Anda di halaman 1dari 35

MEKANISME PENGAWASAN DAN

PENGELOLAAN BOP KUA

Nur Afwa Sofia


Kasubdit Bina Kelembagaan KUA

Bali, 5 Agustus 2019


ISU UTAMA PEMBERDAYAAN
KUA
Pemenuhan BOP
Pemerataan SDM
Standar Layanan
Pemenuhan sapras
TUJUAN PENYALURAN BOP
 Meningkatkan layanan prima dan
bimbingan yang optimal kepada
masyarakat.
 Membantu biaya operasional Kantor Urusan
Agama Kecamatan yang tepat guna, tepat
jumlah, tepat sasaran, tepat waktu, efektif,
efisiensi, transparan dan akuntabel sesuai
dengan penggunaan dan kebutuhan Kantor
Urusan Agama Kecamatan.
KRITERIA ALOKASI BOP
BOP disesuaikan dengan tipologi
KUA
BOP disalurkan secara Non Tunai
Anggaran BOP disesuaikan dengan
peningkatan standard layanan KUA
KONDISI BOP SAAT INI
 Belum mencerminkan kebutuhan ideal
operasional KUA
 Belum didesain untuk menunjang tugas KUA
sesuai PMA 34
 Penggunaan dana BOP KUA Kecamatan tidak
sesuai dengan kebutuhan karena semua di
kelola oleh Kankemenag.
 Kepala KUA belum membuat perencanaan
penggunaan dana BOP selama satu tahun.
 Mekanisme pencairan masih terjadi
kebocoran
IDEALITAS BOP KUA
 Besaran dana BOP berdasarkan real kebutuhan
KUA
 Mendukung 9 tugas KUA

 Penyaluran dana BOP berdasarkan usulan dari


Kepala KUA Kecamatan
 Dikelola secara transparan dan akuntabel

 Berorientasi pada Non Tunai


BESARAN ALOKASI BOP
KUA
 Pengalokasian besaran BOP KUA
Kecamatan berdasarkan Tipologi
sebagai berikut :
 Tipologi A :
60.000.000/tahun
 Tipologi B :
48.000.000/tahun
 Tipologi C/D1 :
40.800.000/tahun
PENGELOLA BOP
 Pengelola BOP KUA Kecamatan adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada KUA
Kecamatan yang diangkat oleh Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota atas
usul Kepala KUA;
 Dalam hal pada KUA hanya terdapat satu
orang PNS, maka Kepala KUA dapat ditunjuk
menjadi pengelola BOP KUA Kecamatan;
 Dalam melaksanakan tugasnya, pengelola
dana BOP KUA Kecamatan bertanggungjawab
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
PERUNTUKAN BOP KUA
A. Kebutuhan Primer
1. ATK, jamuan tamu, internet, dan keperluan sehari-hari
perkantoran (521111)
2. Belanja bahan (Rapat/Sosialisasi) (521211)
3. Belanja Listrik (522111)
4. Belanja Telepon (522112)
5. Belanja Air (522113)
6. Belanja Sewa (522141)
B. Kebutuhan Sekunder
1. Belanja Perjalanan Dinas Biasa (524111)
2. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
3. Belanja Pemeliharaan Peralatan Mesin (523121)
4. Belanja Pemeliharaan Gedung (523111)
C. Belanja Tersier
1. Belanja Operasional Perkantoran (Pramubakti)
PRAMUBAKTI
 Pramubakti diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota atas usul Kepala KUA;
 KUA Kecamatan yang dapat menggunakan tenaga Pramubakti
adalah KUA kecamatan yang karena alasan tertentu membutuhkan
Pramubakti;
 Tenaga Pramubakti memiliki tanggungjawab memberikan layanan
KUA Kecamatan dalam rangka kelancaraan pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab jabatan;
 Masa kerja pramubakti satu tahun anggaran dan dapat
diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan
SK Kankemenag Kab/Kota.
 Besaran honor ditentukan oleh kemampuan anggaran masing-
masing daerah.
 Alokasi pembayaran honor Pramubakti dilakukan setelah
kebutuhan utama (listrik, air, telpon, ATK, jaringan internet,
pemeliharaan peralatan dan mesin) terpenuhi.
PEMBUATAN REKENING
 Pengelola BOP kecamatan membuat rekening atas
nama pengelola BOP Kecamatan.
 Dalam membuka rekening (biasa atau giro) tidak
perlu mengajukan permohonan izin pembukaan
rekening ke Ditjen Perbendaharaan (DJPB)
 Pembuatan rekening berdasarkan Surat Keputusan
(SK) dari Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota
 Rekening pengelola BOP dibuat pada bank yang sama
dan telah membuat nota kesepahaman dgn Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
MEKANISME PEMBAYARAN
BOP
Kepala KUA Kecamatan bertugas:
1. Menyusun rencana anggaran BOP dalam satu tahun anggaran
2. Kepala KUA menyampaikan rencana anggaran ke PPK
3. PPK menyeleksi, memverifikasi penggunaan BOP
4. Dokumen rencana pengguna anggaran BOP KUA Kecamatan dalam satu
tahun merupakan dokumen pendukung untuk usulan pencairan BOP KUA
Kecmatan pada bulan pertama tahun anggaran
5. Pengelola BOP mengajukan usulan pencairan BOP setiap bulan ke PPK
(rencana pelaksana, rincian kebutuhan dana, surat pernyataan)
6. PPK melakukan verifikasi atas usulan pencairan BOP KUA Kecamatan
7. Mekanisme pencairan BOP dengan cara uang muka kerja LS dan UP
8. Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran atas UP berupa uang muka
berdasarkan surat perintah bayar (SPBy) disetujui dan ditandatangai oleh
PPK
9. Bendahara pengeluaran melakukan pengujian ketersediaan dana
MEKANISME PEMBAYARAN

•Digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional


sehari-hari satker atau pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin melalui mekanisme LS
•Besaran UP disesuaikan dengan rencana kebutuhan
Uang operasional satker dalam satu bulan dengan maksimum
besaran sesuai ketentuan
•Apabila terdapat kegiatan mendesak dan tidak dapat
Persediaan ditunda, dan dana UP kurang bisa meminta Tambahan UP ke
KPPN
•Belum membebani anggaran dan bersifat revolving
•Ditujukan kepada Bendahara Pengeluaran

•Pengeluaran yang ditujukan kepada Bendahara Pengeluaran


/ Penerima Hak (Pihak Ketiga) atas dasar kontrak kerja,
surat keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja
Pembayaran lainnya
•Sifatnya sudah pasti ,siapa yang menerima, berapa jumlah
yang dibayarkan

Langsung •Contoh : Gaji,Uang Makan, Honorarium, Pengadaan Aset


oleh Penyedia Barang/Jasa
•Sudah membebani anggaran
Pembayaran Tagihan melalui UP

Pihak Ketiga/ Bendahara


No Uraian Penerima Uang PPK Pengeluaran/
Muka Kerja BPP

1 a. Pihak ketiga mengajukan Tagihan


tagihan disertai bukti Pihak
pendukung; atau Ketiga /
b. Penerima Uang Muka Kerja Uang Muka
mengajukan permintaan Uang Kerja
Muka Kerja disertai bukti
pendukung.

