Anda di halaman 1dari 9

PT.

TiKi Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

Profil Perusahaan

JNE merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman dan logistik yang bermarkas di
Jakarta, Indonesia. Nama resminya adalah Tiki Jalur Nugraha Ekakurir dan menjadi salah satu
perusahaan kurir terbesar di Indonesia.

Pendiri H. SOEPRAPTO SUPARNO

Presiden Komisaris H. SOELASMO

Komisaris Hj. NURAINI SOEPRAPTO

Komisaris R. RUSMADI

Komisaris HUI MARIAWATI

Presiden Direktur H. SOEPRAPTO SUPARNO

Direktur Eksekutif H.M. JOHARI ZEIN

Direktur Keuangan HUI CHANDRA FIRETA

Direktur Operasional EDI SANTOSO

Direktur Marketing MOHAMAD FERIADI

Sejarah

PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir didirikan pada tanggal 26 November 1990 oleh Soeprapto Suparno.
Perusahaan ini dirintis sebagai sebuah divisi dari PT Citra van Titipan Kilat (TiKi) yang bergerak dalam
bidang jasa kurir internasional.

Dengan delapan orang dan kapital 100 juta rupiah JNE memulai kegiatan usahanya yang terpusat
pada penanganan kegiatan kepabeanan, impor kiriman barang, dokumen serta pengantaranya dari
luar negeri ke Indonesia.

Pada tahun 1991, JNE memperluas jaringan internasional dengan bergabung sebagai anggota
asosiasi perusahaan-perusahaan kurir beberapa negara Asia (ACCA) yang bermakas di Hong Kong
yang kemudian memberi kesempatan kepada JNE untuk mengembangkan wilayah antaran sampai
ke seluruh dunia.

Karena persaingannya di pasar domestik, JNE juga memusatkan memperluas jaringan domestik.
Dengan jaringan domestiknya TiKi dan namanya, JNE mendapat keuntungan persaingan dalam pasar
domestik. JNE juga memperluas pelayanannya dengan logistik dan distribusi.
Selama setahun-tahun TiKi dan JNE berkembang dan menjadi dua perusahaan yang punya arah diri
sendiri. Karena ini dua-duanya perusahaan menjadi saingan. Akhirnya JNE menjadi perusahaan diri
sendiri dengan manajemen diri sendiri. JNE menlancar logo sendiri dan membedakan dari TiKi.

JNE juga membeli gedung-gedung pada tahun 2002 dan mendirikan JNE Operations Sorting Center.
Kemudian gedungnya untuk pusat kantor JNE juga dibelikan dan didirikan pada tahun 2004. Dua-
duanya berada di Jakarta.

Prestasi JNE :

Indonesia Original Brands 2011

Indonesia Brand Champion 2011

Indonesia Brand Champion 2012

Sertifikasi ISO 9001:2000

Produk JNE :

 Domestic Express Delivery : Diplomat, Super Speed, Yakin Esok Sampai (YES), Regular,
Economic Freight

 International Express Delivery

 Pesona : Pesanan Oleh-Oleh Nusantara

Tanda-tanda penggunaan internal control.

Salah satu indikasi digunakannya internal control adalah adanya integritas, kode etik dan kompetensi
orang-orang pada perusahaan. JNE dalam hal ini mempunya program CSR (Corporate Social
Integrity). Yaitu sebuah program dalam hal sosial masyarakat misalnya program meyantuni anak
yatim, program bulan ramadhan,peringatan hari kemerdekaan, pengumpula buku dan sebagainya.
JNE juga mempunya nilai dasar yang dianut karyawannya. Nilai dasar itu yaitu : Jujur, Disiplin,
Tanggungjawab, Visioner.

Untuk peningkatan kompetensi karyawan JNE mengadakan training diantaranya dalam bentuk
training ESQ dan workshop. Ada yang unik dalam hal ini, penyelenggaraan training ESQ yang awalnya
hanya untuk kalangan manager kini juga ditujukan untuk para karyawan. Karena training itu kinerja
karyawan cenderung naik dari tahun ke tahun.

JNE juga mmpunya target-target yang terukur, misalnya : JNE menargetkan pada tahun 2012 akan
memapankan divisi logistik, pada tahun 2013 akan mejadi salah satu perusahaan logistik yang
bermain di ASEAN, lalu rencana menjadi perusahaan terbuka (go public) melalui mekanisme
penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2015.

Pada tahun 2012 JNE mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar 20 miliar untuk pengembangan
teknologi informasi (IT) karena menyesuaikan kebutuhan customer. Perluasan bisnis ke dunia
internasional dan merebaknya bisnis online tentu saja menuntut JNE untuk melakuka transformasi di
bidang IT. Adapun, dana itu antara lain akan digunakan untuk upgrade server, layanan multimedia,
dan pemasangan GPS di truk-truk milik JNE. Secara total, investasi di bidang IT ini mencakup 30
persen dari total investasi.

Dalam hal pelayanannya terhadap pelanggan, JNE menerapkan SOP terkait pengiriman barang
antara lain kiriman yang dilarang, pengukuran berat kiriman, pengiriman khusus, dan sop asuransi.

Selain itu, penghargaan ISO 9000 juga merupakan bukti bahwa perusahaan ini menggunakan
standar-standar internal kontrol dan kemungkinan juga COBIT dalam pelaksanaannya.

Pengertian Internal Audit menurut Sawyer adalah “Internal auditing is an independent


appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities
as a service to organization”. 

The Institute of Internal Auditors (1999) memberikan definisi Internal Auditing adalah:
“Internal auditing is an indepe ndent, objective assurance and consulting activity that adds
value to and improves an organization's operations. It helps an organization a ccomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined appr oach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control, and governance processes”. 

Berdasarkan pengertian diatas, internal auditing adalah suatu aktivitas independen yang
memberikan jaminan keyakinan yang obyektif dan aktivitas konsultasi ( consulting activity )
yang dirancang untuk memberikan nilai 
tambah ( value added) serta meningkatkan operasi perusahaan. Internal audit membantu
organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang terarah dan sistematis untuk
menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko ( risk management ) melalui
pengendalian ( control ) dan proses tata kelola yang baik ( governance processes ).

Tujuan Internal Auditing


Tujuan utama internal auditing adalah membantu satuan kerja operasional mengelola risiko
dengan mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah
untuk memperkuat organisasi. Selanjutnya tugas internal auditing adalah menyampaikan
kepada pihak manajemen (Direksi) berbagai temuan, kondisi, analisa, penilaian, kesimpulan
dan rekomendasi mengenai kegiatan yang diperiksa dan konsultasi yang dilakukannya.

Menurut Akmal (dikutip oleh Rismuji, 2007) untuk mencapai tujuan tersebut, internal
auditing harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut : 

a. Menilai ketepatan dan kecukupan pengendalian manajemen termasuk pengendalian


manajemen pengolahan data elektronik (PDE). 

b. Mengidentifikasi dan mengukur risiko 

c. Menentukan tingkat ketaatan terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, peraturan, dan


perundang-undangan. 
d. Memastikan pertanggungjawaban dan perlindungan terhadap aktiva. 

e. Menentukan tingkat keandalan data / informasi. 

f. Menilai apakah penggunaan sumber daya sudah ekonomis dan efesien serta apakah tujuan
organisasi sudah tercapai. 

g. Mencegah dan mendeteksi kecurangan 

h. Memberikan jasa konsultasi. 

Daftar Pustaka :

Information Technology Governance


Penerapan TI di perusahaan akan dapat dilakukan dengan baik apabila ditunjang dengan
suatu pengelolaan TI (IT Governance) dari mulai perencanaan sampai implementasinya. 

Definisi IT Governance menurut ITGI adalah 

“Suatu bagian terintegrasi dari kepengurusan perusahaan serta mencakup kepemimpinan


dan struktur serta proses organisasi yang memastikan bahwa TI perusahaan
mempertahankan dan memperluas strategi dan tujuan organisasi.” 

Gambar dibawah memberikan ilustrasi mengenai hubungan pengelolaan TI dengan


pengelolaan perusahaan :

IT Governance dan Pengelolaan Perusahaan


(IT Governance Executive Summary, 2008)

Kegunaan TI Governance adalah untuk mengatur penggunaan TI, dan memastikan performa
TI sesuai dengan tujuan berikut ini : 
1. Keselarasan TI dengan perusahaan dan realisasi keuntungan-keuntungan yang dijanjikan
dari penerapan TI. 

2. Penggunaan TI agar memungkinkan perusahaan mengekploitasi kesempatan yang ada dan


memaksimalkan keuntungan. 

3. Penggunaan sumber daya TI yang bertanggung jawab. 

4. Penanganan manajemen risiko yang terkait TI secara tepat. 

Alasan terpenting mengapa IT governance penting adalah bahwa ekspektasi dan realitas
sering kali tidak sesuai. Shareholder perusahaan selalu berharap perusahaan untuk : 

5. Memberikan solusi TI dengan kualitas yang bagus, tepat waktu, dan sesuai dengan
anggaran. 

6. Menguasai dan menggunakan TI untuk mendatangkan keuntungan. 

7. Menerapkan TI untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas sambil menangani risiko


TI. 

IT governance yang tidak efektif akan menjadi awal terjadinya pengalaman buruk yang
dihadapi perusahaan, seperti: 

8. Kerugian bisnis, berkurangnya reputasi, dan melemahnya posisi kompetisi. 

9. Tenggat waktu yang terlampaui, biaya lebih tinggi dari yang diperkirakan, dan kualitas
lebih rendah dari yang telah diantisipasi. 

10. Efisiensi dan proses inti perusahaan terpengaruh secara negatif oleh rendahnya kualitas
penggunaan TI. 

11. Kegagalan inisiatif TI untuk melahirkan inovasi atau memberikan keuntungan yang
dijanjikan. 

Dalam studi ITGI mengenai Status Global Penguasaan IT, ada 10 masalah besar di bidang TI
yang dialami oleh para CEO dan CIO, yaitu :

12. Kurangnya pandangan mengenai seberapa baik TI berfungsi. 

13. Kegagalan operasional TI. 

14. Masalah penempatan karyawan bidang TI. 

15. Jumlah masalah dan kejadian dalam TI. 

16. Biaya TI yang tinggi dengan perolehan kembali modal (ROI) yang rendah. 
17. Kurangnya pengetahuan mengenai sistem penting. 

18. Kurangnya kemampuan mengelola data. 

19. Pemutusan hubungan antara strategi TI dan bisnis. 

20. Ketergantungan pada entitas di luar pengawasan langsung. 

21. Jumlah kesalahan yang disebabkan oleh sistem penting. 

Marios Damianides, ketua internasional ITGI menyatakan, "Hasil-hasil ini menunjukkan


kesenjangan antara masalah TI dan pendahuluan rencana aksi untuk memusatkan perhatian
pada masalah tersebut". 

Penggunaan standar IT Governance mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut : 

22. The Wheel Exists – penggunaan standar yang sudah ada dan mature akan sangat efisien.
Perusahaan tidak perlu mengembangkan sendiri framework dengan mengandalkan
pengalamannya sendiri yang tentunya sangat terbatas. 

23. Structured – standar-standar yang baik menyediakan suatu framework yang sangat
terstruktur yang dapat dengan mudah difahami dan diikuti oleh manajemen. Lebih lanjut lagi,
framework yang terstruktur dengan baik akan memberikan setiap orang pandangan yang
relatif sama. 

24. Best Practices – standar-standar tersebut telah dikembangkan dalam jangka waktu yang
relatif lama dan melibatkan ratusan orang dan organisasi di seluruh dunia. Pengalaman yang
direfleksikan dalam model-model pengelolaan yang ada tidak dapat dibandingkan dengan
suatu usaha dari satu perusahaan tertentu. 

25. Knowledge Sharing – dengan mengikuti standar yang umum, manajemen akan dapat
berbagi ide dan pengalaman antar organisasi melalui user groups, website, majalah, buku, dan
media informasi lainnya. 

26. Auditable – tanpa standar baku, akan sangat sulit bagi auditor, terutama auditor dari pihak
ketiga, untuk melakukan kontrol secara efektif. Dengan adanya standar, maka baik
manajemen maupun auditor mempunyai dasar yang sama dalam melakukan pengelolaan TI
dan pengukurannya. 

Model Standar IT Governance 

Ada berbagai standar model IT Governance yang banyak digunakan saat ini, antara lain: 

27. ITIL (The IT Infrastructure Library) 

28. ISO/IEC 17799 (The International Organization for Standardization / The International
Electrotechnical Commission) 
29. COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission) COBIT
(Control Objectives for Information and related Technology)

COSO – Committee of Sponsoring


Organization of the Treadway Commission
COSO merupakan kependekan dari Committee of Sponsoring Organization of the Treadway
Commission, sebuah organisasi di Amerika yang berdedikasi dalam meningkatkan kualitas
pelaporan finansial mencakup etika bisnis, kontrol internal dan corporate governance. Komite
ini didirikan pada tahun 1985 untuk mempelajari faktor-faktor yang menunjukan
ketidaksesuaian dalam laporan finansial. 

Pada awal tahun 90-an, PricewaterhouseCouper bersama komite ini melakukan extensive
study mengenai kontrol internal, yang menghasilkan COSO Framework . Sejak itu,
komunitas finansial global, termasuk badan-badan regulator, seperti public accounting dan
internal audit professions, telah mengadopsi COSO.

COSO Framework
(COSO Back in The Timelight, 2008)

Gambar 2.2 menggambarkan COSO framework yang terdiri dari 3 dimensi:


1.   Komponen kontrol COSO

COSO mengidentifikasi 5 komponen kontrol yang diintegrasikan dan dijalankan dalam semua unit

bisnis, dan akan membantu mencapai sasaran kontrol internal:

a.     Monitoring.

b.     Information and communications.

c.     Control activities.


d.     Risk assessment.

e.     Control environment.

2.   Sasaran kontrol internal

Sasaran kontrol internal dikategorikan menjadi beberapa area sebagai berikut:

a.     Operations – efisisensi dan efektifitas operasi dalam mencapai sasaran bisnis yang juga meliputi

tujuan performansi dan keuntungan.

b.    Financial reporting – persiapan pelaporan anggaran finansial yang dapat dipercaya.

c.     Compliance – pemenuhan hukum dan aturan yang dapat dipercaya. 

3.   Unit / Aktifitas Terhadap Organisasi

Dimensi ini mengidentifikasikan unit/aktifitas pada organisasi yang menghubungkan kontrol internal.

Kontrol internal menyangkut keseluruhan organisasi dan semua bagian-bagiannya. Kontrol internal

seharusnya diimplementasikan terhadap unit-unit dan aktifitas organisasi.

Teknik mengumpulkan fakta Audit TI


Terdapat lima alat dan teknik yang dapat digunakan dalam mengumpulkan fakta, yaitu : 

1. Audit Software : secara umum membahas audit software, audit khusus industri software,
high level language, utility software , expert systems, neural network software , dan software
lainnya. 

2. Code Review, Test Data, and Code Comparison : secara umum membahas tentang dimana
kesalahan (error) program terjadi dengan cara melihat kode program, tes data dan
perbandingan kode. 

3. Concurrent Auditing Techniques : membahas tentang teknik, kebutuhan dan implementasi


untuk audit bersamaan. Tipe concurrent auditing technique: integrated test facility,
snapshort / extended record, sy stem control / audit review file, continous and intermittent
simulation . 

4. Interviews, Questionnaires, and Control Flowcharts : membahas tentang desain dan


penggunaan interview, kuesioner dan arus pengendalian. 

Wawancara (Interviews ), digunakan untuk memperoleh baik jumlah ( quantitative) maupun


kualitas ( quality ) informasi selama pekerjaan pengumpulan fakta. Terdiri dari tiga fase yaitu
: (1) persiapan wawancara ( preparing for interview) (2) pelaksanaan wawancara (conducting
the interview) dan (3) penganalisisan hasil wawancara 

( analyzing the interview ).Kuesioner (Questionnaires), digunakan untuk mengumpulkan


fakta berdasarkan data, seperti apakah ada pengendalian dalam sistem aplikasi. 
Empat fase kuesioner yaitu (1) desain pertanyaan (design of questions ); (2) desain skala
respon ( design of response scales ); (3) desain struktur dan layout (design of the layout and
structure ) dan (4) jaminan bahwa kuesioner valid dan dapat dipercaya (ensuring the
questionnaire is valid and reliable). 

Arus Pengendalian (Control Flowcharts), digunakan untuk menggambarkan apakah ada


pengendalian dalam sistem dan dimana pengendalian itu berada dalam sistem. 

5. Performance Monitoring Tools, mendiskusikan tentang obyek dari pengukuran kinerja,


karakteristik dari pengawasan pengukuran, hardware, software, firmware, dan pengawasan
pengukuran campuran ( hybrid ), bagaimana hasil dari pengukuran kinerja, dan risiko untuk
pemeliharaan integritas data sewaktu pengawasan kinerja dilakukan

Anda mungkin juga menyukai