Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT
Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT
1. UMUM
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis No.
CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang lingkup
dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian,
pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah
sebagai berikut:
a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
d. tersedia influen air Iimbah
e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja
j. masyarakat sudah diberi informasi
1
Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi konsentrasi
tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:
• Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air
pengencer lain dengan konsentrasi KOB (BOD5) maksimal 10 mg/L
• Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff
dengan kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif
dengan KOB yang melebihi 400 mg/L
Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara
biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada
didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber
nutrien untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup,
maka pengolahan limbah dengan mikroba memerlukan kehati-hatian terkait dengan
kualitas influent yang masuk karena akan mempengaruhi kinerja mikroba.
2
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi anaerobik
• Permukaan kolam harus tertutup buih
• Beban KOB volumetrik berkisar antara (60-100) g KOB/m3. hari
• Efisiensi pemisahan KOB ≥ 50%
• ph influen (8-9)
• Lumpur harus dikuras secara berkala dengan pompa
3
o Tebal pasir (15-22,5) cm
o Kandungan kotoran ≤ 1 % terhadap volume pasir
• Waktu pengeringan lumpur (7-10) hari
Peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut
yaitu peralatan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan peralatan keselamatan dan
kesehatan. Peralatan yang dibutuhkan untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis
No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam.
4
• Pastikan kabel tenaga tersambung pada sumber daya dengan baik
• Pastikan setiap komponen pompa dalam kondisi kering
5
• Biarkan selarna 2-3 han tanpa adanya pengaliran effluent
• Kolarn siap dioperasikan secara kontinyu dengan rnengalirkan air lirnbah baku secara
terus rnenerus dan rnernbuka aliran pada pipa outlet
b) Metode alami:
• Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi penuh
• Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah
• Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam kolam
sesuai dengan ketentuan.
• Kolam siap dioperasikan secara kontinyu
6
membedakannya maka truk penguras Lumpur tinja harus diberi warna yang berbeda,
untuk truk tinja tangki maupun truk umumnya dicat dengan warna kuning.
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pengoperasian truk tangki antara lain:
a) Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras.
b) Hidupkan mesin kendaraan pada putaran yang rendah/idle.
c) Hidupkan pompa vakum.
Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan sebagai berikut:
• Lakukan langkah persiapan untuk operasi seperti diterangkan di atas
• Siapkan selang pembuangan ke dalam unit pengumpul.
• Normalkan tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1 bar.
• Pastikan hubungan antar pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal.
• Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20 psi di
atas nol pada saat pembuangan.
• Apabila langkah pembuangan sudah selesai, maka tutup kembali valve pembuangan.
• Matikan pompa vacuum.
7
• Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan datam perjalanan dan gulung selang
pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan
• Dalam proses penyedotan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi vakum,
sedangkan pada proses pembuangan aliran akan terjadi secara gravitasi
Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem vakum seperti cara
pengoperasian dalam langkah penyedotan seperti di atas, hanya pada langkah ke-6, three way
8
valve di putar ke arah water tank, kemudian drain dibuka dan melalui selang penyemprotan
dapat difungsikan sebagai selang penyemprot air bersih. Dalam mengunakan air untuk mengisi
maupun pembersihan, tidak dianjurkan mengunakan sistem pompa vakum karena kapasitas pompa
yang besar tekanannya.
Beberapa petunjuk teknis mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan cara
penggulangannya.
1. Pompa Vakum Tidak Berputar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
• Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
• Posisi switch belum on sehingga pompa vakum belum bekerja.
• Kabel mesin vakum putus dan tidak bekerja.
• Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli habis tidak ada sama sekali, juga
kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka plug.
• Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
2. Sirkulasi sistem penyedot dan pembuangan tidak bekerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
• Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
• Pompa vakum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 di atas).
• Jumlah aliran oil pelumas terlalu banyak, atur penyetel valve pompa.
• Ada kebocoran pada sistem pipa, flens atau klem selang, diatasi dengan mengencangkan
pada baut-bautnya.
• Terdapatnya jebakan air pada mesin vakum, diatasi dengan membuang air rembesan
tersebut melalui plug.
3. Suction filter kotor, diatasi dengan membuka flens penutup untuk membersihkannya.
4. Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran.
5. Penggantian Suku Cadang, hal ini dilakukan jika terjadi kerusakan bagian-bagian tertentu dari
truk tinja dan tidak dapat diperbaiki lagi, maka perlu dilakukan penggantian suku cadang.
Pada saat kita membeli truk tinja untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan kemudahan
memperoleh suku cadang truk tersebut dan di mana saja suku cadang tersebut dapat diperoleh.
Ada baiknya memiliki persediaan beberapa suku cadang truk tinja yang diketahui mudah rusak
untuk mengantisipasi berhentinya pengoperasian truk tinja. Selain suku cadang tinja perlu pula
diadakan persediaan suku cadang pompa yang digunakan untuk menghisap lumpur tinja.
9
5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul
Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul
Bak pengumpul atau tangki ekualisasi berupa bak penampung sementara yang langsung
menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 2-3 meter. Bak
pengumpul berfungsi untuk:
• Menyederhanakan debit dan konsentrasi akibat adanya variasi dan fluktuasi kedatangan
mobil tinja
• Meningkatkan kemampuan dan menghemat biaya pengolahan unit berikutnya
• Mengurangi ukuran dan biaya investasi pembangunan fasilitas pengolahan
Lokasi fasilitas akan bervariasi dan tergantung dari sistem yang digunakan, berupa tipe
pengolahan, karakteristik sistem pengumpulan dan jenis lumpur tinja.
Operasional pemasukan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
• Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring
• Amati aliran air yang mengalir ke dalam Sump Well, dimana apabila tidak lancar maka
harus segera bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat
• Hasil buangan kotoran dan pasir dari bak penampung awal tidak diperkenankan
dibuang ke dalam Sump Well dan ditempatkan ke dalam bak khusus
• Air dapat ditambah untuk memperlancar aliran dan membersihkan permukaan
penyaring
5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit dan Sump Well
Pemompaan limbah dari sump well
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
• Amati level/kedalaman limbah dalam Sump Well, dan jika sudah penuh maka nyalakan
pompa submersible dan perhatikan apakah aliran ke Imhoff Tank telah masuk
10
• Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai titik tertentu, dan apabila
pompa masih tetap menyala maka lakukan pengecekan pada switch otomatisnya
• Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari waktu ke waktu
11
Tabel 1. Tipe-Tipe Saringan (Screen)
Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja, terutama
untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom dan pembalut.
Pembersihan pada unit bar screen/mechanical screen dilakukan dengan cara:
a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang tertahan di
kisi-kisinya
b. Untuk mechanical screensecara periodik dilakukan perawatan pada motor kerja
c. Dilakukan pengencangan pada rantai dan memberikan tambahan pelumas secara teratur
d. Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan mengatur lengan kerja mechanical
screen
12
5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff
Persiapan pengoperasian (start up)
a) Isi TangkiImhoff dengan air hingga penuh dan melimpah keluar melalui pipa outlet dan
biarkan selama 2 (dua) hari
b) Masukkan lumpur tinja melalui ruang penerima lumpur tinja sebanyak duat atau tiga
truk dan biarkan selama (2-5) hari
c) Buka kran pipa pembuang lumpur untuk mengalirkan lumpur ke bak pengering
d) Biarkan lumpur tersebar di bak pengering selama 10 hari dan buat catatan harian
kondisi proses pengeringan lumpur
13
volume lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume lumpur tinja yang
masuk
• Setelah pelaksanaan pengeluaran lumpur, pipa pembuang dibersihkan dengan
penggelontaran menggunakan air bersih. Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam
pipa
• Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi tersumbat
• Saluran inlet dan outlet Tangki Imhoffharus dibersihkan secara berkala dari timbunan zat
padat
14
• Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila
perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
• Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam
15
Pada saat pengoperasian, beberapa masalah dapat dihindari dengan adanya perencanaan yang
baik dan waktu istirahat yang memadai. Masalah yang mungkin terjadi beserta
penanggulangannya adalah sebagai berikut:
2. Rembesan tinggi pada Kondisi ini sering terjadi pada dasar kolam, yang nantinya akan
kolam tertutup dengan sendirinya. Kolam memerlukan bahan proteksi
air misalnya plastik, semen, dsb. Alternatif lain adalah
memakai penutup/sealing secara menyeluruh dengan tanah liat
3. Tanaman yang tumbuh Semua jenis tanaman harus dijauhkan dari dasar kolam
sebelum kolam diisi
4. Lapisan alga tumbuh pada Semprotkan air dengan tekanan tinggi secara teliti pada
kolam fakultatif dan permukaan, atau tambahkan CuSO4 dengan konsentrasi 1
maturasi mg/liter
16
Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi (lanjutan)
No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi
8. Gangguan hewan terbang Usahakan agar bagian pinggir kolam dalam keadaan bersih dari
tumbuhan liar
9. Konsentrasi alga yang tinggi Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana populasi alga
pada efluen aliran penerima rendah, pakai aliran horisontal dengan filter dari batu kerikil
10. Terjadinya aliran pendek yang Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan inlet
mengakibatkan efisiensi atau outlet dengan penyekat (baffle), perbaiki sistem sirkulasi
treatment rendah arah air bila mungkin dan bersihkan lumpur serta daur ulang
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
• Pengukuran Biomasa
• Untuk mengetahui beban lumpur yang mengendap digunakan pengukuran secara
manual dengan melihat ketinggian yang ada. Konsentrais lumpur sebaiknya diukur di
laboratorium sebagai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid), tingkat
keterendapan lumpur sebaiknya diukur sebagai SVI (Sludge Volume Index).
• Pengolahan lumpur
‐ Lumpur berlebihan yang dihasilkan setiap hari harus dibuang untuk menjaga F/M
ratio (rasio makanan dengan jumlah mikroba) atau waktu tinggal sel yang sudah
ditetapkan
‐ Kelebihan lumpur dialirkan ke tangki primer/tangki pengentalan
‐ Kelebihan lumpur juga dapat dikeluarkan dengan cara membuang mixed liquor
langsung dari pipa effluent ke tangki aerasi
17
5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur
Untuk mengoperasikan kolam ini dengan efisien perlu diketahui sumber, karakteristik dan
kuantitas dari lumpur yang akan diolah. Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur
sangat kompleks karena:
• Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah
• Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri dari
materi organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam bentuk yang
berbeda, dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi tidak stabil
• Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat
Perbedaan karakteristik lumpur tergantung dari sumber lumpur, tipe pengolahan yang
menghasilkan lumpur tersebut, penambahan zat-zat kimia dalam proses pengolahan, kandungan
pH, alkanitas serta asam organik. Adapun karakteristik lumpur dapat dilihat pada Tabel 5.
18
Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT (lanjutan)
No. Lumpur/Padatan Karakteristik
7. Lumpur hasil Umumnya berwarna coklat kehitaman, namun juga bervariasi jika
pengomposan terdapat zat-zat lain dalam proses pengomposan seperti golongan-
golongan kayu tidak akan menimbulkan bau busuk
8. Lumpur tangki septik Umumnya berwarna hitam walaupun lumpur tersebut terurai
dengan baik melalui proses penyimpanan yang lama, berbau
menusuk karena mengandung gas H2S
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Volume Lumpur
Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang terdiri dari
90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas lumpur yang memasuki
suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-faktor seperti rata-rata aliran lumpur
maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit pengolahan harus diperhatikan saat mendesain
sebuah IPLT.
a) Stabilisasi Lumpur
Tujuannya adalah:
• Mereduksi bakteri patogen
• Mengurangi bau
• Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan
Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi terhapat
materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut. Kemampuan hidup bakteri
patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang terjadi selama mikroorganisme
menghancurkan materi organik di dalam lumpur, yang meliputi:
• Pengurugan meteri organik secara biologi
• Oksidasi secara kimia materi organik
• Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur
• Pengolahan dengan proses untuk mendefinisikan atau menstrerilkan lumpur
19
b) Pengkondisian
Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode kimia
maupun metode panas.
c) Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus
dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain:
• Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila
telah dikeringkan
• Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan
• Lahan yang tersedia
Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana keuntungannya antara lain
biaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator yang banyak, tidak dibutuhkan keahlian
khusus untuk mengoperasikannya, keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitif
terhadap variasi perubahan lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unit
pengolahan awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam fakultatif
dan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur adalah sekitar
(1-2) minggu (tergantung pada ketebalan lumpur yang ditampung).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak pengering lumpur
adalah:
• Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3 m
• Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu atau sel demi sel)
• Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur
menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya
• Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong biasanya akan
terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan
sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk
• Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat. Apabila ada
maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap
terjaga
Hasil buangan endapan lumpur dari Tangki Imhoff akan mengalami pengeringan dengan panas
matahari yang berlangsung selama 14 hari (saat kemarau). Tanah/hasil dari proses pengeringan
dapat dibuang ke TPA atau digunakan sebagai pupuk alam.
20
5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan Kimia
• Sebagian besar klorin digunakan di pengolahan air limbah domestik untuk desinfeksi
dan mengontrol bau busuk
• Klorin juga digunakan pada pembersih nitrogen, melalui sebuah proses yang
menghubungkan titik patah klorinasi (break point chlorination). Untuk pembersihan
nitrogen cukup ditambahkan klorin ke air limbah untuk mengkonversi mengubah semua
amonium nitrogen ke gas nitrogen. Kira-kira 10 mg/liter klorin harus ditambahkan
setiap 1 mg/liter amonium nitrogen air limbah
• Untuk desinfeksi dengan klorin, waktu kontak antara klorin dengan aliran air limbah
selama direncanakan selama 30 menit sehingga dapat mematikan organisme penyebab
penyakit yang ditemukan di pengolahan air limbah domestik.
21
6.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya
Permasalah hidrolis
Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang
hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat
mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping
itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan:
• Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter
• Mejaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat
saringan pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak
kontrol pada tanah persil
• Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out
sering dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan
• Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya,
agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa
kotoran yang hanyut
• Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang
masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat
kasar yang berpotensi menyebabkan penyumbatan
Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan
pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis
pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang
diperlukan.
Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas
CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau
lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk
perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan:
• Perbaikan sistem drainase
• Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga
• Tutup manhole(lubang kontrol) dikunci sehingga tidak dapat diisi sampah
22
• Inspeksi rutin sistem penyaluran air limbah baik kinerja maupun peralatan dan
perlengkapan
Alternatif Penanganan:
• Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon
berakar panjang dan serabut
• Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat
(root cutting saw)
Masalah Endapan
• Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki
• Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga
jangan sampai terbuka
• Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan
agar tidak membuang sampah ke dalam manhole
• Perlu program inspeksi yang terjadwal terhadap setiapmanhole jaringan penyaluran air
limbah yang ada untuk dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin
23
• Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan
bak kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan
• Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang
dilengkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka
dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer
• Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga
penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle
dan bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah
• Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air.
Dengan mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air
sehinigga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari
nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah
yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole
• Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu sebuah mesin yang dilengkapi
dengan pompa dan tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa bertekanan
tinggi memompa air tersebut dan disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang
pada kepala pipa, semprotan air dapat membersihkan tanah dan pasir
24
• Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2
tipe yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan
tenaga tinggi
9. PEMANTAUAN (MONITORING)
Pemantauan perlu dilakukan tidak hanya untuk melihat efisiensi pengolahan yang ada juga
untuk melihat bagaimana kualitas effluent limbah (baik lumpur maupun airnya) sebelum
dibuang ke badan air ataupun ke lingkungan lainnya. Kualitas effluent diperiksa di laboratorium
dan selanjutnya dibandingkan dengan standar baku mutu yang ada. Jika konsentrasi (beberapa
paramater seperti KOB, TSS dan mikrobiologi masih tinggi, maka kondisi ini menunjukkan
25
bahwa IPLT bermasalah dan tidak berjalan dengan baik. Parameter yang rutin dipantau dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT
26
Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT
(Lanjutan)
27