Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, atas berkat karunia-
Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah Critical Journal Review ini tanpa
halangan yang berarti telah selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada bapak Abd. Wahidin Nuayi, S.Pd. M, si yang telah
memberikan tugas Critical Journal Review ini sehingga saya dapat lebih
memahami lebih jauh mengenai seperti apakah sebenarnya yang di bahas dalam
jurnal yang saya review serta apa kelebihan serta kekurangannya dan oleh karena
itu saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Saya sadar makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
saya berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah
ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dari penulisan makalah ini adalah :
A. Mengetahui Identitas Jurnal 1.
B. Mengetahui Hasil Review Jurnal 1.
C. Mengetahui Identitas Jurnal 2.
D. Mengetahui Hasil Review Jurnal 2.
1.4 Manfaat
Dilakukan pendekatan baru untuk memudahkan dan meningkatkan kelarutan serta
laju disolusi obatdengan berbagai cara berupa : perubahan bentuk fisik, perubahan bentuk
kimia(Savjani et al., 2012), penambahaneksipien hidrofilik, hingga memodifikasi dan
merubah struktur zat dengan dijadikan bentuk garamnya ataupundijadikan bentuk
kokristalnya(Setyawan dkk., 2013)Dalam review ini akan dijabarkanbeberapa penelitian
tentang berbagai cara dalam meningkatkan kelarutan suatu obat.
BAB 2
PEMBAHASAN
PENGANTAR
Jurnal Utama :
Judul : TEKNIK PENINGKATAN KELARUTAN OBAT
Penulis : Willy Brondus
Volume dan Nomor : 14 dan 2
Tahun : 2013
Ringkasan Jurnal : Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair,
ataupun gas yang terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan
homogen. Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan
tekanan(Lachman, 1986). Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam
menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang dicapai pada
sirkulasi sistemik untuk menghasilkanrespon farmakologi(Edward dan Li, 2008;
Vemulaet al., 2010). Obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air sering
membutuhkan dosis yang tinggi untuk mencapai konsentrasi terapeutik setelah
pemberian oral. Umumnya obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah memiliki
kelarutan terhadap air yang buruk (Savjaniet al., 2012).
1. Kelarutan merupakan keadaansuatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang
terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan homogen.
Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan
tekanan(Lachman, 1986).
2. Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam menentukan bentuk
sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang dicapai pada sirkulasi sistemik untuk
menghasilkanrespon farmakologi. (Edward dan Li, 2008; Vemulaet al., 2010).
3. Obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air sering membutuhkan dosis yang tinggi
untuk mencapai konsentrasi terapeutik setelah pemberian oral. Umumnya obat yang
bersifat asam lemah atau basa lemah memiliki kelarutan terhadap air yang buruk.
(Savjaniet al., 2012).
4. Pada sepuluh tahun terakhir ini, jumlah obat yang memiliki kelarutannya rendah
semakin meningkat. Kelarutan obat ini berkorelasi dengan bioavaibilitas.(Speiser, 1988)
5. Umumnya obat dengan kelarutan rendah, memiliki permeabilitasyang baik sehingga
sering digolongkan dalam kelas II menurut Biopharmaceutics Classification System
(BCS). Efek negatif dari obat yang memiliki kelarutan rendah yaitu penyerapan buruk,
efektivitas obat akan berkurang, dan dosis yang dibutuhkan akan lebih tinggi(Yellela,
2010; Sharma et al., 2009; Kumar et al., 2011).
Jurnal Pembanding 1
Judul : PENGARUH PENAMBAHAN KOSOLVEN PROPILEN GLIKOL
TERHADAP KELARUTAN ASAM MEFENAMAT
Penulis : Lidya Widyaningsih
Volume dan Nomor :
Tahun : 2009
Ringkasan Jurnal : Asam mefenamat merupakan salah satu obat yang dinyatakan praktis
tidak larut air (Depkes RI, 1979). Dalam klasifikasi sistem biofarmasetikal asam
mefenamat termasuk dalam kategori kelas kedua yaitu mempunyai kelarutan
rendah dalam larutan berair sehingga perlu penambahan pelarut untuk
mendapatkan kelarutan yang maksimal (FDA, 2008).
Bertolak dari pemikiran bahwa kelarutan adalah penting dalam formulasi suatu obat,
maka dilakukan suatu teknik pengembangan formulasi yang dapat meningkatkan
kelarutan suatu obat.
Kelarutan sendiri dapat ditingkatkan dengan beberapa cara salah satunya adalah
dengan kosolvensi, yaitu penambahan zat pelarut dalam larutan pembawa berair.
Propilen glikol merupakan pelarut yang sering dan lazim digunakan
dalam farmasi, dan sebagai salah satu kosolven yang dapat meningkatkan
kelarutan.
Roseman dan Yalkowsky (1981) meneliti mengenai pengaruh berbagai
sistem solven, diantaranya propilen glikol terhadap peningkatan kelarutan
hidrokortison, heptil ester, dan alkil ester dari p-asam aminobenzoik. Pelarut
propilen glikol terhadap hidrokortison dan beberapa ester pada larutan encer
menunjukkan peningkatan dari 1,8 untuk hidrokortison menjadi 4,8 pada heptil
ester. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada alkil ester dan alkil paraben
yaitu lebih banyak pelarut yang tidak berlawanan mempunyai peningkatan yang
lebih besar. Jadi sesuai dengan teori like dissolves like bahwa suatu obat
kelarutannya akan meningkat dalam pelarut yang cenderung memiliki sifat yang
mirip dengan obat tersebut.
Dari semua penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa propilen
glikol layak atau sesuai sekali dengan yang diharapkan, yaitu cocok untuk
digunakan dalam peningkatan kelarutan pada sediaan oral maupun parenteral
(Yalkowsky, 1981).
Jurnal Pembanding 2
Judul : PENGARUH PROPILEN GLIKOL TERHADAP KELARUTAN SEMU
TEOFILIN DAN KOFEIN
Penulis : Akhmad Kharis Nugroho, Suwaldi Martodihardjo, Tedjo Yuwono
Volume dan Nomor :
Tahun :
Ringkasan Jurnal : Kelarutan merupakan paremeter yang penting diketahui dalam
penelitian performulasi suatu obat menjadi suatu sediaan farmasi. Sebelum obat dapat
terabsorpsi menembus membran, obat harus melalui fase pelarutan di dalam cairan
tubuh. Kelarutan suatu obat seringkali dipengaruhi oleh keberadaan bahan lain yang
digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi. (Shargel dan Yu,1998).
Propilen glikol merupakan salah satu bahan yang sering digunakan sebagai bahan
tambahan dalam formulasi sediaan cair , semi padat dan sediaan transdermal. Bahan ini
mempunyai sifat yang menguntungkan sebagai plastizicer, kosolven dan penambah
viskositas sediaan (Boylan,1994; Rieger, 1994; Idson dan Lazarus, 1994).
Teofilin dan kofein merupakan dua senyawa golomgan xantin dengan perbedaan
satu gugus metal pada rumus molekulnya. Teofilin merupakan senyawa xantin yang
tersubtitusi oleh dua gugus metal pada posisi 1 dan 3, sedangkan kofein selain kedua
metil tersebut, juga mempunyai satu metal lagi pada posisi 7 (Windholz et al., 1983).
Senyawa golongan xantin khususnya teofilin dan bentuk garamnya (aminofilin
atau eufilin) telah dikenal dalam pengobatan asma karena aktivitasnya sebagai
bronkospamolitik yang kuat. Kofein merupakan senyawa stimulam lemah terhadap
sistem saraf pusat yang banyak digunakan untuk mengatasi kelesuan dan juga digunakan
dalam terapi apnoe primer pada bayi lahir dini. Kofein juga seringkali digunakan untuk
terapi migraine dalam kombinasi dengan ergotamine. (Anonim,1995).