Dosen Pengampuh:
OLEH
KELOMPOK III
SEMESTER I
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. tuhan yang maha
esa yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Habiballah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama yang semampunya dengan bahasa yang sangat indah.
Kami disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah berjudul “Lingkup Permasalahan Pendidikan” sebagai tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan kami memahami jika makalah ini
tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.
Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................3
A. Kesimpulan ......................................................................................16
B. Saran.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari
bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”. Dunia
pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat
manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.
Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung
direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) , yaitu komposisi dari peringkat
pencapaian pendidikan , kesehatan , dan penghasilan perkapitan yang menunjukan,
bahwa indeks pembangunan Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998) dan ke-109
(1999) .
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC) , kualitas pendidikan
di Indonesia menduduki peringkat ke-12 dari 12 negara di Asia . posisi Indoneisa
berada di bawah Vietnam .
Kualitas pendidikan Indonesia juga yang rendah itu juga ditunjukan data Balitbang
(2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang dapat
pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918
SMP di Indonesia juga hanya 8 sekolah yang mendapatkan pengakuan dunia dalam
kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya 7
sekolah saja yang dapat pengakuan dunia dengan katagori The Diploma Program
(DP). Ada pun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu :
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya
para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan
kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki
siswanya. Kelemahan paran pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah
dan potensi parasiswa.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang
sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan
pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih
parah lagi,pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya,
kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah.
Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan
kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas
pendidikanIndonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari
badanpendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati
peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut
menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka
beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada
peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas
guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara
yang tidak serius untuk meningkatkan kualitaspendidikan. Dari sinilah penulis
mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala
dinamikanya.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Jadi, pendidikan
adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan
positif dalam hidupnya sekarang dan masa yang akan datang. Dan untuk pendidikan
nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan
pembangunan nasional Indonesia. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber
daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan
seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan
mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara
pokok tersbut, faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-
masalah aktual beserta cara penanggulangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri pendidikan ?
2. Apa penyebab rendahnya kualitas pendidikan indonesia ?
3. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?
4. Apa saja jenis permasalahan pokok pendidikan ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan ?
6. Bagiaman permasalahan aktual pendidikan dan cara penanggulangannya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana ciri-ciri pendidikan
2. Menjelaskan tentang penyebab rendahnya kualitas pendidikan indonesia
3. Mengetahui bagaimana permasalahan pokok pendidikan
4. Menjelaskan tentang Apa saja jenis permasalahan pokok pendidikan
5. Mejelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan
6. Menjelaskan bagiamana permasalahan aktual pendidikan dan cara
penanggulangannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-Ciri Pendidikan
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, pendidikan menengah ke atas, dan pendidikan tinggi atau biasa disebut
dengan Universitas. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri
dan pendidikan formal berstatus swasta.
2. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dengan mengacu pada standard nasional pendidikan. Seperti Lembaga Kursus
dan Pelatihan, Kelompok Belajar, dll.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standard nasional pendidikan. Seperti : Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Etika,
Sopan Santun, Moral dan Sosialisasi.
Cara hidup serba teknologi dalam kebudayaan Indonesia. Hal ini penting sebab
kemajuan teknologi di dunia sangat pesat. Bila pendidikan tidak menyiapkan sikap
positif terhadap teknologi, dikhawatirkan Indonesia akan tertinggal dalam bidang itu.
Agar tidak terjadi hal seperti itu sejak awal para siswa/mahasiswa perlu memahami
teknologi, mengerti manfaatnya dalam kehidupan, dan bila mereka berbakat perlu
dibina untuk menjadi kader-kader teknologi yang pantang menyerah.
1. Efisiensi Pengajaran
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses
yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang
baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia.
Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar
hasil yang telah disepakati.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya
sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang
dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan
berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga
pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah
diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, namun peserta didik tidak hanya itu saja,
kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain
sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang
bersangkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada
peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar
tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di
bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan
kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan
di lapangan yang sebenarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat
mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan
membuat tertarik peserta didik.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara
optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil
mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri
dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan
dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang
sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan
atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS)
agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di
dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas
dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,
tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan
dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga
berhak atas rumah dinas.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang
muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit
mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen
dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan
kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9
Januari 2006).
Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah
memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi?
Karena tuntutan RPP, SILABUS yang "membelenggu" kreatifitas guru dan sekolah
dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan
(bahkan ada lho RPP dijual bebas, siapapun boleh meniru). Padahal RPP seharusnya
unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang
"membelenggu" guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator,
sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator,
fasilitator, dan lainnya
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain
kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Makin mahalnya biaya
pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai
sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan
Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur
pengusaha.Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas.
Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok,
“sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak
transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah
orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan
rakyatnya.
Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu
merupakan cita-cita yang ingin di capai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi
suatu rahasia umum bahwa maju tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor
pendidikan. Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di dunia yang masih
mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Kita mempunyai tujuan
bernegara ”mencerdaskan kehidupan bangsa” yang seharusnya jadi sumbu
perkembangan pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa. Yang kita
rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Rendahnya
mutu pendidikan menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapai saat ini,
yaitu:
1. Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja
yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar
adalah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/keluarga yang kurang
mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar
yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya
hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optimal akan menghasilkan
skor ujian yang baik, maka hampir dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut
adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak
pada masa pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan
ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas
kesenian mempunyai adil yang besar, karena dapat mengisi pengembangan domain
afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping
domain kongnitif yang sudah digarap melalui program/bidang studi lain.
b. Penyebaran Penduduk.
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang
padat penduduk terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang,
yaitu didaerah pedalaman kh ususnya didaerah terpencil yang berlokasi
pegunungan dan pulau-pulau. Sebaran penduduk ini menimbulkan kesulitan
dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunnya SD
kecil untuk melayani kebutuhan akan pendidikan didaerah terpencil pada pelita V,
disamping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam penempatan guru.
Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan
perencanaan penyediaan saran pendidikan.
3. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasawarsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat
khususnya aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa untuk hidup
yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan
memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Sebagain
akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan itu maka orangtua mendorong
anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orangtuanya sendiri.
Sehingga gejala yang timbul yaitu membanjirnya pelamr pada sekolah-sekolah. Arus
pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota disamping pendidikan formal mulai
bermunculan beraneka ragam pendidikan non-formal. Namun demikian tidak berarti
bahwa aspirasi terhadap pendidikn harus diredam, justru sebaliknya harus tetap
dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan
masyarakat diderah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggeak roda kemajuan.
b. Masalah Kurikulum
Pada bagian ini akan dibahas masalah aktual mengenai kurikulum Masalah
kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi
sumber masalah ini bagaimana system pendidikan dapat mernbekali peserta didik
untuk terjun kelapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan
memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang
ingin lanjut).
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih – lebih pada tahap awal sudah
pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
1) Realisasi pendidikan dasar yang diatur PP Nomor 28 Tahun 1989 masih harus
dicarikan titik temunya dengan PP Nomor 65 Tahun 1951 yang mengatur
sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum
dicabut.
2) Kurikulum yang belum siap.
3) Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan
melalui bimbingan – bimbinga, penyuluhan, penataran dan lain – lain
2. Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah actual
antara lain sebagai berikut :
a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung
hanya secara insidental.
b. Pelaksanaan dan ekstrakurikuier dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan
hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun kelulusan.
c. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan
tinggi dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip karena
pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di pergutuan
tinggi.
d. Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.
e. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan
gerakan wajib belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada masyarakat
untuk menemukan faktor penunjang dan utamanya factor penghambatnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan
kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat
dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar
tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir
akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara
sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA