Makalah Kelompok 1 (Kalimat Efektif)
Makalah Kelompok 1 (Kalimat Efektif)
BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF
“Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Tidak Efektif Wacana ‘Kubu Prabowo Tolak
Lapor Bawaslu’ dalam Tajuk Rencana Surat Kabar Koran : Bisnis Indonesia, Kamis 12
Juni 2014.”
Oleh:
KELOMPOK 1`
TIARA PERTIWI
REZA WINATA AULIA HUTAMI
M. RIDWAN
AGUS KRISYANTO
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puja dan Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan makalah Bahasa Indonesia
dengan judul PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF “Analisis Kesalahan Penggunaan
Kalimat Tidak Efektif Wacana ‘Kubu Prabowo Tolak Lapor Bawaslu’ dalam Tajuk Rencana
Surat Kabar Koran : Bisnis Indonesia, Kamis 12 Juni 2014.” tepat pada waktunya.
Penulis sangat mengharapkan, semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan penulis dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-makalah selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
mendatang. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan dari
para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah sebuah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat arbitrer,
digunakan oleh kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri. Di Indonesia, bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi
adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang paling penting
untuk mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan bahasa
Indonesia yang tidak baik dan benar dapat mengaburkan keaslian atau kemurnian bahasa
Indonesia serta dapat mengganggu komunikasi atau penyampaian informasi kepada
penerima. Bahasa Indonesia memiliki banyak ragam, salah satu di antaranya ragam
bahasa jurnalistik.
Bahasa jurnalistik atau bahasa pers adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan.
Bahasa jurnalistik adalah bahasa Indonesia yang baku, yang harus memperhatikan
kaidah-kaidah yang berlaku. Bahasa tentunya memiliki kaidah yang harus ditaati
pemakaiannya agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsirannya. Bahasa jurnalistik,
khususnya ragam tulis harus memperhatikan ejaan bahasa Indonesia, menggunakan
bahasa baku, dan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa.
Bahasa jurnalistik berfungsi sebagai bahasa komunikasi pengantar pemberitaan
yang digunakan media cetak dan media elektronik. Pada dasarnya penyampaian informasi
melalui media elektronik atau media cetak bukan merupakan hal yang terpenting
melainkan yang terpenting adalah bahasa yang digunakan dalam media massa yang
terdapat dalam sebuah wacana berita. Kemudahan yang dialami masyarakat sekarang
dalam mengakses informasi dari sumber manapun menjadi daya tarik suatu berita akan
sampai kepada pembacanya.
Berita diperoleh secara langsung dari beberapa wartawan. Wartawan merupakan
komponen terpenting dalam media massa. Wartawan yang melakoni kegiatan jurnalistik
di lapangan untuk menggali, mengolah, dan menyajikan informasi menjadi sebuah berita
biasanya dinamakan reporter. Berita disebar di berbagai surat kabar dan disiarkan di
berbagai stasiun televisi. Sebagian berita disampaikan secara langsung di lokasi kejadian
dan sebagian disampaikan di dalam studio. Reporter dituntut untuk menyampaikan berita
sesuai dengan ragam bahasa jurnalistik dan kaidah tata bahasa baku, khususnya kalimat
efektif. Pemahaman terhadap kalimat efektif diperlukan agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam menafsirkan berita. Makalah ini disusun untuk “Analisis
4
Kesalahan Kalimat Efektif dengan Wacana ‘Kubu Prabowo Tolak Lapor Bawaslu’ dalam
Tajuk Rencana Surat Kabar Koran : Bisnis Indonesia, Kamis 12 Juni 2014.”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dalam pembuatan makalah
yaitu :
1. Bagaimana efektivitas kalimat pada laporan berita?
2. Apa saja kesalahan pada kalimat tidak efektif yang terdapat dalam kalimat laporan
berita?
C. TUJUAN PENULISAN
Pembuatan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan
kalimat efektif dalam “Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Tidak Efektif Wacana
‘Kubu Prabowo Tolak Lapor Bawaslu’ dalam Tajuk Rencana Surat Kabar Koran : Bisnis
Indonesia, Kamis 12 Juni 2014.”
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
C. UNSUR KALIMAT EFEKTIF
a. Kesepadanan
Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Ciri-ciri kesepadanan:
1. Kalimat memiliki fungsi yang jelas (subjek predikat ). Hindari penggunaan kata
depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya didepan.
Contoh:
“Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi
bersama.”
Kalimat di atas tidak memiliki kesepadanan karena fungsi subjek tidak jelas.
2. Tidak terdapat subjek ganda
Contoh :
“Peringatan hari sumpah pemuda beberapa warga masyarakat menampilkan
berbagai kegiatan kesenian.”
3. Kata penghubung digunakan secara tepat
Contoh :
“Dia datang terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti kuliah pertama.”
Konjungsi sehingga tidak bisa diletakkan di awal kalimat karena sebagai
konjungsi intrakalimat.
4. Predikat kalimat tidak didahului kata yang
Contoh :
“Semua regulasi yang menghambat iklim.”
b. Keparalelan
Keparalelan yaitu kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat .
Artinya, jika bentuk pertama menggunkan kata benda (nominal), bentuk kedua dan
setelahnya harus menggunakan kata benda (nomina). Sedangkan jika bentuk pertama
menggunakan kata kerja (verba) bentuk setelahnya harus menggunakan kata kerja
(verba).
