Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

No. Dok : Tgl Terbit : No. Revisi: Halaman : 1/4


PPK- 24/04/2020 00
SMFParu/02
Ditetapkan oleh
Ka.SMF Kebidanan dan Penyakit Direktur RSUD Embung
Kandungan Fatimah Kota Batam
RSUD Embung Fatimah
Kota Batam
RSUD
Embung Fatimah

Dr. Yanuarman, Sp.OG (K) FM drg. ANI DEWIYANA


NIP. 19720120 200502 1 009 NIP. 19620422 198803 2 003

KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMLAN PRETERM (ICS 10: 042)

1. Pengertian  Ketuban pecah dini (KPD) adalah rupturnya membran


(Definisi) amnion sebelum onset persalinan. Sedangkan ketuban
pecah dini preterm adalah terjadinya ketuban pecah dini
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu.
 PPK ini dikembangkan untuk memastikan bahwa ibu hamil
dengan KPD mendapatkan pilihan penatalaksanaan yang
terbaik berbasis bukti terbaik yang ada dan terintegrasi
dengan saran dari pasien beserta keluarga serta pandangan
ahli.
 PPK ini juga untuk menjaga konsistensi dalam
penatalaksanaan ibu hamil dengan KPD dan memberikan
rekomendasi serta dasar informasi pada proses
penatalaksanaan.
 Rekomendasi dari PPK ini berbasis bukti terbaik yang bisa
didapatkan saat penelusuran bukti, dan seharusnya
pembaca tetap terbuka untuk kemungkinan didapatkannya
bukti terbaru.

2. Anamnesis Pada pasien yang dicurigai mengalami KPD preterm,
anamnesis dilakukan sesuai dengan SPO Asuhan Antenatal
beserta anamnesis tambahan yang terkait dengan onset
pecahny a ketuban.
3. Pemeriksaan Pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetri rutin
Fisik merujuk pada SPO Asuhan Antenatal.

Pemeriksaan spesifik:
- Inspeksi langsung pada vulva untuk menilai adanya
aliran cairan ketuban yang mengalir keluar.
- Pemeriksaan spekulum yang dilakukan secara steril
adalah kunci diagnosis untuk KPD. Diagnosis KPD
ditegakkan jika pada pemeriksaan menggunakan
spekulum ditemukan adanya cairan ketuban atau
adanya ‘pool of fluid’ pada forniks posterior.3,5 (Evidence
level IV, Rekomendasi D)
- Pemeriksaan dalam sedapat mungkin dihindari karena
dapat meningkatkan risiko infeksi dan persalinan
prematur, kecuali jika pasien dicurigai telah dalam
persalinan atau terdapat his yang adekuat. 2
- Tes nitrazin tidak direkomendasikan untuk menegakkan
diagnosis KPD.3 (Evidence level IV)
4. Kriteria a. Riwayat pecahnya selaput ketuban atau keluarnya air
Diagnosis ketuban dari jalan lahir sebelum masuk fase persalinan
pada usia kehamilan <37 minggu.
b. Pada pemeriksaan spekulum vagina didapatkan adanya
cairan ketuban atau “pool of fluid“ pada forniks posterior.

5. Diagnosa - Leukorea (N76.8)


Banding - Inkontinensia urin (N39.4)

6. Pemeriksaan - Kombinasi pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah (C-


Penunjang reactive protein dan angka leukosit), dan denyut jantung
janin dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
korioamnionitis pada KPD preterm. 3 (Evidence level IV,
Rekomendasi D)
- Pemeriksaan dengan kardiotokografi (KTG) dilakukan dan
didokumentasikan sesuai dengan SPO Pemeriksaan USG
Antenatal.
- Pemeriksaan USG dilakukan terutama untuk menilai
volume cairan amnion.3 (Evidence level IV, Rekomendasi :
best practice)
7. Tatalaksana KPD preterm pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu
(janin previabel).
Tatalaksana KPD preterm pada usia kehamilan kurang dari
24 minggu meliputi:
 Konseling pasien mengenai prognosis luaran maternal dan
perinatal, serta menjelaskan opsi untuk mempertahankan
atau mengakhiri kehamilan.2,3
 Pada pasien yang memilih untuk mempertahankan
kehamilan dan tidak memiliki tanda-tanda infeksi
intrauterin, rawat jalan dapat dilakukan.2
 Pemberian antibiotik profilaksis sesuai penjelasan di bawah.
 Pemberian kortikosteroid dan tokolitik sebelum janin viabel
tidak disarankan.2

KPD preterm pada usia kehamilan 24 +0 sampai dengan


33+6 minggu
Pada pasien KPD preterm dengan usia kehamilan 24+0
sampai dengan 33+6 minggu tanpa kontraindikasi untuk
melanjutkan kehamilan, dilakukan manajemen ekspektatif,
meliputi:
 Pemberian antibiotik sesuai penjelasan di bawah.
 Kortikosteroid antenatal diberikan sesuai keterangan di
bawah.
 Pemberian tokolitik jangka panjang tidak direkomendasikan. 3
(Evidence level I, Rekomendasi A)
 Kombinasi pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah (C-
reactive protein dan angka leukosit), dan denyut jantung
janin dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
korioamnionitis pada KPD preterm. Pasien diedukasi untuk
dapat mengenali gejala korioamnionitis (nyeri perut bawah,
diskar vagina yang abnormal, demam, malaise, dan
berkurangnya gerakan janin).3 (Evidence level IV,
Rekomendasi D)
 Pemantauan janin merujuk pada SPO Pemantauan
Kesejahteraan Janin.

KPD preterm pada usia kehamilan 34+0 sampai dengan


36+6 minggu
Pada pasien KPD preterm dengan usia kehamilan 34 sampai
dengan 36+6 minggu tanpa kontraindikasi untuk melanjutkan
kehamilan, dilakukan manajemen ekspektatif, meliputi:
 Pemberian antibiotik sesuai penjelasan di bawah.
 Kortikosteroid antenatal dapat diberikan sesuai keterangan
di bawah.
 Pemberian tokolitik jangka panjang tidak direkomendasikan. 3
(Evidence level I, Rekomendasi A)
 Kombinasi pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah (C-
reactive protein dan angka leukosit), dan denyut jantung
janin dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
korioamnionitis pada KPD preterm. Pasien diedukasi untuk
dapat mengenali gejala korioamnionitis (nyeri perut bawah,
diskar vagina yang abnormal, demam, malaise, dan
berkurangnya gerakan janin).3 (Evidence level IV,
Rekomendasi D)
 Pemantauan janin merujuk pada SPO Pemantauan
Kesejahteraan Janin.

Waktu persalinan:
 Pasien dengan KPD preterm dengan usia kehamilan di atas
24+0 minggu dan tidak memiliki kontraindikasi untuk
melanjutkan kehamilan, dapat dikelola secara ekspektatif
hingga usia kehamilan 37+0 minggu.3 (Evidence level I,
Rekomendasi A)
 Pertimbangkan terminasi kehamilan lebih dini pada
persalinan aktif, korioamnionitis, kekhawatiran adanya
perburukan kesejahteraan janin, kehamilan ganda
monokorion, hipertensi dalam kehamilan, dan
kontraindikasi lain.3

Terapi antibiotik
 Antibiotik harus diberikan pada semua pasien dengan
diagnosis KPD preterm untuk mencegah infeksi intrauterin,
memperpanjang masa latensi, dan memperbaiki luaran
neonatal.2, 3 (Evidence level I, Rekomendasi A)
 Antibiotik pilihan pertama adalah eritromisin oral 250
mg/6jam hingga pasien masuk dalam persalinan atau
maksimum selama 10 hari.3 (Evidence level I, Rekomendasi A)
 Pasien dengan alergi atau kontraindikasi terhadap
eritromisin dapat diberikan penicillin oral (amoxicillin atau
ampicillin) hingga pasien masuk dalam persalinan atau
maksimum selama 10 hari.3

Terapi kortikosteroid antenatal


 Kortikosteroid antenatal ditawarkan diberikan pada usia
kehamilan 24+0 sampai 25+6 minggu.3 (Evidence level II,
Rekomendasi B)
 Kortikosteroid antenatal ditawarkan diberikan pada usia
kehamilan 26+0 sampai 33+6 minggu.3 (Evidence level I,
Rekomendasi A)
 Kortikosteroid antenatal dapat dipertimbangkan untuk
diberikan pada pasien dengan usia kehamilan 34 +0 sampai
35+6 dengan KPD preterm.3 (Evidence level I, Rekomendasi A)
 Regimen yang dapat diberikan adalah dexametasone 6
mg/12 jam/IM diberikan sebanyak 4 kali.2

Pemberian tokolitik
 Pemberian tokolitik jangka panjang tidak dianjurkan karena
tidak berhubungan dengan perbaikan morbiditas maternal
maupun perinatal.3 (Evidence level I, Rekomendasi A)
 Pemberian tokolitik jangka pendek dapat dipertimbangkan
jika terdapat his teratur hingga kortikosteroid selesai
diberikan.2,3,5
 Nifedipin diberikan dengan dosis 10 mg/oral, dapat diulang
setiap 15 – 30 menit dengan dosis maksimum 30 mg. 5

Pemberian magnesium sulfat sebagai


neuroprotektan.
 Pasien dengan KPD pada usia kehamilan 24 +0 sampai dengan
29+6 minggu yang direncanakan untuk dilakukan terminasi
kehamilan dalam 24 jam mendatang atau telah masuk
persalinan, diberikan magnesium sulfat sebagai
neuroprotektor.3,4 (Evidence level I, Rekomendasi A)
 Magnesium sulfat diberikan secara intravena dengan dosis 4
gram bolus dilanjutkan dengan infus 1 gram/jam sampai
kelahiran atau maksimal selama 24 jam.4
Amnioinfusion
 Amnioinfusion tidak direkomendasikan sebagai praktik
rutin.3 (Evidence level I, Rekomendasi B)
 Amnioinfusion dapat diberikan untuk memperbaiki luaran
neonatus dengan mencegah kompresi tali pusat, deformitas
postural, hipoplasia paru, dan infeksi intrauterin. 3

Metode Persalinan
 Tanpa adanya kontraindikasi persalinan pervaginam,
persalinan dilakukan pervaginam secara spontan maupun
dengan induksi. Metode induksi dan stimulasi persalinan
merujuk pada SPO Induksi dan Stimulasi Persalinan.
 Seksio cesarea dilakukan dengan merujuk pada SPO Seksio
Cesarea.
8. Prognosis - Ad vitam: dubia
- Ad functionam: dubia
- Ad sanationam: dubia
9. Daftar Pustaka 1. Cunningham et al . 2018. William’s Obstetrics 25 th Ed.,
New York., McGrawHill
2. American College of Obstetricians and Gynecologists.
Prelabor Rupture of Membranes (Practice Bulletin). 2018.
3. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Care
of Women Presenting with Suspected Preterm Prelabour
Rupture of Membranes from 24+0 Weeks of Gestation
(Green-top Guideline No. 73). 2019
4. National Institute for Health and Care Exellence. Preterm
labor and birth.Guideline (Draft for consultation). 2019
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK
01.07/MENKES/44/2017 tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran: Tatalaksana Komplikasi
Kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai