evolusi pada
makhluk hidup. Mutasi yang berjalan terus menerus dapat mengakibatkan munculnya
varietas baru yang berbeda dengan nenek moyangnya yang mengakibatkan terjadinya
proses evolusi. Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat
terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi selanjutnya
(Muhaemin, 2018).
Perkawinan tidak acak diduga dapat mengubah frekuensi alel. Perkawinan tidak
acak menyebabkan penurunan keragaman genetik, karena gen-gen resesif akan kalah
dengan gen-gen dominan, sehingga gen-gen yang dominan akan bersama gen-gen
dominan, sedangkan gen-gen resesif akan bersama dengan gen-gen resesif. Perkawinan
tidak acak dapat meningkatkan proporsi homozigotik oleh karena itu kemungkinan
terekspresinya alel-alel resesif pada suatu populasi lebih tinggi (Amania dan Wiyono,
2019).
Genetic drift atau hanyutan genetic merupakan suatu peristiwa kebetulan yang
dapat menyebabkan frequensi alel berfluktuasi secara tidak terduga dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Pada populasi kecil peluang genetic drift lebih besar sehingga
frequensi alel lebih cepat mengalami deviasi. Terjadinya deviasi adalah sebuah pertanda
terjadinya kepunahan. Inbreeding depression atau tekanan silang dalam. Kondisi ini
terutama terjadi jika populasi berukuran kecil. Pada poplasi kecil maka perkawinan
cenderung terjadi antar kerabat dekat (inbreeding) karena peluang untuk mendapatkan
pasangan kawin menjadi terbatas. Kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya angka
kematian tinggi, keturunan yang dihasilkan menjadi sedikit, dan munculnya keturunan
yang lemah, steril, keberhasilan reproduksi yang rendah. Hal ini muncul apabila kedua
induk memiliki alel resesif yang umumnya bersifat merugikan (Arsana, 2019).
Seleksi alam merupakan proses yang terus berlangsung karena lingkungan terus
berubah. Kepunahan dapat terjadi bila proses adaptasi tidak sejalan dengan perubahan
lingkungan. Pandangan Darwin mengenai kehidupan memiliki perbedaan yang sangat
tajam dengan paradigma konvensional yang mengatakan bumi baru berumur beberapa
ribu tahun saja, dihuni oleh bentuk-bentuk kehidupan yang tidak berubah dan telah
diciptakan satu per satu selama seminggu penuh di mana Sang Pencipta membentuk
keseluruhan jagad raya sehingga Darwin perlu berhati-hati dalam menyampaikan
gagasannya (Campbell, 2003).
Hukum Hardy-Weinberg digunakan untuk menghitung frekuensi gen dari suatu
populasi, baik itu untuk menghitung frekuensi gen homozigot maupun heterozigot.
Equilibrium ini dapat diuraikan dari aljabar yaitu ( p + q )2 = 1 maka ( p + q) = 1 sehigga
p = 1 – q. Namun secara umum rumus untuk Hardy-Weinberg adalah p2 + 2pq + q2 = 1.
Dimana p = (T) dan q = (t) yang dapat dijabarkan sebagai berikut jika homozigot TT =
p2, heterozigot Tt = 2pq dan homozigot tt = q2 (Ratmawati, 2016).
AlleleA1 memungkinkan untuk melihat frekuensi alel dan genotipe. Software
ini juga memodelkan satu populasi pada satu waktu. Untuk dapat menjalankannya tekan
"RUN" beberapa kali, gunakan garis grafik "otomatis" dan "reset" atau "clear" untuk
kembali ke kondisi awal. Tekan tombol tab untuk berpindah di antara kotak
input.Sehingga sumbu y untuk menunjukkan frekuensi alel dan genotipe dapat diubah.
Selain itu juga dapat skala pada sumbu x dapat diatur sesuai keinginan.

B. Tujuan Praktikum
Dalam praktikum kali ini dilakukan analisis menggunakan software AlleleA1 untuk
mengetahui seberapa besarkah gaya seleksi terhadap alel mutan ini sehingga dalam waktu
relatif singkat dapat mencapai frekuensi yang tinggi.
BAB II METODE PENGAMATAN

A. Alat dan Bahan


- Laptop
- Alat tulis
- Catatan soal latihan praktikum genetika tentang mekanisme evolusi.
Soal : Reseptor C- Chemokine tipe 5 ( CCR5) adalah protein permukaan sel lekosit
yang berperan sebagai reseptor khemokin. Reseptor ini berperan dalam system imun
saat sel-T tertarik ke jaringan atau organ tertentu. CCR5 juga berperan sebagai ko –
reseptor pada infeksi HIV-1. Pada manusia gen CCR5 terletak di 3p21. Individu
tertentu membawa mutasi CCR5-D32 yang memberikan kekebalan terhadap infeksi
HIV-1. Pada populasi orang Eropa, frekuensi CCR5-D32 mencapai angka 0,2. Mutan
ini diperkirakan muncul sekitar 700 tahun yang lalu. Seberapa besarkah gaya seleksi
terhadap alel mutan ini sehingga dalam waktu relative singkat dapat mencapai
frekuensi yang tinggi.

B. Cara Kerja
1. Software AlleleA1 yang telah didownload dibuka terlebih dahulu.
2. Mencari nilai p dan q dengan cara menghitung jumlah frekuensi genotype pada
soal dengan menggunakan rumus hukum Hardy-Weinberg.
3. Sumbu y diatur frekuensi alel dan genotipnya
4. Sumbu x diatur skalanya sesuai soal yang diperintahkan
5. Kemudian menu “Run” diklik beberapa kali agar software dapat dijalankan untuk
memodelkan satu populasi pada satu waktu.
6. Pada jendela yang aktif diklik, tombol ALT + PrtScrn tekan secara bersamaan.
7. Pada dokumen ditempatkan kursor dan tekan tombol CTRL + V secara bersamaan
untuk diperoleh grafik hasil yang diinginkan.
8. Hasil grafik yang diperoleh diamati dan dibahas.

C. Analisis Data
Pada praktikum kali ini, diberikan suatu studi kasus mengenai reseptor C-
Chemokine tipe 5 ( CCR5) dan interaksinya terhadap infeksi penyakit imun HIV-1
yang menyebabkan mutasi pada CCR5-D32 di dalam populasi orang Eropa yang
ditemukan sekitar 700 tahun yang lalu. Penjabaran dari soal diatas apabila
dihubungkan dengan hukum Hardy Weinberg dan pengaplikasian di aplikasi
AlleleA1 adalah CCR5-D32 yang memberikan kekebalan terhadap infeksi HIV-1
dilambangkan dengan 2pq dan berada di genotipe A1A2 heterozigot. Frekuensi
CCR5-D32 mencapai angka 0,2 yang dilambangkan q2, dan berada di genotipe A2,
sedangkan waktu 700 tahun yang lalu menunjukkan terdapat 35 generasi. Apabila
ditanyakan berapa besar gaya seleksi terhadap alel mutan ini sehingga dalam waktu
relatif singkat dapat mencapai frekuensi yang tinggi, dapat dihitung dengan :
Diketahui : Frekuensi CCR5-D32 : 0,2 → q2 = 0,2 → q = √0,2 = 0,45 = A2
Apabila, (p + q)2 = 1
Maka, p + q = 1
p + 0,45 = 1
p = 1 – 0,45
p = 0,55 → p2 = 0,3 = A1

(p + q)2 = 1 → p2 + 2pq + q2
A1A2= 2pq = 2(0,55 x 0,45) = 0,5
Sehingga, p2 + 2pq+ q2 = 1.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui perhitungan frekuensi Alel pada populasi
orang Eropa menggunakan software AlleleA1 yang ditunjukkan melalui grafik. Pada grafik
data hasil perhitungan yang telah diperoleh, didapatkan nilai frekuensi alel A1 sebesar
0,01756 dan A2 sebesar 0,98244. Sedangkan nilai frekuensi genotipe A1A1 yang didapat
sebesar 0,00031, A1A2 sebesar 0, 0345 dan A2A2 sebesar 0,96519. Sementara itu untuk
menjawab pertanyaan sebelumnya yaitu berapa gaya seleksi terhadap alel mutan sehingga
dapat mencapai frekuensi yang tinggi dalam waktu relatif singkat didaptkan rentang jumlah
dari 0,45 menjadi 0,98244.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
- Nilai frekuensi alel A1 = 0,01756
- Nilai frekuensi alel A2 = 0,98244
- Nilai frekuensi genotipe A1A1 = 0,00031
- Nilai frekuensi genotipe A1A2 = 0, 0345
- Nilai frekuensi genotipe A2A2 = 0,96519
- Besar gaya seleksi terhadap alel mutan sehingga dapat mencapai frekuensi yang
tinggi dalam waktu relatif singkat didaptkan rentang jumlah dari 0,45 menjadi
0,98244.
B. Saran
Untuk praktikum kedepannya diharapkan praktikan dapat lebih teliti lagi dan
memperhatikan betul prosedur kerja mekanisme evolusi.
DAFTAR PUSTAKA

Amania N, Wiyono HT. 2019. Distribusi Dan Frekuensi Alel Golongan Darah Sistem a BO Pada
Populasi Suku Osing Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi (Doctoral dissertation,
Program Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Jember).
Arsana IN. (2019). Intergrasi Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam Ekosistim Subak
Sebagai Warisan Budaya Dunia. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL (p. 57).
Campbell NA, Jane BR, Lawrence GM. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Muhaemin A. (2018). REPRESENTASI MUTASI GENETIK DENGAN MENGGUNAKAN
MATRIKS REPRESENTASI AUTOMORFISMA ATAS RUANG Z64-ALJABAR (Doctoral
dissertation).
Ratmawati D. 2016. KEMAMPUAN MENGECAP PHENYLTHIOCARBAMIDA (PTC) PADA
WARGA DESA JATlGUNUNG KECAMATAN TULAKAN KABUPATEN PACITAN.
Taufik LM. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, Dan Nanti. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 98-
102.

Anda mungkin juga menyukai