Elemen Mesin III
Elemen Mesin III
Oleh:
Alhamdulillah diktat mata kuliah Elemen Mesin III (MC 301) ini berhasil disusun
dengan semaksimal mungkin. Diktat ini disusun mengacu pada silabus mata kuliah yang
diberlakukan untuk program S1 yang disajikan pada tiap semester dengan jumlah SKS dua.
Diktat ini diterbitkan untuk kalangan sendiri pada jurusan Teknik Mesin FT-UNRAM.
Diktat mata kuliah ini diharapkan bisa membantu mahasiswa dalam memahami
materi yang disampaikan Dosen. Dalam diktat ini menyajikan bermacam-macam contoh
soal dan latihan soal dalam setiap BAB, yang mana mahasiswa diharapkan bisa
memanfaatkan dengan baik untuk memperkuat pemahaman materi setiap BAB. Namun
demikian, mahasiswa sebaiknya juga membaca buku-buku referensi yang lain tentang
Perancangan Elemen Mesin (Machine Design) sehingga diperoleh informasi yang lebih
lengkap dalam upaya memahami materi perkuliahan.
Bagaimanapun, diktat ini masih diperlukan perbaikan secara bertahap, oleh karena
itu mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan diktat ini.
Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulisan
diktat ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Kriteria perancangan 1
1.2 Prosedur Umum dalam Perancangan mesin 1
1.3 Pertimbangan Umum dalam Perancangan mesin 2
1.4 Standar, kode, dan peraturan pemerintah dalam desain 3
BAB II: DASAR PEMBEBANAN 4
2.1 Gaya aksial 4
2.2 Geser murni 7
2.3 Working Stress (tegangan kerja) 8
2.4 Faktor Keamanan (N) 8
Latihan soal 9
BAB III: TEGANGAN BENDING DAN TORSI 10
3.1 Tegangan Geser Torsi 10
3.2 Tegangan Bending dalam Balok Lurus 14
Latihan soal 19
BAB IV: SAMBUNGAN KELING 21
4.1 Pendahuluan 21
4.2 Metode Pengelingan 21
4.3 Material Keling 22
4.4 Tipe Kepala Keling 23
4.5 Tipe Sambungan Keling 24
4.6 Kegagalan Sambungan Keling 26
4.7 Kekuatan dan Efisiensi Sambungan Keling 28
4.8 Sambungan Keling untuk Struktur 30
4.9 Sambungan Keling dengan Beban Eksentris 35
Latihan soal 43
BAB V : SAMBUNGAN LAS (WELDING JOINT) 45
5.1 Pendahuluan 45
5.2 Jenis Sambungan Las 45
5.3 Kekuatan sambungan las fillet melintang 46
5.4 Kekuatan sambungan las fillet sejajar 47
5.5 Kasus khusus sambungan las fillet 48
5.6 Kekuatan Butt Joint 51
5.7 Beban eksentris sambungan las 55
Latihan soal 65
BAB VI: SAMBUNGAN ULIR 67
6.1 Pendahuluan 67
6.2 Istilah penting pada ulir 67
6.3 Jenis ulir 68
6.4 Jenis Sambungan ulir 70
6.5 Dimensi standar ulir 71
iv
6.6 Sambungan baut akibat beban eksentris 73
6.7 Beban eksentris yang sejajar terhadap dengan sumbu baut 73
6.8 Beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut 75
6.9 Beban eksentris pada bracket dengan sambungan melingkar 77
Latihan soal 79
BAB VII: KOPLING 81
7.1 Pendahuluan 81
7.2 Tipe Kopling 81
7.3 Sleeve atau Muff Coupling 81
7.4 Clamp atau Compression Coupling 84
7.5 Flange Coupling (kopling flens) 86
Latihan soal 90
v
BAB I
RODA GIGI LURUS
(SPUR GEARS)
1.1 PENDAHULUAN
Sebelumnya telah dibahas bahwa slip dari sebuah belt atau tali adalah sebuah
hal yang biasa dalam transmisi daya antara dua poros. Pengaruh slip adalah
menurunkan rasio putaran system. Dalam mesin presisi, yang mana rasio putaran
adalah suatu yang penting (seperti pada mekanisme arloji), maka transmisi daya yang
paling tepat digunakan adalah gear atau toothed wheels (roda gigi). Pada roda gigi,
jarak antara roda gigi penggerak dan yang digerakkan adalah sangat kecil.
1
Kerugian:
1. Karena proses manufaktur (pembuatan/produksi) dari roda gigi membutuhkan
pahat dan peralatan khusus, sehingga hal itu menjadikan harganya lebih mahal
dibanding penggerak lain.
2. Penyimpangan (kesalahan) dalam pemotongan gigi-gigi dapat mengakibatkan
getaran dan gangguan selama operasi.
3. Roda gigi memerlukan lubrikasi (pelumasan) yang sesuai dan metode
penerapan yang handal, untuk persiapan operasi.
2
Dua poros yang tidak bersilangan dan tidak sejajar dihubungkan oleh roda gigi
dinamakan spiral gears atau skew bevel gearing, ditunjukkan pada Gambar 2.d. Tipe
ini juga mempunyai kontak garis (line contact).
3
lingkaran dinamakan pinion. Dengan bantuan rack dan pinion, kita dapat
memindahkan gerakan linier ke dalam gerak putar seperti pada Gambar 4.
4
6 Addendum circle (Lingkaran addendum). Adalah lingkaran melalui bagian
atas gigi dan sepusat (seporos) dengan pitch circle.
7 Dedendum circle (lingkaran dedendum). Adalah lingkaran melalui bagian
bawah gigi. Ini dinamakan juga dengan root circle.
8 Circular pich. Adalah jarak yang diukur pada keliling pitch circle dari sebuah
titik dari salah satu gigi ke titik gigi berikutnya. Biasanya dinotasikan dengan
pc.
Secara matematika,
Circular pitch, pc = π.D/T
Dimana: D = diameter pitch circle,
T = jumlah gigi pada roda.
Jika D1 dan D2 adalah diameter dari 2 roda gigi yang berhubungan mempunyai jumlah
gigi T1 dan T2, maka:
5
9. Diametral pitch. Adalah rasio jumlah gigi terhadap diameter pitch circle
dalam millimeter. Ini dinotasikan dengan Pd. secara matematika dapat ditulis.
10. Module. Adalah rasio diameter pitch circle dalam millimeter terhadap jumlah
gigi. Biasanya dinotasikan dengan m. secara matematika dapat ditulis:
Catatan: seri yang direkomendasikan dari module dalam Standar India adalah 1, 1.25,
1.5, 2, 2.5, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25, 32, 40, dan 50.
11. Clearance. Adalah jarak radial dari bagian atas gigi terhadap bagian bawah
gigi, pada sebuah roda gigi yang kontak (berhubungan). Sebuah lingkaran
yang melalui bagian atas gigi yang kontak diketahui sebagai clearance circle.
12. Kedalaman total (total depth). Adalah jarak radial antara addendum circle dan
dedendum circle. Ini sama dengan jumlah addendum dan dedendum.
6
7
1.5 DESAIN RODA GIGI
Dalam desain roda gigi, data berikut ini biasanya menjadi bahan
pertimbangan:
a. Daya yang ditransmisikan.
b. Kecepatan roda gigi penggerak.
c. Kecepatan roda gigi yang digerakkan atau rasio putaran, dan
d. Jarak pusat poros.
Syarat berikut harus dijumpai dalam desain sebuah penggerak roda gigi:
a. Gigi gear harus mempunyai kekuatan yang cukup sehingga tidak akan gagal di
bawah beban statis atau beban dinamis selama operasi berjalan normal.
b. Gigi gear harus mempunyai cirri-ciri tahan aus sehingga umurnya aman.
c. Pemakaian material harus ekonomis.
d. Penjajaran roda gigi dan defleksi poros harus dipertimbangkan karena
mempengaruhi unjuk kerja roda gigi.
e. Pelumasan roda gigi harus memenuhi syarat.
8
Ф = sudut tekan
9
WT = Beban tangensial pada gigi,
h = Panjang gigi,
y = Setengah tebal gigi (t) pada bagian kritis BC = t/2
I = Momen inersia terhadap garis pusat gigi = b.t3/12,
b = Lebar permukaan gigi.
Substitusi nilai untuk M, y dan I pada Persamaan (1-1), dapat diperoleh:
Atau
3
Cv = , untuk kecepatan sampai 12,5 m/s
3+ v
6
Cv = , untuk kecepatan sampai 20 m/s
6+v
⎛ 0,75 ⎞
Cv = ⎜ ⎟ + 0,25 , untuk gear non metal
⎝1+ v ⎠
Table berikut menunjukkan nilai tegangan statis yang diijinkan untuk material roda
gigi yang berbeda.
10
Tabel 2: Nilai tegangan statis yang diijinkan
Catatan: Nilai tegangan statis yang diijinkan (σo) untuk roda gigi baja adalah
mendekati tegangan tarik maksimum (σu) dibagi tiga yaitu: (σo) = (σu)/3
11
Catatan:
1. Batas ketahan permukaan untuk baja dapat diperoleh dari persamaan berikut:
σes = (2,8.BHN-70) N/mm2
2. Beban keausan maksimum (Ww) harus lebih besar dari pada beban dinamis (WD).
12
CS = service factor,
Tabel berikut ini menunjukkan nilai service factor untuk jenis beban yang berbeda.
Tabel 4: Nilai service factor
Catatan:
• Nilai service factor di atas untuk roda gigi yang dilumasi secara tertutup
rapat. Dalam kasus pelumasan roda gigi secara terbuka dengan
menggunakan grease, nilai service factor adalah 0,65.
• Penerapan persamaan Lewis adalah sebagai berikut:
WT = σ W .b. p c . y = σ W .b.π .m. y
= (σ O.C v ).b.π .m. y
Kita mengetahui bahwa circular pitch, pc = π.D/T = π.m
D = m.T
Sehingga kecepatan garis pitch dapat juga diperoleh dengan menggunakan hubungan
sebagai berikut:
Dalam menghitung beban dinamis (WD), nilai beban tangensial (WT) dapat
dihitung dengan mengabaikan service factor (CS) yaitu:
13
• Menentukan beban statis gigi (yaitu kekuatan batang atau kekuatan ketahanan
gigi) dengan menggunakan hubungan:
Beban keausan Ww tidak boleh lebih rendah dari pada beban dinamik (WD).
Keterangan: DP = diameter lingkaran pitch dari pinion,
b = Lebar permukaan dari pinion,
Q = Faktor rasio
14
Tabel 5: Nilai dari Batas ketahanan permukaan (surface endurance limit)
Contoh 1:
Keterangan berikut ini dari sebuah roda gigi lurus reduksi tunggal:
Rasio roda gigi = 10 : 1; Jarak antara pusat = mendekati 660 mm; Pinion
mentransmisikan daya 500 kW pada putaran 1800 rpm; Addendum = m dengan sudut
tekan 22,5o; tekanan normal yang diijinkan antara gigi = 175 N/mm lebar. Tentukan:
1. Modul standar yang paling mendekati.
2. Jumlah gigi pada setiap roda.
3. Lebar pinion;
4. Beban pada bantalan dari roda akibat daya yang ditransmisikan.
Penyelesaian:
Diketahui:
15
Jumlah gigi pada pinion minimal adalah:
Standar nilai yang paling mendekati dari modul adalah 8 mm, sehingga kita dapat
mengambil:
m = 8 mm
2. Jumlah gigi pada setiap roda.
Jumlah gigi pada pinion adalah:
3. Lebar pinion,
Torsi yang terjadi pada pinion adalah:
Beban tangensial,
16
Beban normal pada gigi adalah:
Tekanan normal antara gigi adalah 175 N/mm lebar, sehingga lebar pinion adalah:
LATIHAN:
1. Hitung daya yang dapat ditransmisikan oleh sepasang roda gigi lurus dengan data
yang diberikan di bawah ini. Hitung juga tegangan bending pada dua roda ketika
sepasang roda gigi mentransmisikan daya.
Jumlah gigi pada pinion = 20
Jumlah gigi pada gear = 80
Modul = 4 mm
Lebar gigi = 60 mm
Bentuk gigi = 20o involute
Kekuatan bending yang diijinkan = 200 MPa untuk material pinion,
= 160 MPa, untuk material gear,
Putaran pinion = 400 rpm,
Service factor = 0,8
Lewis form factor =
Factor kecepatan =
17
18
BAB II
RODA GIGI HELIX
(HELICAL GEARS)
2.1 PENDAHULUAN
Roda gigi helix mempunyai gigi berbentuk helix mengelilingi gear. Roda gigi helix
digunakan untuk menghubungkan dua poros parallel (sejajar) seperti roda gigi lurus. Gigi
helical gears yang sejajar dengan sumbu mempunyai garis kontak seperti pada spur gear.
Karena itu roda gigi helix memberikan gerakan yang halus dengan efisiensi transmisi yang
tinggi.
19
2. Kisar aksial (axial pitch). Adalah jarak sejajar terhadap sumbu antara permukaan
yang serupa dengan gigi yang berdekatan. Circular pitch dinotasikan dengan pc.
Axial pitch juga didefinisikan sebagai circular pitch pada bidang putar atau bidang
diametral.
3. Kisar normal (normal pitch). Adalah dinotasikan dengan pN. Normal pitch dapat
juga didefinisikan sebagai circular pitch pada bidang normal yang tegak lurus
terhadap gigi. Secara matematika, normal pitch:
(1)
Beban gigi normal (WN) mempunyai dua komponen; satu adalah komponen tangensial
(WT) dan yang lain komponen aksial (WA), seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Gaya
dorong aksial yang diberikan adalah:
(2)
20
Catatan:
1. Lebar permukaan maksimum dapat diambil 12,5m sampai 20m, dimana m adalah
modul. Dalam istilah diameter pinion (DP), lebar permukaan menjadi 1,5 DP
sampai 2 DP, meskipun 2,5 DP dapat digunakan.
2. Dalam kasus double helical, lebar permukaan minimum adalah:
21
σo = Tegangan statis yang diijinkan,
Cv = Faktor kecepatan
b = Lebar permukaan,
m = Modul,
y’ = Faktor bentuk gigi atau factor Lewis yang berhubungan terhadap
jumlah gigi ekuivalen.
22
3. Beban gigi statis atau kekuatan ketahanan gigi adalah:
Dimana:
Contoh 1:
Sepasang roda gigi helix mentransmisikan daya 15 kW. Gigi adalah 20o memotong bidang
diametral (sudut tekan) dan mempunyai sudut helix 45o. Pinion berputar 10.000 rpm dan
mempunyai diameter pitch 80 mm. Roda gigi (gear) mempunyai diameter pitch 320 mm.
Jika roda gigi dibuat dari baja cor yang memiliki kekuatan statis ang diijinkan 100 MPa;
Tentukan modul yang sesuai dan lebar permukaan dengan pertimbangan kekuatan statis
dan periksa keausan roda gigi, diambil σes = 618 MPa.
Penyelesaian:
Diketahui:
23
Jumlah gigi pada pinion:
Kecepatan keliling:
Faktor kecepatan:
Ketika lebar permukaan maksimum (b) untuk roda gigi helix diambil 12,5 m sampai 20 m,
dimana m adalah modul, oleh karena itu kita ambil:
b = 12,5 m
Beban gigi tangensial (WT) :
Faktor rasio:
24
Kita mengetahui bahwa:
Ketika gear dibuat dari bahan yang sama (yaitu baja cor), oleh karena itu diambil:
Ketika beban maksimum untuk keausan adalah lebih besar dari pada beban tangensial
pada gigi, oleh karena itu desain adalah aman dengan pertimbangan keausan:
Contoh 2:
Roda gigi helix terbuat dari baja cor dengan sudut helix 30o mentransmisikan daya 35 kW
pada putaran 1500 rpm. Jika gear mempunyai 24 gigi, tentukan modul, diameter pitch dan
lebar permukaan untuk 20o full depth teeth. Tegangan statis untuk baja cor diambil 56
MPa. Lebar permukaan diambil 3 kali normal pitch. Berapakah gaya dorong (thrust) pada
ujung gigi? Faktor gigi untuk 20o full depth involute gear diambil 0,154 – 0,912/TE ,
dimana TE menunjukkan jumlah ekuivalen gigi.
Penyelesaian:
Diketahui:
Modul:
Misalkan: m = Modul dalam mm,
DG = Diameter lingkaran pitch dari gear dalam mm.
Torsi yang ditransmisikan oleh gear adalah:
25
Jumlah gigi ekuivalen:
Faktor gigi:
Kecepatan keliling:
26
Lebar permukaan:
≈
Gaya dorong ujung gear:
Latihan:
1. Sepasang roda gigi helix dengan sudut helix 30o digunakan untuk mentransmisikan
daya 15 kW pada putaran pinion 10.000 rpm. Rasio kecepatan adalah 4 : 1. Kedua
roda gigi dibuat dari baja yang dikeraskan (hardened steel) dengan kekuatan statis 100
N/mm2. Gigi dengan sudut tekan 20o dan pinion mempunyai 24 gigi. Lebar permukaan
diambil 14 kali modul. Tentukan modul dan lebar permukaan dan periksa roda gigi
untuk keausan. (Jawab: 2 mm, 28 mm)
2.
27
BAB III
RODA GIGI KERUCUT
(BEVEL GEARS)
3.1 PENDAHULUAN
Roda gigi kerucut digunakan untuk mentransmisikan daya pada rasio kecepatan
konstan antara dua poros yang sumbunya berpotongan pada sudut tertentu. Permukaan
pitch untuk roda gigi kerucut adalah kerucut. Dua pasang kontak kerucut dapat dilihat
pada Gambar 3.2. Elemen kerucut pada Gambar 3.2 (a) berpotongan pada titik potong
dari sumbu putar. Karena radius kedua gear adalah proporsional terhadap jaraknya dari
puncak, maka kerucut dapat berputar bersama-sama tanpa sliding. Pada Gambar 3.2
(b), elemen kedua kerucut tidak berpotongan pada titik potong poros. Oleh karena itu
kerucut ini tidak dapat digunakan sebagai permukaan pitch, hal ini memungkinkan
terjadinya gerakan porsitif dan sliding pada arah yang sama pada saat yang sama.
28
3.2 KLASIFIKASI BEVEL GEARS
Bevel gears dapat diklasifikasikan dalam tipe berikut ini, tergantung pada sudut
antara poros dan permukaan pitch.
1. Mitre gears. Ketika bevel gears mempunyai gigi sama dan sudut pitch
menghubungkan dua poros yang sumbunya memotong pada sudut siku-siku,
seperti pada Gambar 3.3.
2. Angular bevel gears. Ketika bevel gears menghubungkan dua poros yang
sumbunya memotong pada sebuah sudut lain dari pada sudut siku-siku.
3. Crown bevel gears. Ketika bevel gears menghubungkan dua poros yang
sumbunya memotong pada sebuah sudut yang lebih besar dari pada sudut siku-
siku dan salah satu bevel gears mempunyai sudut pitch 90o, seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.4.
4. Internal bevel gears. Ketika gigi pada bevel gears memotong pada sisi dalam
kerucut pitch.
29
3.3 ISTILAH YANG DIGUNAKAN PADA RODA GIGI KERUCUT
Berikut ada beberapa istilah pada roda gigi kerucut yang penting untuk diketahui:
1. Pitch angle. Sudut antara pitch line dengan sumbu poros, dinotasikan ‘θp’.
2. Cone distance. Adalah panjang elemen pitch cone, dinotasikan ‘OP’. secara
matematika dirumuskan sebagai berikut:
3. Addendum angle. Sudut yang dibentuk oleh addendum pada cone centre,
dinotasikan ‘α’. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:
4. Dedendum angle. Sudut yang dibentuk oleh dedendum pada cone centre,
dinotasikan ‘β’. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:
30
5. Outside or addendum cone diameter. Adalah diameter maksimum dari gigi
gear. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:
31
4. Working depth = 2 m,
5. Tebal gigi = 1,5708 m
Dimana m = modul
32
Dimana T = Jumlah gigi actual dari gear.
Dimana:
Catatan:
1. Faktor dinamakan bevel factor.
2. Untuk operasi yang aman dari bevel gears, lebar permukaan adalah dari 6,3 m
sampai 9,5 m, dimana m = modul. Rasio L/b tidak boleh melebihi 3. Untuk itu,
jumlah gigi pada pinion harus tidak kurang dari pada dimana
V.R adalah rasio kecepatan (velocity ratio).
3. Beban gigi statis atau kekuatan ketahan gigi untuk bevel gears adalah:
33
Nilai batas ketahanan bending (flexural endurance limit) σe dapat diambil dari
tabel 3 BAB I.
4. Beban maksimum untuk keausan pada bevel gears adalah:
Dimana :
34
Sekarang gaya radial (WR) bekerja pada radius rata-rata yang diuraikan ke dalam dua
komponen, WRH dan WRV, dalam arah aksial dan radial seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.7.
Oleh karena itu gaya aksial yang bekerja pada poros pinion adalah:
Dimana:
3. Menentukan gaya aksial dan radial yang bekerja pada poros pinion:
4. Menentukan resultan memen bending pada poros pinion adalah sebagai berikut:
Momen bending akibat WRH dan WRV adalah:
5. Ketika poros dikenai pomen punter (T) dan resultan momen bending (M), oleh
karena itu momen punter ekuivalen adalah:
35
6. Diameter dari poros pinion dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
torsi, sebagai berikut:
Dimana:
7. Dengan cara yang sama dapat digunakan untuk menentukan diameter poros
gear.
Contoh 1:
Sepasang bevel gears dari besi cor menghubungkan dua poros pada sudut siku-siku.
Diameter pitch pinion dan gear adalah 80 mm dan 100 mm. Bentuk gigi gear adalah
14½o composite form. Tegangan statis yang diijinkan untuk kedua gear adalah 55 MPa.
Jika pinion mentransmisikan daya 2,75 kW pada putaran 1100 rpm, tentukan modul
dan jumlah gigi pada setiap gear dari sudut kekuatan dan check desain dari sudut
keausan. Ambil batas ketahanan permukaan adalah 630 MPa dan modulus elastisitas
untuk besi cor adalah 84 kN/mm2.
Penyelesaian:
Diketahui:
Modul
Misalkan: m = modul
Ketika poros pada sudut siku-siku, oleh karena itu sudut pitch pada pinion adalah:
36
Karena kedua gigi terbuat dari bahan yang sama maka pinion adalah yang paling
lemah. Sehingga perancangan didasarkan pada pinion.
Factor bentuk gigi untuk pinion mempunyai 14½o composite form,
Asumsikan lebar permukaan (b) adalah 1/3 dari panjang pitch cone, oleh karena itu:
Ukuran modul dapat dicari melalui persamaan beban tangensial pada pinion:
37
Jumlah gigi pada setiap gear
Jumlah gigi pada pinion adalah:
Ketika beban maksimum untuk keausan adalah lebih besar dari pada beban tangensial
(WT), oleh karena itu desain adalah aman ditinjau dari keausan.
Latihan:
38
39
BAB IV
RODA GIGI CACING
(WORM GEARS)
4.1 PENDAHULUAN
Worm gears banyak digunakan untuk mentransmisikan daya pada rasio
kecepatan yang tinggi antar poros yang secara umum tidak saling memotong. Rasio
kecepatan worm gears mencapai 300 : 1 atau lebih tetapi mempunyai efisiensi yang
rendah. Roda gigi cacing kebanyakan digunakan untuk penurun kecepatan (putaran)
yang terdiri dari worm dan roda worm (gear). Worm (sebagai penggerak) biasanya
berbentuk silindris yang berulir. Ulir dari worm dapat berputar ke kiri atau ke kanan
dan berulir tunggal atau banyak. Worm biasanya dibuat dari baja, sementara worm
gear dibuat dari perunggu atau besi cor.
40
Worm kerucut atau ganda, aeperti ditunjukkan pada Gambar 4.2 (b), membutuhkan
penjajaran yang lebih akurat.
41
titik pada ulir berikutnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4. Aksial pitch
dinotasikan pa dari worm adalah sama dengan circular pitch (pc).
3. Lead angle (sudut lead). Adalah sudut tangent antara ulir helix pada silinder
pitch dan bidang normal terhadap sumbu worm, yang dinotasikan λ seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
42
Dimana: m = modul
DW = diameter lingkar pitch dari worm
Sudut lead (λ) dapat bervariasi dari 9o sampai 45o. F.A Halsey menemukan bahwa
sudut lead yang lebih rendah dari 9o dapat mengakibatkan keausan yang cepat dan
nilai yang aman untuk λ adalah 12 ½ o.
Untuk desain yang kompak (rapi dan ringkas), sudut lead dapat ditentukan oleh
hubungan berikut:
Untuk penerapan pada otomotif, sudut tekan 30o adalah direkomendasikan untuk
mendapatkan efisiensi yang tinggi dan untuk mempermudah overhauling
(pembongkaran saat turun mesin).
5. Normal pitch. Adalah jarak yang diukur antara dua titik yang berhubungan
pada dua ulir yang berdekatan dari worm. Secara matematika dapat ditulis:
Catatan: Istilah normal pitch digunakan untuk worm yang mempunyai ulir tunggal.
Dalam kasus worm berulir banyak, istilah normal lead (lN) adalah yang digunakan,
sehingga:
43
6. Sudut helix. Adalah sudut tangent antara ulir helix pada silinder pitch dan
sumbu worm, yang dinotasikan αW seperti pada Gambar 4.3. Sudut helix
worm adalah komponen dari sudut lead worm, yaitu:
αW + λ = 90o
7. Rasio kecepatan. Adalah rasio putaran worm (NW) dalam rpm terhadap
putaran worm gear (NG) dalam rpm. Secara matematika rasio kecepatan
adalah:
Karena kecepatan linier dari worm dan worm gear adalah sama, oleh karena itu:
Dimana m adalah modul dan TG adalah jumlah gigi pada worm gear.
Dimana
Tabel berikut ini menunjukkan jumlah ulir yang digunakan pada worm untuk rasio
kecepatan yang berbeda.
44
Tabel 4.2: Jumlah ulir yang digunakan pada worm untuk rasio kecepatan yang
berbeda
Catatan:
1. Diameter lingkaran pitch dari worm (DW) dalam istilah jarak pusat antara
poros (x) dapat diambil sebagai berikut:
2. Diameter lingkaran pitch dari worm (DW) dapat juga diambil sebagai berikut:
3. Panjang muka (face length) dari worm dapat dinaikkan dari 25 sampai 30 mm.
45
Tabel 4.4: variasi proporsi gear
Dimana:
Dimana:
46
b = Lebar muka dari worm gear,
K = Faktor tegangan beban (factor kombinasi material)
Faktor tegangan beban tergantung pada kombinasi material yang digunakan untuk
worm dan worm gear. Tabel berikut menunjukkan nilai dari Faktor tegangan beban
untuk perbedaan kombinasi material dari worm dan worm gear.
Tabel 4.5 : nilai factor tegangan beban K
Gaya tangensial (WT) pada worm menghasilkan momen puntir sebesar (WT.DW/2)
dan momen bending worm pada bidang horizontal.
47
2. Gaya aksial pada worm
Contoh 1:
Sebuah worm berputar mentransmisikan daya 15 kW pada 2000 rpm terhadap mesin
kereta pada putaran 75 rpm. Worm adalah berulir tiga lapis (triple) dan mempunyai
diameter pitch 65 mm. Worm gear mempunyai gigi 90 modul 6 mm. Susunan gigi
adalah 20o full depth involute. Koefisien gesek antara gigi diambil 0,10. Hitung:
1. Gaya aksi tangensial pada worm,
2. Gaya aksial dan radial pada worm, dan
3. Efisiensi penggerak worm.
Penyelesaian:
Diketahui:
Maka:
48
Gaya radial pada worm adalah:
Jarak pusat antara poros dapat ditulis dalam istilah lead aksial (l), sudut lead (λ) dan
rasio kecepatan (V.R), sebagai berikut:
49
Dalam istilah lead normal (lN = l cos λ), pernyataan di atas dapat ditulis:
Atau: i
Dari persamaan (i), maka desain worm gear dapat ditentukan dengan menggunakan
kurva dalam grafik pada Gambar 4.7 di bawah ini.
Contoh 2:
Rancanglah worm dan gear 20o involute untuk mentransmisikan daya 10 kW dengan
putaran worm 140 rpm dan untuk mendapatkan reduksi putaran 12 : 1. Jarak pusat
antara poros adalah 225 mm.
Penyelesaian:
Diketahui:
1. Desain worm
Sudut lead:
50
Lead normal:
Lead aksial:
Dari Tabel 4.3 kita dapat menentukan panjang muka dari worm:
51
Panjang muka dinaikkan menjadi 25 mm sampai 30 mm, maka :
Kedalaman gigi:
Addendum:
Diameter luar:
52
Kecepatan linier dari worm gear adalah:
Faktor kecepatan:
Karena secara umum worm gear dibuat dari phosphor bronze, oleh karena itu
tegangan statis untuk phosphor bronze adalah σo = 84 MPa.
Besarnya beban tangensial desain adalah:
Ketika beban tangensial desain (WT = 12 110 N) lebih besar dari beban tangensial
pada gear (WT = 4260 N), oleh karena itu desain adalah aman ditinjau dari segi beban
tangensial.
Latihan:
1. Sebuah worm berulir ganda (double) mempunyai pitch aksial (axial pitch) 25
mm dan diameter lingkaran pitch 70 mm. Torsi pada potos worm gear adalah
1400 Nm. Diameter lingkaran pitch dari worm gear adalah 250 mm dan sudut
tekan gigi adalah 25o. Tentukan:
• Gaya tangensial dari worm gear
• Torsi pada poros worm
• Rasio kecepatan
• Efisiensi gerakan, jika koefisien gesek antara worm dan gigi gear
adalah 0,04.
2. Rancanglah sebuah unit penurun putaran (reducer speed) dari worm dan worm
gear untuk input daya 1 kW dengan rasio transmisi 25. Putaran dari worm
adalah 1600 rpm. Worm dibuat dari hardened steel dan worm gear dari
phosphor bronze dengan faktor kombinasi material sebesar 0,7 MPa.
53
Tegangan statis untuk material gear adalah 56 MPa. Worm dibuat double ulir
dan jarak antara poros adalah 120 mm. Bentuk gigi adalah 14 ½ involute. Cek
keamanan desain berdasarkan beban tangensial.
54
BAB V
BANTALAN LUNCUR
(SLIDING CONTACT BEARING)
5.1 PENDAHAULUAN
Bantalan (bearing) adalah sebuah elemen mesin yang mendukung elemen
mesin lain (dinamakan sebagai journal). Bantalan mengijinkan gerakan relative antara
permukaan kontak dari elemen ketika membawa beban. Akibat gerakan relatif antara
permukaan kontak, sejumlah daya tertentu dibuang dalam bentuk tahanan gesek dan
jika permukaan yang berhubungan dalam kontak langsung, maka akan menimbulkan
keausan. Agar tahan gesek dan keausan turun dan dalam beberapa kasus dapat
membangkitkan panas, maka diperlukan sekali sebuah lapisan fluida yang dinamakan
pelumas (lubricant). Pelumas yang digunakan untuk memisahkan journal dan bantalan
biasanya adalah sebuah minyak mineral dari petroleum, tetapi minyak nabati, minyak
silicon, grease dan lain-lain dapat juga digunakan.
55
2. Menurut sifat kontak.
Berdasarkan sifat kontak, bantalan dapat diklasifikan menjadi dua, yaitu:
• Bantalan luncur (sliding contact bearing), seperti ditunjukkan pada Gambar
5.2 (a), luncuran mengambil posisi sepanjang permukaan kontak antara
elemen penggerak dan elemen tetap.
• Bantalan rol (rolling contact bearing), seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2
(b), bola atau rol baja ditempatkan antara elemen penggerak dan elemen tetap.
56
mempunyai gesekan yang lebih rendah dari pada full journal bearing, tetapi hanya
dapat digunakan dimana beban selalu dalam satu arah. Jenis bantalan ini biasanya
digunakan pada poros mobil beroda rel.
57
5.5 PELUMAS
Pelumas yang digunakan pada bantalan untuk menurunkan gesekan antara
permukaan dan membuang panas yang dihasilkan oleh gesekan. Pelumas juga
melindungi terjadinya korosi pada bantalan. Seluruh pelumas telah diklasifikasikan ke
dalam tiga kelompok berikut ini:
1. Cair, 2. Semi cair, dan 3. Padat
Pelumas cair yang biasa digunakan pada bantalan adalah minyak mineral dan minyak
sintetis. Pelumas semi cair mempunyai viskositas lebih tinggi dari pada minyak.
Grease dipakai pada kecepatan rendah dan tekanan tinggi dan dimana tidak
dikehendaki terjadinya tetesan minyak dari bantalan. Pelumas padat bermanfaat
untuk menurunkan gesekan dimana lapisan minyak tidak dapat menjaga karena
tekanan atau temperature. Grafit adalah biasa digunakan sebagai pelumas padat
dengan sendirinya atau dicampur dengan minyak atau grease.
Istilah berikut digunakan pada journal bearing yang penting untuk diketahui:
1. Diametral clearance. Adalah selisih antara diameter bearing dan journal.
Secara matematika dapat ditulis:
c=D–d
58
2. Radial clearance. Adalah selisih antara radius bearing dan journal. Secara
matematika dapat ditulis:
4. Eccentricity. Adalah jarak radial antara pusat O dan O/, dan dinotasikan
dengan e.
5. Minimum oil film thickness. Jarak minimum antara bearing dan journal,
dibawah kondisi pelumasan. Dinotasikan dengan hO dan terjadi pada garis
pusat seperti pada Gambar 5.5. Nilainya diasumsikan c/4.
6. Attitude atau eccentricity ratio. Adalah rasio eksentrisitas terhadap radial
clearance. Secara matematika dapat ditulis:
7. Short and long bearing. Jika rasio panjang diameter journal yaitu l/d adalah
kurang dari 1, dikatakan bearing adalah short bearing. Jika rasio panjang
diameter journal yaitu l/d adalah lebih besar dari pada 1, dikatakan bearing
adalah long bearing.
Dimana:
59
5.8 KOEFISIEN GESEK JOURNAL BEARING
Untuk menentukan koefisien gesek journal bearing yang dilumasi secara
penuh, persamaan berikut oleh McKee didasarkan pada data eksperimen:
60
5.9 TEKANAN KRITIS JOURNAL BEARING
Tekanan yang mana lapisan minyak mengalami kerusakan ketika kontak
antara logam dimulai dinamakan tekanan kritis dari bantalan. Tekanan kritis dapat
diperoleh melalui persamaan empiris sebagai berikut:
61
5.11 PANAS YANG DIBANGKITKAN
Panas yang dibangkitkan dalam sebuah journal bearing akibat gesekan fluida
dan gesekan pada bagian-bagian yang bergerak relatif. Secara matematika, Panas
yang dibangkitkan dalam sebuah journal bearing adalah:
Dimana:
Contoh 1:
Rancanglah sebuah journal bearing untuk pompa sentrifugal dari data berikut ini:
Beban pada journal = 20.000 N; putaran journal = 900 rpm; jenis minyak (oli) SAE
10, yang memiliki kekentalan absolute pada suhu 55oC = 0,017 kg/m-s; suhu
sekeliling minyak = 15,5oC; tekanan bearing maksimum untuk pompa = 1,5 N/mm2.
Hitung massa dari minyak pelumas yang dibutuhkan untuk pendinginan, jika
kenaikan suhu minyak dibatasi 10oC. Koefisien panas yang hilang = 1232 W/m2/oC.
Penyelesaian:
Tahap desain/perancangan:
1. Menentukan panjang journal (l).
62
Asumsikan diameter journal (d) = 100 mm. dari Tabel 5.1, besarnya l/d untuk pompa
sentrifugal bervariasi dari 1 sampai 2, maka diambil l/d = 1,6.
Sehingga: l = 1,6 d = 1,6 . 100 = 160 mm
2. Tekanan bearing,
Karena tekanan bearing yang diberikan untuk pompa = 1,5 N/mm2, sehingga nilai
diatas untuk p = 1,25 N/mm2 adalah aman dan dimensi dari l dan d adalah aman juga.
3.
Diketahui nilai minimum untuk modulus bearing yang mana lapisan oli akan rusak
adalah:
Karena nilai perhitungan untuk adalah lebih besar dari pada 9,33,
maka bearing akan beroperasi di bawah kondisi hidrodinamik.
4. Dari Tabel 5.1, untuk pompa sentrifugal, rasio clearance (c/d) = 0,0013
5. Koefisien gesek :
63
7. Panas yang hilang:
Kemudian:
Jumlah panas yang dibutuhkan untuk pendinginan = jumlah panas yang dialirkan oleh
oli, sehingga:
Latihan:
64
BAB VI
BANTALAN ROL
(ROLLING CONTACT BEARING)
6.1 PENDAHULUAN
Dalam bantalan rol, kontak antara permukaan bantalan adalah rol sebagai pengganti
sliding (luncuran) seperti pada bantalan luncur. Keuntungan bantalan rol dibanding bantalan
luncur adalah mempunyai gesekan pada saat starting yang rendah. Akibat gesekan yang
rendah pada bantalan rol, maka bantalan rol dinamakan bantalan anti gesekan (antifriction
bearing).
65
6.2 JENIS BANTALAN ROL
Berikut adalah dua jenis bantalan roll:
1. Ball bearing (bantalan bola),
2. Roller bearing (bantalan rol)
Bantalan bola dan rol terdiri dari sebuah inner race yang dipasang pada poros atau
journal dan sebuah outer race yang dibawa oleh housing atau casing. Antara inner race dan
outer race dipasang bola atau rol seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2. Bantalan bola
digunakan untuk beban yang ringan dan bantalan rol digunakan untuk beban yang lebih berat.
66
6.3 PENANDAAN DAN DIMENSI STANDAR DARI BANTALAN BOLA
Dimensi standar berdasarkan standar internasional ditunjukkan pada Gambar 6.3.
Dimensi ini sebagai fungsi dari lubang bantalan dan seri bantalan. Dimensi standar diberikan
dalan satuan millimeter. Di sini tidak ada untuk ukuran dan nomor bola baja.
Berikut ada empat seri bantal bola yang paling banyak digunakan:
1. Extra light (100)
2. Light (200)
3. Medium (300)
4. Heavy (400)
67
Tabel berikut menunjukkan dimensi utama untuk radial ball bearing.
Tabel 6.1: Dimensi utama untuk radial ball bearing
68
6.4 THRUST BALL BEARING
Thrust ball bearing digunakan untuk membawa semata-mata beban dorong (thrust)
dan pada putaran di bawah 2000 rpm. Pada putaran tinggi, gaya sentrifugal mengakibatkan
bola tertarik keluar dari race (lintasan).
69
Gambar 6.5 : Jenis roller bearing
2. Spherical roller bearing. Seperti ditunjukkan pada Gambar 6.5 (b), bantalan ini dapat
membawa beban thrust.
3. Needle roller bearing. Seperti ditunjukkan pada Gambar 6.5 (c), bantalan ini
digunakan untuk beban yang berat dengan gerak osilasi seperti pada bantalan pin
piston dalam mesin diesel.
4. Tapered roller bearing. Seperti ditunjukkan pada Gambar 6.5 (d), bantalan ini
digunakan untuk membawa beban radial dan thrust.
Berikut adalah jenis ball bearing:
70
6.6 BEBAN STATIS UTAMA
Beban statis yang dibawa oleh bantalan yang tidak berputar dinamakan beban statis.
Besarnya beban statis didefinisikan sebagai beban radial statis (dalam kasus bantalan bola
dan rol radial) atau beban aksial (dalam kasus bantalan bola dan rol thrust) yang berhubungan
dengan total deformasi permanen dari bola (rol) dan race (lintasan), pada saat kontak
tegangan paling besar, sama dengan 0,0001 kali diameter rol (bola).
Menurut IS: 3823-1984, besarnya beban statis utama (CO) untuk bantalan bola dan rol
adalah:
1. Untuk bantalan bola radial.
Dimana:
Dimana:
Dimana:
71
4. Untuk bantalan rol thrust.
Dimana:
Dimana:
Menurut IS: 3824-1984, nilai XO dan YO untuk bantalan radial yang berbeda adalah:
Tabel 6.2 : Nilai XO dan YO untuk bantalan radial
72
6.8 UMUR BANTALAN
Umur bantalan bola dan rol didefinisikan sebagai jumlah putaran (atau waktu jam
pada saat putaran konstan) yang mana bantalan beroperasi sebelum salah satu elemen
bantalan mengalami kelelahan (fatique).
Umur bantalan untuk jenis mesin yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini:
Tabel 6.3: Umur bantalan untuk jenis mesin yang bervariasi
73
dengan diameter bola < 25,4 mm:
Dimana:
Dimana:
74
Nilai faktor beban radial (X) dan faktor beban aksial (Y) dapat dilihat pada Tabel 6.4 berikut:
Tabel 6.4 : Nilai faktor beban radial (X) dan faktor beban aksial (Y)
75
Dimana:
Hubungan antara umur dalam putaran (L) dan umur dalam jam (LH) adalah:
Contoh 1:
Sebuah poros berputar pada putaran konstan mendapat beban yang bervariasi. Bantalan
mendukung poros dengan beban radial ekuivalen stasioner sebesar 3 kN untuk 10% waktu, 2
kN untuk 20% waktu, 1 kN untuk 30% waktu dan tanpa beban untuk sisa waktu siklus. Jika
total umur yang diharapkan untuk bantalan adalah 20.106 putaran pada 90% kehandalan,
hitung besarnya beban dinamis dari ball bearing.
Penyelesaian:
76
Diketahui:
Misalkan:
Maka:
77
Setelah menentukan beban radial dinamis perancangan, pemilihan bantalan diperoleh dari
catalog produksi. Tabel berikut menunjukkan kapasitas beban statis dan dinamis untuk variasi
jenis ball bearing.
Tabel 6.6: Kapasitas beban statis dan dinamis untuk variasi jenis ball bearing.
78
Contoh 2:
Pilihlah sebuah single row deep groove ball bearing untuk beban radial 4000 N dan beban
aksial 5000 N, beroperasi pada putaran 1600 rpm untuk umur rata-rata 5 tahun pada 10 jam
per hari. Asumsikan beban adalah merata (uniform) dan tetap (steady).
Penyelesaian:
Diketahui:
79
Umur rata-rata bantalan 5 tahun pada 10 jam per hari, sehingga umur bantalan dalam jam
adalah:
Untuk menentukan faktor beban radial (X) dan faktor beban aksial (Y), membutuhkan WA/WR
dan WA/CO. karena nilai CO tidak diketahui, maka diambil WA/CO = 0,5. dari Tabel 6.4, dapat
ditentukan nilai X dan Y yang berhubungan dengan WA/CO = 0,5 dan WA/WR = 5000/4000 =
1,25 (yang lebih besar dari pada e = 0,44) yaitu:
X = 0,56 dan Y=1
Faktor putaran (V) untuk bantalan adalah 1, sehingga beban radial ekuivalen dinamis (W)
adalah:
Dari Tabel 6.5, untuk beban uniform dan steady, service factor (KS) untuk ball bearing adalah
1. sehingga bantalan yang dipilih untuk W = 7240 N.
Beban dinamis C adalah:
Dari Tabel 6.6, missal dipilih bearing nomor 315 yang mempunyai nilai:
Sekarang:
80
Besarnya beban dinamis adalah:
Dari Tabel 6.6, bantalan nomor 319 mempunyai C = 120 kN. Maka bantalan nomor 319
adalah yang dipilih.
Latihan:
81
DAFTAR PUSTAKA
• Brown, T.H, Jr., 2005, Marks’ Calculations for Machine Design, McGraw-Hill
companies, New York.
• Khurmi, R.S., and Gupta, J.K., 1982, Text Books of Machine Design, Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd, Ram Nagar, New Delhi 110055.
• Shigley, J.E., and Mischke, C.R., 1996, Standard Handbook of Machine Design,
McGraw-Hill companies, New York.
103