Anda di halaman 1dari 21

Perbedaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS)

17 September 2009 pukul 9:43

Assalamu'alaikum. Wr. Wb
Definisi Zakat :
Menurut Bahasa :
tumbuh (numuww),Suci (thaharah) dan bersih Berkembang dan bertambah (ziyadah) .

Menurut Istilah Fiqh :


Menyerahkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang
berhak menerimanya
Tujuan Zakat (1) :
Membersihkan :
1. Membersihkan jiwa orang yang memiliki kelebihan harta dari kekikiran.
2. Membersihkan hati fakir miskin dari sifat iri dan dengki
3. Membersihkan masyarakat dari benih perpecahan
4. membersihkan harta dari hak orang lain

Tujuan Zakat (2) :


Mengembangkan :
1. Mengembangkan kepribadian orang yang memiliki kelebihan harta dari eksistensi
moralnya
2. Mengembangkan kepribadian fakir miskin
3. Mengembangkan dan melipatgandakan nilai harta
4. Sarana jaminan sosial dalam islam
5. Sarana mengurangi terjadinya kesenjangan social

Landasan Kewajiban Zakat


QS At-taubah ayat 103 :
"Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka."
Hadist :
"Islam dibangun atas lima rukun : syahadat la ilaha illaLah muhammadar rosululLoh,
menegakkan sholat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji dan shoum di bulan
ramadhan."

Ijma : Para ulama salaf (ulama klasik) ataupun ulama kholaf (kontemporer) sepakat akan
wajibnya zakat.
Perbedaan Zakat, Infaq, Shodaqoh
Zakat : Kewajiban harta yang spesifik, memiliki syarat tertentu, alokasi tertentu dan waktu
tertentu.
infaq : Mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat, ada yang wajib dan ada
pula yang sunnah.
Shodaqoh : Maknanya lebih luas, mencakup infaq, zakat, atau kebaikan non materi lainnya.
Penjelasan
INFAQ arti menurut bahasa MEMBELANJAKAN.
Pengertian Menurut Syara' ;
Mengeluarkan harta karena taat (patuh) kepada Allah

INFAQ terdiri dari:


1. INFAQ WAJIB; seperti zakat, nadzar
2. INFAQ SUNNAT' ; seperti memberikan pertolongan dengan mem-berikan suatu barang.

FIRMAN ALLAH SWT : artinya


........ dan tetaplah kamu ber-INFAQ untuk agama Allah, dan janganlah kamu
menjerumuskan diri dengan tanganmu sendiri kelembah kecelakaan (karena menghentikan
INFAQ itu)." (Q-S. Al Baqarah ayat 195)
Sabda Rasulullah SAW.
Dari Abu Musa Al-Asyary R.A. dari Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tiap-tiap Muslim
haruslah bersedekah"; Sahabat bertanya; "Bagaimana kalau dia tidak mampu Ya
Rasulullah?"; Nabi menjawab, "Dia harus berusaha dengan kedua tangan (tenaga)nya
hingga berhasil untuk dirinya dan untuk bersedekah"; Sahabat bertanya, "bagaimana kalau
dia tidak mampu?"; Nabi menjawab; " menolong orang yang mempunyai kebutuhan dan
keluhan"; Sahabat bertanya, "bagaimana kalau dia tidak mampu?"; Nabi menjawab, "Dia
melakukan sesuatu perbuatan baik atau menahan dirinya dari perbuatan munkar (kejahatan)
itupun merupakan shodaqoh baginya".

»Ketentuan ber- INFAQ


INFAQ WAJIB ; bentuk dan jumlah pemberiannya telah ditentukan.
INFAQ SUNNAT : Tidak ada ketentuan dalm bentuk dan jumlah pemberiannya, terserah
kepada pertimbangan dan keikhlasannya.
»Manfaat ber-INFAQ : mengharap ridho Allah dan melatih diri

SHADAQOH
Istilah umumnya Derma, penjelasan menurut kebiasaan Memberi sesuatu kepada orang lain
yang sangat membutuhkannya dengan mengharap pahala dari Allah SWT.
Pengertian menurut syara': memberi sesuatu kepada orang yang membutuhkan sekalipun ia
tidak mengharapkan pahala, atau memberi sesuatu kepada orang kaya karena
mengharapkan pahala di akherat; Pengertian menurut kebiasaan: memberi sesuatu kepada
orang lain yang sangat membutuhkannya, dengan mengharapkan pahala dari Allah S.W.T.

FIRMAN ALLAH SWT - SURAH AL-BAQARAH 177 ;


artinya memberikan harta benda yang dikasihi kepada keluarganya yang miskin dan kepada
anak yatim dan orang miskin, dan orang dalam perjalanan dan kepada orang-orang yang
meminta (karena tidak punya) dan untuk memerdekakan hamba sahaya".

Kententuannya tidak disyaratkan ijab qobul (serah terima)

» Manfaat bershadaqoh :
Untuk dapat mencegah datangnya bala.
Untuk dapat memelihara harta dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk mengharap keberkahan harta yang dimiliki.

Sebelum menjawab pertanyaan tentang apakah tabungan haji wajib dikeluarkan zakatnya ?
Perlu kami ulas sebalumnya tentang Zakat terlebih dahulu. Sebagaimana kita ketahui, zakat
penghasilan seperti gaji, honor, upah dan jejenisnya merupakan bentuk zakat yang di masa
lalu belum ditetapkan. Zakat
penghasilan baru ditetapkan di masa sekarang ini melalui ijtihad para ulama besar di abad
ini.

Sebagai sebuah ijtihad, tentu saja melahirkan pro dan kontra. Yang tidak setuju dengan
adanya zakat penghasilan berprinsip bahwa zakat itu bagian dari ibadah ritual, sehingga
harus didasari dengan dalil-dalil yang qath'i dan tegas. Dan kitab-kitab hadits atau pun fiqih
klasik sama sekali tidak pernah menyinggung tentang kewajiban zakat penghasilan ini.

Pendapat lembaga zakat yang PERTAMA mengatakan tidak ada lagi zakat untuk uang
tabungan melandaskan ijtihadnya dengan logika bahwa zakat tidak perlu dibayarkan dua kali
untuk harta yang sama. Karena pemilik uang sudah bayar zakat penghasilan, maka uang itu
tidak perlu lagi dibayarkan zakatnya
sebagai zakat tabungan. ( tentunya kita sudah melaksanakan Zakat terlebih dahulu sebelum
menabung di Tabungan Haji )
Sedangkan pendapat lembaga amil yang KEDUA mewajibkan zakat lagi, berprinsip bahwa
semua jenis dan bentuk harta ada zakatnya. Ketika menerima sebagai gaji, wajib
dikeluarkan zakatnya. Dan ketika disimpan menjadi tabungan lalu terkumpul hinngga
mencapai nishab dan haul, wajib lagi dizakatkan.
Nah, seandainya tidak ada zakat penghasilan, tentu tidak perlu ada perbedaan pendapat ini.
Karena yang dizakatkan tinggal satu saja, yaitu zakat uang tabungan.

Jadi Mana Yang Benar?


Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan salah satu pendapat. Keduanya berangkat dari
ijtihad yang kuat.
Yang mengatakan harus ada zakat tabungan lagi di luar zakat penghasilan berangkat dari
logika bahwa tiap jenis harta zakat ada ketentuan zakatnya. Misalnya seseorang bertani dan
mendapatkan panen yang melebihi nisab. Maka dia harus berzakat sesuai dengan
ketentuan. Lalu dari hasil panen yang dijualnya itu, dia membeli beberapa ekor sapi untuk
diternakkan. Apabila telah memenuhi nishab dan haulnya, petani yang kini punya profesi
sampingan sebagai peternak itu tetap wajib berzakat atas harta ternaknya.
Mengapa demikian?
Karena ternak miliknya itu telah memenuhi syarat baginya untuk wajib mengeluarkan zakat.
Meski sumber permodalannya dari hasil panen yang sudah dikurangi untuk berzakat.

Kesimpulan:
Kedua pendapat di atas lagi-lagi adalah hadsil ijtihad yang didapat dari berbagai dalil.
Terkadang hasil ijtihad bisa sama dengan sesama para ahli ijtihad yang lain, tetapi tidak
jarang hasilnya berbeda-beda.

Perbedaan pandangan itu biasanya lahir karena berbagai sebab. Yang utama di antaranya
karena perbedaan sudut pandang, juga karena perbedaan metodologi pengambilan
kesimpulan hukum, bahkan tidak jarang perbedaan itu terjadi karena perbedaan dalam
menetapkan keshahihan suatu hadits, juga ketika menetapkan kekhususan dan ke-
umumannya.

Buat kita yang awam, hasil ijtihad yang mana saja boleh kita pilih dan suatu ketika boleh saja
kita tinggalkan. Sebab boleh jadi ulama yang mengeluarkan hasil ijtihad itu sendiri suatu
ketika akan mengoreksi kembali pendapatnya. Dan hal itu hukumnya sah-sah saja.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH

A.ZAKAT
Zakat secara bahasa(lughoh),berarti :tumbuh,berkembang dan berkah dan dapat pula berarti
membersihkan atau mensucikan.seorang yang membayar zakat karena keimananya niscaya
akan memperoleh kebaikan yang banyak.Allah SWT berfirman yang artinya :

”pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka” (QS.At-taubah.103).
sedangkan menurut terminologi syari’ah (istilah syara’) zakat berarti kewajiban atas harta
atau kewajiban atas jumlah sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu
tertentu. Zakat juga berarti derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah, dan waktu suatu
kekayaan atau harta yang wajib diserahkan. Atau Zakat adalah nama dari sejumlah harta
tertentu yang telah mencapai syarat tertentu (nishab) yang diwajibkan Allah SWT untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu
pula (QS. 9:103 dan QS. 30:39).
Ulama hanafiah mendefinisikan zakat dengan menjadikan hak milik bagian harta tertentu
dan harta tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan oleh syari’ karena allah
demikian halnya menurut mazhab imam syafii zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya
harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkan menurut imam hanbali zakat
adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus
pula, yaitu kelompok yang disyaratkan dalam alquran zakat mempunyai fungsi yang jelas
untuk mensucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya.
Tujuan zakat (1):
* Membersihkan :
1. membersihkan jiwa orang yang memiliki kelebihan harta dari kekikiran
2. membersihkan hati fakir miskin dari sifat iri dan dengki
3. membersihkan masyarakat dari benih perpecahan
4. membersihkan harta dari hak orang lain
Tujuan zakat (2):
* Mengembangkan :
1. mengembangkan kepribadian orang yang memiliki kelebihan harta dari eksistensi
moralnya
2. mengembangkan kepribadian fakir miskin
3. mengebangkan dan melipatgandakan nilai harta
4. sarana jaminan social dalam islam
5. sarana mengurangi terjadinya kesenjangan social

Landasan kewajiban zakat


1. QS. At-taubah 103:
“ ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka”
2. hadis:
“ islam dibangun atas lima rukun : syahadah, menegakkan solat, membayar zakat,
menunaikan ibadah haji dan puasa di bulan ramadhan”
3. ijma’:
“ para ulama salaf (ulama klasik) ataupun ulama kholaf ( kontemperer) sepakat akan
wajibnya zakat.
B. INFAQ
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan
sesuatu. Menurut terminologi syariat infaq berarti mengeluarkan sebagian harta atau
pendapatan/ penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ialam. Jika zakat ada
nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi
maupun rendah, apakah ia disaat lapang maupun sempit (QS.3:134). Jika zakat harus
diberikan kepada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infaq boleh diberikan kepada siapapun.
Misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya (QS.2:215).
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali ia memperoleh
rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. Terkait dengan infaq ini
rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang
senantiasa berdoa setiap pagi dan sore: “ ya allah berilah orang yang berinfaq, gantinya.
Dan berkata yang lain :” ya allah jadikanlah orang yang menahan infaq, kehancuran.
(HR.Bukhari)
Infaq terbagi menjadi dua macam: (1) Infaq wajib : seperti zakat, nadzar. (2) Infaq sunah:
seperti memberikan pertolongan dan memberikan suatu barang. Ketentuan berinfaq yaitu
Infaq wajib : bentuk dan jumlah pemberiannya telah ditentukan. Sedangkan Infaq sunah:
tidak ada ketentuan dalam bentuk dan jumlah pemberiannya, terserah kepada pertimbangan
dan keikhlasannya. Dan manfaat dari berinfaq yaitu untuk mengharap ridha allah dan melatih
diri.
Firman allah SWT: yang artinya
………. Dan tetaplah kamu berinfaq untuk agama allah, dan janganlah kamu
menjerumuskan diri dengan tanganmu sendiri ke lembah kecelakaan ( karena menghentikan
infaq itu). (QS. Al-baqarah)
Sabda rasulullah SAW:
Dari Abu Musa Al- Asyari R.A. dari nabi muhammad SAW bersabda, “ tiap-tiap muslim
haruslah besedekah”. Sahabat bertanya “ bagaimana kalau dia tidak mampu Ya
Rasulullah?” nabi menjawab “ dia harus berusaha dengan kedua tangan (tenaga)nya hingga
berhasil untuk dirinya dan bersedekah” sahabat bertanya “ bagaimana kalau dia tidak
mampu?” nabi menjawab “ menolong orang yang mempunyai kebutuhan dan keluhan”
sahabat bertanya “ bagaimana kalau dia tidak mampu?” nabi menjawab “ dia melakukan
perbuatan baik atau menahan dirinya dari perbuatan munkar (kejahatan) itupun merupakan
shadaqah baginya”.

C. SHADAQAH
Sedekah berasal dari kata shadaqah yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah
adalah orang yang benar pengakuan imannya. Adapun secara terminologi syariat shadaqah
makna asalnya adalah tahqiqu syai’in bisyai’i, atau menetapkan atau menerapkan sesuatu
pada sesuatu. Sikapnya sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tetentu dalam
pengeluarannya baik mengenai jumlah, waktu, dan kadarnya. Atau pemberian sukarela yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin setiap
kesempatan terbuka yang tidak ditentukan jumlah, jenis maupun waktunya. Sedekah tidak
terbata pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang
bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyuman yang dilakukan dengan ikhlas untuk
menyenangkan orang lain termasuk kategori sedekah. Shadaqah mempunyai cakupan yang
luas dan digunakan al-quran untuk mencakup segala jenis sumbangan.
Shadaqah merupakan pemberian seorang muslim kepada orang lain (baik muslim maupun
non muslim). Sedekah berarti memberi derma, termasuk memberikan derma untuk
mematuhi hukum dimana kata zakat digunakan didalam al-quran dan sunah. Kata zakat
disebut pula sedekah karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan sedangkan
sedekah adalah sukarela. Zakat dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pungutan
wajib, sedangkan sedekah lainnya dibayar secara sukarela. Jumlah dan nishab zakat
ditentukan sedangkan jumlah sedekah yang lainnya sepenuhnya tergantung keinginan yang
menyumbag.
Pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja shadaqah mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan infaq.
Jika infaq dikaitkan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang
bersifat nonmateriil. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh
waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi tetapi juga dalam bentuk non materi.
Misalnya menyingkirkin rintangan di jalan, menuntun orang buta, memberikan senyuman dan
wajah yang manis kepada sudaranya, menyalurkan syahwatnya kepada istrinya. Dan
shadaqah adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.
Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, rasulullah mengatakan bahwa jika tidak mampu
bersedekah dengan harta, maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami
istri, atau melakukan kegiatan amr ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.
Dalam hadits rasulullah memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu
terhadap orang kaya yang banyak bershadaqah dengan hartanya, beliau bersabda:” setiap
tasbih adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah,
setiap amr ma’ruf adalah shadaqah, nahi munkar adalah shadaqah dan menyalurkan
syahwat kepada istri adalah shadaqah”.(HR. Muslim)
Zakat, infaq dan shadaqah merupakan kebuktian iman kita kepada allah dan sesama muslim
yang membutuhkannya. Kalau kita melihat dari penggunaan ayat-ayat al-quran istilah
shadaqah, zakatdan infaq sebetulnya menunjuk kepada satu pengertian yaitu sesuatu yang
dikeluarkan. Zakat, infaq dan shadaqah memiliki persamaan dalam peranannya memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan.

Sumber : nurulyakin
1. Al-Qordhawi, Fiqh al-Zakah
2. Artikel :Tinjauan Hukum Zakat, Menurut Perspektif Hukum Islam dan perundang-
undangan oleh Ahmad Zainuddin, LC
3. Wahbah al-Zuhayly, zakat kajian berbagai mazhab,
ARTI IBNU SABIL.
 Ibnu sabil terdiri dari dua kata, yakni ibnu dan sabil. Secara bahasa, arti dari kedua kata
tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

a.     “Anak adalah hewan yang dilahirkan dari nutfah (air mani) orang lain dari sejenisnya”

b.    Sabil adalah thariq (jalan) dengan orang-orang yang berjalan di atasnya, baik laki-laki
maupun wanita Dua kata di atas, dalam kaidah bahasa Arab merupakan bentuk idlafah.
Dalam bentuk idlafah, terkandung makna min, fi, dan li di mana dua kandungan makna yang
pertama merupakan prioritas dalam memaknai bentuk idlafah. Apabila kedua makna tersebut
tidak dapat digunakan, maka baru dapat dipergunakan makna li. Dari pengertian secara
bahasa kedua kata yang membentuk istilah ibnu sabil, dapat diketahui bahwa ibnu sabil
secara harfiah berarti “anak manusia yang berada di jalan”.

Sedangkan secara istilah, ada beberapa arti yang melekat pada istilah ibnu sabil dari
beberapa pendapat para ulama. Berikut ini akan dipaparkan beberapa pendapat ulama
mengenai pengertian ibnu sabil, Jamaluddin Muhammad bin Mukarram al-Anshari
memberikan definisi ibnu sabil sebagai berikut:
Ibnu sabil adalah al-musafir yaitu orang yang putus di tengah jalan, dan ia menghendaki
untuk pulang ke negaranya dan tidak menemukan sesuatu yang bisa menyampaikannya,
maka dia mendapatkan bagian dari shodaqoh.
Imam Syafi’i, sebagaimana dikutip oleh Jamaluddin Muhammad, memberikan definisinya
sebagai berikut:
Imam Syafi’i berkata: bagian sabilillah -dalam ayat shodaqohitu diberikan kepada orang-
orang yang hendak berperang dari ahl shodaqoh baik dia fakir maupun kaya. Imam Syafi’i
Berkata: sedangkan ibn sabil termasuk ahl al-shodaqot; yaitu orang yang menghendaki
negara tapi bukan negaranya karena suatu perkara yang wajib. Imam Syafi’i berkata: dan
orang yang berperang diberi alat transportasi, senjata, nafaqoh, pakaian, sedangkan ibn
sabil diberi kira-kira sesuatu yang bisa menyampaikan pada Negara yang dikehendakinya
dalam hal nafaqoh dan alat transportasinya.
Menurut Ibnu Qudamah, ibnu sabil adalah sebagai berikut:
 Ibnu sabil adalah seseorang yang melakukan perjalanan (musafir) yang tidak memiliki
kemampuan untuk kembali ke negerinya, dan untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju
negerinya maka diberi kepadanya sesuai kebutuhan yang dapat mengembalikannya ke
negerinya

Huraian Tajuk/Isu: 
Ahli Jawatankuasa Perunding Hukum Syara' ( Fatwa) telah diminta untuk mengeluarkan
fatwa berkenaan dengan takrif Fakir, Miskin, Fisabilillah, Ibnu Sabil, Muallaf, Rikab, Gharim
dan Amil serta pembahagiannya dan yang berkaitan dengannya.
Keputusan: 
Setelah dibincangkan dari kertas yang telah disediakan, ahli mesyuarat mengambil
keputusan seperti berikut :

TAKRIF FAKIR
"Seseorang yang tidak mempunyai harta dan tiada kuasa berusaha/ bekerja/ menanggung
ketana tua atau cacat pada badan untuk mencari nafkah diri dan tanggungan yang
bolehmencukupi keperluan hidupnya seharian yang patut pada adat - misalnya seseorang
yang mempunyai tanggungan 5 orang anak yang mencukupi sara hidup harian mereka
sebanyak RM 6.00 (makan dan minum orang yang sederhana) ini bererti sebulan ia
memerlukan belanja sebanyak RM 180.00, sedangkan sara hidup yang diperolehi sekadar
kurang daripada separuh (50% ke bawah).

Maka inilah yang ditakrifkan FAKIR dan kiaslah panduan ini seterusnya.

Dan sesiapa yang di tanggung baginya oleh bapa, suami, isteri, anak, cucu atau mana-mana
orang atau mana-mana badan yang menanggung bagi tanggungannya yang mencukupi
maka ia TIDAK TERMASUK FAKIR. "

TAKRIF MISKIN
" Seseorang yang ada memiliki harta benda atau berkuasa berusaha dan bekerja tetapi
pendapatan yang diperolehi tidak mencukupi keperluan hidupnya dan keluarganya yang
patut pada adat, misalnya seseorang yang mempunyai tanggungan lima orang anak yang
mencukupi sara hidup harian mereka sebanyak RM 6.00 (makan dan minum orang yang
sederhana) ini bererti sebulan ia memerlukan belanja sebanyak RM 180.00, sedangkan sara
hidup yang diperolehi tidak mencukupi keperluannya 100%,

Maka ia ditakrifkan MISKIN dan kiaslah panduan ini seterusnya.

Dan sesiapa yang di tanggung baginya oleh bapa, suami, isteri, anak, cucu atau mana-mana
orang atau mana-mana badan yang menanggung bagi tanggungannya yang mencukupi
maka ia TIDAK TERMASUK MISKIN. "

DALIL :
Tersebut dalam kitab

"Tiada dinamakan miskin orang yang ada yang memberi nafkahkan dia sepert ibapanya atau
neneknya atau anak dan cucunya atau suaminya kerana kaya ia dengan nafkah itu, maka
tiada harus mengambil zakat daripada bahagian Fakir/Miskin. "

PEMBAHAGIAN FAKIR DAN MISKIN MERUJUK KEPADA KELUARGA ATAU INDIVlDU

" Sebuab keluarga yang menanggung beberapa orang keluarga yang tergolong dalam
bahagian Fakir atau Miskin seperti yang tersebut dalam takrifnya yang dahulu, maka
seorang sahaja dari ketua keluarga' atau bapa atau isteri yang berhak menerima babagian
tersebut. "

TAKRIF FISABILILLAH
"Seseorang yang melibatkan diri dalam sesuatu aktiviti atau aktiviti-aktiviti untuk menegak
dan mempertahankan Agama Islam serta kebajikan."
DALIL :
Daripada Tafsir Fahrul Razi No. 463 juzuk 4 dan tafsir Ruhul Maani No. 110 Juzuk 10 dan
tafsir Khazin No. 304, Juzuk 2 ibarat Fahrul Razi. :

" Dan Ketahui olehmu bahawasanya zahir daripada lafaz itu tidaklah memastikan tertentu
atas ahli peperangan sahaja maka dengan makna ini telah mencatit oleh Imam Quffal di
dalam tafsirnya daripada setengah Fuqaha bahawasanya mereka mengharuskan zakat-
zakat itu kepada semua jalan kebajikan seperti membalut orang mati dan membena kubu-
kubu dan membanyakkan masjid-masjid kerana Firman Allah Taala itu am pada semuanya
ibarat Ruhul Maani :

" Dan telah mentafsirkan akan dia di dalam dengan sekelian kebajikan maka masukkan di
dalamnya tiap-tiap mereka yang berusaha pada taatkan Allah Taala dan jalan kebajikan.

Dan juga tersebut dalam Fathul Bari pula (242) jilid ketiga :

Daripada Nafi' bahawasanya Ibnu Umar adalah ia mengirimkan zakat fitrah kepada orang
yang menghimpunkan dia sebelum dua atau tiga hari dari hari raya, dan juga menunjukkan
atas demikian daripada Abi Hurairah berkata Rasulullah S.A.W. mewakilkan aku pada
menyimpan zakat Ramadhan (zakat fitrah). "

BAHAGIAN FISABILILLAH

" Mesyuarat bersetuju bahagian ini (Fisabilillah) hendaklah diserahkan ke pihak Jabatan
(Bhg. Baitulmal/Zakat) dan Bahagian Baitulmal/Zakat akan menguruskan pemberian kepada
mereka yang berhak menerimanya, tidak sepertimana yang lalu bahagian Fisabilillah
ditinggalkan di Masjid atau Surau untuk diberi kepada AJK Masjid Dan Surau sahaja. "

Alasannya :

Kerana ia kurang menepati dalam takrif pembahagian Fisabilillah - dan melalui pengagihan
daripada Jabatan ini dapat diperkemaskan.

YANG MENDAPAT DAN ORANG-ORANG YANG BERHAK MENERIMA BAHAGIAN


FISABILIILLAH

1. Bantuan Masjid-masjid, Surau dan Sekolah-sekolah Agama Islam Selangor.


2. Derma siswa kecil bagi pelajar Sekolah Menengah Tinggi Agama Islam Selangor.
3. Bantuan yuran peperiksaan Sekolah Agama Islam Selangor.
4. Hadiah-hadiah galakan.
5. Bantuan Pegawai-pegawai Masjid bukan Kerajaan.
6. Bantuan pakaian pelajar-pelajar miskin.

TAKRIF IBNU SABIL


" Mana-mana orang dalam perjalanan bagi maksud-maksud yang diluluskan oleh Syara' dari
mana-mana jua negeri yang memerlukan bantuan walaupun mungkin dia mempunyai harta
di dalam negeri tempat kediamannya."

