MAKALAH Mutu Pakan
MAKALAH Mutu Pakan
NAMA :
DIONYSIUS PRIYANTO
DARMINTO U. REBU
GUSRIDA P. SABOT
FAKULTAS PETERNAKAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sekalian.
Penyusun
Kelompok III
BAB I
PENDAHULUAN
Hijauan makanan ternak pakan berupa rumput dan leguminosa merupakan pakan
yang penting bagi ternak untuk menunjang keberhasilan usaha peternakan ternak ruminansia.
Hijauan makanan dapat dibagi menjadi dua kategori, pertama hijauan liar yaitu hijauan yang
tidak sengaja ditanam dan tumbuh dengan sendirinya dan yang kedua hijauan budidaya yaitu
hijauan yang sengaja ditanam dan dipelihara (Bahar, 2009).
Terkait hal tersebut, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan kebun
penyedia hijauan pakan yang menyediakan rumput-rumput lokal dan leguminosa yang dapat
memenuhi kebutuhan ternak ruminansia, secara kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pola penanaman desain kebun hijauan pakan
2. Mengetahui jenis rumput dan leguminosa yang akan diintroduksi
3. Mengetahui jenis ternak yang cocok untuk kebun hijauan tersebut
4. Mengetahui besar kapasitas tampung dan satuan ternak dari kebun penyedia hijauan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Penanaman yang akan dilakukan dalam desain kebun ini adalah dengan penanaman
campuran antara rumput dan legum. Penanaman dimulai dengan persiapan lahan, meliputi
pembersihan dari gulma dan pengolahan tanah. Kebun yang akan ditanami seluas 1 ha.
Perencanaan dalam penggunaan kebun ini adalah dengan sistem rotation grazing.
Alasan mengapa kami memilih sistem ini adalah karena sistem ini dapat
menurunkan tekanan penggembalaan yang berlebih. Hal yang sama dilaporkan oleh Tilman
et al., (1990) bahwa tekanan penggembalaan akan semakin berkurang karena ternak akan
digembalakan secara berpindah dari satu petakan ke petakan lain. Dengan menggunakan
sistem ini pula maka setiap ternak akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk
mendapatkan kandungan nutrisi dari rumput dan leguminosa yang diintroduksi dalam kebun
tersebut. Selain itu, sistem ini mengandalkan regrowth dari tanaman yang akan ditanam.
Regrowth memiliki keunggulan yakni dapat meningkatkan rasio batang dan daun tergantung
dari umur pemotongan atau defoliasi (Reksohadiprodjo, 1985). Selain itu perlakuan
pemotongan, dalam hal ini maka perenggutan oleh ternak, dapat meningkatkan bobot batang
tanaman (Setyati, 1979).
Penanaman rumput dan leguminosa yang dilakukan dalam desain kebun ini adalah
dengan jarak tanam 20 cm antar tiap tanaman. Penanaman dilakukan dengan menggunakan
anakan. Penanaman antara rumput dan legum dengan ratio 2:1, yakni dua baris rumput dan
1 baris legum. Desain perkebunan ini direncanakan akan diairi dengan air dari sumur bor
agar perkebunan pakan ini dapat bertahan selama musim kemarau. Sistem perairan
menggunakan pipa besi dengan desain lubang disepanjang pembatas paddock, yang
perairannya akan saling bertemu di titik tengah setiap paddock.
Diluar dari paddock tersebut akan ditanami lamtoro sepanjang pagar untuk
memenuhi kebutuhan ternak akan protein.
Ternak yang akan digembalakan dalam kebun hijauan ini adalah sapi. Parakkasi
(1999) melaporkan bahwa konsumsi bahan kering satu ekor sapi per hari sebesar 3% dari
bobot badan. Dengan asumsi berat badan sapi dewasa 300 kg maka konsumsi setiap hari
dari sapi tersebut adalah 3/100 x 300 = 9 kg BK/hari/ternak. Berdasarkan jumlah
konsumsi BK tersebut maka dapat diperhitungkan bahwa kebutuhan hijauan segar
sebesar :
Maka perhitungan untuk satu tahun kebutuhan rumput ternak sapi adalah sebesar :
18 kg x 365 = 6.570 atau 6,57 ton/tahun atau 3.285 kg atau 3,3 ton BK/tahun/ekor
Daya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan padang
penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah
ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan
untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994).
Dengan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam satu hektar kebun
yang direncanakan belum bisa memenuhi kebutuhan ternak itu sendiri, karena dalam satu hektar
tersebut ditanam bukan hanya rumput B. humidicola, melainkan dicampur dengan legum rambat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam menunjang
produktifitas ternak ruminansia hijauan mempunyai peranan yang sangat besar. Namun
berdasarkan kondisi padang penggembalaan alam di NTT, maka dinilai perlu untuk
membuat kebun penyedia hijauan bagi ternak ruminansia. Hijauan yang digunakan dalam
kebun hijauan ini adalah rumput Brachiaria humidicola (Rendle) Schweick , Clitoria
ternatea, dan Leucaena leucocephala.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, S. 2009. Introduksi Rumput dan Leguminosa Untuk Pakan Ternak Pada Berbagai Tipe
Tanah. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan, 13 (3): 54-61.
Gomez, S.M. and A.Kalamani. 2003. Butterfly Pea (Clitoriaternatea): A Nutritive Multipurpose
Forage Legume for the Trofics – An Overview. Pakistan Juornal of Nutrition, 2 (6):
374-379
Jelantik, I. G. N., T.T. Nikolaus, dan Cardial L. O. Leo Penu. 2019. Memanfaatkan Padang
Penggembalaan Alam untuk Meningkatkan Populasi dan Produktivitas Ternak Sapi di
Daerah Lahan Kering. Myria Publisher, Sidoharjo Jawa Timur .
Manu, A. E. 2013. Produktivitas Padang Penggembalaan Sabana Timor Barat. Jurnal Pastura
Volume 3 Nomor 1, Pp 25-29.
Moran JB (1985) Comparative performance of five genotypes of Indonesian large ruminants. I.
Effect of dietary quality on liveweight and feed utilization. Australian Journal of
Agricultural Research 36, 743–752. doi:10.1071/AR9850743
Nulik J. 2009. Kacang kupu (Clitoria ternatea) leguminosa herba alternatif untuk sistem
usahatani intergrasi sapi dan jagung di Pulau Timor. Wartazoa 19(1): 43-51
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan Pertama Penerbit UP.
Jakarta
Poppi DP, Budisantoso E, Dahlanuddin, Marsetyo, Pamungkas D, Panjaitan T, Priyanti A,
McLennan SR, Quigley SP (2009) ‘Final report: strategies to increase weaned Bali calves
(Project: LPS/2004/ 023).’ (Australian Centre for International Agricultural Research:
Canberra)
Putri dan Devy Rahmawati. 2012. Kandungan Bahan kering, serat kasar dan protein Kasar Pada
daun Lamtoro (Leucaena glauca) Yang diFermentasi dengan Probiotik Sebagai Bahan
Pakan Ikan.Jurnal Ilmiah Perikanan dan kelautan Vol. 4 No. 2
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian
Penerbitan Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada.
Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan I. Penebar Swadaya,
Jakarta.