Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

LINGKUP PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampuh:

Sumarni Sahjat, S.Pd., M.Pd., S

OLEH

KELOMPOK III

WA MIRNA LA MISRAN (03092111002)

SAFITRI SOAMOLE (03091811070)

RINAWATI PANINGFAT (03092111005)

ROSIANA NAHUMARURY (03092111010)

SEMESTER I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. tuhan yang maha
esa yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Habiballah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama yang semampunya dengan bahasa yang sangat indah.

Kami disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah berjudul “Lingkup Permasalahan Pendidikan” sebagai tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan kami memahami jika makalah ini
tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.

Ternate, 25 November 2021

Penyusun

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................3

BAB. II. PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Pendidikan ...........................................................................4


B. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan ........................................5
C. Permasalahan Pokok Pendidikan........................................................8
D. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan...............................................9
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah
Pendidikan.........................................................................................13
F. Permasalahan Aktual Pendidikan Dan Penanggulangannya.............14

BAB. III. PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................16
B. Saran.................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari
bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”. Dunia
pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat
manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.
Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung
direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.

Dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) , yaitu komposisi dari peringkat
pencapaian pendidikan , kesehatan , dan penghasilan perkapitan yang menunjukan,
bahwa indeks pembangunan Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998) dan ke-109
(1999) .

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC) , kualitas pendidikan
di Indonesia menduduki peringkat ke-12 dari 12 negara di Asia . posisi Indoneisa
berada di bawah Vietnam .

Kualitas pendidikan Indonesia juga yang rendah itu juga ditunjukan data Balitbang
(2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang dapat
pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918
SMP di Indonesia juga hanya 8 sekolah yang mendapatkan pengakuan dunia dalam
kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya 7
sekolah saja yang dapat pengakuan dunia dengan katagori  The Diploma Program
(DP). Ada pun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu :

1. Rendahnya sarana fisik


2. Rendahnya kualitas guru
3. Rendahnya kesejahteraan guru
4. Tendahnya prestasi siswa
5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
6. Mahalnya pendidikan
Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap
kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia
menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru,
kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya
para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan
kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki
siswanya. Kelemahan paran pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah
dan potensi parasiswa.

Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan


sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan
yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus
dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang
sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan
pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih
parah lagi,pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya,
kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah.
Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan
kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas
pendidikanIndonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari
badanpendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati
peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut
menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka
beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada
peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas
guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara
yang tidak serius untuk meningkatkan kualitaspendidikan. Dari sinilah penulis
mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala
dinamikanya.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Jadi, pendidikan
adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan
positif dalam hidupnya sekarang dan masa yang akan datang. Dan untuk pendidikan
nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan
pembangunan nasional Indonesia. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber
daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan
seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan
mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara
pokok tersbut, faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-
masalah aktual beserta cara penanggulangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri pendidikan ?
2. Apa penyebab rendahnya kualitas pendidikan indonesia ?
3. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?
4. Apa saja jenis permasalahan pokok pendidikan ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan ?
6. Bagiaman permasalahan aktual pendidikan dan cara penanggulangannya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana ciri-ciri pendidikan
2. Menjelaskan tentang penyebab rendahnya kualitas pendidikan indonesia
3. Mengetahui bagaimana permasalahan pokok pendidikan
4. Menjelaskan tentang Apa saja jenis permasalahan pokok pendidikan
5. Mejelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan
6. Menjelaskan bagiamana permasalahan aktual pendidikan dan cara
penanggulangannya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Pendidikan

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, pendidikan menengah ke atas, dan pendidikan tinggi atau biasa disebut
dengan Universitas. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri
dan pendidikan formal berstatus swasta.

Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain :

a. Tempat pembelajaran di gedung sekolah.


b. Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
c. Kurikulumnya jelas.
d. Materi pembelajaran bersifat akademis.
e. Proses pendidikannya memakan waktu yang lama.
f. Ada ujian formal.
g. Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.
h. Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
i. Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam

2. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dengan mengacu pada standard nasional pendidikan. Seperti Lembaga Kursus
dan Pelatihan, Kelompok Belajar, dll.

Ciri-ciri Pendidikan Non-Formal adalah :

a. Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung.


b. Kadang tidak ada persyaratan khusus.
c. Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
d. Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
e. Bersifat praktis dan khusus.
f. Pendidikannya berlangsung singkat.
g. Terkadang ada ujian.
h. Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta

3. Pendidikan Informal

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standard nasional pendidikan. Seperti : Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Etika,
Sopan Santun, Moral dan Sosialisasi.

Ciri-ciri Pendidikan Informal adalah :

a. Tempat pembelajaran bisa di mana saja.


b. Tidak ada persyaratan.
c. Tidak berjenjang.
d. Tidak ada program yang direncanakan secara formal.
e. Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
f. Tidak ada ujian.
g. Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.

Cara hidup serba teknologi dalam kebudayaan Indonesia. Hal ini penting sebab
kemajuan teknologi di dunia sangat pesat. Bila pendidikan tidak menyiapkan sikap
positif terhadap teknologi, dikhawatirkan Indonesia akan tertinggal dalam bidang itu.
Agar tidak terjadi hal seperti itu sejak awal para siswa/mahasiswa perlu memahami
teknologi, mengerti manfaatnya dalam kehidupan, dan bila mereka berbakat perlu
dibina untuk menjadi kader-kader teknologi yang pantang menyerah.

B. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan

Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di


Indonesia secara umum, yaitu:

1. Efisiensi Pengajaran

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses
yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang
baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia.
Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar
hasil yang telah disepakati.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya


pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan
banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia.

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya
sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang
dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan
berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga
pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah
diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, namun peserta didik tidak hanya itu saja,
kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain
sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang
bersangkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada
peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan, masalah lainnya adalah waktu


pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di
Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal
di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari
dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00. Hal tersebut jelas tidak
efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses
pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik
yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan
sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak
efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk
melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.

Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar
tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di
bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan
kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan
di lapangan yang sebenarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat
mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan
membuat tertarik peserta didik.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan


kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah
proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya.
Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan
pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya
pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang
dianggap kurang efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai
lebih efektif.

Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara
optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil
mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri
dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan
dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang
sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan
atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.

2. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas


pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen
Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji
bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan
sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-
rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru
terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,
memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang
buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.

Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS)
agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di
dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas
dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,
tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan
dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga
berhak atas rumah dinas.

Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang
muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit
mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen
dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan
kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9
Januari 2006).

3. Peraturan Yang Terlalu Mengikat

Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah
memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi?
Karena tuntutan RPP, SILABUS yang "membelenggu" kreatifitas guru dan sekolah
dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan
(bahkan ada lho RPP dijual bebas, siapapun boleh meniru). Padahal RPP seharusnya
unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang
"membelenggu" guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator,
sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator,
fasilitator, dan lainnya

4. Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain
kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Makin mahalnya biaya
pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai
sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan
Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur
pengusaha.Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas.
Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok,
“sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak
transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah
orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan
rakyatnya.

C. Permasalahan Pokok Pendidikan

Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu
merupakan cita-cita yang ingin di capai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi
suatu rahasia umum bahwa maju tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor
pendidikan. Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di dunia yang masih
mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Kita mempunyai tujuan
bernegara ”mencerdaskan kehidupan bangsa” yang seharusnya jadi sumbu
perkembangan pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa. Yang kita
rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Rendahnya
mutu pendidikan menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“.


Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan
kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan.
Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah
dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.

Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapai saat ini,
yaitu:
1. Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja
yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.

D. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan

1. Masalah Pemerataan Pendidikan


Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan
kebudayaan nasional , pendidikan diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang
seluas – luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh
pendidikan.Masalah pemerataan pendidikan adalah masalah bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya kepada seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi
wahana bagi pembangunan sumberdaya manusia untuk menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara,


khususnya usia anak sekolah tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

Masalah pemerataan pendidikan di pandang penting karena jika anak-anak usia


sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar
berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung, sehingga mereka dapat
mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber
belajar yang tersedia, baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun
konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat
derap pembangunan.

a. Pemecahan Permasalahan Pemerataan Pendidikan


Banyak macam masalah yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah
untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, langkah – langkah ditempuh melalui cara konvensional dan
cara inovatif.
1) Cara konvensional, antara lain :
a) Membangun gedung sekolah, seperti SD inpres dan atau ruang belajar,
b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian).

Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar
adalah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/keluarga yang kurang
mampu agar mau menyekolahkan anaknya.

2) Cara inovatif, antara lain :


a) Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orangtua dan guru) atau
INPACT (instructional management by parent, community and
Teacher).Sistem tersebut dirintis di Solo dan didesiminasikan ke beberapa
provinsi.
b) SD kecil pada daerah terpencil,
c) Sistem Guru Kunjung,
d) SMP Terbuka ( ISOSA-In School out of School Aproach ),
e) Kejar paket A dan B,
f) Belajar Jarak jauh seperti Universitas terbuka.

2. Masalah Mutu Pendidikan


Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu
pendidikan. Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-
hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan.

Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar
yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya
hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optimal akan menghasilkan
skor ujian yang baik, maka hampir dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut
adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak
pada masa pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan
ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.

Seberapa besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat


bergantung pada kualitas komponen dan kerjasama serta mobilitas komponen yang
mengarah kepada pencapaian tujuan. Sebagai misal komponen sarana pembelajaran
lengkap, tetapi tidak didukung oleh guru-guru yang terampil, maka sumbangan sarana
tersebut pada pencapaian tujuan tidak akan optimal. Tentang hal ini sudah dipaparkan
secukupnya pada butir terdahulu, yaitu pada sistim pendidikan.

a. Pemecahan Pemerataan Mutu Pendidikan


Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-
hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen, sebagai
berikut :
1) Seleksi yang lebih raional terhadap masakan mentah, khususnya SLTA dan
PT.
2) Pengembang kemampuan tenaga kependidikan melalui study lanjut.Latihan,
penataran,seminar, kegiatan-kegiatan kelompok, studi seperti PKG dan lain-
lain.
3) Penyempurnaan kurikulum (materi yang esensial) dan mengandung muatan
lokal, metode yang menantang dan menggairahkan belajar,evaluasi yang
beracuan PAP
4) Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk
belajar, penyempurnaan sarana belajar ,seperti buku paket, media
pembelajaran dan peralatan laboratorim,
5) Peningkatan administrasi manajemen khususnya mengenai anggaran
6) Kegiatan pengendalian mutu berupa kegiatan-kegiatan :
a) Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan,
b) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas.
c) Sistem ujian nasional /negara seperti UAN, EBTANAS, SIPENMARU.
d) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu
lembaga.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidkan. Beberapa
masalah efisiensi pendidikan yang penting,adalah:

a. Masalah efisiensi dalam memungsikan tenaga


Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaga.
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stock tenaga yang
tersedia dengan jatah pengangkatan yang terbatas. Pada masa 5 tahun terakhir ini,
jatah pengangkatan setiap tahunnya sekitar 20% dari kebutuhan tenaga di
lapangan. Sedangkan persediaan tenaga yang setiap diangkat lebih besar dari pada
kebtuhan dilapangan. Dengan demikian berarti lebihdari 80% tenaga tersedia
tidak difungsikan. Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan
biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru.

b. Masalah efisiensi dalam penggunaan sarana dan prasarana


Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisiensi bisa terjadi
antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan juga karena
perubahan kurikulum. Perubahan sering membawa akibat tidak dipakainyalagi
buku siswa pegangan guru beserta perangkat lainnya, karena harus diganti dengan
buku-buku yang baru. Misalnya perubahan kurikulum 1975/1976 digantikan
dengan kurikulum 1984 bahkan sementara buku baru belum rampung disiapkan,
kurikulum sudah berubah lagi yaitu dengan munculnya kurikulum 1994.sebab
bagaimana pun juga pembaharuan kurikulum merupakan tindakan antisipasi
terhadap pemberian bekal bagi calon iuran sesuai dengan tuntunan zaman.

4. Masalah Relevansi Pendidikan


Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan
dapatmenghasilkan iuran sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-
masalah seperti digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Iuran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang
beraneka ragam sektor produksi, sektor jasa dll. Baik dari segi jumlah maupun segi
kualitas. Kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan
dengan kondisi sistem tersebut pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang
pekerjaan yang ada antara lain, sebagai berikut:
a. Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya,
b. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai, yang ada adalah
siap kembang/latih.
c. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun program tidak
tersedia.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain:


perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan
keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.

1. Perkembangan IPTEK dan Seni


Terdapat hubungan erat antara pendidikan dengan iptek. Ilmu pengetahuan
merupakan hasil eksploitasi sacera sistematis dan terorganisir mengenai alam
semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan
untuk memenuhi hidup masyarakat. Suatu teknologi baru digunkan dalam suatu
proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan
persyaratan kerja atau jam kerja,kebutuhan bahan-bahan baru, sistem pelayanan baru,
sampai berkembangnya gaya hidup yang baru. Semua perubahan tersebut tentu
membawa masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Hal ini
sudah disinggung dalam butir 3 masalah efisiensi pendidikan tentang perubahan
kurikulum.

Kesenian adalah merupkan aktivitas berkreasi manusia secara individual atau


kelompok menghasilkan sesuatu yang indah,Barkesenian mejadi kebutuhan hidup
manusia. Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan
berkreasi( mencipta) yang bersifat orisinal (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas
dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.

Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas
kesenian mempunyai adil yang besar, karena dapat mengisi pengembangan domain
afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping
domain kongnitif yang sudah digarap melalui program/bidang studi lain.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


a. Pertambahan penduduk.
Pertambahan penduduk gambarannya sebagai berikut:
Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus akan terjadi pertambahan
penduduk, meskipun gerakan keluaga berencana beberapa waktu yang lalu
berhasil. Sebapnya karena kematian menurun lebih cepat (45%) dari turunnya
tingkat kelahiran(35%). Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan
umur penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyeddian
sarana dan prasarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya
pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi
bertambah. Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia
rata-rata,b penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya strutur
kependudukan, yaitu propinsi penduduk usia lanjut,angkatan kerja, dan penduduk
usia tua meningkat berkat kemajuan dibidang gizi dan kesehatan.

b. Penyebaran Penduduk.
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang
padat penduduk terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang,
yaitu didaerah pedalaman kh ususnya didaerah terpencil yang berlokasi
pegunungan dan pulau-pulau. Sebaran penduduk ini menimbulkan kesulitan
dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunnya SD
kecil untuk melayani kebutuhan akan pendidikan didaerah terpencil pada pelita V,
disamping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam penempatan guru.
Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan
perencanaan penyediaan saran pendidikan.

3. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasawarsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat
khususnya aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa untuk hidup
yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan
memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Sebagain
akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan itu maka orangtua mendorong
anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orangtuanya sendiri.
Sehingga gejala yang timbul yaitu membanjirnya pelamr pada sekolah-sekolah. Arus
pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota disamping pendidikan formal mulai
bermunculan beraneka ragam pendidikan non-formal. Namun demikian tidak berarti
bahwa aspirasi terhadap pendidikn harus diredam, justru sebaliknya harus tetap
dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan
masyarakat diderah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggeak roda kemajuan.

4. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan


Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang
terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru
karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan
ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.

F. Permasalahan Aktual Pendidikan Dan Penanggulangannya

1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia


a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam undang-undang Nornor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Banyak hambatan yang harus
dihadapi dalam pelaksanaan system pendidikan antara lain :
1) kurikulum sudah terlalu sarat.
2) Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit karena dianggap
menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi (hiden curriculum) yang
keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
3) Pencapaian hasil pendidikan afektif rnemakan waktu, sehingga memerlukan
ketekunan dan kesabaran pendidik.
4) Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil,
juga membutuhkan biaya. Misal, jika PR ingin berdaya mendidik (ketekunan,
kepercayaan diri, kejujuran kedisiplinan) maka harus diperiksa dengan
saksama oleh guru dan hasilnya dikembalikan kepada siswa untuk dibicarakan
Untuk itu perlu ada insentif bagi guru.

b. Masalah Kurikulum
Pada bagian ini akan dibahas masalah aktual mengenai kurikulum Masalah
kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi
sumber masalah ini bagaimana system pendidikan dapat mernbekali peserta didik
untuk terjun kelapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan
memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang
ingin lanjut).

c. Masalah Peranan Guru


Konsep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanisme yang memberikan arah
baru pada pendidikan. sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat
menyumbangkan cara – cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan
masalah pendidikan. dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang telah
disempurnakan. sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system
pendidikan juga harus berubah.
d. Masalah pendidikan 9 tahun
Keberadaan pendidikan 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI No 2
tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti
pendidikan sekurang – kurangnya tamat pendidikan dasar. Kemudian PP nomor
28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan
dasar merupakan pendidikan 9 tahun terdiri atas program pendidikan 6 tahun di
SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujun pendidikan
dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah.

Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih – lebih pada tahap awal sudah
pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
1) Realisasi pendidikan dasar yang diatur PP Nomor 28 Tahun 1989 masih harus
dicarikan titik temunya dengan PP Nomor 65 Tahun 1951 yang mengatur
sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum
dicabut.
2) Kurikulum yang belum siap.
3) Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan
melalui bimbingan – bimbinga, penyuluhan, penataran dan lain – lain

2. Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah actual
antara lain sebagai berikut :
a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung
hanya secara insidental.
b. Pelaksanaan dan ekstrakurikuier dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan
hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun kelulusan.
c. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan
tinggi dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip karena
pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di pergutuan
tinggi.
d. Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.
e. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan
gerakan wajib belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada masyarakat
untuk menemukan faktor penunjang dan utamanya factor penghambatnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.


Faktor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru,
rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa,
rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi
masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistempendidikan di Indonesia
itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan
dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman
dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja
sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan
pendidikan di Indonesia.

B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan
kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat
dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar
tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikannya terlebih dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir
akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara
sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Halimah Nur.2014.Ciri-Ciri Pendidikan. Diambil dari ciri-ciri pendidikan |


halimahnur512 (wordpress.com). diakses tanggal 23November 2021

Giyats syifa nugraha.2015.Artikel Permasalahan Pendidikan Di Indonesia. Di ambil dari


Artikel Permasalahan Pendidikan di Indonesia - Kompasiana.com diakses tanggal 23
November 2021

Oku channel.2015.Makalah Permasalahan Pendidikan Di Indonesia. Di ambil dari


Makalah Permasalahan Pendidikan di Indonesia (tugasgalau.blogspot.com) . di akses
tanggal 23 November 2021

Hangesteningsih, Endamg. Dkk.2015. Diktat :Pengantar Ilmu Pendidikan. Universitas


Sarjanawiyata Tamamnsiswa

Anda mungkin juga menyukai