ORANG YANG BERHAK MENDAPAT BAHAGIAN IBNU SABIL

1. Pengembara/musafir yang terkandas.


2. Pengembara/musafir yang bertujuan kebajikan dan ketaatan.
3. Tambang pergi balik anak Selangor yang belajar di luar
4. Melawat Sambil belajar.
TAKRIF MUALLAF
"Seseorang yang baru memeluk Agama Islam dan memerlukan bantuan kewangan. "

MASA (TEMPOH) MUALLAF


"Masa/tempoh seseorang Muallaf itu tidak ditentukan ia bergantung kepada kuatnya akidah
dan keimanannya, selagi ia masih lemah dalam hal tersebut ia boleh menerima Bahagian
Muallaf. "

ORANG YANG BERHAK MENDAPAT BAHAGIAN MUALLAF

1. Bantuan bulanan (mereka yang sangat memerlukan atau pendakwaan) .


2. Kecemasan/kemalangan dan lain-lain.
3. Berkhatan (lelaki sahaja).
4. Hari raya (Aidilfitri/Haji).
5. Bantuan Majlis Perkahwinan (Majlis AkadNikah).
6. Menghadiri Ke las Agama Asas.
7. Sebaran Dakwah/Kursus.
8. penerbitan/Risalah.
9. Bantaun biasiswa kecil anak-anak saudara baru.
10. Elaun Guru Muallaf (Cina/lndia/Asli).
11. Pengurusan rumah/bangunan Muallaf.

RIKAB
"Setelah dibincangkan mesyuarat Fatwa hari ini bersetuju bahawa asnaf Rikab ini
digugurkan (dihapuskan) dalam pengagihan zakat kerana pada masa ini rikab tidak wujud
lagi. Oleh itu zakat hanya dibahagi kepada 7 asnaf sahaja,berdasarkan kepada dalil di
bawah ini :

" (Kata) Ibnus Silah, bahawasanya bagi mustahak yang maujud sekarang ini empat bagi jua
(pertama) Fakir, (kedua) Miskin, (Ketiga) Orang Yang Berhutang, (keempat) Ibnusabil, dan
jika tiada Maujud seorang jua pun daripada sekalian mustahak itu hendaklah dipeliharakan
zakat itu hingga ada sekalian mereka itu atau setengah mereka itu dan apabila membahagi
Imam atau Amilnya akan zakat wajiblah atasnya memberikan zakat bagi tiap-tiap seorang
yang di dalam satu bagi daripada sekalian bagi yang maujud. "

TAKRIF GHARIM
" Orang yang menanggung hutang kerana masalah agama dan tidak mampu membayarnya
".

TAKRIF AMIL
" Orang yang dilantik/ditauliahkan oleh DYMM Sultan atau Naibnya ( Pengarah JAIS ) untuk
penyelenggaraan hal-hal zakat ".

Telah tersebut juga dalam kitab Majmuk

Ertinya: Wajib atas Imam atau penggantinya melantik pekerja-pekerja (amil) bagi memungut
zakat "

YANG MENDAPAT BAHAGIAN AMIL

" Orang yang di lantik dan bekerja dalam pengurusan zakat tidak bergaji atau bergaji tetapi
bukan sebagai tugasnya ".

YANG TIDAK MENDAPAT BAHAGIAN AMIL


"Orang yang dilantik dan mendapat ganjaran atau bergaji daripada Kerajaan yang ia
menanggung sebagai tugas dalam hal pengurusan zakat

Macam-macam zakat dan perhitungan zakat


Zakat merupakan sejumlah harta yang dimiliki dan wajib dikeluarkan untuk diberikan kepada orang-
orang yang berhak menerimanya. Membayar zakat menjadi sebuah kewajiban bagi umat Islam,
dimana sesuai yang tercantum pada Rukun Islam. Berikut macam-macam zakat, pembagian zakat,
serta contoh perhitungan zakat yang saya dapatkan dari berbagai sumber.

– Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan menjelang hari Raya Idul Fitri oleh setiap individu. Dimana
besarnya adalah 2,5 kg atau 3,5 liter beras yang biasa dikonsumsi. Pembayaran zakat fitrah dapat
dilakukan dengan cara membayarkan harga dari makanan pokok.

– Zakat penghasilan/profesi

Zakat penghasilan / profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi jika sudah
mencapai nilai tertentu (nisab). Cara menghitung zakat profesi : nisab sebesar 5 wasaq/652,8 kg gabah
atau setara dengan 520 kg beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5 persen.

– Zakat investasi

Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Contoh
: bangunan atau kendaraan yang disewakan. Zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan
sedangkan modalnya tidak dikenakan zakat. Besar zakat investasi yang dikeluarkan 5% untuk
penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.

– Zakat saham / deposito

Saham atau deposito yang telah mengendap selama satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab)
setara 85 gram emas wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.

– Zakat tabungan

Uang simpanan yang telah mengendap selama satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab) setara
85 gram emas wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.

– Zakat emas atau perak

Nishab emas 85 gram, sedangkan perak 595 gram. Besar zakat 2,5 persen.
> Emas yang tidak dipakai (emas yang tidak pernah dipakai atau hanya di pakai setahun sekali), besar
zakat yang dikeluarkan = total emas yang dimiliki x harga emas x 2,5%.
> Emas yang di pakai, emas yang dikeluarkan zakatnya = (total emas yang dimiliki – emas yang di
pakai*) x harga emas x 2,5%.
*batas wajar misal 15 sampai dengan 20 gram
*perhitungan zakat perak = perhitungan zakat emas

– Zakat hadiah dan sejenisnya


Hadiah terkait dengan gaji :
Ketentuannya sama dengan zakat profesi dan dikeluarkan saat menerima. Besar zakatnya 2,5%.
> Komisi. Terdiri dari dua bentuk :
Komisi dari hasil prosentase keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka zakat yang dikeluarkan
10%.
Komisi dari hasil profesi, misalnya makelar, besar zakatnya 2,5%.
> Hibah:
Jika sumber hibah tidak di duga-duga maka zakat yang dikeluarkan sebesar 20%.
Jika sumber hibah sudah di duga dan diharapkan, maka hibah tersebut digabungkan dengan kekayaan
yang ada. Besarnya 2,5%.

– Fidyah

Fidyah dikeluarkan bagi : ibu hamil dan menyusui, terlambat meng-qodho puasa sampai datang bulan
Ramadhan berikutnya tanpa udzur, seseorang yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan lagi untuk
berpuasa, orang sakit yang tidak dapat lagi diharapkan kesembuhannya.
Fidyah di bayar senilai satu kali makan. (misal : sahur dan berbuka, 2 x Rp.25.000,- = Rp.50.000,-)
orang tersebut, dan disesuaikan jumlah hari seseorang tidak berpuasa

Pengertian,Hukum,Macam,dan Syarat Zakat Menurut Al Qur-an dan As


Sunnah
Tuesday, August 30th, 2011 - Islam

Artikel Islam : Pengertian/Definisi, Hukum, Macam, dan Syarat Zakat Menurut Al Qur-an dan As Sunnah. 

Ummat Islam adalah ummat yang mulia, ummat yang dipilih Allah untuk mengemban risalah, agar mereka
menjadi saksi atas segala ummat. Tugas ummat Islam adlah mewujudkan kehidupan yang adil, makmur,
tentram dan sejahtera dimanapun mereka berada. Karena itu ummat Islam seharusnya menjadi rahmat bagi
sekalian alam.

Bahwa kenyataan ummat Islam kini jauh dari kondisi ideal, adalah akibat belum mampu mengubah apa yang
ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra’du : 11). Potensi-potensi dasar yang dianugerahkan Allah kepada
ummat Islam belum dikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak intelektual dan
ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu
dikembangkan secara seksama, dirangkai dengan potensi aqidah Islamiyah (tauhid), tentu akan diperoleh hasil
yang optimal. Pada saat yang sama, jika kemandirian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum
muslimin juga makin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan makin dapat
dipersempit.

Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulanagn kemiskinan dengan
cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya.
Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam. Padahal
ummat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar.

Terdorong dari pemikiran inilah, kami mencoba untuk menuliskan risalah zakat yang ringkas dan praktis agar
dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun kami sadar bahwa rislah ini masih jauh dari
sempurna. Namun demikian kami berharap risalah ini dapat bermanfaat. Koreksi, kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan risalah zakat ini
Semoga Allah SWT mengampuni kekurangan dan kesalahan yang ada dalam risalah ini, serta mencatatnya
sebagai amal shaleh. Amin

1. Makna Zakat

Zakat adalah Rukun Islam yang Kelima Menurut Bahasa(lughat), zakat berarti : tumbuh; berkembang;
kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-
Taubah : 10)

Menurut Hukum Islam (istilah syara’), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang
tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam
kitab Al Hawiy)

Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan
zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat,
sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.

2. Penyebutan Zakat dan Infaq dalam Al Qur-an dan As Sunnah


a. Zakat (QS. Al Baqarah : 43)

b. Shadaqah (QS. At Taubah : 104)

c. Haq (QS. Al An’am : 141)

d. Nafaqah (QS. At Taubah : 35)

e. Al ‘Afuw (QS. Al A’raf : 199)

3. Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh
sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan
yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

4. Macam-macam Zakat

a. Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah.

b. Zakat Maal (harta).

5. Syarat-syarat Wajib Zakat

a. Muslim

b. Aqil

c. Baligh

d. Memiliki harta yang mencapai nishab


ZAKAT MAAL

1. Pengertian Maal (harta)

1.1. Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali sekali oleh manusia untuk
memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya

1. 2. Menurut syar’a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan
(dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim).

sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:

a. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai

b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang,
emas, perak, dll.

2. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati

2.1. Milik Penuh (Almilkuttam)

Yaitu : harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya
secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat islam,
seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta
tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta
tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.

2.2. Berkembang

Yaitu : harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk
berkembang.

2.3. Cukup Nishab

Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara’. sedangkan harta yang
tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat

2.4. Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah)

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi
tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang
bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup
minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.

2.5. Bebas Dari hutang

Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama
(dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat.

2.6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)

Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku
bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan)
tidak ada syarat haul.

3. Harta(maal) yang Wajib di Zakati


3.1. Binatang Ternak

Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam,
itik, burung).

3.2. Emas Dan Perak

Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga sering dijadikan
perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang
emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara’ mewajibkan zakat atas
keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain.

Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing
negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat
berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat
disetarakan dengan emas dan perak.

Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dll. Yang melebihi
keperluan menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di
uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak
diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.

3.3. Harta Perniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik
berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara
perorangan atau perserikatan seperti CV, PT, Koperasi, dsb.

3.4. Hasil Pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.

3.5. Ma-din dan Kekayaan Laut

Ma’din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis
seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala
sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll.

3.6 Rikaz

Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk
didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.

NISHAB DAN KADAR ZAKAT


1. HARTA PETERNAKAN
a. Sapi, Kerbau dan Kuda
Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi yaitu 30 ekor. Artinya jika seseorang telah memiliki
sapi (kerbau/kuda), maka ia telah terkena wajib zakat.
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh At Tarmidzi dan Abu Dawud dari Muadz bin
Jabbal RA, maka dapat dibuat tabel sbb :

Jumlah Ternak(ekor) Zakat

30-39 1 ekor sapi jantan/betina tabi’ (a)

40-59 1 ekor sapi betina musinnah (b)

60-69 2 ekor sapi tabi’

70-79 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi’


80-89 2 ekor sapi musinnah

Keterangan :
a. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2
b. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi’. Dan jika setiap jumlah itu
bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

b. Kambing/domba
Nishab kambing/domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 40 ekor kambing/domba
maka ia telah terkena wajib zakat.
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas bin
Malik, maka dapat dibuat tabel sbb :

Jumlah Ternak(ekor) Zakat

40-120 1 ekor kambing (2th) atau domba (1th)

121-200 2 ekor kambing/domba

201-300 3 ekor kambing/domba

Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor.

c. Ternak Unggas (ayam,bebek,burung,dll) dan Perikanan


Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana
halnya sapi, dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha.
Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 Dinar = 4,25 gram emas murni)
atau sama dengan 85 gram emas. Artinya bila seorang beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir
tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau
setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5 %

Contoh :
Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam perminggu, pada akhir tahun (tutup buku)
terdapat laporan keuangan sbb:

1.Ayam broiler 5600 ekor seharga Rp 15.000.000


2.Uang Kas/Bank setelah pajak Rp 10.000.000
3.Stok pakan dan obat-obatan Rp 2.000.000
4. Piutang (dapat tertagih) Rp 4.000.000

Jumlah Rp 31.000.000

5. Utang yang jatuh tempo Rp 5.000.000

Saldo Rp26.000.000

Besar Zakat = 2,5 % x Rp.26.000.000,- = Rp 650.000


Catatan :
   Kandang dan alat peternakan tidak diperhitungkan sebagai harta yang wajib dizakati.
   Nishab besarnya 85 gram emas murni, jika @ Rp 25.000,00 maka 85 x Rp 25.000,00 = Rp 2.125.000,00

d.  Unta
Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta maka ia terkena
kewajiban zakat. Selanjtnya zakat itu bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah
Berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik, maka
dapat dibuat tabel sbb:

Jumlah(ekor) Zakat

5-9 1 ekor kambing/domba (a)

10-14 2 ekor kambing/domba

15-19 3 ekor kambing/domba

20-24 4 ekor kambing/domba

25-35 1 ekor unta bintu Makhad (b)

36-45 1 ekor unta bintu Labun (c)

45-60 1 ekor unta Hiqah (d)

61-75 1 ekor unta Jadz’ah (e)

76-90 2 ekor unta bintu Labun (c)

91-120 2 ekor unta Hiqah (d)

Keterangan:
(a) Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur satu tahun atau lebih.
(b) Unta betina umur 1 tahun, masuk tahun ke-2
(c) Unta betina umur 2 tahun, masuk tahun ke-3
(d) Unta betina umur 3 tahun, masuk tahun ke-4
(e) Unta betina umur 4 tahun, masuk tahun ke-5

Selanjutnya, jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor bintu Labun, dan
setiap jumlah itu bertambah 50 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor Hiqah.

2. EMAS DAN PERAK


Nishab emas adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham (setara 672 gram
perak). Artinya bila seseorang telah memiliki emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan sudah
setahun, maka ia telah terkena wajib zakat, yakni sebesar 2,5 %.

Demikian juga segala macam jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat dikategorikan
dalam “emas dan perak”, seperti uang tunai, tabungan, cek, saham, surat berharga ataupun yang
lainnya. Maka nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak, artinya jika seseorang
memiliki bermacam-macam bentuk harta dan jumlah akumulasinya lebih besar atau sama dengan
nishab (85 gram emas) maka ia telah terkena wajib zakat (2,5 %).

Contoh :
Seseorang memiliki simpanan harta sebagai berikut :

Tabungan Rp 5 juta
Uang tunai (diluar kebutuhan pokok) Rp 2 juta
Perhiasan emas (berbagai bentuk) 100 gram
Utang yang harus dibayar (jatuh tempo) Rp 1.5 juta

Perhiasan emas atau yang lain tidak wajib dizakati kecuali selebihnya dari jumlah maksimal perhiasan yang
layak dipakai. Jika layaknya seseorang memakai perhiasan maksimal 60 gram maka yang wajib dizakati
hanyalah perhiasan yang selebihnya dari 60 gram.
Dengan demikian jumlah harta orang tersebut, sbb :

1.Tabungan Rp 5.000.000
2.Uang tunai Rp 2.000.000
3.Perhiasan (10-60) gram @ Rp 25.000 Rp 1.000.000

Jumlah Rp 8.000.000

Utang Rp 1.500.000

Saldo Rp 6.500.000

Besar zakat = 2,5% x Rp 6.500.000 = Rp 163.500,-\


Catatan :
Perhitungan harta yang wajib dizakati dilakukan setiap tahun pada bulan yang sama.

3. PERNIAGAAN
Harta perniagaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan, industri, agroindustri, ataupun jasa,
dikelola secara individu maupun badan usaha (seperti PT, CV, Yayasan, Koperasi, Dll) nishabnya
adalah 20 dinar (setara dengan 85gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha pada akhir tahun
(tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja danuntung) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas
(jika pergram Rp 25.000,- = Rp 2.125.000,-), maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5 %

Pada badan usaha yang berbentuk syirkah (kerjasama), maka jika semua anggota syirkah beragama
islam, zakat dikeluarkan lebih dulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang bersyirkah. Tetapi
jika anggota syirkah terdapat orang yang non muslim, maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota
syirkah muslim saja (apabila julahnya lebih dari nishab)

Cara menghitung zakat :


Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak akan lepas dari salah satu atau lebih dari tiga bentuk di
bawah ini :
1. Kekayaan dalam bentuk barang
2. Uang tunai
3.  Piutang

Maka yang dimaksud dengan harta perniagaan yang wajib dizakati adalah yang harus dibayar (jatuh
tempo) dan pajak.

Contoh :
Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 1995 dengan keadaan sbb :

1.Mebel belum terjual 5 set Rp 10.000.000


2.Uang tunai Rp 15.000.000
3. Piutang Rp 2.000.000

Jumlah Rp 27.000.000

Utang & Pajak Rp 7.000.000

Saldo Rp 20.000.000

Besar zakat = 2,5 % x Rp 20.000.000,- = Rp 500.000,-

Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan atau lemari, etalase pada
toko, dll, tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab termasuk kedalam kategori barang tetap
(tidak berkembang)
Usaha yang bergerak dibidang jasa, seperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, renal mobil,
bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, kemudian dikeluarkan zakatnya dapat dipilih diantara 2 (dua)
cara:

4. Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan perusahaan dihitung, termasuk
barang (harta) penghasil jasa, seperti hotel, taksi, kapal, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5 %.

5. Pada Perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh usaha
tersebut selama satu tahun, kemudian zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan dengan
perhitungan zakat hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan pada hasil
pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya.

4. HASIL PERTANIAN
Nishab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 750 kg. Apabila hasil pertanian termasuk
makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dll, maka nishabnya adalah 750 kg dari hasil
pertanian tersebut.

Tetapi jika hasil pertanian itu selain makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga,
dll, maka nishabnya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di
daerah (negeri) tersebut (di negeri kita = beras).

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air, maka 10%,
apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%.

Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%. Artinya 5% yang
lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat bahwa apabila
pengolahan lahan pertanian diairidengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan
50;50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10).

Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya lain seperti pupuk,
insektisida, dll. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, intektisida dan
sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab) dikeluarkan
zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya).

ZAKAT PROFESI
Dasar Hukum

Firman Allah SWT:


dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
dapat bagian
(QS. Adz Dzariyat:19)

Firman Allah SWT:


Wahai orang-orang yang beriman, infaqkanlah (zakat) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik.
(QS Al Baqarah 267)

Hadist Nabi SAW:


Bila zakat bercampur dengan harta lainnya maka ia akan merusak harta itu
(HR. AL Bazar dan Baehaqi)

Hasil Profesi
Hasil profesi (pegawai negeri/swasta, konsultan, dokter, notaris, dll) merupakan sumber pendapatan
(kasab) yang tidak banyak dikenal di masa salaf(generasi terdahulu), oleh karenanya bentuk kasab ini
tidak banyak dibahas, khusunya yang berkaitan dengan “zakat”. Lain halnya dengan bentuk kasab
yang lebih populer saat itu, seperti pertanian, peternakan dan perniagaan, mendapatkan porsi
pembahasan yang sangat memadai dan detail. Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapatkan
dari hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan harta yang
diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin diantra mereka (sesuai
dengan ketentuan syara’). Dengan demikian apabila seseorang dengan hasil profesinya ia menjadi
kaya, maka wajib atas kekayaannya itu zakat, akan tetapi jika hasilnya tidak mencukupi kebutuhan
hidup (dan keluarganya), maka ia menjadi mustahiq (penerima zakat). Sedang jika hasilnya hanya
sekedar untuk menutupi kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit maka baginya tidak wajib zakat.
Kebutuhan hidup yang dimaksud adalah kebutuhan pokok, yakni, papan, sandang, pangan dan biaya
yang diperlukan untuk menjalankan profesinya.

Zakat profesi memang tidak dikenal dalam khasanah keilmuan Islam, sedangkan hasil profesi yang
berupa harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta (simpanan/kekayaan). Dengan demikian hasil
profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat maka wajib baginya untuk
menunaikan zakat.

Contoh

Akbar adalah seorang karyawan swasta yang berdomisili di kota Bogor, memiliki seorang istri dan 2 orang
anak.
Penghasilan bersih perbulan Rp. 1.500.000,-.
Bila kebutuhan pokok keluarga tersebut kurang lebih Rp.625.000 per bulan maka kelebihan dari
 
penghasilannya = (1.500.000 – 625.000) = Rp. 975.000 perbulan.
Apabila saldo rata-rata perbulan 975.000 maka jumlah kekayaan yang dapat dikumpulkan dalam kurun
waktu satu tahun adalah Rp. 11.700.00 (lebih dari nishab).
Dengan demikian Akbar berkewajiban membayar zakat sebesar 2.5% dari saldo.

Dalam hal ini zakat dapat dibayarkan setiap bulan sebesar 2.5% dari saldo bulanan atau 2.5 % dari
saldo tahunan.

Harta Lain-lain
1.  Saham dan Obligasi
Pada hakekatnya baik saham maupun obligasi (juga sertifikat Bank) merupakan suatu bentuk
penyimpanan harta yang potensial berkembang. Oleh karenannya masuk ke dalam kategori harta yang
wajib dizakati, apabila telah mencapai nishabnya. Zakatnya sebesar 2.5% dari nilai kumulatif riil
bukan nilai nominal yang tertulis pada saham atau obligasi tersebut, dan zakat itu dibayarkan setiap
tahun.
Contoh:

Nyonya Salamah memiliki 500.000 lembar saham PT. ABDI ILAHI, harga nominal Rp.5.000/Lembar. Pada akhir
tahun buku tiap lembar mendapat deviden Rp.300,-
 
Total jumlah harta(saham) = 500.000 x Rp.5.300,- = Rp.2.650.000.000,-
Zakat = 2.5% x Rp. 2.650.000.000,- = Rp. 66.750.000,-

2. Undian dan kuis berhadiah


Harta yang diperoleh dari hasil undian atau kuis berhadiah merupakan salah satu sebab dari
kepemilikan harta yang diidentikkan dengan harta temuan (rikaz). Oleh sebab itu jika hasil tersebut
memenuhi kriteria zakat, maa wajib dizakati sebasar 20% (1/5)
Contoh:

Fitri memenangkan kuis berhadiah TEBAK OLIMPIADE berupa mobil sedan seharga Rp.52.000.000,- dengan
pajak undian 20% ditanggung pemenang.
Harta Fitri = Rp.52.000.000,- -Rp.10.400.000,- = Rp.41.600.000,-
Zakat = 20% x Rp.41.600.000,- = RP.8.320.000,-
3. Hasil penjualan rumah (properti) atau penggusuran
Harta yang diperoleh dari hasil penjualan rumah (properti) atau penggusuran, dapat dikategorikan
dalam dua macam:

1. Penjualan rumah yang disebabkan karena kebutuhan, termasuk penggusuran secara terpaksa , maka
hasil penjualan (penggusurannya) lebih dulu dipergunakan untuk memenuhi apa yang dibutuhkannya.
Apabila hasil penjualan (penggusuran) dikurangi harta yang dibutuhkan jumlahnya masih melampaui
nishab maka ia berkewajiban zakat sebesar 2.5% dari kelebihan harta tersebut.
Contoh:

Pak Ahmad terpaksa menjual rumah dan pekarangannya yang terletak di sebuah jalan protokol, di Jakarta,
sebab ia tak mampu membayar pajaknya. Dari hasil penjualan Rp.150.000.000,- ia bermaksud untuk
membangun rumah di pinggiran kota dan diperkirakan akan menghabiskan anggaran Rp.90.000.000,-
selebihnya akan ditabung untuk bekal hari tua.
Zakat = 2.5% x (Rp.150.000.000,- – Rp.90.000.000,-)
= Rp.1.500.000,-

2. Penjualan rumah (properti) yang tidak didasarkan pada kebutuhan maka ia wajib membayar zakat sebesar
2.5% dari hasil penjualannya.

Hikmah Zakat
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, trasendental dan horizontal. Oleh sebab itu
zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama Islam. Zakat memiliki banyak
hikmah, baik yng berkaitan dengan Sang Khaliq maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara
manusia, antara lain :

1. Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa yang lemah papa dengan materi
sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.Dengan kondisi tersebut mereka akan mampu
melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT

2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri orang-orang di sekitarnya
berkehidupan cukup, apalagi mewah. Sedang ia sendiri tak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran
tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.

3. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, emurnikan jiwa (menumbuhkan akhlaq mulia
menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah.
Dengan begitu akhirnya suasana ketenangan bathin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan
kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati.

4. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip:
Ummatn Wahidan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat, dan dan kewajiban), Ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan Islam) dan Takaful Ijti’ma (tanggung jawab bersama)

5. Menjadi unsur penting dalam mewujudakan keseimbanagn dalam distribusi harta (sosial
distribution), dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat

6. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan
karunia Allah SWT dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusian
dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan ummat dan bangsa, sebagai
pengikat bathin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi
pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah

7. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang dengan yang lainnya
menjadi rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir
bathin. Dalam masyarakat seperti itu takkan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya kembali bahaya
komunisme 9atheis) dan paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. Sebab dengan dimensi dan
fungsi ganda zakat, persoalan yang dihadapi kapitalisme dan sosialisme dengan sendirinya sudah
terjawab. Akhirnya sesuai dengan janji Allah SWT, akan terciptalah sebuah masyarakat yang baldatun
thoyibun wa Rabbun Ghafur.

Kata Kunci :
materi zakat,materi tentang zakat,pengertian zakat,definisi zakat,macam macam zakat dan
ketentuannya,zakat adalah,jenis zakat dalam al quran,artikel zakat,macam-macam zakat dan
pengertiannya,materi ttg zakat

Read more: http://www.artikelbagus.com/2011/08/pengertianhukummacamdan-syarat-zakat-menurut-al-


qur-an-dan-as-sunnah.html#ixzz3ehJbPpuu

Anda mungkin juga menyukai