2 PPK menguji tagihan atas


UP,apabila memenuhi syarat
Uji
maka diterbitkan Surat Perintah
Bayar (SPBy);
3 SPBy beserta bukti pendukung SPBy dan
disampaikan kepada Bendahara Bukti
Pengeluaran/BPP; Pendukung

Uji
3 Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pengujian;
Bayar
4 Setelah memenuhi syarat SPBy
dibayar oleh Bendahara
Mekanisme GUP
Bendahara
No Uraian PPSPM PPK Pengeluaran/
BPP
1 PPK menyampaikan SPBy dan
pertanggungjawaban UM kerja berupa Bukti
SPBy dilampiri bukti pengeluaran Pengeluaran

2 Bendahara Pengeluaran Bukti


menyampaikan bukti pengeluran Pengeluaran
kepada PPK
3 Atas dasar bukti pengeluaran
tersebut, PPK melakukan pengujian
apabila memenuhi syarat Uji
menerbitkan SPP-GUP.
3 SPP-GUP beserta bukti pendukung SPP-GUP &
Bukti
disampaikan kepada PPSPM Pendukung

4 PPSPM melakukan pengujian SPP-


GUP dan bukti pendukung Uji

5 Dalam hal SPP-GUP dan bukti


Pendukuing memenuhi syarat, SPM-GUP
PPSPM menerbitkan SPM-GUP
Penyelesaian Tagihan Melalui Mekanisme Pembayaran LS

No Uraian Penyedia PPK PPSPM


Barang/Jasa

1 Mengajukan tagihan atas Kontrak/Bu


penyelesaian Pekerjaan, kti
disertai dengan bukti Pendukung
pendukung
2 PPK melakukan pengujian
dan penelitian materil dan Uji
formal tagihan.
3 Dalam hal tagihan SPP/Bukti
memenuhi syarat, PPK Pendukun
g
menerbitkan SPP

4 PPSPM melakukan Uji


pengujian SPP dan bukti
pendukung
SPM
5 Dalam hal SPP dan bukti
Pendukuing memenuhi
syarat, PPK menerbitkan
SPM
BIAYA OPERASIONAL KUA
1. Langganan Internet, Honor Pramubakti, ATK
2. Rapat Rapat dan Jamuan Tamu
3. Daya Listrik, Telepon, Daya Air
4. Sewa Gedung
5. Pemeliharaan Gedung, Peralatan dan Mesin
6. Perjadin Lokal
7. Perjadin Biasa
8. Operasional Lainnya

Langganan Internet; Honor Pramubakti; Daya


LS Listrik, Telepon, Daya Air; Sewa Gedung Perjadin
Lokal

ATK; Rapat dan Jamuan Tamu; Pemeliharaan


UP Gedung; Pemeliharaan Peralatan dan Mesin;
Operasional Lainnya
SKEMA PENCAIRAN DANA MENURUT KEPDIRJEN BIMAS ISLAM

KUA
Mengirimkan Rencana
Kegiatan dalam Satu bulan
kedepan
Transfer ke
Rek.BOP KUA
atau transfer ke
pihak ketiga

KEUANGAN PPK
Menerima Rekap sebagai Merekap Rencana dari tiapa-
dasar pembayaran tiap KUA
JUMLAH KUA PER PROVINSI
TIPOLOGI
NO PROVINSI
A B C D1 D2 Jlh

