Anda di halaman 1dari 13

JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Faktor Risiko Kejadian Presbiopia Dini

Nur Hajri Rabbani1, Desi Utami Helisarah2, Suparni3, Motris Pamungkas4


1,2,4
Program Studi Diploma Tiga Refraksi Optisi, STIKes Dharma Husada Bandung
3
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung
nsuparni@stikesdhb.ac.id

ABSTRAK

Faktor risiko paling signifikan untuk presbiopia adalah usia. Namun, ketika gejala presbiopia terjadi
lebih awal dari biasanya, itu disebut dengan presbiopia dini. Presbiopi dini adalah berkurangnya
kemampuan akomodasi penglihatan jarak dekat mata yang lebih cepat dari perkiraan. Penelitian ini
merupakan upaya untuk mengetahui apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
presbiopia dini. Melakukan kajian literatur untuk mengetahui distribusi usia kejadian presbiopia dini
dan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan presbiopia dini. Penelitian ini dilakukan
dengan metode study literature yaitu cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Berdasarkan hasil
kajian literatur dari beberapa jurnal dan hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran usia penderita
presbiopia dini berada pada jarak usia 36-39 tahun. Adapun faktor risiko yang mempengaruhi
kejadian presbiopia dini yaitu : jenis kelamin (gender), penggunaan gadget dan aktivitas melihat
dekat, kebiasaan merokok dan penggunaan tembakau, dan kelainan refraksi. Diharapkan kajian
literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar
dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya dan juga diharapkan kajian literatur dapat ini
menjadi acuan bagi refraksionis optisien dalam menangani pasien yang memiliki keluhan melihat
dekat agar tidak ragu dalam memberikan koreksi addisi kepada pasien dengan usia <40 tahun.
Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan
pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya.

Kata Kunci : Presbiopia Dini, Faktor Risiko

ABSTRACT

The most significant risk factor for presbyopia is age. However, when symptoms of presbyopia occur
earlier than usual, it is called premature presbyopia. Premature presbyopia is a reduction in the
ability to accommodate near-eye vision that is faster than expected. This research is an attempt to find
out what are the risk factors that can causes premature presbyopia. To conduct a literature review to
determine the age distribution of premature presbyopia and determine risk factors associated with
premature presbyopia. This research was conducted by the method of literature review which is a
method used to collect data or sources related to the topics raised in a study. Based on the results of
literature review from several journals and research results show that the age range of patients with
premature presbyopia is at the age range of 36-39 years. The risk factors that affect the incidence of
premature presbyopia are: sex (gender), gadget users and near work, smoking and tobacco use, and
refractive errors. It is hoped that this literature review can be used as an initial prediction in the
management of basic eye examinations seen from their daily activities and lifestyle and it is also
hoped that this literature review can be a reference for refractionist opticiant in dealing with patients
who have near vision complaints so as not to hesitate in providing correction of additions to patients
with age <40 years. It is hoped that this literature review can be used as an initial prediction in the
management of basic eye examination seen from their daily activities and lifestyle.

Keywords : Premature Presbyopia, Fact and Risk

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 136


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

1. Pendahuluan aktifitas yang diyakini dapat menyebabkan


Mata merupakan salah satu indera masalah pada penglihatan. Faktor risiko
tubuh yang berfungsi untuk melihat. Mata paling signifikan untuk presbiopia adalah usia.
dapat menyesuaikan diri dengan jarak dan Namun, ketika gejala presbiopia terjadi lebih
cahaya ketika melihat objek. Fungsi mata awal dari biasanya, itu disebut dengan
dapat menurun seiring dengan bertambahnya presbiopia dini. Jika terjadi gejala presbiopia
usia. Namun gangguan terhadap penglihatan pada usia lebih awal dari onset normal, itu
banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan mungkin merupakan tanda dari kondisi medis
hingga gangguan yang berat yang dapat yang mendasarinya. (Giorgi, 2016)
mengakibatkan kebutaan. Data presbiopia dini yang dikeluarkan
Masalah penglihatan yang penting bagi oleh Sujata Priyambada berdasarkan
negara maju dan negara berkembang adalah penelitiannya yang dilakukan di rumah sakit
low vision dan kebutaan. Data terbaru dari didapatkan hasil bahwa penelitiannya
World Health Organization (WHO) melibatkan total 4106 penderita presbiopia
memperkirakan penyebab terbesar perubahan dimana 494 (12,03%) penderita mengalami
kehidupan jutaan manusia adalah gangguan presbiopia dini. Diantaranya sebanyak 302
visual. Sekitar 80% dari semua penyebab (61,13%) penderita presbiopia dini adalah
ganggungan penglihatan dapat dicegah atau perempuan dan 192 (38,87%) penderita
disembuhkan. (Kemenkes, 2014) presbiopia dini adalah laki-laki. Rata-rata usia
Kondisi kelainan refraksi mata yang perlu penderita presbiopia dini adalah 36 tahun, dan
diketahui, beberapa diantaranya adalah miopia usia terendah berada di 32 tahun. Koreksi yang
(rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), diperlukan rata-rata berkisar +1,19 untuk laki-
astigmatisme (silindris), dan presbiopia (rabun laki dan +1,30 untuk perempuan.
dekat usia lanjut). Miopia (rabun jauh) Kemampuan akomodasi yang berkurang
biasanya kesulitan melihat jauh dengan jelas, pada penderita presbiopia dini menjadikan
hipermetropia (rabun dekat) kesulitan melihat penderitanya tidak dapat membaca dekat
dekat dengan jelas, astigmatisme (silindris) dengan jelas di usia awal 30 tahun, yang
yaitu terjadinya distorsi penglihatan akibat dikarenakan oleh lingkungan (kebiasaan
kelengkungan kornea dan lensa yang tidak aktivitas melihat dekat dan pola hidup),
sama di berbagai meridian, presbiopia (rabun penyakit yang berhubungan dengan
dekat usia lanjut) suatu perubahan fisiologis presbiopia, atau obat obatan. Seseorang yang
yang terjadi pada usia >40 tahun dimana daya memiliki pekerjaan dekat memerlukan
akomodasi berkurang. (Kemenkes P. , 2018) penglihatan dekat yang ekstensif,
Orang dewasa yang berusia lebih dari 40 (Priyambada, 2019)
tahun dapat mengalami gangguan saat melihat Pada penderita presbiopia dini,
benda dengan jarak dekat. Selain itu mata juga kemampuan fungsi akomodasi berkurang
dapat terjadi gangguan karena terdapat untuk melakukan aktivitas melihat dekat pada

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 137


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

pasien yang memiliki usia sebelum 40 tahun, dari metode PICO (Population/Problem;
hal ini bisa terjadi karena faktor lingkungan, Intervention; Comparison; Outcome). Kata
asupan gizi, penyakit sistemik, ataupun kunci yang digunakan dalam pencarian
penggunaan obat-obatan. (Fasih, 2014) literatur artikel atau jurnal ilmiah berbahasa
Perubahan lingkungan pada tempat kerja, Indonesia adalah ‘presbiopia’, ‘faktor risiko
seperti teknologi komputer dapat presbiopia’, ‘hubungan jenis kelamin dan
mempengaruhi gangguan visual. Kondisi lain presbiopia’, ‘umur dan presbiopia’. Adapun
seperti diabetes mellitus, penyakit pembuluh untuk pencarian artikel atau jurnal ilmiah
darah, trauma, dan merokok juga dilaporkan berbahasa inggris, kata kunci yang digunakan
terkait dengan presbiopia dini. (Priyambada, adalah ‘presbyopia’, „risk factors presbyopia’,
2019) ‘presbyopia and age, ‘presbyopia and gender‟.
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang Sumber data yang digunakan pada
dilakukan oleh seseorang dengan maksud literatur review ini yaitu artikel atau jurnal
memperoleh pendapatan atau keuntungan. ilmiah yang telah terakreditasi, kemudian
Namun, bekerja dekat dalam waktu yang lama dilakukan pemilahan literatur dengan
dapat berisiko terhadap kelelahan mata. menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
Bekerja dekat seperti penjahit, tukang jam, Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari
pengguna mikroskop, dan lain-lain. Dalam suatu target yang akan dijadikan subjek
pekerjaan apapun mata sangat berperan penelitian. Kriteria inklusi yang digunakan
penting untuk membantu dan mendukung dalam penelitian ini adalah:
pekerjaan tersebut. Apalagi bila pekerjaan 1) Artikel menggunakan Bahasa Indonesia
tersebut membutuhkan jarak yang dekat atau Bahasa Inggris.
dengan mata, maka akan membutuhkan 2) Isi artikel mengacu pada lingkup penelitian
akomodasi yang lebih kuat. (Kesehatan, 2006) yaitu tentang faktor risiko presbiopia dini.
3) Artikel merupakan jurnal penelitian yang
2. Metode Penelitian telah terakreditasi. Untuk mengetahui
a. Pencarian Literatur jurnal yang terakreditasi, penulis
Pencarian literatur dilakukan pada menggunakan jurnal yang sudah ber ISSN,
database di perpustakaan elektronik, yaitu atau jurnal yang sudah terdaftar di SINTA,
dengan penulusuran di internet melalui google DIKTI atau LIPI untuk jurnal nasional, dan
scholar, Indonesia onesearch, PubMed, NCBI, SCImago Journal Rank untuk jurnal
aaojournal, JAMA, dan lainnya. Dalam internasional.
pencarian literatur artikel ilmiah atau jurnal, 4) Rentang waktu penerbitan jurnal berbahasa
perlu ditentukan kata kunci untuk Indonesia maksimal 5 tahun terakhir (2016-
memudahkan dalam pemilahan artikel. Kata 2020), dan jurnal berbahasa Inggris
Pencarian literature dilakukan dengan maksimal 10 tahun terakhir (2011-2020).
menggunakan kata kunci yang dikembangkan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 138


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Adapun kriteria eksklusi adalah


mengeluarkan atau menghilangkan Dalam penyaringan daftar referensi dari
beberapa subjek yang memenuhi kriteria artikel ilmiah yang diproses atau yang
inklusi dari penelitian dikarenakan kriteria dijadikan sebagai sumber rujukan, kemudian
dan sebab-sebab tertentu. Kriteria eksklusi penulis membuat satu folder khusus sumber
dalam penelitian ini adalah: artikel tidak referensi. Dalam pengumpulan referensi
dalam bentuk full teks (tidak dapat diakses sumber rujukan, penulis menggunakan aplikasi
penuh). mendeley. Aplikasi mendeley ini sangat
b. Pengumpulan Literatur membantu dalam pengumpulan artikel atau
Berikut merupakan bagan alur citation, sehingga memudahkan penulis dalam
pengumpulan literatur review dari beberapa memasukkan daftar referensi citation yang
database artikel atau jurnal ilmiah. digunakan ketika penyusunan penelitian.
c. Analisis dan Sintesis Literatur
Metode tinjauan literatur yang penulis
gunakan adalah metode naratif review, yaitu
metode review yang menggambarkan dan
menilai artikel yang diterbitkan dengan
mensintesis informasi ke dalam format yang
mudah digunakan, dimana pengumpulan fakta
dan sintesisnya tidak mengikuti cara-cara yang
baku yang tersusun secara sistematis.
Dalam kajian literatur ini, penulis
memilih beberapa literatur yang dijadikan
sebagai sumber referensi yang disesuaikan
dengan kriteria inklusi penelitian. Setelah
membaca dan memahami setiap ide pokok dari
literatur yang dipilih, kemudian penulis
membuat matriks literatur untuk membantu
dalam menganalisis dan mensintesis literatur.
Bagan 1. Matriks Pengumpulan Literatur

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 139


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil
Tabel 1 Matrik Jurnal

No. Nama, Judul, Metode Penelitian Hasil Penelitian


Jurnal Tahun Publikasi
1 Nama Peneliti : Sumber Data : a. Berdasarkan hasil studi dari total 4106 kasus
Sujata Priyambada Studi ini merupakan presbiopia, 494 (12.03%) pasien diantaranya
studi prospektif berbasis mengalami presbiopia dini. Diantaranya
Judul Jurnal : rumah sakit yang sebanyak 302 (61.13%) dialami oleh wanita dan
“Premature dilakukan pada pasien 192 (38.87%) dialami oleh pria.
Presbyopia and its rawat jalan yang datang b. Dari jumlah pasien yang memiliki kelainan
Risk Factors – A ke departemen Hi-Tech presbiopia dini, sebanyak 203 (41.09%) tinggal
Hospital based Medical College and di pedesaan sementara 291 (58.90%) tinggal di
Study.” Hospital di distrik daerah perkotaan.
Sundergarh, Odisha dari c. Presentase usia rata rata penderita presbiopia
Tahun Publikasi : bulan Oktober 2016 dini adalah 36.2 tahun. Sedangkan presentase
March 2019 sampai dengan bulan usia terendah penderita presbiopia dini adalah
Oktober 2018. 32 tahun.
d. Penggunaan smart phone (37) diikuti oleh
pekerjaan dekat adalah faktor risiko yang paling
umum (30.6%) secara keseluruhan diikuti oleh
paparan sinar UV yang terjadi pada 1/5 pasien.
Kelainan refraksi terjadi sebanyak 20.04% (99)
yang paling umum pada hipermetropia
(12.34%) diikuti oleh astigmatisme (5.87%).
e. Diantara 302 pasien wanita faktor risiko yang
paling sering terjadi termasuk multiparitas
28.14% (85), anemia 20.86% (63) menopos dini
12.25% (37). Sedangkan pada pasien pria
merokok 46.87% (90), alkohol 35.93% (69),
dan keduanya alkohol dan merokok 23.95%
(46) adalah yang paling sering. Faktor Risiko
lain diantaranya termasuk gastritis (11.9%),
bentuk tubuh yang pendek (7.9%) dan diabetes
(3.6%). Adapun 11 pasien (2.2%) tidak
memiliki faktor risiko yang spesifik.
2 Nama Peneliti : Sumber Data : a. Penelitian ini menunjukan bahwa seorang
Dr Manoj Penelitian ini dilakukan wanita lebih dominan karena disebabkan oleh
Venugopal, Dr di departemen stress berat dan juga ditemukan pekerja
Ann Tresa Antony opthalmologi rumah kantoran adalah kelompok yang terkena dampak
sakit tertiary care selama paling tinggi terkena presbiopia dini.
Judul Jurnal : periode 6 bulan. b. Dalam studi saat ini didapatkan 60% emetrop
“A Study of Sebanyak 36 pasien untuk penglihatan jarak jauh, 30% mengalami
Clinical Profile of dengan keluhan hipermetropia dan 10% mengalami miopia.
Premature penglihatan dekat yang c. Telah ditemukan bahwa 24% pasien di rumah
Presbyopia in A kurang baik dibawah usia sakit saat penelitian ini adalah pengkonsumsi
Tertiary Care 40 tahun menghadiri tembakau dan 40% adalah perorok. Menurut
Hospital.” departemen opthalmologi studi ini 35.1% dari subjek penelitian yang
secara rawat jalan berusia 35 tahun memiliki kelainan presbiopia
dilibatkan dalam dini dan mereka adalah pengguna tembakau.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 140


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

penelitian ini. Diantara pasien yang dinyatakan presbiopia


Tahun Publikasi : Desain Penelitian : dini, terdapat 15 (4.1%) pasien memiliki
July 2017 Menggunakan desain riwayat hipertensi, 18 (5%) pasien menderita
cross sectional deskriptif diabetes, 12 (3%) pasien menderita glaukoma, 8
berbasis rumah sakit, (2.2%) pasien pengguna obat anti psikotik dan 5
dengan kriteria (1.3%) pasien mengalami anemia.
inklusi/eksklusi
Analisis Data :
Data dalam studi ini
dicatat dan dianalisis
dengan menggunakan
SPSS.
3 Nama Peneliti : Sumber Data : a. Dalam studi ini dilaporkan bahwa perempuan
Uzma Fasih, M. Penelitian ini dilakukan lebih dominan terkena presbiopia dini yaitu
Rais, Atiya di departemen rawat sebanyak 60% pasien wanita dan 40% pasien
Rahman, Arshad jalan Spencer Eye pria.
Shaikh, M. S. Hospital Unit 2 Karachi b. Penelitian ini juga melaporkan bahwa faktor
Fahmi Medical & Dental utama terkait dengan presbiopia dini adalah
College mulai dari bulan penggunaan tembakau 88 (35.7%) pada
Judul Jurnal : januari 2012 sampai umumnya terjadi pada pasien pria, kemudian
“Early Presbyopia dengan agustus 2013. diikuti oleh gastritis 52 (21.1%) yang pada
A Psychosomatic umumnya terjadi pada pasien wanita.
Disorder.” Desain Penelitian : c. Diantara penderita presbiopia dini 18 (7.31%)
Merupakan penelitian pasien berhubungan dengan hipertensi dan 16
Tahun Publikasi : yang menggunakan (6.50%) pasien menderita diabetes. Dan mereka
September 2014 desain cross sectional yang menderita keduanya diabetes dan
deskriptif yang berbasis hipertensi adalah 10 (4.06%). Presbiopia dini
rumah sakit yang disajikan berhubungan dengan sakit kepala
dan kelainan refraksi adalah 14 (5.69%) dan
Sampel : dengan glaukoma adalah 5 (2.03%).
Pasien dipilih dari d. Kelainan refraksi berupa hypermetropia laten
departemen rawat jalan harus dipertimbangkan sebagai tanda penting
dengan menggunakan terjadinya presbiopia dini. Selain itu penyakit
Teknik non probability mata seperti glaukoma atau trauma pada mata,
consecutive sampling kerusakan lensa, zonula atau otot siliaris,
dan termasuk 246 pasien. fotokoagulasi laser pada retina juga dapat
Ukuran sampel dihitung menyebabkan presbiopia dini. Dalam studi ini 4
dengan menggunakan (1,62%) pasien memiliki kelainan presbiopia
formula WHO yang dini terkat dengan penggunaan pewarna rambut.
diberikan oleh L e. Dalam studi ini telah dilaporkan 15 (6.09%)
Lemesho dan SK pengguna computer memiliki kelainan
Lawanga dengan interval presbiopia dini. Pengguna computer biasanya
kepercayaan 95%, cenderung melakukan pekerjaan dekat dengan
prescision absolute waktu yang lama. Seperti studi prospektif
0.03%, ukuran populasi berbasis rumah sakit di Nigeria mengungkapkan
1000 dan prevalensi P bahwa 15.5% pasien memiliki kelainan
35.1%. presbiopia sebelum usia 40 tahun dan mayoritas
dari mereka terlibat dalam pekerjaan dekat yang
lama.
f. Dalam studi ini juga telah dilaporkan 5 (2.03%)
pasien dengan anemia. Anemia dan status gizi
buruk juga terkait dengan presbiopia dini.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 141


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Analisis Data : Faktor yang kurang lazim terkait dengan


Data dicatat dan presbiopia dini adalah perokok 7 (2.84%)
dianalisis dengan pasien. Glaukoma 5 (2.03%), anemia 5 (2.03%),
menggunakan program penyakit tiroid 4 (1.6%), osteoarthritis 2
SPSS versi 14. (0.81%) dan gangguan alergi 2 (0.81%).
Sedangkan pasien yang dating tanpa sebab yang
spesifik adalah 4 (1.62%).
4 Nama Peneliti : Sumber Data : a. Sebanyak 2800 pasien memenuhi kriteria
Deepak Mishra, Penelitian ini sebuah inklusi dan eksklusi penelitian, tetapi hanya
Prashant Bhushan, studi klinis prospektif 2296 pasien yang terdaftar dalam penelitian ini
M. K. Singh, yang dilakukan pada setelah pasien menyerahkan persetujuan tertulis
Bhavesh Makkar, 2296 pasien di dua pusat dan memenuhi kriteria penelitian. Total 1102
B. P Sinha, Gyan perawatan tersier di (48%) pasien berasal dari satu pusat perawatan
Bhaskar India. Lama studi yang dan 1194 pasien lainnya yaitu (52%) berasal
dilakukan adalah selama dari pusat perawatan lain.
Judul Jurnal : 3 tahun 8 bulan. b. Prevalensi presbiopia pada prepresbiopik ada
“Prospective Desain Penelitian : pada kelompok usia = 0.74%. berikut ini telah
clinical study to Merupakan studi klinis diamati secara maksimum untuk jumlah pasien
find out prospektif multicenter (n = 1004, 43.7%) pada usia kelompok 3
epidemiology of yang dilakukan pada dua diikuti oleh kelompok 2 (n = 786, 34.2%) dan
presbyopia in a pusat perawatan tersier di kelompok 1 (n = 506, 22%).
prepresbyopic India. c. Distribusi berdasarkan gender menunjukan
population (age Sampel : bahwa pasien wanita (n = 1309, 57%) lebih
group 34-40 Ukuran sampel dihitung banyak dari pada pasien pria (n = 987,43%).
years).” dengan menggunakan d. Hampir setangah dari kasus (n = 1100, 49. 9%)
Teknik dari WHO yang berasal dari status sosial ekonomi menengah
Tahun Publikasi : diformulasikan oleh diikuti oleh 30,7% (n = 704) dari rendah dan
May-August 2019 Lwanga dan Lemeshow 21,4% (n = 491) dari status sosial ekonomi
dengan penetapan yang lebih tinggi. Sekitar 53,6% (n = 1230)
interval kepercayaan pasien berasal dari perkotaan dan 46,4% (n =
sebesar 95%, dengan 1065) dari daerah pedesaan.
surasi penelitian selama e. Jumlah total pasien yang memiliki kelainan
48 bulan. Selain itu, refraksi adalah 53964. Dengan total prevalensi
dalam penelitian ini juga pasien yang mengalami kelainan refraksi adalah
ada kriteria inklusi dan 17.5%.
eksklusi. f. Sekitar 41% (n = 941) pasien dengan kelainan
Analisis Data : presbiopia dini melakukan pekerjaan dekat
Data dianalisis dengan dalam aktivitas kesehariannya selama >6 jam
menggunakan program per hari.
SPSS versi 16 IBM. g. Sekitar 39,6% (n = 909) pasien menyatakan
bahwa masalah penglihatan dekat
mempengaruhi efisiensi kerja dan kualitas
hidup. Sekitar 18,6% (n = 427) pasien
presbiopia dini memiliki kadar hemoglobin <11
mg/dl.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 142


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

b. Pembahasan 1) Faktor Risiko Jenis Kelamin (Gender)


Berdasarkan penelitian pada jurnal 1, Berdasarkan penelitian pada jurnal 1
distribusi usia kejadian presbiopia dini didapatkan hasil studi dari total 4106 kasus
didapatkan hasil 1% penderita presbiopia dini presbiopia, 494 (12.03%) pasien diantaranya
usia 31 tahun s/d usia 33 tahun, 47 % penderita mengalami presbiopia dini. Diantaranya
presbiopia dini usia 34 tahun s/d usia 36 tahun sebanyak 302 (61.13%) dialami oleh
dan 52% penderita presbiopia dini usia 37 perempuan dan 192 (38.87%) dialami oleh
tahun s/d usia 39 tahun. laki-laki.
Pada penelitian jurnal 3, distribusi usia Pada penelitian jurnal 2 juga menunjukan
kejadian presbiopia dini didapatkan hasil bahwa seorang perempuan lebih dominan
18.29% (45 orang) penderita presbiopia dini karena disebabkan oleh stres berat. Seperti
usia 31 tahun s/d usia 33 tahun, 51.21% (126 dijelaskan dalam penelitian lain yang
orang) penderita presbiopia dini usia 34 tahun menunjukan peningkatan prevalensi presbiopia
s/d 36 tahun, 30.48% (75 orang) penderita dini dikalangan perempuan.
presbiopia dini usia 37 tahun s/d usia 39 tahun. Pada penelitian jurnal 3 pun hasilnya
Pada penelitian jurnal 4, ditribusi usia memperkuat hasil penelitian dari jurnal 1 dan 2
kejadian presbiopia dini tidak dijelaskan secara yaitu dalam studi pada jurnal 3 dilaporkan
rinci seperti pada jurnal 1 dan 3 tetapi bahwa perempuan lebih dominan terkena
didapatkan hasil bahwa ditemukan 62% presbiopia dini yaitu sebanyak 60% pasien
dengan range usia 30-40 tahun menderita perempuan dan 40% pasien laki-laki. Dalam
presbiopia dini, selain itu dalam penelitian ini studi ini perempuan lebih dominan karena
juga ditemukan 55% pasien berusia 30 tahun fakta bahwa perempuan mengalami lebih
menderita presbiopia dini, Hasil penelitian banyak tekanan dalam masyarakat
pada jurnal ini diperkuat oleh penelitian Duarte dibandingkan dengan laki-laki, ini termasuk
et al di Brazil yang menemukan prevalensi multiparitas seperti yang dilaporkan dalam
presbiopa dini pada 3000 pasien yang berusia penelitian ini, membesarkan anak, anemia dan
30 tahun. tekanan dalam rumah tangga yang lainnya.
Sedangkan pada penelitian di jurnal 2 Pada penelitian di jurnal 4 hasil
tidak dijelaskan mengenai hasil distribusi usia penelitiannya juga kembali memperkuat hasil
kejadian presbiopia dini karena di jurnal 2 penelitian di jurnal 1,2, dan 3. Hasil penelitian
hanya menyebutkan sampel distribusi usia nya di jurnal 4 melaporkan bahwa pasien
saja. perempuan lebih dominan dari pada pasien
Selain usia, dalam penelitian pada jurnal laki-laki dimana pasien perempuan ada 57%
juga mengungkapkan kecenderungan jenis dan pasien laki-laki 43%. Dalam penelitian ini
kelamin (gender) yang berisiko lebih besar didapatkan hasil bahwa perempuan lebih
terhadap kejadian presbiopia dini. berisiko terkena presbiopia dini karena
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 143
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

perempuan dianggap menanggung tekanan kejadian presbiopia dini tetapi aktivitas melihat
lebih besar dalam masyarakat dibandingkan dekat yang dimasukan ke dalam faktor risiko
dengan laki-laki, ini termasuk multiparitas, kejadian presbiopia dini dengan hasil
kegiatan mengasuh anak, anemia dan tekanan penelitian ditemukan pekerja kantoran adalah
dalam rumah tangga lainnya. Hasil penelitian kelompok yang terkena dampak paling tinggi
ini juga diperkuat oleh penelitian Weale yang terhadap kejadian presbiopia dini. Pekerja
juga melaporkan dominasi perempuan sebagai kantoran pada sektor pemerintah dan swasta
yang berisiko terkena presbiopia dini. memiliki jumlah intervensi presbiopia dini
Berdasarkan hasil penelitian di jurnal yang tergolong tinggi dibandingkan dengan
1,2,3, dan 4 didapatkan hasil bahwa kejadian yang lainnya. Penyebab dari hasil ini adalah
presbiopia dini banyak dialami oleh karena pekerja kantoran cenderung memiliki
perempuan. Hal ini terbukti dari ke 4 jurnal tugas utama yang menuntut aktivitas visual
yang menyebutkan bahwa kecenderungan seperti membaca, menulis dan berhubungan
perempuan terhadap kejadian presbiopia ini dengan komputer.
disebabkan karena adanya gangguan Pada penelitian di jurnal 3 juga berbeda
psikosomatis yang mempengaruhi kesehatan dengan jurnal 1 dimana pada jurnal 3 ini tidak
fisik mereka. memasukan smart phone ke dalam faktor
2) Faktor Risiko Penggunaan Gadget dan risiko kejadian presbiopia dini melainkan
Aktivitas Melihat Dekat
aktivitas melihat dekat dan penggunaan gadget
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal 1 berupa komputer kedalam faktor risiko
penggunaan smart phone (37) diikuti oleh kejadian presbiopia dini dengan hasil
pekerjaan dekat adalah faktor risiko yang penelitian ditemukan bahwa 15 (6.09%)
paling umum (30.6%). Lebih dari setengah pengguna komputer memiliki kelainan
penderita presbiopia dini di daerah perkotaan presbiopia dini. Pengguna komputer biasanya
adalah pengguna smart phone. Pengguna smart cenderung melakukan pekerjaan dekat dengan
phone ini dapat meningkatkan tuntutan waktu yang lama. Seperti studi prospektif
kebutuhan visual untuk pekerjaan melihat berbasis rumah sakit di Nigeria
dekat sehingga faktor ini dapat dikaitkan mengungkapkan bahwa 15.5% pasien memiliki
dengan terjadinya presbiopia dini. Sebuah studi kelainan presbiopia sebelum usia 40 tahun dan
di Nigeria juga menyebutkan bahwa mayoritas dari mereka terlibat dalam pekerjaan
peningkatan tuntutan visual sebagai kontribusi dekat yang lama. Dengan demikian
utama faktor timbulnya presbiopia dini penggunaan penglihatan dalam bekerja dekat
sebelum usia 40 tahun. adalah faktor yang berkontribusi besar
Sedangkan penelitian pada jurnal 2 terhadap timbulnya kelainan presbiopia pada
berbeda dengan jurnal 1 dimana smart phone usia 35 tahun, meskipun usia adalah faktor
tidak dimasukan ke dalam faktor risiko risiko utama dari kelainan presbiopia.
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 144
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Pada penelitian jurnal 4 pun sama seperti dini pada laki-laki. Sejumlah (47%) pasien
pada jurnal 2 dan 3 dimana smart phone tidak laki-laki adalah perokok. Hasil ini diperkuat
dimasukkan ke dalam faktor risiko kejadian oleh penelitian Hafez dkk di Iran dengan
presbiopia dini melainkan hanya aktivitas menunjukan timbulnya kelainan presbiopia
melihat dekat saja yang dimasukkan ke dalam dini pada laki-laki disebabkan oleh kebiasaan
faktor risiko kejadian presbiopia dini dengan merokok dan penelitian Fasih dkk menunjukan
hasil penelitian bahwa pasien yang melakukan 35% penderita presbiopia dini adalah
pekerjaan dekat dalam kesehariannya dengan pengunyah tembakau.
durasi > 6 jam per hari dan bearsal dari daerah Pada penelitian di jurnal 2, telah
perkotaan lebih rentan terhadap kejadian ditemukan bahwa 24% pasien di rumah sakit
presbiopia dini. Hasil penelitian ini diperkuat saat penelitian ini adalah pengkonsumsi
oleh hasil penelitian dari Kamali et al yang tembakau dan 40% adalah perorok. Menurut
menemukan bahwa daerah tempat tinggal studi ini 35.1% dari subjek penelitian yang
perkotaan yang memiliki aktivitas melihat berusia 35 tahun memiliki kelainan presbiopia
dekat lebih sering secara signifikan dini dan mereka adalah pengguna tembakau.
berpengaruh terhadap prevalensi kejadian Kondisi kehidupan yang pebuh dengan tekanan
presbiopia dini. menyebabkan peningkatan pengguna tembakau
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal sehingga memicu timbulnya kelainan
1,2,3, dan 4 ditemukan hasil yang sama yaitu presbiopia dini.
faktor risiko penggunaan gadget dan aktivitas Sedangkan pada penelitian jurnal 3,
melihat dekat yang sangat mempengaruhi sedikit berbeda dengan penelitian pada jurnal 1
kejaidan presbiopa dini dengan range usia 30- dan 2 yang dimana status perokok disini
40 tahun, selain itu hal ini juga diperkuat oleh dipisahkan bahasannya dengan penggunaan
teori-teori mengenai disfungsi akomodasi yang tembakau. Pada penelitian di jurnal 3 ini
terjadi pada pelaku aktivitas melihat dekat dan perokok masuk ke dalam faktor yang kurang
pengaruh sinar biru yang dipancarkan oleh lazim terkait dengan presbiopia dini adalah
layar gadget yang mempengaruhi fungsi perokok 7 (2.84%) pasien. Sedangkan dalam
internal bola mata. penelitian ini juga melaporkan bahwa faktor
3) Faktor Risiko Kebiasaan Merokok dan utama terkait dengan presbiopia dini adalah
Penggunaan Tembakau
penggunaan tembakau 88 (35.7%) pada
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal 1, umumnya terjadi pada pasien laki-laki.
fokus hasil penelitian pada faktor risiko ini Pengguna tembakau biasanya terkait dengan
cenderung lebih ditujukan untuk laki-laki kondisi kehidupan yang penuh tekanan dengan
dengan hasil pada pasien laki-laki merokok begitu presbiopia dini bisa menjadi gangguan
46.87% (90) adalah yang paling sering psikosomatis.
dilaporkan terkait dengan kejaidan presbiopia
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 145
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Sedangkan pada jurnal 4 berbeda dengan besar terkena presbiopia dibandingkan dengan
jurnal 1,2, dan 3 karena pada jurnal 4 sama kelainan miopia dari kelompok usia yang
sekali tidak membahas kebiasaan merokok dan sama.
penggunaan tembakau sebagai salah satu Pada penelitian di jurnal 3, presbiopia dini
faktor risiko kejadian presbiopia dini. yang disajikan berhubungan dengan sakit
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal kepala dan kelainan refraksi adalah 14
1,2, dan 3 yang membahas mengenai kebiasaan (5.69%). Kelainan refraksi berupa
merokok dan penggunaan tembakau sebagai hipermetropia laten harus dipertimbangkan
salah satu faktor risiko kejadian presbiopia dini sebagai tanda penting terjadinya presbiopia
telah dibuktikan dengan teori-teori diatas dini. Selain itu penyakit mata seperti glaukoma
mengenai kandungan zat senyawa kimia yang atau trauma pada mata, kerusakan lensa,
ada pada rokok/tembakau yang dalam zonula atau otot siliaris, fotokoagulasi laser
penggunaannya dapat merusak jaringan pada retina juga dapat menyebabkan
persyarafan pada bagian internal bola mata presbiopia dini.
dan mempercepat pertumbuhann nukleus pada Sedangkan pada penelitian jurnal 4,
lensa mata sehingga merusak ke elastisitasan didapatkan hasil total prevalensi pasien yang
lensa serta membuat lensa mengalami mengalami kelainan refraksi adalah 17.5%.
sklerosis. Hasil penelitian pada jurnal 4 ini berbeda
4) Faktor Risiko Kelainan Refraksi dengan penelitian pada jurnal 1,2 dan 3 dimana
Berdasarkan penelitian pada jurnal 1, pada jurnal 1,2 dan 3 hasil penelitian nya
didapatkan hasil kelainan refraksi terjadi saling menguatkan bahwa kelainan refraksi
sebanyak 20.04% (99) yang paling umum pada terutama kelainan hipermetropia menjadi
hipermetropia (12.34%) diikuti oleh faktor risiko yang cukup kuat untuk kejadian
astigmatisma (5.87%). presbiopia dini. Pada jurnal 4 ini hanya di
Pada penelitian di jurnal 2, dalam studi jelaskan secara umum saja mengenai besaran
saat ini didapatkan 60% emetrop untuk dari jumlah kelainan refraksi nya saja dan tidak
penglihatan jarak jauh, 30% mengalami dijelaskan lagi secara spesifik.
hipermetropia dan 10% mengalami miopia. Berdasarkan pada hasil penelitian 1,2,3,
Hasil penelitian pada jurnal 2 ini diperkuat dan 4 didapatkan kelainan refraksi terutama
oleh penelitian lain yang dilakukan oleh pada kelainan hipermetropia (rabun dekat)
Keziah N. Malu, dkk dalam penelitian mereka merupakan faktor risiko yang cukup kuat pada
menemukan (51.65%) pasien emetropia, kejadian presbiopia dini hasil penelitian ini
(32.57%) pasien memiliki kelainan telah diperkuat oleh hasil penelitian lain juga
hipermetropia dan (15.76%) pasien memiliki yang menyatakan hipermetropia sebagai salah
kelainan miopia. Hal ini menunjukan bahwa satu faktor risiko terjadinya presbiopia dini.
kelainan hipermetropia memiliki risiko lebih Selain itu telah diperkuat oleh teori-teori yang
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 146
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

menyatakan bahwa penderita hipermetropia


pada usia lanjut akan mengalamai gangguan Fasih, U. (2014). Early Presbyopia A
Psychosomatic Disorder. Pakistan
akomodasi yang dikarenakan oleh aktivitas Journal of Ophthalmology, 161-165.
visual yang terus memaksakan kinerja otot
Fathnur Sani K., M. A. (2018). Metodologi
akomodasi, dan hal ini sejalan dengan kejadian Penelitian Farmasi Komunitas dan
presbiopia dini dimana mereka para Eksperimental. Yogyakarta: Deepublish.

penderitanya kehilangan keelastisitasan lensa G, S. (2005). Manajemen Keselamatan dan


matanya yang menyebabkann berkurangnya Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
daya akomodasi pada mata mereka.
Ganong, W. F. (2003). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 20. Jakarta: Jakarta :
4. KESIMPULAN EGC.
Berdasarkan kajian literatur diatas, faktor
Gary L. Mancil, O. (2010). OPTOMETRIC
risiko penyebab presbiopia dini bisa CLINICAL PRACTICE GUIDELINE.
disebabkan oleh multifaktor. Baik instrinsik USA: American Optometric Association.
seperti jenis kelamin (gender), ataupun Gary L. Mancil, O. (2010). OPTOMETRIC
ekstrinsik seperti penggunaan gadget dan CLINICAL PRACTICE GUIDELINE
CARE OF THE PATIENT WITH
aktivitas melihat dekat, kebiasaan merokok dan PRESBYOPIA . United State American:
penggunaan tembakau, kelainan refraksi, dan American Optometric Association.
sebagainya
Giorgi, A. (2016). Presbyopia : Causes, Risk
Factors, and Symptoms.
5. DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan : Paradigma Kuantitatif.
American Academy of Opthalmology Staff.
Jakarta: Health Books.
(2014-2015a). Lens and Cataract. In Lang,
Lens and Cataract. United State of
Kemenkes. (2014). Situasi Gangguan
America.
Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta.
Dattalo, P. (2008). Determining Sample Size :
Kemenkes, P. (2018). Jenis-Jenis Kelainan
Balancing Power, Precision, and
Refraksi. Jakarta: p2ptm.kemkes.go.id.
Practicality. 198 Madison Avenue, New
York: Oxford Univesity Press, Inc.

DHB StikesDHB. Buku Panduan Penyusunan Kesehatan, D. B. (2006). Pedoman Manajemen


Literature Review. 2020;21(1):1–9. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Di Rumah Sakit. Jakarta: Jakarta
Departemen Kesehatan.
Dr. Eko Budiarto, S. (2004). Metodologi
Penelitian Kedokteran : Sebuah
Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku Khurana, A. K. (2005). Opthalmology. New
Kedokteran EGC. Delhi: New Age International (P) Limited.

Kim E. Barrett, d. (2002). Ganong's Review of


Medical Physiology. United State of
Dr. Mamik. S.KM., M. (2014). Metode
America: Lange.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Zifatama.
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 147
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Notoatmodjo, P. D. (2012). Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Wati, R. (2018). Akomodasi dalam Refraksi.
Cipta. jurnal.fk.unand.ac.id, 14

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi


Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;
2003.

Priyambada, S. (2019). Premature Presbyopia


and its Risk Factors - A Hospital Based
Study. Opthalmology.

Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, S. (2010). Ilmu


Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, S. M. (2018).


Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Bineka Cipta.

Putra, I. P. (2014). PENURUNAN KADAR


SUPEROKSIDA DISMUTASE LENSA
BERHUBUNGAN DENGAN
PENINGKATAN DERAJAT
KEKERUHAN LENSA PADA
KATARAK SENILIS. Program
Pendidikan Dokter Spesialis Universitas
Udayana, 1-5.

R, S. R. (2007). Parson's Diseases of The Eye.


Indian : Elvesier.
S, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian :


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Jakarta:
Alfabeta.

Suma'mur, D. (1967). Higinie Perusahaan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung
Agung.

Tandan, S. d. (2007). Parson's Diseases of The


Eye. Indiana : Elvesier.

Victor Trismanjaya Hulu, S. M. (2019).


Analisis Data Statistik Parametrik
Aplikasi SPSS dan STATCAL (Sebuah
Pengantar Untuk Kesehatan). Jakarta:
Yayasan Kita Menulis.
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 148

Anda mungkin juga menyukai