Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan


Untuk memenuhi mata kuliah
Sistem Penjaminan Mutu

Dosen Pengampu:
Achamad Sa'id, M.Pd.I
Oleh:

Muhammad Ali
Aminulloh Firdaus

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


STAI MA`HAD ALY AL-HIKAM
MALANG

Maret 201
Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan

I. Pendahuluan
Mutu atau kualitas yang baik adalah dambaan setiap produsen dan konsumen baik
dalam dunia layanan barang / produk maupun dalam layanan jasa termasuk
pendidikan. Mutu tidak terwujud begitu saja meskipun menurut Philip Crosby
mutu itu cuma-cuma alias gratis. Menurutnya pula bahwa sesuatu yang 'tanpa
cacat' itu bisa diwujudkan meskipun tidak mudah. Dia harus diupayakan dan
direncanakan oleh institusi atau organisasi yang hendak mencapainya. Terlebih
lagi institusi pendidikan yang merupakan tonggak pembentuk karakter dan
keilmuan generasi masa depan. Hal itu sebagaimana fungsi umum manajemen
yang pertama dan utama adalah perencanaan. Tanpa perencanaan maka perjalanan
sebuah institusi menjadi tak tentu arah.
Apalagi untuk membangun mutu pendidikan dengan TQM yang di antara
prinsipnya adalah budaya peningkatan kualitas yang berkelanjutan. Tentu
mewujudkannya adalah tidak mudah apalagi tanpa perencanaan. Sebab menurut
Juran mutu itu dapat dicapai dengan tahapan, yang mana perencanaan merupakan
tahap awal yang menentukan.
Oleh karenanya dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu
perencanaan strategis mutu pendidikan? mengapa perencanaan strategis mutu
pendidikan itu penting? dan bagaimana tahap-tahap perencanaan strategis mutu
pendidikan tersebut?
II. Pembahasan
A. Pengertian Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan
Veithzal Rivai dkk mendefinisikan Perencanaan Strategi sebagai berikut:
Proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi; penentuan strategik,
kebijaksanaan dan program-program strategik yang diperlukan
untuk tujuan-tujuan tersebut dan penetapan metode-metode yang
diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah
diimplementasikan.1

1
Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Management: Meraih Sukses melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah
secara istiqomah, cet. I (Yogyakarta: BPFE, 2013) hlm 240
2
Mereka membagi perencanaan kepada dua bagian: (a) perencanaan strategis:
perencanaan pada level organisasi dengan penetapan tujuan menyeluruh yang
berdasar pemahaman posisi perusahaan terhadap lingkungan dan berjangka
waktu lebih dari setahun; (b) perencanaan operasional, perencanaan yang
memperinci rencana strategis, dicapai dalam jangka waktu satu tahun.2
Sedangkan Richard L Daft mendefinisikan perencanaan strategis sebagai
penentuan langkah-langkah dan tindakan-tindakan yang akan diambil
perusahaan untuk mencapai tujuan umum perusahaan yang bersifat jangka
panjang. Perencanaan ini bisa menentukan tindakan perusahaan selama 2
hingga 5 tahun ke depan. Dia membagi perencanaan menjadi tiga:
perencanaan strategis (bersifat umum), perencanaan taktis (bersifat
departemental) dan perencanaan operasional (bersifat teknis).3
Sedangkan menurut Thomas S. Bateman & Scott A. Snell 'Perencanaan
Strategis' melibatkan pengambilan keputusan dan strategi jangka panjang
organisasi dan rencana itu bersifat kuat orientasi eksternalnya serta luas
cakupannya dalam seluruh bagian dalam organisasi. Sedangkan tujuan
strategis adalah target utama yang berkaitan dengan daya tahan, nilai, dan
pertumbuhan jangka panjang suatu organisasi. Sedangkan strategi adalah pola
tindakan dan desain alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.
Paling tidak strategi itu menyediakan jawaban: di mana kita akan aktif?,
bagaimana kita mencapai ke sana?, bagaimana kita tetap menang di pasar?,
seberapa cepat kita akan bergerak dan bagaimana kita akan berubah?, dan
bagaimana kita akan mendapatkan keuntungan. Senada dengan Daft mereka
berdua membagi rencana menjadi 3: perencanaan strategis bersifat jangka
panjang (3 – 7 tahun), perencanaan taktis bersifat jangka menengah (1 – 2
tahun) dan perencanaan operasional bersifat jangka pendek (kurang dari 1
tahun).4
Adapun Sallis menjelaskan bahwa 'Rencana Strategis' terkadang juga disebut
sebagai 'Rencana Pengembangan Usaha / Institusi' yang merinci tolok ukur –
tolok ukur yang kelak digunakan institusi untuk mencapai misinya, biasanya
untuk jangka waktu di atas 3 tahun. Namun ia bukan merupakan sesuatu yang
2
Ibid.
3
Richard L. Daft, The New Era of Management, Buku 1, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 218 – 221
4
Thomas S. Bateman & Scott A. Snell, Management Leading & Collaborating in a Competitif World, Buku1,
(Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 145 – 147
3
kaku dan harus dapat dimodifikasi jika peristiwa penting – baik eksternal atau
pun internal – menghendakinya.5
Dapat kita katakan dari keterangan para ahli di atas bahwa perencanaan
strategis adalah penentuan tujuan-tujuan organisasi serta langkah-langkah
yang akan diambil organisasi baik kebijakan-kebijakan, metode-metode dan
program-program yang mencakup keseluruhan bidang-bidang organisasi
tersebut untuk mencapai tujuan umum organisasi tersebut yang bersifat
jangka panjang.
Sedangkan Veithzal dkk. mendefinisikan Perencanaan Strategis Mutu ialah
perencanaan jangka panjang berdasarkan visi, misi dan prinsip kelembagaan,
yang berorientasi pada keperluan para pelanggan baik masa kini maupun masa
yang akan datang.6
Maka dapat kita simpulkan bahwa Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan
adalah penentuan tujuan-tujuan umum organisasi serta langkah-langkah yang
akan diambil organisasi baik kebijakan-kebijakan, metode-metode dan
program-program yang mencakup keseluruhan bidang-bidang organisasi
tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan umum tersebut yang bersifat jangka
panjang serta berorientasi pada pelanggan.

B. Kedudukan Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan dalam TQM


Pendidikan
Kedudukan Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan dalam TQM tidak
terkecuali di dunia pendidikan adalah sangat penting ini tampak dari
disebutkannya perencanaan dan hal-hal yang terkait dengannya di sela-sela
konsep yang diajukan Deming, Juran dan Crosby. Selain itu tidak asing lagi
bahwa dalam dunia manajemen secara umum proses manajemen dimulai
dengan tahap perencanaan.
Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada manajemen dan kegagalan
industri terletak pada kegagalan top manajemen dalam menyusun perencanaan
ke depan. Sehingga dia merumuskan 14 point Deming yang termasyhur dan

5
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
226
6
Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Management: Meraih Sukses melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah
secara istiqomah, cet. I (Yogyakarta: BPFE, 2013) hlm. 258.
4
'tujuh penyakit'.7 Di antara 14 poin tersebut – sebagaimana dikutip oleh
Veithzal Rivai dkk dan juga oleh Sallis – yang terkait dengan perencanaan
strategis pentingnya tujuan jangka panjang yang jelas serta sosialisasi tujuan
organisasi tersebut kepada semua karyawan8 dan di antara 'penyakit' tersebut
kurang konstannya tujuan serta tidak diadopsinya mutu sebagai tujuan
manajemen dan juga pola pikir jangka pendek9.
Tidak jauh dari pendapat Deming, Juran juga mengidentifikasi penyebab yang
sama dengan aturan 85/15 nya ia menyatakan bahwa 85 % masalah-masalah
mutu disebabkan desain proses yang kurang bagus yakni tanggung jawab
manajemen.10 Juran juga mengembangkan sebuah pendekatan manajemen
mutu yang disebut sebagai Manajemen Mutu Strategis (Strategic Quality
Management) yang terbagi menjadi tiga bagian didasarkan pada tingkat
manajemen yang berbeda, yaitu: top manager bertanggung jawab atas
perencanaan strategis dan middle manager bertanggung jawab atas operasional
/ implementasi strategis sedangkan manajer tingkat bawah bertanggung jawab
atas kontrol mutu.11
Selain itu di antara 14 Langkah Crosby untuk meraih mutu tersebut pula
beberapa rangkaian dar perencanaan strategis mutu yaitu: Biaya Mutu,
Perencanaan Mutu Tanpa Cacat, dan Penyusunan Tujuan. Adapun urutan 14
Langkah Crosby itu sebagai berikut, sebagaimana disebut oleh Sallis:
Komitmen Manajemen (Management Commitment), Tim Peningkatan Mutu
(Quality Improvement Team), Pengukuran Mutu (Quality Measurement),
Biaya Mutu (The Cost of Quality), Kesadaran Mutu (Quality Awarness),
Kegiatan Perbaikan (Corrective Actions), Perencanaan Tanpa Cacat (Zero
Defects Planning), Pelatihan Pengawas (Supervisor Training), Hari Tanpa
Cacat (Zero Defects Day), Penyusunan Tujuan (Goal Setting), Penghapusan

7
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm. 97
8
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm. 98;
lihat pula: Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Management: Meraih Sukses melalui Praktik Manajemen Gaya
Rasulullah secara istiqomah, cet. I (Yogyakarta: BPFE, 2013) hlm. 260.
9
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm. 98
10
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
108
11
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012)
hlm.109
5
Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal), Pengakuan (Recognition), Dewan-
dewan Mutu (Quality Council), dan Lakukan Lagi (Do It Over Again).12

C. Tahap-tahap Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan


Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan haruslah berlandaskan dengan filosofi
dasar TQM baik yang telah digariskan oleh Deming, Juran dan Crosby.
Adapun di Indonesia Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan juga harus
disesuaikan dengan aturan Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) terutama
Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang (PMP), yang di antaranya mengatur
paradigma (sebagai landasan kinerja PMP) dan prinsip PMP (sebagai
pegangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan). Adapun Paradigma PMP
meliputi: pendidikan untuk semua, pembelajaran sepanjang hayat, dan
pendidikan yang berorientasi kepada sikap rahmat bagi sekalian alam
(rochmatan lil 'aalamiin). Sedangkan Prinsip PMP meliputi: prinsip
keberlanjutan, terencana dan sistematis, menghormati otonomi satuan
pendidikan formal dan nonformal, memfasilitasi pembelajaran informal
masyarakat berkelanjutan, dan prinsip keterbukaan. 13 PMP di Negara kita juga
harus mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup:
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan
Pendidikan, dan Standar Penilaian. Itu semua tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang SNP.14
Adapun tentang rangkaian perencanaan strategis maka terdapat beberapa
pandangan. Edward Sallis menawarkan rangkaian Perencanaan Strategis yaitu:
- Penentuan Visi, Misi, dan Tujuan
- Analisa Pasar
- Analisa SWOT dan faktor penting kesuksesan
- Perencanaan Operasi dan Bisnis
- Kebijakan dan Perencanaan Mutu
- Biaya Mutu
12
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
113 – 118
13
Barnawi & M. Arifin, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan: Teori & Praktik, cet. I (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), hlm. 105 – 119.
14
Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks Penerapan MBS, cet. II (Bandung:
Remaja Rosdakarya) hlm. 5
6
- Monitoring dan Evaluasi15

Sedangkan Joseph Juran sebagaimana dikutip oleh Veithzal mengemukakan


perincian dari perencanaan mutunya yaitu:

- Identifikasi pelanggan.
- Menentukan keperluan pelanggan.
- Mengembangkan karakteristik produk.
- Menyusun sasaran mutu.
- Mengembangkan proses penghasilan produk sesuai karakteristik.16

Veithzal sendiri mengemukakan bahwa untuk penyusunan rencana strategis


perlu diikuti pemikiran dan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemikiran dan langkah dasar, yaitu:


- Menentukan dan merumuskan visi.
- Menentukan dan merumuskan misi berdasarkan visi.
- Menentukan dan merumuskan prinsip-prinsip berdasarkan visi & misi.
- Menentukan dan merumuskan tujuan berdasarkan visi, misi & prinsip.
2. Pemikiran dan langkah operasional, yaitu:
- Mengadakan studi tentang para pelanggan untuk mengetahui siapa mereka
dan apa keperluan mereka baik sekarang maupun di masa datang.
- Mengadakan studi tentang institusi untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, kesempatan, dan tantangan serta faktor-faktor lain untuk
mencapai keberhasilan.
- Menyusun rencana institusi yang memuat langkah-langkah dan program
yang didasarkan pada visi, misi, prinsip, tujuan serta studi-studi di atas.
- Menentukan RAPB institusi
- Menyusun dan menentukan rencana dan alat-alat untuk evaluasi serta
menyimpulkan penyebabnya.17

15
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
215
16
Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Management: Meraih Sukses melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah
secara istiqomah, cet. I (Yogyakarta: BPFE, 2013) hlm. 261
17
Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Management: Meraih Sukses melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah
secara istiqomah, cet. I (Yogyakarta: BPFE, 2013), hlm. 258 – 259.
7
Menurut penulis ketiga pendapat itu sejalan meskipun berbeda dalam istilah
atau ungkapan saja. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa rangkaian
perencanaan strategis mutu pendidikan adalah sebagai berikut:

- Perumusan visi, misi, prinsip dan tujuan.


- Analisis eksternal institusi pendidikan: pelanggan dan pasar.
- Analisis internal institusi pendidikan: kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan (SWOT).
- Penyusunan langkah dan program institusi (ini sudah mencakup
Perencanaan Operasi dan Bisnis serta Kebijakan dan Perencanaan Mutu
dalam istilah Sallis dan Menyusun Sasaran Mutu dalam istilah Juran).
- Merencanakan dan menentukan Biaya Mutu.
- Penyusunan & perencanaan evaluasi dan monitoring.

Langkah-langkah atau rangkaian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perumusan visi, misi, prinsip dan tujuan.


Visi, misi, prinsip / nilai dan tujuan adalah serangkaian keunikan yang
mengistimewakan organisasi tersebut dengan yang lain juga untuk
memperjelas jenis institusi apa yang mereka harapkan nantinya dan arah
mana yang hendak mereka tuju.
Visi berasal dari bahasa Inggris vision yang berarti penglihatan, daya lihat,
pandangan, impian, atau bayangan. Secara etimologis, visi dapat
didefinisikan sebagai pandangan masa depan yang realistis yang hendak
diwujudkan oleh seseorang / institusi dalam kurun waktu tertentu yang
ditetapkan saat ini dan bersumber dari pemikiran mendalam tentang masa
depan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan visi:
- Visi harus sesuatu yang berorientasi jauh ke masa depan
- Visi harus umum dan fleksibel
- Visi harus menjelaskan arah tujuan organisasi
- Mudah dipahami
- Disusun bersama-sama para stakeholders institusi
- Disosialisasikan dengan baik
- Bahasa singkat, padat dan mudah diingat

8
- Tidak bertentangan dengan visi organisasi di atasnya18
Sedangkan misi adalah penjabaran dari visi atau pernyataan tentang apa
yang harus dilakukan oleh institusi dalam usahanya mencapai visi. Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika membuat misi hampir sama dengan apa
yang ada pada pembuatan visi, namun perlu ditambahkan beberapa hal,
yaitu:
- Menggambarkan fungsi yang harus dilaksanakan
- Sejalan dengan visi
- Ada komitmen peningkatan mutu
- Berorientasi pada pelanggan19

Nilai- dari sebuah organisasi adalah prinsip-prinsip yang menjadi dasar


operasi organisasi untuk mencapai visi dan misinya. Nilai-nilai tersebut
mengekspresikan kepercayaan dan cita-cita institusi. Sebuah institusi harus
menentukan nilai-nilainya sendiri namun paling tidak dia mencakup beberapa
hal berikut:

- Kita mengutamakan para pelajar kita


- Kita bekerja dengan standar integritas profesional tertinggi
- Kita bekerja sebagai tim
- Kita memiliki komitmen terhadap peningkatan yang kontinyu
- Kita memberi kesempatan yang sama pada semua
- Kita kan memberikan mutu pelayanan tertinggi.20
Setelah visi, misi, dan nilai / prinsip ditentukan maka kemudian haruslah
diterjemahkan kepada tujuan-tujuan yang sifatnya lebih teknis dan harus
diekspresikan dalam metode yang terukur sehingga dapat dievaluasi dan
haruslah realistis.21
2. Analisis eksternal institusi pendidikan: pelanggan dan pasar.

18
Imam Machali & Ara Hidayat, The Handbook of Education Management: Teori dan Praktik Pengelolaan
Madrasah di Indonesia, hlm. 252 – 260; lihat pula: Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet.
XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm. 216
19
Sallis Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012)
hlm. 217
20
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
218
21
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
219
9
Institusi perlu mengadakan riset pasar untuk mengetahui segmentasi
pelanggan / calon pelanggannya dan berbagai keperluan mereka sehingga
keberadaannya betul-betul memenuhi keperluan masyarakatnya dan
lingkungannya.22
3. Analisis internal institusi pendidikan: kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan (SWOT).
Analisa SWOT sudah menjadi alat yang umum untuk perencanaan
strategis di berbagai bidang utamanya pendidikan. SWOT singkatan dari
(Strength, / kekuatan, Weaknesses / kelemahan, Opportunities / peluang &
Threats / ancaman atau tantangan). Uji kekuatan dan kelemahan
sebenarnya audit internal tentang seberapa kuat institusi tersebut,
sedangkan peluang dan tantangan lebih fokus pada kondisi eksternal yang
mengelilingi institusi tersebut. Analisa ini harus terfokus pada keperluan
pelanggan dan konteks kompetitif tempat institusi beroperasi.23
4. Penyusunan langkah dan program institusi.
Untuk menyusun program institusi selain mempertimbangkan pasar dan
pelanggan serta analisa SWOT perlu juga diperhatikan faktor-faktor
penting kesuksesan baik internal maupun eksternal sebagai acuan arah
mutu. Faktor-faktor internal adalah sebagai berikut:
- Sistem penerimaan yang mudah
- Bentuk pembelajaran yang berorientasi pada siswa
- Tim yang berfungsi secara tepat
- Nilai rata-rata ujian yang meningkat
- Berkembangnya nilai-nilai personal, sosial, kultural, dan etika dalam diri
pelajar.
- Meningkatnya strategi pembelajaran dan pengajaran
- Meningkatnya kemajuan lulusan.24
Adapun faktor eksternal di antaranya:
- Meningkatnya akses terhadap institusi
- Meningkatnya kepuasan pelanggan
22
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
219 - 220
23
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
221 – 223
24
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
224 – 225
10
- Meningkatnya kepercayaan kelompok minoritas
- Reaksi yang semakin besar terhadap keperluan komunitas
- Hubungan yang semakin kuat dengan dunia industri serta perdagangan25
Setelah memperhatikan analisa pasar dan SWOT serta faktor-faktor
penting kesuksesan internal dan eksternal maka institusi harus
menentukan:
- Tingkat persentase pasar yang ingin di masuki institusi.
- Portofolio layanan
- Pengembangan portofolio baik dengan program baru maupun dengan
metode baru.26
Setelah itu institusi perlu memperhatikan:
- Strategi institusional jangka panjang. Ada tiga pilihan strategi pemasaran
umum yang bisa diikuti oleh setiap institusi, yaitu: (a) strategi biaya
rendah, yakni dengan harga serendah mungkin dalam pasarnya, ini bisa
dilakukan dengan cara memanfaatkan teknologi, penghematan waktu,
kontrol ketat biaya dll, namun tetap dengan catatan mutu tak boleh
dikorbankan hanya demi menurunkan biaya. (b) strategi pembedaan yakni
menuntut institusi menjadi unik dibanding yang lain. (c) strategi fokus
baik pada segmen tertentu, wilayah tertentu atau lainnya.27
- Strategi jangka pendek / rencana bisnis dan operasi untuk mencapai aspek
tertentu dari strategi jangka panjang. Beberapa hal yang patut diperhatikan
dalam penyusunan rencana operasi, di antaranya: strategi apa yang
digunakan dalam menghasilkan layanan sesuai spesifikasi?, apa ada
kesenjangan antara harapan pelanggan dan spesifikasi?, bagaimana
mengatasi kesenjangan tersebut?, bagaimana dengan keperluan terhadap
sumberdaya?, bagaimana pelatihan dan pengembangan SDM?, apakah
proses tersebut telah menghasilkan layanan yang memenuhi kualifikasi?,
apa faktor kesuksesan yang telah teridentifikasi dalam proses?, bagaimana
mekanisme evaluasi dan umpan balik untuk mengukur pencapaian?28
25
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
225
26
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
226 – 227
27
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
227 – 229
28
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012)
hlm.229 – 230
11
Setelah itu yang perlu diperhatikan adalah kebijakan mutu mana yang akan
menjadi pedoman / standar umpama Standar Nasional Pendidikan (SNP)
atau ISO9000 maka standar tersebut harus betul-betul diikuti. Langkah
selanjutnya adalah penyusunan Rencana Mutu yakni dokumen penting di
mana desain utama diwujudkan dalam bentuk proyek yang praktis dan
teratur, mencakup antara lain: tujuan-tujuan yang berkaitan dengan mutu,
metode-metode yang digunakan untuk menerjemahkan konsep mutu ke
ranah implementasi, dan perincian proyek-proyek peningkatan yang akan
dilakukan oleh institusi.29
5. Perencanaan dan menentukan Biaya Mutu.
Biaya mutu pendidikan secara umum dapat diukur dalam biaya penyediaan
sarana pendidikan, biaya pencegahan, biaya inspeksi dan biaya non-
conformance (ketidaksesuaian / kegagalan terhadap harapan pelanggan). 30
Pembiayaan mutu merupakan tolok ukur tentang keuntungan dari
peningkatan mutu. Ini bisa didekati dengan sudut pandang yang akan
memberikan keuntungan yang terukur pada institusi. Setiap proyek
peningkatan harus didekati dengan pandangan bahwa dia akan memberi
keuntungan yang dapat menutupi pembiayaannya. Biaya peningkatan mutu
tersebut, juga biaya penyusunan sistem mutu, gaji para manajer mutu dan
biaya pelatihan, dan semacamnya, kesemuanya itu bisa disebut sebagai
biaya pencegahan. Di sisi lain terdapat biaya kegagalan dan ini lebih sulit
diukur. Yaitu biaya kesempatan yang hilang. Termasuk biaya ini adalah
ketidak-puasan pelanggan, sedikitnya pendaftar, kegagalan peserta didik,
pengulangan kerja, pemborosan waktu, frustasi kerja, dsb. biaya mutu
yang sesungguhnya adalah menghilangkan sesuatu selain mutu, dan
tujuannya adalah menghilangkan biaya. Arahnya adalah bahwa segala
sesuatu harus dilakukan dengan benar. Jika ada kekeliruan maka perlu
dicari penyebabnya sehingga tidak terulang lagi.31
6. Penyusunan & perencanaan evaluasi dan monitoring.

29
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012) hlm.
230 – 232
30
Veithzal Rivai Zainal & Sylviana Murni, Education & Management: Analisis Teori dan Praktik, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 530 – 531
31
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012)
hlm.232 – 234
12
Evaluasi diperlukan dalam sistem mutu sebagai umpan balik yang
bertujuan mengetahui dan menganalisis hasil akhir dan
membandingkannya dengan rencana awal untuk memperbaiki rencana ke
depan. Evaluasi fokus pada pelanggan dan mengeksplorasi dua isu, yaitu
seberapa jauh institusi dapat memenuhi keperluan pelanggan baik internal
maupun eksternal, dan sejauh mana institusi mencapai misi dan tujuan
strategisnya. Untuk menjamin efektivitas evaluasi maka perlu dilakukan
dalam tiga level:
a. Segera, bisa berupa evaluasi harian dari para guru atau tim
b. Jangka pendek lebih bersifat kontrol, formatif, dan divisional
c. Jangka panjang bersifat institusional dan pembaharuan menyeluruh.32

III. Penutupan
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal
- Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan adalah penentuan tujuan-tujuan
umum organisasi serta langkah-langkah yang akan diambil organisasi baik
kebijakan-kebijakan, metode-metode dan program-program yang
mencakup keseluruhan bidang-bidang organisasi tersebut untuk mencapai
tujuan-tujuan umum tersebut yang bersifat jangka panjang serta
berorientasi pada pelanggan.
- Kedudukan perencanaan strategis mutu pendidikan ini sangatlah penting
dalam dunia pendidikan mengingat pemerintah pun telah menggariskan
mutu tersebut di antaranya melalui Standar Pendidikan Nasional dan juga
aturan penjaminan mutu. Begitu juga para ahli TQM menyebutkan
pentingnya penentuan tujuan yang merupakan bagian dari perencanaan
sebagai bagian dari manajemen.
- Rangkaian perencanaan strategis mutu pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Perumusan visi, misi, prinsip dan tujuan.
b. Analisis eksternal institusi pendidikan: pelanggan dan pasar.
c. Analisis internal institusi pendidikan: kekuatan, kelemahan, peluang
dan tantangan (SWOT).

32
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet. XVI (, Yogyakarta: IRCiSoD, Juli 2012)
hlm.236 – 241
13
d. Penyusunan langkah dan program institusi (ini sudah mencakup
Perencanaan Operasi dan Bisnis serta Kebijakan dan Perencanaan
Mutu dalam istilah Sallis dan Menyusun Sasaran Mutu dalam istilah
Juran).
e. Perencanaan dan menentukan Biaya Mutu.
f. Penyusunan & perencanaan evaluasi dan monitoring.

Referensi

Barnawi & M. Arifin. 2017. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan: Teori & Praktik. cet. I.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Bateman, Thomas S. & Scott A. Snell. 2014. Management Leading & Collaborating in a
Competitif World. Buku1. Jakarta: Salemba Empat.
Daft, Richard L. 2014. The New Era of Management. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Fattah, Nanang. 2013. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks Penerapan MBS.
cet. II. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Machali, Imam & Ara Hidayat. 2016. The Handbook of Education Management: Teori dan
Praktik Pengelolaan Madrasah di Indonesia.
Sallis, Edward. 2012. Total Quality Management in Education, cet. XVI. Yogyakarta:
IRCiSoD.

Zainal, Veithzal Rivai & Sylviana Murni. 2012. Education & Management: Analisis Teori
dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers.

Zainal, Veithzal Rivai, dkk. 2013. Islamic Management: Meraih Sukses melalui Praktik
Manajemen Gaya Rasulullah secara istiqomah. cet. I. Yogyakarta: BPFE.

14

Anda mungkin juga menyukai