Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI

Nama : Fida Fauziyyah Pasya Atmaja

NIM : 1193050043

Mata Kuliah : Hukum HAM

Dosen Pengampu : Ibu Dr. Dede Kania, S.H., M.H.

Ilmu Hukum / A / Semester 3

1. Jelaskan bagaimana kedudukan perempuan dalam hukum Indonesia!


Jawaban :

Secara yuridis, dalam tataran internasional maupun nasional, Instrumen hukum


dan peraturan perundang-undangan Indonesia mengakui tentang adanya prinsip
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Namun, dalam tataran implementasi
penyelenggaraan bernegara, diskriminasi dan ketidakadilan terhadap kaum perempuan.
Kaum perempuan selalu tertinggal dan termarjinalkan dalam bidang ekonomi,
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, maupun dalam bidang politik.

Perjuangan kaum perempuan dalam mencapai kesetaraan dan keadilan yang


telah dilakukan sejak dahulu, ternyata belum dapat mengangkat harkat dan martabat
kaum perempuan untuk dapat sejajar dengan kaum laki-laki. Sekalipun kekuasaan
tertinggi di negeri ini pernah dipegang oleh perempuan, yakni Presiden Megawati
Soekarno Putri, dan telah banyak kaum perempuan yang memegang jabatan strategis
dalam pemerintahan, ketidakadilan gender dan ketertinggalan kaum perempuan masih
belum teratasi sebagaimana yang diharapkan. Kaum perempuan tetap saja
termarjinalkan dan tertinggal dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang
hukum.
Selain dari sisi substansi aturan hukum, tantangan yang dihadapi adalah dari
struktur penegakan hukum dan budaya hukum. Di bidang struktur penegak hukum,
sebagai korban atau saksi, perempuan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat
memberikan keterangan dengan bebas tanpa tekanan. Untuk itu proses perkara, mulai
dari penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, hingga persidangan perlu
memperhatikan kondisi tertentu yang dialami perempuan.
Misalnya saat dilakukan penyidikan, perempuan korban kekerasan tentu
membutuhkan ruang tersendiri, apalagi jika kekerasan tersebut adalah kekerasan
seksual yang tidak semua perempuan mampu menyampaikannya secara terbuka.
Demikian pula terkait dengan persidangan yang membutuhkan jaminan keamanan baik
fisik maupun psikis. Apa yang dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum menunjukkan
bahwa mereka belum mengutamakan kepentingan korban. Sehingga akses keadilan
bagi korban terhambat bahkan korban kehilangan hak-haknya untuk mendapatkan
perlindungan. Situasi ini merupakan indikasi lemahnya pemahaman institusi penegak
hukum terhadap hak-hak korban, terutama korban kekerasan terhadap perempuan.

2. Apa penyebab masih banyaknya pelanggaran terhadap hak perempuan?


Jawaban :

Pelanggaran hak asasi perempuan terjadi karena banyak hal, diantaranya adalah
akibat sistem hukum, dimana perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.
Sampai saat ini hukum masih dianggap diskriminatif dan tidak berkeadilan
gender. Padahal hukum seharusnya berkeadilan atau sensitif gender untuk menjamin
terpenuhinya hak asasi perempuan. Dengan mengikuti prinsip persamaan hak dalam
segala bidang, maka baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak atau
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Sehingga apabila terjadi diskriminasi terhadap
perempuan, hal itu merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi perempuan.

3. Apakah masih diperlukan bentuk affirmative terhadap hak perempuan, khususnya


ranah politik? Kenapa?
Jawaban :
Masih diperlukan affirmative action terhadap hak perempuan, Undang-Undang
No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik yang terakhir telah diubah dengan Undang-
Undang 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dan Undang-Undang No. 10 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang terakhir diganti dengan
Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan
DPRD, kedua Undang-undang ini merumuskan aturan tentang bentuk diskriminasi
positif (affirmative action) berupa kuota 30% bagi perempuan di ranah politik
Indonesia.
Tindakan Khusus Sementara (Affirmative Action),yang diistilahkan dengan
keterwakilan perempuan. Ani Widyani Soetjipto mendefinisikan secara umum
affirmative action sebagai tindakan pro-aktif untuk menghilangkan perlakuan
diskriminasi terhadap satu kelompok sosial yang masih terbelakang. Koalisi Perempuan
Indonesia, mengatakan bahwa affirmative action merupakan kebijakan, peraturan atau
program khusus yang bertujuan untuk mempercepat persamaan posisi dan kondisi yang
adil bagi kelompok-kelompok yang termarjinalisasi dan lemah secara sosial dan politik,
seperti kelompok miskin, penyandang cacat, buruh, petani, nelayan dan lain-lain,
termasuk di dalamnya kelompok perempuan. Shidarta14 mengemukakan bahwa
tindakan affirmatif (affirmative action) diartikan sebagai upaya meningkatkan hak atau
kesempatan bagi orang yang semula tidak/kurang beruntung (disadvantaged) agar dapat
mengenyam kemajuan dalam waktu tertentu.
tujuan utama affirmative action terhadap perempuan, adalah untuk membuka
peluang kepada perempuan agar mereka yang selama ini sebagai kelompok marjinal
bisa terintegrasi dalam kehidupan secara adil. Menurutnya, ciri semua tindakan
affirmative action adalah sifatnya sementara. Maksudnya adalah bahwa “ketika
kelompok-kelompok yang dilindungi itu telah terintegrasi dan tidak lagi
terdiskriminasi, kebijakan ini bisa dicabut karena lahan persaingan dan kompetisi telah
cukup adil bagi mereka untuk bersaing bebas”

4. Bagaimana islam mendudukan laki laki dan perempuan dalam ajarannya?


Jawaban :

Islam hanya memiliki satu aturan yang berlaku dalam membeda-bedakan


manusia, yaitu ketakwaan kepada Allah. Persoalan mengemuka ketika sebagian wanita
bersikap ingin sebanding dengan lelaki. Mereka berpendapat pekerjaan mendidik anak
atau mengurus rumah tangga hanya perkara kecil dan tidak sesuai dengan kaliber
wanita intelek zaman modern.

Seluruh makhluk yang berada di muka bumi dapat merasakan dan menerima
keadilan Islam sejati. Jadilah Islam sebagai agama yang mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi zaman dan tempat sehingga mampu diterima banyak kalangan di mana
pun berada. Demikian pula bagi kaum wanita yang merupakan mahluk ciptaan Allah
SWT dengan segala keistimewaannya.

Sesungguhnya, setiap kejadian Allah ada hikmah dan tujuannya tersendiri yang
mampu ataupun tidak mampu dijangkau oleh ilmu serta akal manusia. Islam sentiasa
menghormati dan mengangkat martabat wanita ke tempat yang sepatutnya.

Segenap umat wajib menjaga kehormatan dan kemuliaan yang dianugerahkan


Allah. Kedudukan wanita dalam Islam begitu tinggi nilainya berbanding pandangan
kalangan non-Islam hingga mereka sejajar dengan kaum lelaki walau ada perbedaan
seperti ditetapkan oleh Islam.

Secara garis besar, ada tiga tugas utama kaum wanita yang ditetapkan oleh
Islam, yakni sebagai sakinah, penenang, penenteram (QS ar-Rum [30]: 21), sebagai
sumber kecintaan dan kasih sayang (QS ar-Rum [30]: 21), serta sebagai ibu rumah
tangga dan pendidik anak (QS an-Nahl [16]: 72). Prinsip yang telah digariskan agama
Islam ini memberikan hak setara kepada kaum wanita. Mereka diberikan kedudukan
dan keistimewaan untuk menjalani kesempurnaan hidup.

Kendati demikian, masalah yang kerap menjadi perbincangan hangat sepanjang


abad ini antara lain persoalan tentang hak-hak wanita, kedudukan, dan keistimewaan
mereka. Seolah Islam tidak pernah memberi hak yang cukup untuk membangun
kemajuan yang asli.
Doktor R Biot, di dalam buku berbahasa Prancis yang telah diterjemahkan ke
bahasa Arab, menegaskan: "Adalah sesuatu yang tidak dapat dinafikan bahwa
kesempurnaan hidup manusia seluruhnya perlu tetap memandang adanya perbedaan
jenis manusia. Kaum lelaki mesti menjaga sifat-sifat kelakian mereka supaya menjadi
lelaki yang sebenarnya. Perempuan perlu menjaga keistimewaan agar terjamin
kewanitaannya supaya menjadi perempuan yang sebenarnya. Tanpa pengkhususan itu,
hidup ini seluruhnya akan tergugat."
Kata-kata tersebut menunjukkan bahwa lelaki dan wanita telah diberikan
tanggung jawab yang berbeda. Perbedaan tersebut tentu disesuaikan pula dengan
kewajibannya. Upaya memperjuangkan hak-hak wanita pada awalnya dilakukan oleh
negara-negara Barat yang menginginkan persamaan kegiatan di dalam segala bidang.
Ibarat air bah, gerakan itu pun mendunia. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan sama
derajatnya.
Islam tidak pernah melarang wanita Muslimah untuk melibatkan diri mereka di
dalam pelbagai bidang pekerjaan untuk mencari rezeki yang halal. Firman Allah
sebagai berikut:

ً ‫ت مِ ن ذَكَر أَو أُنثَى َوه َُو ُمؤمِ ن فَأُولَئِكَ َيد ُخلُونَ ال َجنَّةَ َو َل يُظلَ ُمونَ نَق‬
‫ِيرا‬ ِ ‫صا ِل َحا‬
َّ ‫َو َمن َيع َمل مِ نَ ال‬

"Dan barang siapa mengerjakan amal saleh, baik lelaki atau perempuan, sedang
dia beriman, mereka akan masuk surga dan mereka pula tidak akan dianiayai (atau
dikurangkan balasannya) sedikit pun." (QS sn-Nisa [4]: 124).

Sejatinya, kedudukan wanita diangkat dari bentuk-bentuk kezaliman, dan Islam


mengembalikan kedudukan itu kepada derajat insaniyah.

Lebih jauh firman Allah menyebutkan:

ُ َّ‫َيَٰٓأَيُّ َها ٱلن‬


‫اس ِإنَّا َخلَقنَ ُكم ِ ِّمن ذَكَر َوأُنثَى‬
"Wahai manusia sesungguhnya Kami menjadikan kalian dari laki-laki dan
perempuan" (QS al-Hujurat [49]: 13).

Dalam rumah tangga pula, suami dan istri telah diberikan tanggung jawab
masing-masing. Seorang isteri berada di bawah tanggungan dan pimpinan suaminya.
Walaupun istri mempunyai hak di dalam rumah tangga, terdapat batas-batas tersendiri.
Kemudian, Allah menegaskan bahwa wanita berdampingan dengan kaum laki-
laki khususnya dalam prinsip kemanusiaan mereka. Sebagaimana mereka pun memiliki
persamaan dengan laki-laki dalam hal pahala dan dosa sesuai dengan amal perbuatan
mereka.

‫ّللا أَتقَا ُكم ۚ ِإ َّن‬


ِ َّ َ‫ارفُوا ۚ ِإ َّن أَك َر َم ُكم عِند‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَقنَا ُكم مِ ن ذَكَر َوأُنثَى َو َج َعلنَا ُكم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَ َبائِ َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬
‫علِيم َخبِير‬ َ َّ
َ ‫ّللا‬

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujurat [49]: 13).
Surat itu juga menyinggung tentang kedudukan wanita. Tinjauan ayat tersebut
adalah kesertaan kaum wanita membangun manusia dan peradaban di seluruh bangsa.
Dengan kata lain, Islam tidak pernah merendahkan derajat manusia, baik laki-laki
maupun perempuan.

5. Bagaimana peran gerakan feminisme terhadap perlindungan hak perempuan?


Jawaban :

Feminisme adalah gerakan yang bertujuan memperjuangkan hak dan


kesempatan yang setara antara perempuan dengan laki-laki. Gerakan feminisme
berkaitan erat dengan perjuangan hak perempuan karena melawan dominasi, eksploitasi
serta represi dari sistem yang tidak adil terhadap perempuan.
Kesetaraan gender sebagai salah satu tujuan feminisme berkomitmen
memastikan perempuan dapat menikmati HAM secara setara dengan laki-laki. Semua
manusia, apapun jenis kelamin dan gendernya, berhak mengembangkan kemampuan
pribadinya, mengejar karir dan membuat pilihan tanpa dibatasi stereotip kaku tentang
peran gender.
ketimpangan inilah yang menjadi asal-usul berkembangnya gerakan feminisme
interseksional yang membela hak semua orang yang menjadi korban ketidaksetaraan
akibat keragaman identitasnya.
Meski gerakan hak perempuan terus berubah dan mengangkat isu-isu berbeda
sesuai konteks tempat dan zamannya, feminisme tetap melawan ketimpangan,
kesenjangan, dan ketidakadilan yang dialami semua orang dengan tetap memperhatikan
perbedaan keadaan yang dialami laki-laki, perempuan, serta kelompok identitas
lainnya, khususnya mereka yang terpinggirkan akibat diskriminasi dan kekerasan yang
mengakar sejak masa lalu.

Anda mungkin juga menyukai