Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Isnaini

Kelas : PBSI 2021-A

Derai-Derai Cemara

Cemara menderai sampai jauh

Terasa hari akan jadi malam

Ada beberapa dahan ditingkap merapuh

Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan

Sudah berapa waktu bukan kanak lagi

Tapi dulu memang ada satu bahan

Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan

Tambah terasing dari cinta sekolah rendah

Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan

Sebelum pada akhirnya kita menyerah

Karya :Chairil Anwar

Ciri-ciri khusus puisi Derai-derai Cemara :

Gaya bahasa

Bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan
itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan

Kata-kata konkret

Kata-kata yang jika dilihat secara denotative sama, tetapi secara konotatif tidak sama,
bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.

Majas yang digunakan pada bait pertama baris keempat yaiutu Majas personifikasi : dipukul
angin yang terpendam

Perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi ini ialah sedih, lelah, dan terasing. Kesedihan itu
dikarenakan penyair semasa kecil telah menghadapi berbagai masalah hidup. Lelah karena terus
berusaha hingga mencapai usia dewasa. Terasing karena keterbatasan pada diri penyair yang
menghalangi tercapai impian penyair.

Sikap penyair adalah bercerita sambil meratap. Penyair menceritakan kegagalan hidupnya
dimasa lalu disertai rasa lelah karena harus berusaha dan terus berusaha demi menunda kekalahan.

SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH

Oleh: Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan berahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan


Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

LANJUTKAN PERJUANGAN

Ciri-ciri khusus Puisi Sebuah jaket berlumur darah :

Pemilihan kata atau diksi dalam puisi “Sebuah Jaket Berlumur darah” sangatlah unik dan sarat
makna, terlihat dari judul puisinya saja sudah menggambarkan sebuah penderitaan dan
pengorbanan, yaitu sebuah perjuangan yang dilumuri darah pada ujungnya. Penyair memilih kata
“jaket” sebagai ganti dari almamater mahasiswa, yang memperjuangkan negara dari ancaman
penguasa tiran, yaitu PKI. Kata “darah” mengindikasikan adanya perjuangan yang besar. Pada
sajak /duka yang agung/ dan /kepedihan bertahun-tahun/ dapat disimpulkan bahwa adanya rasa
sakit yang mendalam dan sudah lama tersimpan atau kejadian yang telah terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya.

Dalam puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” penyair banyak menggunakan imaji visual dan
menyuguhkan pembaca sebuah imaji auditif. Penyair mendengar teriakan-teriakan dan seruan untuk
berjuang dengan keras dan semangat sehingga seruan perjuangan dalam puisi tersebut mampu
mengimplikasi hegemoni pembaca untuk melakukan perjuangan terhadap bangsa dengan berevolusi
ke arah yang lebih baik.

Meskipun terdapat berbagai kelemahan sebagai sajak-sajak yang berdiri sendiri karena bersifat
fragmentaris, bernafas pendek atau tidak selesai, namun sebagai sajak , puisi ini mampu
menggambarkan secara tajam dari periode sejarah sebagai peristiwa maupun sebagai kisah. Karena
periode sejarah yang direkamnya justru tertuju pada sebuah titik penyimpangan, penyimpangan dari
suatu orde ke lain orde yang baru. Sehingga, sajak ‘Sebuah Jaket Berlumur Darah’ atau buku ini
dapat menjadi salah satu referensi yang menarik tentang artinya perjuangan, kerja keras, dan kerja
sama.

Anda mungkin juga menyukai