Anda di halaman 1dari 27

CURICULUM VITAE

Nama : Ns. Dally Rahman, M.Kep, Sp.Kep.MB


NIRA : 13710254940

Riwayat Pendidikan:
1. Program Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Tahun 2015 – 2016
2. Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Tahun 2013 – 2015
3. Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Tahun 2011 – 2012
4. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Tahun
2007 – 2011

Pekerjaan:
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Bagian KMB-KGD
Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Universitas Andalas
Organisasi:
1. Tim penyusun Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Standar Luaran
Keperawatan Indonesia, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
2. Pengurus Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia Sumatera Barat
3. Pengurus PPNI Kota Padang Bidang Pendidikan dan Pelatihan

085363077788 darah89@gmail.com dallyrahman


Ns. Dally Rahman, M.Kep, Sp.KMB Kuliah Umum STIKes YARSI Bukit Tinggi

dally.rahman@nrs.unand.ac.id Sabtu, 22 Agustus 2020


Lingkup Pokok Bahasan

Basic Concept of EWS

Standard of EWS

Scoring and Algorithm of EWS


Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti materi


ini, peserta dapat
mendeteksi perburukan
kondisi pasien secara dini
dengan metode EWS
Basic Concept
and Standard of
EWS
DEFINISI
Sistem skoring menggunakan
Parameter Fisiologis untuk
mendeteksi perburukan
atau kegawatan kondisi pasien
secara dini.

1. Standarisasi teknik deteksi perburukan kondisi pasien


2. Standarisasi tingkat perburukan kondisi pasien
3. Membantu pengambilan keputusan klinis dengan
cepat dan tepat
TUJUAN EWS

Mengenali perburukan kondisi


pasien secara dini

Memberikan resusitasi dan


stabilisasi secara cepat

Membuat rumah sakit aman


dari kondisi gawat darurat

Membentuk tim gawat darurat


yang terlatih
FAKTA
• Banyak kematian di RS dapat
diprediksi dan potensial dapat
dicegah
• Perburukan kondisi klinis yang
terjadi diruang rawat didahului
dengan perburukan tanda-tanda
fisiologis 6-8 jam sebelumnya
• Perubahan TTV yang paling sering
ditemukan, namun sering kali
terlewatkan, interpretasi kurang
tepat atau manajemen yang
kurang adekuat.
muhamad.adam31@ui.ac.id
Penyebab Keterlambatan
Penanganan
The Critial Care Stakeholder Forum
(2005) mengidentifikasi beberapa
penyebab:
• Kurangnya observasi di ruang rawat
• Standar dokumentasi yang rendah
• Kurang pengetahuan tentang
kondisi kritis
• Tata laksana yang tidak optimal
pada pasien yang berisiko
Staf dilatih untuk mendeteksi
(mengenali) perubahan kondisi
pasien memburuk dan mampu
melakukan tindakan
Standar PAP (Pelayanan dan Asuhan Pasien) 3.2
Maksud dan Tujuan PAP 3.1

• Staf yang tidak bekerja di ruang kritis/intensif


mungkin tidak terlatih mengenali kondisi kritis
• Banyak pasien mengalami kondisi kritis di
ruang rawat inap
• Seringkali pasien memperlihatkan tanda
bahaya dini (seperti perubahan TTV)
• Penerapan EWS membuat staf mampu
mengidentifikasi keadaan pasien memburuk
sedini mungkin.
Elemen Penilaian PAP 3.1

• Ada regulasi pelaksanaan EWS


• Ada bukti staf dilatih menggunakan EWS
• Ada bukti staf mampu melaksanakan EWS
• Tersedia pencatatan hasil EWS
Scoring and
Algorithm of EWS
Komponen EWS

Parameter TTV

Skor EWS

Kategori EWS

Algoritma EWS
EWS Pasien Dewasa
3 2 1 0 1 2 3
Frekuensi
Napas <8 8 9-17 18-20 21-29 >30
(kali/menit)
Frekuensi
Nadi <40 40-50 51-100 101-110 111-129 >130
(kali/menit)
TD Sistolik
<70 71-80 81-100 101-159 160-199 200-220 >220
(mmHg)

Pain Verbal
Alert Gelisah Onset baru
Tingkat Tidak (Respon (Respon
(Compos atau gelisah atau
Kesadaran respon terhadap terhadap
Mentis) Bingung bingung
nyeri) suara)
Suhu 35.05- 36.05- 38.05-
<350C >38.50C
Tubuh (oC) 360C 38.0C 38.50C

Kategori Hijau Kuning Orange Merah


0-1 2-3 4-5 >6
EWS Pasien Anak
0 1 2 3
Letargik/Bingung/
Cenderung murung
Perilaku Sesuai Sensitif Penurunan respon
atau diam
terhadap nyeri
Abu-abu/Biru Abu-abu/Biru, mottled
atau atau
Pink Pucat
Kardio- CRT 4 detik CRT>5 detik
atau atau
vaskuler CRT 1-2 detik atau atau
CRT 3 detik
Takikardia ≥20 Takikardia ≥30 kali/menit
kali/menit atau Bradikardia
Frekuensi >10 Frekuensi >20 diatas Frekuensi 5
Normal tidak diatas normal atau normal dibawah/diatas normal
Respirasi
ada retraksi menggunakan otot atau atau
otot aksesoris retraksi dada grunting (mendengkur)

Kategori Nilai Normal Sesuai Usia


Frekuensi Tekanan Darah Frekuensi
Hijau Kuning Orange Merah Usia
Nadi (x/mnt) Sistolik (mmHg) Napas (x/mnt)
0-2 3 4 >5 0-3 bulan 100 -180 50 60
4-12 bulan 100 - 180 60 50
1-4 tahun 90 - 160 70 40
5-12 tahun 80 - 140 80 30
>12 tahun 60 - 130 90 30
Alur Deteksi Perburukan Kondisi Pasien

Periksa dan Catat Tanda Vital

Lakukan Skoring dengan EWS

Jumlahkan Skor dan Catat Kategori EWS

Lakukan Tatalaksana sesuai Algoritma


ALGORITMA EWS
HIJAU
• Pasien dalam kondisi stabil
• Monitor rutin

KUNING
• Pengkajian ulang dilakukan oleh Perawat Primer / PJ Shift
• Monitor setiap 2 jam

ORANGE
• Pengkajian ulang dilakukan oleh Perawat Primer / PJ Shift
• Dokter jaga melaporkan ke DPJP dan memberikan instruksi
tatalaksana. Monitor setiap 1 jam
• Pertimbangkan alih rawat ke ICU/HCU

MERAH
• Aktifkan TIM REAKSI CEPAT
• Dokter jaga dan DPJP harus harus hadir di samping pasien
• Monitor setiap 15 menit – 30 menit – 60 menit
Kendala Penerapan EWS
oKonsep “Baru” : belum dikenal
dan tidak diajarkan ketika kuliah
oZona Nyaman Perawat : resisten
terhadap perubahan: Prosedur
baru, pekerjaan tambahan

Pendekatan interpersonal
Tekankan tanggung jawab perawat
sebagai tenaga kesehatan
Bagaimana Caring
menurut Pasien IGD?
Sepuluh perilaku perawat yang
dianggap caring oleh pasien
1. Memberikan rasa nyaman/aman
2. Menjawab pertanyaan
3. Menanyakan keluhan
4. Memanggilkan keluarga
5. Memahami apa yang pasien rasakan
6. Jujur
7. Memberikan motivasi
8. Menjelaskan apa yang dilakukan
9. Bersabar dengan pasien ‘sulit’
10. Mendangarkan apa yang dikatakan
pasien

Sumber:
Morman, M. (1996). Caring behaviour in the Emergency
Department: Perception patients and nurses. Masters Theses. 278
Simulasi
Kasus
Kasus 1
Seorang laki-laki berusia 48 tahun dirawat dengan keluhan
sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan memberat sejak 6
jam yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan adanya
produksi sputum, batuk tidak efektif, frekuensi napas 30
kali/menit, frekuensi nadi 102 kali/menit, tekanan darah
130/90 mmHg, compos mentis, suhu 37,2 C.

• Apakah diagnosis keperawatan pada pasien tersebut?


• Apakah kategori dan algoritma EWS pada pasien
tersebut?
• Apakah intervensi keperawatan pada pasien tersebut?
Kasus 2
Seorang laki-laki berusia 28 tahun mengeluh nyeri
skala 7 pada dinding dada saat bernapas. Hasil
pengkajian: frekuensi napas 28 x/menit, ekspirasi
memanjang, frekuensi nadi 103 x/menit, SaO2
97%, TD 125/86 mmHg, kompos mentis, suhu 36,4
C. Pada rontgen dada tidak ada infiltrat.

•• Apakah
Apakahdiagnosis
diagnosiskeperawatan
keperawatan pada
pada pasien
pasien tersebut?
tersebut?
•• Apakahkategori
Apakah kategoridan
dan algoritma
algoritma EWS
EWS pada
pada pasien
pasien tersebut?
• tersebut?
Apakah intervensi keperawatan pada pasien tersebut?
• Apakah intervensi keperawatan pada pasien tersebut?
Kasus 3
Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat
dengan keluhan sesak napas. Hasil pengkajian:
pasien tampak gelisah, frekuensi napas 35
x/menit, SaO2 94%, terdengar ronkhi basah pada
kedua basal paru, frekuensi nadi 98 x/menit, TD
130/85 mmHg, suhu 38,7 C.

• Apakah diagnosis keperawatan pada pasien tersebut?


• Apakah kategori dan algoritma EWS pada pasien
tersebut?
• Apakah intervensi keperawatan pada pasien tersebut?
Kasus 4
Seorang laki-laki berusia 3 tahun tampak
napas tersengal-sengal. Hasil pengkajian
didapatkan cenderung diam/murung, napas
dangkal, tampak retraksi dada, sianosis,
SaO2 87%, PCO2 54%, suhu 37,6 C.

• Apakah diagnosis keperawatan pada pasien tersebut?


• Apakah kategori dan algoritma EWS pada pasien
tersebut?
• Apakah intervensi keperawatan pada pasien tersebut?

Anda mungkin juga menyukai