A. Latar Belakang
Pemberdayaan kaum perempuan, termasuk di dalamnya organisasi perempuan
sangat penting dan selalu relevan untuk diperjuangkan secara serius melalui
upaya-upaya yang comprehensif, sistematis, dan berkesinambungan. Banyak
upaya yang dapat dilakukan secara bersama-sama dalam rangka membantu
pemberdayaan kaum perempuan.
Dianatara persoalan sosial yang saat ini menjadi perhatian masyarakat
adalah tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Bermuculnya
kriminalitas yang menjadikan perempuan sebagai korban telah cukup lama
menjadi perhatian pemerintah maupun organisasi sosial kemasyarakatan.
Muhammadiyah merupakan salah satu dari sekian elemen masyarakat yang
cukup konsern dalam menyelesaikan persoalan perempuan akibat diskriminasi
yang melanda merek
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara K.H Ahmad Dahlan memberdayakan perempuan ?
2. Bagaimana kesetaraan gender dalam Muhammadiyah ?
3. Apa pengertian Aisyiyah ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini agar pembaca mengerti tentang
Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sepenuhnya demikian. Jika kita menilik pada pimpinan yang aktif di persyarikatan,
hampir sebagian besar adalah dari para laki-laki. Dalam kebutuhan tabligh atau
pengajian misalnya, sedikit sekali dapat kita temukan di kalangan perempuan
yang berani tampil di tengah-tengah forum besar. Preferensi warga Muhammadiyah
terhadap pemimpin di struktur Muhammadiyah pun lebih condong pada kaum laki-
laki.
Realitas ini menunjukkan bahwa lingkungan persyarikatan masih bersifat
maskulin. Lingkungan Muhammadiyah belum cukup mendukung bagi perempuan
untuk sadar akan pentingnya peran mereka dalam posisi- posisi strategis di struktur
pimpinan Muhammadiyah.
3
istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata; Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku melahirkannya seorang anak perempuan dan Allah mengetahui apa yang
dilahirkannya itu, dan anak laki-laki tidak sama dengan anak perempuan.
Dan dari ayat tersebut di atas, dijelaskan bahwa setiap orang
mempunyai tanggungjawab masing-masing. Oleh karena itu, tidak boleh
disamakan sesuatu yang sudah pasti berbeda sebagaimana yang dipersepsikan
oleh orang lain. Kita menyebut persamaan ini dengan ‘takâful’, yang berarti
saling melengkapi dan tidak menyebutnya ‘tamâsul’ yang bermakna persamaan
secara mutlak. Dimana di dalamnya dapat menghilangkan karakteristik laki-laki
dan perempuan itu sendiri. Sekarang ini, mereka (baca: orang-orang Barat)
melegalkan pernikahan ‘antargay’ atau ‘antarlesbi’. Pernikahan ini berlangsung di
gereja-gereja mereka dan bahkan di dalamnya terdapat undang-undang yang diatur
untuk mendukung pernikahan semacam itu. Mereka juga mengklaim bahwa hal itu
merupakan justifikasi untuk membela Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga
persamaan gender ini bisa diakui. Klaim ini telah sampai dan menyebar ke berbagai
negara Islam. Tetapi kita telah berupaya untuk menentang hal tersebut, karena
bertentangan dengan ketetapan Allah swt.. Dan ini dapat kita perhatikan dari
konsep penciptaan manusia, karena Allah swt. telah menciptakan Adam terlebih
dahulu baru kemudian menciptakan Hawa. Kehidupan ini tidak akan selaras tanpa
adanya perbedaan yang saling melengkapi satu sama lainnya. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah swt. dalam QS. Al Ahzab; 35:
”Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (asma) Allah,
Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Dalam ayat ini telah terkonsep ‘persamaan’ antara laki-laki dan perempuan
sesuai dengan tuntunan syar’i. Jadi, intinya persamaan itu adalah persamaan di
dalam iman, kejujuran, keikhlasan, berdzkir, memelihara kemaluan, zakat,
puasa, dan sebagainya. Dan inilah yang dituntut dalam Islam.
4
Dengan demikian, aturan dasarnya harus kita mulai dari aturan dasar pertama
yang menjadi sandaran atau prinsip utama, yaitu saling melengkapi adanya laki-
laki dan perempuan. ‘Ma’ruf’ disini tidaklah statis, tetapi justru dinamis (berubah)
sesuai dengan kondisi tempat dan waktu. Pengertian ‘ma’ruf’ berbeda-beda
antara pengertian yang dulu dan sekarang. Ma’rufi di negara yang satu dengan
negara yang lainnya mungkin saja berbeda, dengan syarat bahwa ma’ruf bisa
diterima dengan akal sehat dan tidak berbenturan dengan nash-nash syariat. Ketika
ma’ruf itu relevan di suatu negara dan bisa direalisasikan pada waktu tertentu,
maka hal ini dapat ditolerir (diperbolehkan). Tetapi apabila di suatu negara
terdapat pengekangan pergaulan perempuan terhadap perempuan lain, maka hal
tersebut tidak bisa dibenarkan karena telah bertantangan dengan nash-nash al-
Qur`an, khususnya bertentangan dengan surat An Nisa’ ayat 7 yang berbunyi; “al-
rijâlu qawamûna ‘alâ an-nisâ.” Kata qawwâmah adalah penghormatan atau
pemuliaan terhadap isteri dan itu berarti mempererat ikatan keluarga. Sebelum
membicarakan qawwâmah, ada 2 prinsip yang terdapat di dalamnya, yaitu :
Pertama, hal-hal yang dapat memudahkan hidup sesorang dalam berkeluarga
diantaranya adalah;
5
C. Pengertian Aisyiyah
Akar berdirinya Aisyiyah tidak bisa dilepas kan kaitannya dari akar sejarah.
Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh
organisasi otonom yangada di uhammadiyah, termasuk Aisytyah. Sejakmendirikan
Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangatmemperhatikan embinaan terhadap wanita.
Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididikmenjadi pemimpin,
erta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam
Muhammadiyah. Di antara ereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti
Dawimah, Siti Dalalah, Siti- Busyro (putri beliau endiri), Siti Dawingah, dan Siti
Badilah Zuber.
Anak-anak perempuan itu (meskipun usianya baru ekitar 15 tahun) sudah
diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara kongkret
erbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-
anak perempuan yang enang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh KHA
Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan elajaran agama. Kelompok anak- anak
ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-a nak ang diberi
pengajian. Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang usianya sudah tua pun
ilakukan juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya (Nyai Dahlan). Ajaran agama Islam
tidak memperkenankan engabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan
wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, Kyai Dahlan bersama- sama
KHA. Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya
terdiri para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua.Dalam
perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna.
Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan
pengajian saja. Oleh karena itu,untuk memberikan suatu nama yang kongkrit
menjadi suatu perkumpulan, K.H. Mokhtarmengadakan pertemuan dengan KHA.
Dahlan yang juga dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus Hadikusumo serta
pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Awalnya
iusulkan nama Fatimah, untuk orga- nisasi perkumpulan kaum wanita
Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak diterima oleh rapat.
Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama Aisyiyah yang kemudian
iterima oleh rapat tersebut. Nama Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi gerakan
6
wanita ini karena didasari pertimbangan bahwa perjuanganwanita yang akan
digulirkan ini diharapkan dapat meniru perjuangan Aisyah, isteri Nabi
Muhammad, yang selalu membantu Rasulullah dalam berdakwah. peresmian
Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad pada
tanggal 27 rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj
tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama
kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan
organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh
KHA. Dahlan.
3. Misi
Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan
kegiatan meliputi :
7
d. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta
mempertinggi akhlak.
e. Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf,
hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal
usaha yang lain.
f. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan
penyempurna gerakan Aisyiyah.
g. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan,
mempertuas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan
penelitian.
h. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan
hidup yang berkualitas.
i. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-
bidang sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan
hidup.
j. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan
kebenaran serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
k. Meningkatkan komunikasi,ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang
dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
l. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan
organisasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah adalah sebagai suatu organisasi
otonom Muhammadiyah yang di peruntukan untuk perjuangan para wanita
muslimah. Karena lembaga ini adalah bagian horizontal dari organisasi
Muhammadiyah maka fungsi dari lembagaa ini sebagai partner gerak langkah
Muhammadiyah, di mana asas dan tujuannya tidak terpisah dari induk
persyarikatan. Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan Muhammadiyah yang
8
berazaskan amar ma‟ruf nahi munkar dan berpedoman kepada Al-Qur‟an
dan SunnahMuhammadiyah yang berazaskan amar ma‟ruf nahi munkar dan
berpedoman kepada Al-Qur‟an dan Sunnah.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
sifatnya membangun, semoga apa yang diharapkan dari makalah ini dapat dicapai
dengan sempurna. Amin.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pcimmesir.com/2015/03/menguak-isu-kesetaraan-gender.html
(diakses tanggal 31 oktober 2016)
http://www.muhammadiyah.or.id/content-199-det-aisyiyah.html
(diakses tanggal 31 oktober 2016)
10