Makam Tuan Guwat (Go Hwat Nio) persis di samping makam Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari. Foto-apahabar.com/ Madani
Salah seorang ulama keturunan dari Pasangan Syekh Muhammad arsyad Al Banjari dan Datu
Guwat –sebutan Go Hwat Nio-, Guru H Ahmad Daudi menuturkan Go Hwat Nio adalah
seorang putri dari orang terpandang masa itu, yakni Kapten Koh Dok, seorang kapten kapal.
Mengapa Datu Kelampayan menikahi Datu Guwat? Menurut Guru Daudi ada alasan
tersendiri. “Orang Cina memiliki kelembutan hati dan banyak memberikan keturunan,”
ujarnya.
Alasan lainnya adalah perihal dakwah di kalangan warga keturunan Tionghoa. Dengan
dipersuntingnya Tuan Guwat, maka banyak orang yang kemudian berislam dari warga
Tionghoa di Kalimantan Selatan. Tak terkecuali, keluarga dari Kapten Koh Dok sendiri.
“Mertua dan saudaranya (Tuan Guwat) banyak yang memeluk Islam saat itu,” ucap Guru
Daudi.
Tak hanya memeluk Islam, Kapten Koh Dok yang bernama Islam “Asy’ari” itu juga rajin
menuntut ilmu agama kepada menantunya, sehingga dia kemudian dikenal sebagai seorang
pemuka agama di wilayahnya dan disebut-sebut memiliki kekeramatan.
Dulu, kediamannya berada di sekitar Kelenteng Cina di jalan Veteran, Banjarmasin. Namun,
makamnya berada di Pulau Penyangat, Kepulauan Riau.
“Dari Khalifah Hasanuddin inilah menurunkan Mufti Khalid, dan menurunkan Abdullah,
kemudian menurunkan Saad, dan kemudian menurunkan Semman, kemudian menurunkan
Abdul Manaf, hingga menurunkan Abdul Ghani dan kemudian menurunkan Zaini bin Abdul
Ghani, yakni Guru Sekumpul, sekarang menurunkan Muhammad Amin Al Badali dan
Muhammad Hafi Al Badali,” sebutnya.
Adapun makam Datu Guwat tepat berada di samping makam Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari.
“Di sebelah kanan makam Syekh Muhammad Arsyad ada makam Datu Guwat, Datu Aminah
(Istri dari keturunan Sultan Banjar), kemudian Kadarmanik. Jadi ada tiga (makam istri) di
sana,” ucapnya.
Syekh Muhammad Arsyad sendiri mempunyai 11 istri, yakni Datu Bajut, Datu Bidur, Datu
Lipur, Datu Guwat (Go Hwat Nio), Datu Turiyah, Ratu Aminah, Datu Palung, Datu
Kadarmanik, Datu Markidah, Datu Liyyuhi serta Datu Dayi.
Dari 11 orang istri tersebut, 4 istri tidak memberikan keturunan, yakni Kadarmanik,
Markidah, Liyuh, dan Dayi.