Anda di halaman 1dari 4

Morfologi, Habitat, Penyebaran, Dan Potensi dari Genus Equisetum

Deisy Fitriana Maunu


Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Gorontalo
*Email: deisymaunu6812@gmail.com

ABSTRACT
This writing aims to determine the morphology, habitat, distribution, and
potential of the genus Equisetum. Equisetum class has roots that come out of the
stolon, root diameter of about 3-6mm, has an upright trunk, a maximum of 1.5 m
high with a diameter of 5 mm, the stems have joints which are actually intercalar
meristems. The wet terrestrial habitat is also favored by Equisetum sp. This
species has the greatest tolerance in Papuasia and is relatively dominant among
other plants. In the plant stem Equisetum debile has the ability to scavenge free
radicals.

Keywords : Ferns, Equisetum, Equisetum debile.

ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui morfologi, habitat, penyebaran, dan
potensi dari genus Equisetum. Kelas Equisetum memiliki akar yang keluar dari
stolon, iameter akar sekitar 3-6mm, memiliki batang yang tegak, maksimal
setinggi 1,5 m dengan diameter 5 mm, batangnya memiliki sendi-sendi yang
sebenarnya merupakan meristem interkalar. Habitat terestrial yang basah juga
disenangi oleh Equisetum sp. Spesies ini memiliki toleransi terbesar di Papuasia
dan relatif dominan diantara tanaman lainnya. Pada batang tanaman Equisetum
debile memiliki kemampuan menangkap radikal bebas.

Kata Kunci : Tumbuhan Paku, Equisetum, Equisetum debile.


PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki keanearagaman
hayati tinggi, serta sangat kaya akan jenis tumbuhan. Semua suku utama
tumbuhan yang hidup di bumi dapat ditemukan di Indonesia, termasuk tumbuhan
paku (Pteridophyta). Menurut Leksono (2011) Indonesia berada pada peringkat
ketiga untuk kekayaan jenis tumbuhan (37.000 jenis) yaitu dari seluruh spesies
yang di temukan di muka bumi. Menurut Stern (1992) dan Tjitrosoepomo (1994)
tumbuhan paku diklasifikasikan berdasarkan perbedaan morfologi tumbuh.
Berdasarkan hal tersebut, tumbuhan paku dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
Psilophyta (paku purba, paku ekor kuda, dan paku telanjang), Lycophyta (paku
kawat/paku rambat), Equisetophyta dan Filicinae (paku sejati). Keanekaragaman
jenis ini menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada mahluk hidup antar jenis
(interspesies) dalam satu marga.
Kalangan taksonomi masih memperdebatkan apakah kelompok ekor kuda
merupakan divisio tersendiri, sebagai Equisetophyta (atau Sphenophyta), atau
suatu kelas dari Pteridophyta, sebagai Equisetopsida (atau Sphenopsida). Hasil
analisis molekular menunjukkan kedekatan hubungan dengan Marattiopsida
(Smith, 2006). Paku ekor kuda merupakan tumbuhan dengan genus tunggal, yaitu
Equisetum. Genus ini hanya memuat kira-kira 25 spesies, sebagian hidup di darat
dan sebagian hidup di rawa-rawa (Adwinta, 2012). Tanaman perennial ini
memiliki nama daerah yaitu rumput betung, ekor kuda, pipa kuda atau rumput
ular. Ada beberapa anggota keluarga ini yang asli di barat daya. Anggota dari
family Equisetaceae adalah tanaman pre-historik, 7 merupakan tumbuhan paku
yang memiliki informasi tentang bagaimana dan mengapa mereka bisa hidup
sekian lama. Tanaman ini tersebar oleh spora yang berada di suatu lokasi dan
memiliki suatu sistem percabangan rizoma yang luas yang tertanam sangat dalam
di tanah (Anonim, 2007).
METODE PENULISAN
Dalam pembuatan Narrative Review ini, penulis dibantu dengan
menggunakan laptop dan juga beerapa literatur berupa jurnal-jurnal yang
ebrkaitan dengan Phylum Equisetophyta. Penulisan ini dilakukan pada tanggal 26
Oktober 2020 bertempat di Desa Iloheluma, Kec. Boliyohuto, Kab. Gorontalo.
Dan dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode dengan mengumpulkan
beberapa literatur jurnal sebagai acuan pembuatan Narrative Review ini.