1 ACEH 0 0 190 74 11 275

2 BALI 0 0 35 0 0 35

3 BANTEN 7 51 96 0 0 154

4 BENGKULU 0 0 37 88 1 126

5 D.I. YOGYAKARTA 0 3 74 0 0 77

6 DKI JAKARTA 24 12 6 0 2 44

7 GORONTALO 0 0 62 5 0 67

8 JAMBI 0 4 120 7 1 132

9 JAWA BARAT 47 229 350 0 0 626

10 JAWA TENGAH 15 140 424 1 2 582

11 JAWA TIMUR 9 172 469 0 11 661

12 KALIMANTAN BARAT 1 4 81 58 17 161

13 KALIMANTAN SELATAN 0 7 111 33 0 151


JUMLAH KUA PER PROVINSI
TIPOLOGI
NO PROVINSI
A B C D1 D2 Jlh

14 KALIMANTAN TENGAH 0 4 71 42 0 117

15 KALIMANTAN TIMUR 1 10 55 24 2 92

16 KALIMANTAN UTARA 0 1 16 12 1 30

17 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 0 1 43 0 2 46

18 KEPULAUAN RIAU 0 4 10 0 52 66

19 LAMPUNG 1 14 194 16 0 225

20 MALUKU 0 1 54 11 12 78

21 MALUKU UTARA 0 2 55 24 0 81

22 NUSA TENGGARA BARAT 9 30 46 30 1 116

23 NUSA TENGGARA TIMUR 2 0 17 83 1 103

24 PAPUA 0 0 8 20 0 28

25 PAPUA BARAT 0 1 8 12 32 53

26 RIAU 1 8 146 0 8 163


JUMLAH KUA PER PROVINSI

TIPOLOGI
NO PROVINSI
A B C D1 D2 Jlh

27 SULAWESI BARAT 0 0 37 25 1 63

28 SULAWESI SELATAN 1 9 167 91 13 281

29 SULAWESI TENGAH 0 4 80 32 9 125

30 SULAWESI TENGGARA 0 1 165 15 10 191

32 SULAWESI UTARA 0 0 64 1 10 75

33 SUMATERA BARAT 1 4 134 29 5 173

34 SUMATERA SELATAN 1 15 177 39 0 232

35 SUMATERA UTARA 5 21 290 31 5 352

TOTAL 125 752 3892 803 209 5781


MEKANISME PENGELOLAAN BOP
KUA
KUA SEKSI BIMAS

RENCANA REKAP 1. PENYEDIAAN UP


RENCANA
KEBUTUHAN 2. MONITORING DAN
KEBUTUHAN
BOP KUA BOP KUA EVALUASI
SETAHUN SETAHUN 3.

Januari

Februari

Maret

April
RENCANA
KEBUTUHAN Mei
BOP KUA
PERBULAN Juni REKAP
RENCANA PROSES
Juli KEBUTUHAN PENGAJUAN
BOP KUA PENCAIRAN
Agustus PERBULAN ANGGARAN
BOP KUA
September

Oktober

Nopember

Desember
JUMLAH BIAYA OPERASIONAL KUA
PER PROVINSI

TIPOLOGI
NO PROVINSI
A B C D1 D2 Jumlah

1 ACEH 0 0 7.752.000.000 3.019.200.000 462.000.000 11.233.200.000

2 BALI 0 0 1.428.000.000 0 0 1.482.000.000

3 BANTEN 420.000.000 2.448.000.000 3.916.800.000 0 0 6.784.800.000

4 BENGKULU 0 0 1.509.600.000 3.590.400.000 42.000.000 5.142.000.000

5 D.I. YOGYAKARTA 0 144.000.000 3.019.200.000 0 0 3.163.200.000

6 DKI JAKARTA 1.440.000.000 576.000.000 244.800.000 0 84.000.000 2.344.800.000

7 GORONTALO 0 0 2.529.600.000 204.000.000 0 2.733.600.000

8 JAMBI 0 192.000.000 4.896.000.000 285.600.000 42.000.000 5.415.600.000

9 JAWA BARAT 2.820.000.000 10.992.000.000 14.280.000.000 0 0 28.092.000.000

10 JAWA TENGAH 900.000.000 6.720.000.000 17.299.200.000 40.800.000 84.000.000 25.044.000.000

11 JAWA TIMUR 540.000.000 8.256.000.000 19.135.200.000 0 462.000.000 28.393.200.000

12 KALIMANTAN BARAT 60.000.000 192.000.000 3.304.800.000 2.366.400.000 714.000.000 6.637.200.000

13 KALIMANTAN SELATAN 0 336.000.000 4.528.800.000 1.346.400.000 0 6.211.200.000


JUMLAH BIAYA OPERASIONAL KUA PER
PROVINSI

TIPOLOGI
NO PROVINSI
A B C D1 D2 Jumlah

14 KALIMANTAN TENGAH 0 192.000.000 2.896.800.000 3.019.200.000 0 4.802.400.000

15 KALIMANTAN TIMUR 60.000.000 480.000.000 2.244.000.000 0 84.000.000 3.847.200.000

16 KALIMANTAN UTARA 0 48.000.000 652.800.000 0 42.000.000 1.232.400.000

17 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 0 48.000.000 1.754.400.000 3.590.400.000 84.000.000 1.886.400.000

18 KEPULAUAN RIAU 0 192.000.000 408.000.000 0 2.184.000.000 2.784.000.000

19 LAMPUNG 60.000.000 672.000.000 7.915.200.000 0 0 9.300.000.000

20 MALUKU 0 48.000.000 2.203.200.000 204.000.000 504.000.000 3.204.000.000

21 MALUKU UTARA 0 96.000.000 2.244.000.000 285.600.000 0 3.319.200.000

22 NUSA TENGGARA BARAT 540.000.000 1.440.000.000 1.876.800.000 0 42.000.000 5.122.800.000

23 NUSA TENGGARA TIMUR 120.000.000 0 693.600.000 40.800.000 42.000.000 4.242.000.000

24 PAPUA 0 0 326.400.000 0 0 1.142.400.000

25 PAPUA BARAT 0 48.000.000 326.400.000 2.366.400.000 1.344.000.000 2.208.000.000

26 RIAU 60.000.000 384.000.000 5.956.800.000 1.346.400.000 336.000.000 6.736.800.000


JUMLAH BIAYA OPERASIONAL KUA
PER PROVINSI

TIPOLOGI
N
PROVINSI
O
A B C D1 D2 Jumlah

27 SULAWESI BARAT 0 0 1.509.600.000 1.020.000.000 42.000.000 2.571.600.000

28 SULAWESI SELATAN 60.000.000 432.000.000 6.813.600.000 3.712.800.000 546.000.000 11.564.400.000

29 SULAWESI TENGAH 0 192.000.000 3.264.000.000 1.305.600.000 378.000.000 5.139.600.000

30 SULAWESI TENGGARA 0 48.000.000 6.732.000.000 612.000.000 420.000.000 7.812.000.000

32 SULAWESI UTARA 0 0 2.611.200.000 40.800.000 420.000.000 3.072.000.000

33 SUMATERA BARAT 60.000.000 192.000.000 5.467.200.000 1.183.200.000 210.000.000 7.112.400.000

34 SUMATERA SELATAN 60.000.000 720.000.000 7.221.600.000 1.591.200.000 0 9.592.800.000

35 SUMATERA UTARA 300.000.000 1.008.000.000 11.832.000.000 1.264.800.000 210.000.000 14.614.800.000

TOTAL 7.500.000.000 36.096.000.000 158.793.600.000 32.762.400.000 8.778.000.000 243.930.000.000


PERTANGGUNGJAWABAN
 Pengelola BOP KUA Kecamatan mempertanggungjawabkan
uang muka kerja sesuai batas waktu (bukti-bukti
pertanggungjawaban).
 PPK menyampaikan pertanggungjawaban uang muka kerja
pengelola BOP berupa SPBy (bukti-bukti pengeluaran)
 Bendahara melakukan pengujian bukti-bukti pengeluaran
 Dalam hal batas waktu pertanggungjawaban penggunaan
uang muka kerja belum disampaikan, bendahara pengeluaran
membuat surat tertulis agar pengelola BOP segera
mempertanggungjawabkan
 Tembusan permintaan tertulis disampaikan kepada PPK
 Bendahara pengeluaran selajutnya menyampaikan bukti
pengeluaran kepada PPK untuk selanjutnya dibuatkan SPP-
GUP
PELAPORAN
 Pengelola BOP KUA Kecamatan wajib membukukan penerimaan
dan penggunaan ke dalam buku KAS setiap bulan;
 Transaksi dicatat secara berurutan sesuai nomor kwitansi dan
tanggal;
 Pengelolan BOP KUA Kecamatan wajib menyimpan salinan dan
menyerahkan bukti-bukti asli penerimaan dan pengeluaran BOP
KUA;
 Salinan Buku KAS dikirim ke Bendahara Pengeluaran paling lambat
tanggal 10 melalui sarana tercepat;
 Bendahara Pengeluaran pd Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota wajib membukukan seluruh transaksi pengeluaran
BOP KUA di wilayahnya.
PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN
EVALUASI
 Kepala KUA melakukan pengendalian terhadap
pengelola BOP KUA Kecamatan;
 PPK wajib melakukan evaluasi berkala terhadap
pelaksanaan BOP melalui kegiatan
supervisi/monitoring;
 KPA wajib melakukan pembinaan minimal satu kali
dalam setahun;
 Kepala Kantor Kementerian Agama u.p Kepala Bidang
Urais/Binsyar Kabupaten/Kota melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan BOP KUA Kecamatan minimal
dua kali dalam satu tahun;
 Dirjen Bimas Islam dalam Hal ini Direktur Bina KUA
melakuakn pemantauan dan evaluasi pengelolaan
HASIL AUDIT/MONEV TERHADAP
PENGGUNAAN DANA BOP KUA (1)

 Penggunaan dana BOP tidak sesuai


kebutuhan karena semua dikelola oleh
Kankemenag, sehingga KUA tidak membuat
pembukuan dana BOP KUA.
 Adanya pungutan dana BOP oleh
Kankemenag
 Kepala KUA belum membuat perencanaan
penggunaan dana BOP selama 1 tahun
 Pengelola BOP pada KUA kecamatan belum
membukukan BOP ke dalam BKU, dan
belum mendokumentasikan seluruh bukti
pengeluaran secara berurutan.
HASIL AUDIT TERHADAP KUA (2)
 Penggunaan BOP KUA lebih banyak untuk
pembayaran pramubakti (tidak mengutamakan
biaya operasional).
 Penyaluran dana BOP tidak setiap bulan
 Penyusunan anggaran/RKAKL untuk BOP KUA
belum mempertimbangkan kebutuhan riil pada
KUA yang diusulkan secara berjenjang melalui
Kantor Kemenag ke Kanwil Kemenag. Kondisi yang
terjadi di lapangan, apa yang diusulkan oleh
Kantor Kemenag belum sepenuhnya diakomodir
oleh Perencana Anggaran di Kanwil Kemenag,
sehingga kurang sesuai dengan prioritas
penggunaan BOP KUA
HASIL AUDIT TERHADAP KUA (3)

 Penggunaan akun untuk alokasi BOP Masih


menggunakan satu akun.
 Terdapat pembelian ATK dibelanjakan satu
tahun sekali.
 ATK dibelanjakan oleh Kankemenag, tidak
dibeli sendiri oleh KUA.
 Terdapat KUA yang masih menulis sendiri
nota pembelanjaan.
 Dana BOP digunakan untuk jamuan
konsumsi harian/tambahan untuk pegawai.
HASIL AUDIT TERHADAP KUA (4)

 Penyimpangan yang mengakibatkan kerugian


negara misalnya belanja fiktif, markup harga.
 Masih terdapat Kepala KUA yang belum
mengetahui adanya juklak penggunaan dana BOP
KUA
USULAN PERBAIKAN
Untuk meminimalisir penyimpangan:
1. Besaran dana BOP KUA berdasarkan riil
kebutuhan KUA (jumlah peristiwa).
2. Kepala KUA harus membuat rencana
penggunaan BOP
3. Penyaluran dana BOP berdasarkan usulan
dari Kepala KUA, dan PPK harus menguji
usulan tersebut.
4. Pembayaran/penyaluran BOP non tunai
5. Pencantuman akun pada juknis atau dibuat
SE tersendiri, supaya tidak bermasalah pada
laporan keuangannya.
6. Kankemenag Kab/Kota harus melaksanakan
tugas pengendalian dengan intensif
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai