Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus

Otitis Eksterna Sirkumskripta auricula sinistra

Disusun Oleh:
Yogie Rinaldi
11-2016-031

Dokter Pembimbing:
Dr Irma Suryati, Sp THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 30 JULI S/D 01 SEPTEMBER 2018

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

1
STATUS PASIEN

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA, JAKARTA

Nama : Yogie Rinaldi Tanda Tangan:

Nim : 11-2016-031

Dr Pembimbing / Penguji : dr. Irma Suryati, Sp THT-KL Tanda Tangan:

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny F Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 51 Tahun Kebangsaan : Indonesia

Status Perkawinan : Menikah Agama : Muslim

Pekerjaan : ibu rumah tangga Pendidikan : SMA Tamat

Alamat : Kali Baru Tanggal anamnesis : 12/08/2018

ANAMNESIS

Diambil dari : Autoamnesis

Tanggal : 12-08-2018 Jam :10.00 WIB

Keluhan utama :

Nyeri pada telinga sebelah kiri

2
Riwayat perjalanan penyakit (RPS):

Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Koja dengan keluhan nyeri pada telinga kirinya sejak
1 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien merasa gatal dan mengkorek telinga kanan
menggunakan tangan dan tusuk gigi. Sekitar dua minggu sebelum keluhan ini muncul, pasien
mengatakan bahwa dia tertimpa tong sampah dan kotoran sampah sebagian masuk ke dalam
telinga. Pasien tidak langsung membersihkan telinga tersebut. 3 hari setelah di korek pasien
merasa liang telinganya bengkak dan terasa sakit. Sakit dirasakan sepanjang hari hingga
mengganggu konsentrasi. Sakit makin terasa saat telinganya dipegang dan saat mengunyah

Pasien juga mengatakan sedikit mengalami penurunan pendengaran pada telinga kanan
namun tidak terlalu mengganggu. Tidak ada keluhan batuk, pilek, panas badan maupun nyeri
menelan pada pasien. Riwayat atopi disangkal, riwayat alergi pada obat tertentu disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

Riwayat alergi : Tidak ada


Riwayat trauma : Tidak ada
Riwayat penyakit : hipertensi (-), DM (-), kolesterol (-) asma (-), TBC (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tekanan Darah : 118/55 mmHg
Denyut Nadi : 84x/menit

Telinga

KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Bat ear (-), fistula (-), mikrotia Bat ear (-), fistula (-), mikrotia
(-), atresia (-) (-), atresia (-)
Radang, tumor Hiperemis (-), nyeri (-), Hiperemis (-), nyeri (-),
hipertermi (-), oedema (-), hipertermi (-), oedema (-),

3
massa (-) massa (-)
Nyeri tekan tragus Tidak Ada Ada
Penarikan daun telinga Nyeri tarik daun telinga (-) Nyeri tarik daun telinga (-)
Kelainan pre, infra, Fistula (-), Abses (-) Fistula (-), Abses (-)
retroaurikuler Hiperemis (-), Massa (-) Hiperemis (-), Massa (-)
Nyeri tekan (-), Oedema (-) Nyeri tekan (-), Oedema (-)
Region Mastoid Abses (-), Hiperemis (-), Abses (-), Hiperemis (-),
Massa (-), Nyeri tekan (-), Massa (-), Nyeri tekan (-),
Nyeri Ketuk (-), Oedema (-) Nyeri Ketuk (-), Oedema (-)
Liang telinga Lapang, furunkel (-), jaringan Sempit, furunkel (+), jaringan
granulasi (-), serumen (+), granulasi (-), serumen (-),
sekret (-), darah (-), hiperemis sekret (-), darah (-), hiperemis
(-), edema (-) (+), edema (+)
Membran timpani Utuh, Intak warna abu Sulit dinilai
mengkilap, refleks cahaya (+)
arah jam 5, hiperemis (-),
bulging (-) perforasi (-)

Tes Penala

KANAN KIRI
Rinne Tidak dilakukan Tidak Dilakukan
Weber Tidak Dilakukan
Schwabach Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Hidung

KANAN KIRI
Bentuk Normal, deformitas (-)
Tanda peradangan Hiperemis (-), oedema (-), Nyeri tekan (-), massa (-)
Sinus frontalis Hiperemis (-), Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-)
(Nyeri tekan dan ketuk)
Sinus maksilaris Hiperemis (-), Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-)
(Nyeri tekan dan ketuk)
Vestibulum Tampak bulu hidung Tampak bulu hidung

4
Sekret(-) Sekret (-)
Furunkel (-) Furunkel (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Cavum nasi Lapang Lapang
Sekret (-) Sekret (-)
Konka inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Konka medius Tidak tampak Tidak tampak
Sulit dinilai Sulit dinilai
Meatus nasi medius Tidak tampak Tidak tampak
Sulit dinilai Sulit dinilai
Sinus frontalis Tidak ada Tidak ada
(nyeri tekan + nyeri ketuk)
Sinus maksilaris Tidak ada Tidak ada
( nyeri tekan + nyeri ketuk)
Septum nasi Simetris , tidak ada deviasi Simetris, tidak ada deviasi

Rhinopharynx

 Koana : Tidak Dilakukan


 Septum nasi posterior : Tidak Dilakukan
 Muara tuba eustachius : Tidak Dilakukan
 Tuba eustachius : Tidak Dilakukan
 Torus tubarius : Tidak Dilakukan
 Post nasal drip : Tidak Dilakukan

Tenggorok

Faring
 Dinding faring : Hiperemis (-), mukosa rata, granul (-), post nasal drip (-), lendir
mukoid (-)

5
 Arcus : Hiperemis (-), simetris
 Tonsil : T1-T1 , tenang, hiperemis (-), kripta (-), detritus (-)
 Uvula : Bentuk normal, di garis median, hiperemis (-)
 Gigi : gigi berlubang (-), karies (-)

Laring
 Epiglotis : tidak dilakukan
 Plica aryepiglotis : tidak dilakukan
 Arytenoids : tidak dilakukan
 Ventricular band : tidak dilakukan
 Pita suara : tidak dilakukan
 Rima glotis : tidak dilakukan
 Sinus piriformis : tidak dilakukan
 Kelenjar limfe submandibula dan cervical : tidak dilakukan

RESUME

Anamnesis

Seorang wanita usia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri pada telinga kirinya sejak 1
minggu yang lalu. Sebelumnya pasien merasa gatal dan mengkorek telinga kanan
menggunakan tangan dan tusuk gigi. Sekitar dua minggu sebelum keluhan ini muncul, pasien
mengatakan bahwa dia tertimpa tong sampah dan kotoran sampah sebagian masuk ke dalam
telinga. Pasien tidak langsung membersihkan telinga tersebut. 3 hari setelah di korek pasien
merasa liang telinganya bengkak dan terasa sakit. Sakit dirasakan sepanjang hari hingga
mengganggu konsentrasi. Sakit makin terasa saat telinganya dipegang dan saat mengunyah

Pasien juga mengatakan sedikit mengalami penurunan pendengaran pada telinga kanan
namun tidak terlalu mengganggu. Tidak ada keluhan batuk, pilek, panas badan maupun nyeri
menelan pada pasien. Riwayat atopi disangkal, riwayat alergi pada obat tertentu disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan dan kesadaran kompos mentis.
Pada membran timpani sulit dinilai. Pemeriksaan pada liang telinga didapatkan liang telinga
sempit, dan terdapat furunkel di 1/3 luar liang telinga dan didapatkan nyeri tekan tragus.

6
WORKING DIAGNOSIS

Otitis Eksterna Sirkumskripta auricular sinistra

Dasar diagnosis:
Anamnesis :
 Rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besarnya bisul
 Nyeri timbul saat tragus ditekan

Pemeriksaan Fisik :

 membran timpani pada telinga kiri sulit dinilai


 Nyeri tekan tragus pada telinga sebelah kiri
 Tampak adanya furunkel di 1/3 luar liang telinga kiri, hiperemis (+)

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

 Otitis Eksterna Difus aurikula sinistra


 Otomikosis

PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia Ad Bonam


Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA

 Antibiotik topical: Chloramphenicol salep (2-3x/ hari)


 Ibuprofen 3x200mg

NON – MEDIKAMENTOSA

 Pasien sebaiknya menjaga kebersihan telinga untuk mencegah terjadinya


kekambuhan.
 Pasien diberitahu untuk tidak mengulangi kebiasaannya yang sering mengorek
telinga.

7
 Antibiotik harus diminum sampai habis selama 7 hari.

Tinjauan pustaka

ANATOMI

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga

dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke

struktur-struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan

liang telinga sampai membrane timpani. Di dalam telinga tengah terdapat tiga tulang

pendengaran yaitu maleus, inkus, stapes. Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua

setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.1,2

Gambar 1. Anatomi telinga1

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berleku-lekuk dan dibungkus

oleh kulit tipis. Lekukan-lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks, tragus, antitragus, fossa

skafoidea, fossa triangularis, konkha dan lobulus. Permukaan lateral daun telinga mempunyai

tonjolan dan daerah yang datar. Tapi daun telinga yang melengkung disebut tuberkulum

telinga (darwn tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut

antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian

dikedua krura ini disebut fosa triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafa. Di

8
depan antiheliks terdpat konka, yang terdiri atas dua bagian yaitu samba konka, yang

merupakan bagian anterior superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka

yang terletak dibawahnya bersebrangan dengan konka, yang merupakan bagian antero

superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya

bersebrangan dengan konka dan terletak di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil yang

berbentuk segitiga kecil yang disebut tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut

antitragus.2,3

Gambar 2. Anatomi daun telinga (aurikula)1

Auricula terdiri dari potongan kartilago yang ditutupi kulit dan dihubungkan ke

tengkorank oleh oto dan ligamentum vestigial. Meatus acusticus externus membentuk pipa

melengkung seperti “S” yang terbentang dari auricular ke membran tympani (gendang

telinga). Meatus acusticus externa mempunyai kerangka tulang rawan pada sisi paling

laterlanya yang bersambung dengan auricular.1,2

Saluran ini dilapisi kulit yang melekat erat ke kerangka tulang rawan dan tulang liang

telinga. Kulit ini mengandung banyak glandula ceraminosa dan vibrissae pada bagian

terluarnya. Rangka luar dan bagian medial dibentuk oleh pars tympanica, petrosa dan

squamosa ossis temporalis. Os temporal membentuk bagian dasra dan dinding lateral

9
tengkorak. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke

struktur-struktur telinga tengah.1,2

Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di permukaan

anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makin ke bawah lapisan

subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak mempunyai rangka tulang rawan.

Perdarahan daun telinga bagian posterior berasal dari cabang posterior a.karotis eksterna yang

mendarahi juga sebagian kecil permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang

daun telinga terutama doperdarahi oleh a.oksipitalis. permukaan depan daun telinga terutama

diperdarahi oleh cabang anterior a.temporalis superficial anterior. Persarafan daun telinga

disuplai oleh cabang-cabgan aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus servikali,

juga dari cabagng aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabgang auricular n.vagus.1,2

Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung,

maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek

termal. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertiga luar dan

bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm – 3 cm. Bentuk

liang telinga seperti huruf S melar akibat perbedaan sudut bagian tulang rawan dan bagian

tulang karena itu membrane timpani biasanya tidak dapt terlihat langsung dari luar. Bagiang

yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya

sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak.1,2

Pada kulit yang normal di liang telingfa, ada bakteri flora seperti Micrococcus dan

Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi kondisi host

misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahan sifat serumen, dermatitis, dan perubahan

pH di liang telinga. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian

tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyak bervariasi antar individu

10
namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalm laing telinga. Anatomi liang telinga

bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit

langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini

sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk

ekspansi.1,2

Jika menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke postero lateral untuk

dapat melihat bagiantulang dan membrana timpani. Bersama dengan lapisan luar membrana

timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dpat memerangkap

kelembaban, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu. Kulit uang

melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selian itu juga

mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu

menciptakan suatu sawar dalam liang telinga.1,2

Anatomi liang telinga bagiang tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya

tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan

subkutan. Dengan demikian daerah ini akan sangat peka, dan tiap pembengakakn akan sangat

nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.1,2

Gambar 3. Membran timpani yang normal2

11
Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral

membrane timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan lapisan serumen dari isthmus.

Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukan

serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang

menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum

ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung

penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6,

suatu faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki fungsi

sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan

untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan

dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.1,2,3,

Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi. Bagian

anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe

preaurikular di kelenjar limfe servikal bagian superior.1,2,3

Bagain inferior, disalurkan ke infra aurikuler dekat angulus mandibula. Bagian posterior

disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfe servikal bagian superior.

Rangsangan pada aurikuler dan meatus akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan

cranial, yaiu dari saraf trigeminus (V), fasil (VII), glosopharingeal (IX), dan vagus (X).1,2

Gambar 4.Anatomi saluran telinga2

12
Otitis Eksterna

Definisi

Otitis eksterna merupakan suatu peradangan atau infeksi pada kanalis auditorius
eksternal dan atau daun telinga. Kondisi ini merupakan salah satu kondisi medis yang paling
umum yang biasanya mempengaruhi atlet air. Individu dengan kondisi alergi, seperti eczema,
rhinitis alergi, atau asma, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena otitis eksterna. Otitis
eksterna diperkirakan mengenai 10% orang pada tahap tertentu dan dapat terjadi akut, kronik
atau bentuk nekrosis.4

Peradangan pada otitis eksterna umumnya di seluruh saluran telinga. Otitis eksterna
akut (<6 minggu), kronis (> 3 bulan), dan nekrosis merupakan bentuk ganas. Otitis eksterna
akut dapat muncul sekali atau mungkin terjadi kekambuhan, hal ini menyebabkan nyeri
dengan aural discharge dan berkaitan dengan gangguan pendengaran.4

Otitis eksterna akut adalah peradangan pada kanalis auditorius eksternal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Kondisi ini ditandai dengan nyeri, nyeri
tekan, kemerahan, dan pembengkakan pada saluran telinga eksternal dan terkadang ada
eksudat purulen. Otitis eksterna akut dikaitkan dengan paparan air (kegiatan rekreasi air,
mandi, dan berkeringat berlebihan), trauma lokal, keadaan yang hangat dan lingkungan
lembab.4,5

Etiologi
Penyebab otitis eksterna sirkumskripta yang tersering adalah Staphylococcus aureus,

Staphylococcus albus. Faktor lainnya adalah maserasi kulit liang telinga akibat sering

berenang atau mandi denga shower, trauma, reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi

serumen. Sering terjadi superinfeksi oleh bakteri piogenik (terutama Pseudomonas atau

staohylococcus) dan jamur.6

Patogenesis
Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula sebagai

folikulitis kemudian biasanya meluas menjadi furunkel. Organisme penyebab biasanya

13
Staphylococcus. Umumnya kasus-kasus ini disebabkan oleh trauma garukan pada liang

telinga. Kadang-kadang nfurunkel disebabkan oleh tersumbat serta terinfeksinya kelenjar

sebasea di liang telinga. Panas dan lembab dapat menurunkan daya tahan kulit liang telinga,

sehingga frekuensi penyakit ini agak meningkat pada musim panas.6,7

Pada kasus dini, dapat terlihat pembengkakan dan kemerahan difus didaerah liang

telinga bagian tulang rawan, biasanya posterior atau superior. Pembengkakan itu dapat

menyumbat liang telinga. Setelah terjadi lokalisasi dapat timbul pustula. Pada keadaan ini

terdapat rasa nyeri yang hebat sehingga pemeriksaan sukar dilakukan. Biasanya tidak terdapat

sekret sampai absesnya pecah. Toksisitas dan adenopati muncul lebih dini karena sifat

organisme penyebab infeksi.6,7

Faktor Predisposisi
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:8
1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa

2. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban

3. Suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan telinga secara

berlebihan.

Gejala dan Tanda8


 Nyeri hebat yang diikuti otore purulen, meatus nyeri tekan, tampak pembengkakan

 Nyeri tekan pada tragus dan pada tarikan daun telinga

 Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:8
1. Anamnesa

Dari anamnesa dapat ditanyakan gejala dan tanda yang dirasakan penderita.

14
2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan liang telinga, pada inspeksi tampak linag telinga kemerahan, edema.

Rasa nyeri juga dijumpai terutama saat menggerakkan rahang (mengunyah), menekan

tragus dan menggerakkan daun telinga.8

 Adanya inflamasi, hiperemis, edema yang terlihat pada liang telinga luar dan

jaringan lunak periaurikuler.

 Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada jaringan lunak pada

ramus mandibula dan mastoid.

 Nervus kranialis harus (V-XII) diperiksa.

 Status menteal harus diperiksa. Gangguan status mental dapat menunjukkan

komplikasi intracranial.

 Membrane timfani biasanya intak.

 Demam tidak umum terjadi.

3. Pemeriksaan penunjang

Biakan dan tes sensitivitas dari sekret.

Diagnosis Banding
 Otitis Eksterna Difusa
Pada otitis eksterna difusa, biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam.

Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman

penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Keluhan utama pasien biasanya berupa

gatal, keluhan nyeri biasanya jarang dialami pasien.5

 Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah

tersebut. Yang tersering ialah pityrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang ditemukan

15
juga kandida albikans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuka sisik

yang menyerupai ketombe dan merupakan predipossisi otitis eksterna bakterialis.

Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh ditelinga, tetapi sering pula tanpa

keluhan.1

Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. larutan asam asetat 2%

dalam alkohol, larutan iodin povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung

campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan keliang telinga biasanya dapat

menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga antijamur (sebagai salep) yang

dibersihkan secara topikal yang mengandung nistatin, klotrimazol.1

Penatalaksanaan

Prinsip-prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis eksterna antara
lain:

1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati


2. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani bilamana
mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk mengoleskan obat
3. Pemilihan pengobatan lokal

Otitis eksterna sirkumskripta harus diterapi sejak dini untuk mengurangi edema yang
menutupi lumen kanal dengan cara memasukkan kapas yang berisi obat. Tampon berukuran
kecil yang baik digunakan, karena ujung tampon tidak mendesak dan menekan lumen kanal.
Tampon dimasukkan secara perlahan yang sebelumnya dibasahi obat. Pasien diinstruksikan
untuk mengaplikasikan obat cair menggunakan kapas sekali atau dua kali sehari. Selama 48
jam tampon diletakkan di kanal untuk melebarkan ukuran lumen. Kemudian obat dapat
diaplikasikan langsung ke dalam kanal.1,2,8

Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar linga telinga tetap bersih dan kering dan
melindunginya dari trauma. Kotoran harus dibersihkan dengan dari liang telinga dengan
irigasi secara lembut. Antibiotika topikal yang dikombinasikan dengan kortikosteroid dalam
bentuk tetes telinga sangat penting. Berikan antibiotika sistemik (biasanya penisilin) dalam
dosis penuh dalam 10 hari jika terdapat tanda-tanda penyebaran infeksi di luar kulit liang
16
telinga (demam, adenopati, atau selulitis daun telinga). Kalau dinding furunkel tebal dapat
dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Selama fase
akut, hindari berenang bila memungkinkan.5

Untuk mengurangi respon inflamasi, alkohol 70% dapat ditambahkan untuk menjaga
kanal tetap bersih dan kering. Pasien disarankan menggunakan ini setelah telinganya
kemasukan air. Antibiotik tetes tidak boleh digunakan lebih dari 2-3 minggu karena berisiko
terjadi dermatitis kontak. Pasien harus diberitahu untuk kembali apabila telinga mulai terasa
gatal, jangan sampai menunggu terjadinya infeksi yang lebih parah.6

Pencegahan

Edukasi juga penting dalam mencegah otitis eksterna difus di masa depan. Hal ini
bertujuan untuk meminimalkan trauma kanal telinga dan menghindari paparan air. Hindari
membersihkan liang telinga terlalu sering maupun menggunakan alat pembersih yang tidak
sesuai karena dapat menyebabkan trauma.

Prognosis

Otitis eksterna sirkumskripta adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Otitis eksterna kronis yang mungkin
memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi
jangka panjang atau serius.

Pembahasan Kasus

Dari kasus didapatkan penderita perempuan usia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
telinga kirinya sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien merasa gatal dan mengkorek
telinga kanan menggunakan tangan dan tusuk gigi. Sekitar dua minggu sebelum keluhan ini
muncul, pasien mengatakan bahwa dia tertimpa tong sampah dan kotoran sampah sebagian
masuk ke dalam telinga. Pasien tidak langsung membersihkan telinga tersebut. 3 hari setelah
di korek pasien merasa liang telinganya bengkak dan terasa sakit. Sakit dirasakan sepanjang
hari hingga mengganggu konsentrasi. Sakit makin terasa saat telinganya dipegang dan saat
mengunyah

Pasien juga mengatakan sedikit mengalami penurunan pendengaran pada telinga kanan
namun tidak terlalu mengganggu.

17
Hasil anamnesis dari kasus diatas sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa otitis eksterna
sirkumskripta merupakan infeksi bakteri pada kanal yang disebabkan oleh hilangnya serumen
sebagai proteksi karena peningkatan kelembapan dan temperatur. Otitis eksterna akut dapat
dikaitkan dengan paparan air (kegiatan rekreasi air, mandi, dan berkeringat berlebihan),
trauma lokal, keadaan yang hangat dan lingkungan lembab. Pasien dengan otitis eksterna
sirkumskripta memiliki gejala utama berupa nyeri yang hebat tidak sesuai dengan besar bisul.
Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Nyeri dapat juga timbul spontan
pada saat membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan
pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Gejala timbul secara
mendadak (selama 48 jam) dalam kurun waktu 3 minggu.

Hasil pemeriksaan fisik dari kasus diatas sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada
otitis eksterna sirkumskripta ditemukan tanda-tanda berupa edema, liang telinga menyempit
dan nyeri tekan tragus.

Gejala inflamasi pada kanal juga dapat dikeluhkan oleh pasien seperti otalgia, gatal atau rasa
penuh (fullness) dengan atau tanpa gangguan pendengaran atau nyeri rahang. Tanda inflamasi
yang juga dikeluhkan antara lain nyeri tragus, edema yang menyebar, eritema dengan atau
tanpa otorrhea, eritema membran timpani.

Terapi yang diberikan pada kasus ini berupa terapi medikamentosa yaitu Antibiotik topical:
Chloramphenicol salep (2-3x/ hari) dan Ibuprofen 3x200mg.

18
Daftar Pustaka

1. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Soepardi EA,

Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2010. Hal 58-61

2. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New York. 2013.
Hal 25-30.
3. MansjoerArif, TriyantiKuspuji, SavitriRakhmi, et all. Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius FakultasKedokteranUniversitas

Indonesia. Jakarta.2001. Hal 83-84

4. Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan

Leher. Jilid 2. Edisi 16. BinaRupaAksara. Jakarta. Hal 236-238.

5. Roland, N.J. Key Topics in Otolaryngology. Second Edition. Mc Combe

6. McKeason. Otitis Eksterna. Clinical reference system. Available from

http://mdconsult.com.2004

7. Probst R, Grevers G,Iro H. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. Germany. 2006.


Hal : 207 – 209. 218 – 219.
8. Ludman, Harold. Pain in the ear on theABC of ENT. Fifth Edition. Blacwel

publishing. Page : 1-5

19

Anda mungkin juga menyukai