HASIL DAN PEMBAHAN


Menurut Literatur, Equisetum merupakan tanaman terestrial. Tumbuhan ini
memiliki batang beruas dan berongga untuk adaptasinya. Memiliki akar yang
keluar dari stolon. Diameter akar sekitar 3-6mm. Equisetum memiliki batang yang
tegak, maksimal setinggi 1,5 m dengan diameter 5 mm. Batangnya memiliki
sendi-sendi yang sebenarnya merupakan meristem interkalar. Pada tiap sendinya
terdapat 20-21 mikrofil yang mengelilinginya. Daun-daun tersebut sangat kecil
ukurannya karena tereduksi. Sporanginya membentuk strobillus pada batang
induk dan cabang utama. Ukuran strobillus bisa mencapai panjang 18 mm dan
lebar 5 mm. Masing-masing sporangiophore mengandung 6-9 sporangia. Spora
Equisetum berbentuk bulat atau spheroidal (Holtum, 1966). Spora pada
Equisetumm debile berbentuk kecil dan bergerombol sehingga mudah menyebar
dan pergiliran keturunannya berlangsung cepat. Hal ini sesuai dengan teori
Indrawan (1978) di dalam Lubis (2009) menjelaskan bahwa tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai adaptasi tinggilah yang bisa hidup bahkan mendominasi di suatu
daerah. Selain itu dipengaruhi pula oleh pertumbuhan dari bibit atau kecambah
dari suatu jenis.
Habitat terestrial yang basah juga disenangi oleh Equisetum sp. Pada sebuah
lokasi penelitian, Equisetum sp. ditemukan dengan kondisi sangat melimpah di
area jalan setapak, khususnya di dekat aliran air yang terkena sinar matahari
secara langsung. Menurut Libing (2013), Equisetum tumbuh terestrial, perairan,
atau di perairan dangkal.
Salah satu spesies tumbuhan paku yang banyak tumbuh dan tersebar di
seluruh wilayah Indonesia adalah Equisetum debile L. Spesies ini tersebar luas
dari Afrika, Asia, Jepang melalui selatan Filipina, Indonesia, daratan Guinea Baru,
Kepulauan Bismarck, Kepulauan Solomon, ke arah timur menuju Kaledonia Baru
dan Fiji. Spesies ini memiliki toleransi terbesar di Papuasia dan relatif dominan
diantara tanaman lainnya (Croft, 1985).
Equisetum digunakan sebagai bahan pembersih. Selain itu Sarkar (2012),
menemukan kemampuan ekstrak dari batang tanaman Equisetum debile sebagai
senyawa sitotoksik, antimikroba, dan antioksidan penangkap radikal bebas. Hasil
pengujian aktivitas antioksidan dengan uji DPPH menunjukkan bahwa ekstrak
batang tanaman Equisetum debile memiliki kemampuan menangkap radikal bebas
yaitu IC50 24.8 μg/mL. Ekstrak methanol dari Equisetum debile (50 sampai 1.000
µg/ml) juga menunjukkan ativitas antioksidan dengan dosis tertentu ketika
dibandingkan dengan antioksidan standar yaitu asam askorbat (Khan, dkk. 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Sulastri, dkk. 2019. Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Kawasan Wisata Alam


Candi Muncar Wonogiri Sebagai Bahan Penyusun Modul Pembelajaran.
Jurnal Pembelajaran Biologi. p-ISSN: 2623 – 2243, e-ISSN: 2623 – 1476.
Relita, dkk. 2017. Identifikasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Kawasan Air
Terjun Kapas Biru Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang Serta
Pemanfaatannya Sebagai Booklet. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 6 (3).
Ibrahim, dkk. 2018. Inventarisasi Tumbuhan Paku di Jalur Ciwalen Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Biologi. p-
ISSN: 2302-1616, e-ISSN: 2580-2909. Vol. 6 (1) : 43-51.
Riana, dkk. 2017. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tumbuhan Paku Ekor Kuda
(Equisetum debile L.) Terhadap Peroksidasi Lipid Plasma Darah Mencit
(Mus muculus). Jurnal Ilmiah Biologi. ISSN: 2302-5697.
Imban, dkk. 2018. Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan di Kawasan IUPHHK-
HTI PT. Bhatara Alam Lestari Kabupaten Mempawah. Jurnal Hutan
Lestari. Vol. (3) : 510-518.

Anda mungkin juga menyukai