Contoh :
“Apabila pelaksanaan pembangunan lima tahun ini dijadikan titik tolak, maka
menonjollah beberapa masalah pokok yang minta perhatian dan pemecahan
Reorganisasi administrasi departemen-departemen, ini yang pertama. Masalah pokok
7
yang lain yang menonjol ialah penghentian pemborosan dan penyelewengan. Ketiga
karena masalah pembangunan ekonomi yang kita jadikan titik tolak , maka kita ingin
mengemukakan faktor lain, yaitu bagaimana memobilisir potensi nasional secara
maksimal dalam pembangunan ini.” (kompas)
Bila kita perhatikan kutipan di atas tampak bahwa reorganisasi, pemborosan dan
penyelewengan serta mobilisasi nasional merupakan masalah pokok yang mempunyai
hubungan satu sama lain. Dengan mengunakan konstruksi yang paralel ketiganya
dapat dihubungkan secara dekat, serta akan memberikan tekanan yang lebih jelas pada
ketiganya.
c. Ketegasan makna
Ketegasan makna dapat dilakukan dengan meletakkan bagian yang dipentingkan di
bagian awal kalimat. Hal ini dilakukan untuk memberikan penekanan pada hal yang
dimaksud. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!
1) Pergi kamu!
2) Kamu pergi!
Berdasarkan makna dan tujuan, kedua kalimat tersebut memiliki perbedaan yang
nyata. Pada kalimat 1) penekanannya terletak pada kata pergi. Hal ini memiliki
maksud bahwasannya harus segera pergi dengan cepat. Sedangkan kalimat 2)
penekanannya terletak pada kata kamu. Hal ini memiliki maksud bahwasannya yang
harus pergi adalah kamu bukan yang lain.
d. Kehematan
Kehematan adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh :
“Lukisan itu indah.”
“Lukisan itu akan saya beli.”
Jika kalimat diatas digabungkan akan menjadi :
“Lukisan indah itu akan saya beli.”
“Lukisan itu akan saya beli karena indah.”
8
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Contoh :
“Mulai hari kamis ini Top Skor akan mulai terbit dan dijual dengan harga eceran
Rp. 2.500,00-.”
e. Kecermatan
Kecermatan dalam kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pilihan kata. Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata, penyusunan
kata, dan penggunaan logika dalam kalimat.
Kecermatan mengikuti beberapa aspek di antaranya, yaitu :
1. Ketepatan dalam sturktur kalimat
Contoh :
“Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima beasiswa.”
Penggunaan kata di atas menyebakan kalimat bermakna ganda, yaitu “Yang
terkenal itu mahasiswa atau perguruan tinggi?”
9
2. Pemilihan kata
Contoh :
“Sebagian toko tertutup sehingga para korban gempa mengkonsumsi makanan
sesuai dengan ketersediaan yang ada.”
3. Penggunaan ejaan
Contoh :
“Menurut cerita Ibu Sari adalah orang pandai di desa itu.”
Kekurangan penggunaan tanda baca, kalimat diatas menyebabkan makna menjadi
kabur, seharusnya “Menurut cerita Ibu, Sari adalah orang pandai di desa itu.”
f. Kepaduan/ Koheren
Kepaduan merupakan pernyataan dalam kalimat sehingga kalimat yang
disampaikan tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak sistematis.
Kepaduan menunjukkan adanya hubungan timbal balik yang jelas antar unsur-
unsur (kata atau kelompok kata ) yang membentuk kalimat tersebut, hubungan subjek
dan predikat, hubungan antara predikat dan objeknya, serta keterangan-keterangan
lain yang menjelaskan tiap unsur-unsur pokok.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak terlalu panjang. Kalimat yang
padu menggunakan pola aspek, agen dan verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat
yang berpredikat persona. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
antara predikat kata kerja dan objek.
g. Kelogisan
Gagasan pokok atau ide pokok dalam kalimat dapat diterima oleh akal pikiran
dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran,
yaitu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga
kesimpulan akan mudah diperoleh.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan beberapa kalimat tidak efektif yang ditemukan pada surat kabar koran
diatas, perlu kita ketahui bahwasannya dalam menyampaikan suatu berita atau informasi
hendaknya mengunakan bahasa yang mudah dimengerti serta menggunakan kalimat yang
efektif. Dalam surat kabar koran tersebut didapatkan hanya sedit kesalahan, tapi perlu
ditekankan untuk lebih memerhatikan pemilihan kata dan perlunya penggunaan kalimat
efektif.
13
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penggunaan kalimat efektif dengan baik baik dan benar sangat dianjurkan, maka
dari itu ditekankan bahwa gunakanlah kalimat efektif pada saat menyampaikan berita atau
informasi agar pembaca dengan mudah menafsirkan maksud dari isi berita atau informasi
tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Devita, Marieta Bona, Putrayasa, I.G.N.K, Madia, I made. (2020). “Kajian Kalimat Efektif
pada Laporan Berita Reporter Metro TV.” Jurnal Vol. 24 No. p-ISSN: 2528-5076, e-
ISSN: 2302-920X
Yanuarti, Fenty. (2016). “Penggunaan Kalimat Efektif Pada Tajuk Rencana Surat Kabar
Republika dan Implikasinya Terhadap Pebelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
SMA.” SKRIPSI
Riswati.(2015). “PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS
ILMIAH MAHASISWA” Jurnal Riksa Bahasa Volume 1, Nomor 2
15
LAMPIRAN
16