Full
Full
SKRIPSI
Oleh:
Natalia Intan Pertiwi
NIM: 111224079
SKRIPSI
Oleh:
Natalia Intan Pertiwi
NIM: 111224079
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
ini.
skripsi ini.
iv
MOTO
(Markus 11:24)
(Yohanes 14:16)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Pertiwi, Natalia Intan. 2018. Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio
Kakek” Karya Ratih Kumala dan Rencana Pembelajarannya di
Kelas XI SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini mengkaji unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya
Ratih Kumala dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
sudut pandang, amanat dan mendeskripsikan rencana pembelajaran unsur intrinsik
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala di kelas XI SMA dalam bentuk
RPP. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan
teknik catat. Data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf dalam
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tokoh utama dalam cerita
pendek ini yaitu tokoh Kakek yang bernama Mbah Kaji Idris, sedangkan tokoh
Aku digambarkan sebagai tokoh wirawan yang dekat dengan tokoh utama. Tokoh
tambahan adalah Ibu-ibu, Pemuda Pejuang, Ibu, Orang-orang Belanda, Orang-
orang Kampung, dan Lelaki Paruh Baya. Alur yang digambarkan dalam cerita
pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala menggunakan alur maju. Terdapat
delapan unsur yang menggambarkan alur yaitu paparan, rangsangan, gawatan,
tikaian, rumitan, klimaks, leraian dan selesaian. Latar dalam cerita pendek “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala adalah latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
Cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala menggunakan sudut pandang
persona pertama “aku”. Amanat yang disampaikan dalam cerpen “Radio Kakek”
karya Ratih Kumala adalah untuk mendapatkan informasi pada masa penjajahan
tidaklah mudah, harus dengan kerja keras melalui niat dan tindakan.
Berdasarkan hasil dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa cerpen “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di kelas
XI SMA. Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala. Selain itu, hasil dari penelitian ini kemudian
dikembangkan oleh peneliti dalam rencana pembelajarannya dalam bentuk RPP
untuk kelas XI SMA.
viii
ABSTRACT
This study examines the intrinsic elements of the storiette “Radio Kakek”
by Ratih Kumala and his learning plan in class XI SMA. The purpose of this study
was to describe the results of the analysis of the intrinsic element of the storiette
“Radio Kakek” by Ratih Kumala in terms of theme, characters and
characterizations, plot, setting, point of view, mandate and describe the learning
plan of the intrinsic element of the storiette “Radio Kakek” by Ratih Kumala in
class XI SMA in the form of RPP. The type of research used is qualitative
research. Data collection techniques used in this study are note-taking techniques
and notes.Tthe research data in the form of quotes or paragraphs in the storiette
“Radio Kakek” by Ratih Kumala.
The results of this study indicate that there is a main character in this
storiette the Grandfather figure named Mbah Kaji Idris, while the character i’m
depicted as a character who is close to the main character. Additional figure are
mothers, youth fighter, Dutch people, villagers, and middle-aged men. The plot
depicted in the storiette “Radio Kakek” by Ratih Kumala uses an advanced plot.
There are eigh elements that describe the flow, namely exposure, stimulation,
maintenance, strokes, complexity, climax, slope, and completion. The settig in the
storiette “Radio Kakek” by Rath Kumala is the setting of the place, time setting
and social setting. The storiette “Radio Kakek” by Ratih Kumala uses the
perspective of the firs person “I”. The message conveyed in the storiette “Radio
Kakek” by Ratih Kumala is to get information during the colonial period is not
easy, it must be hard work through intentions and actions.
Based on the results of the study, it can be concluded thet the storiette
“Radio Kakek” by Ratih Kumala can be used as learning material in class XI
SMA. Students can analyze the intrinsic elements found in the storiette “Radio
Kakek” by Ratih Kumala. In addition, the results of this study were later
developed by researchers in their learning plans in the form of lesson plans for XI
SMA.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek ‘Radio Kakek’
Karya Ratih Kumala dan Rencana Pembelajarannya di Kelas XI SMA” dengan
baik. Tujuan menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Skripsi ini juga dapat terselesaikan berkat peran serta jasa berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd. M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd. M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan dosen pembimbing kedua yang telah
membimbing dan memberikan saran serta dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Danang Satria Nugraha, S.S. M.A., selaku Wakil Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah sabar
membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. J. Prapta Diharja, SJ. M.Hum., selaku triangulator yang senantiasa
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Cicik Widiyastuti S.Pd., selaku guru SMA Hutama Bekasi yang menjadi
validator, senantiasa membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................iv
HALAMAN MOTO..............................................................................................v
HALAMAN KEASLIAN KARYA.....................................................................vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR...........................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
E. Batasan Istilah.....................................................................................6
F. Sistematika Penyajian.........................................................................7
xii
b. Unsur-Unsur Cerpen......................................................13
(a) Tema.................................................................13
(b) Alur...................................................................15
(c) Tokoh dan Penokohan......................................20
(d) Latar.................................................................22
(e) Sudut Pandang..................................................24
(f) Amanat..............................................................27
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)................................27
a. Pengertian RPP...............................................................27
b. Manfaat Perencanaan Pembelajaran...............................29
c. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP...............................31
d. Komponen dan Langkah-Langkah
Pengembangan RPP.......................................................32
e. Proses Pembelajaran.......................................................35
3. Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)...........38
C. Kerangka Berpikir............................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................40
A. JenisPenelitian..................................................................................40
B. Data dan Sumber Data......................................................................40
C. Instrumen Penelitian.........................................................................41
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................41
E. Teknik Analisis Data........................................................................42
F. Triangulasi........................................................................................43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................44
A. Deskripsi Data..................................................................................44
B. Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio Kakek”
Karya Ratih Kumala........................................................................44
C. Rencana Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerita Pendek
“Radio Kakek” Karya Ratih Kumala dalam Bentuk RPP...............67
xiii
BAB V PENUTUP............................................................................................83
A. Kesimpulan......................................................................................83
B. Implikasi..........................................................................................85
C. Saran................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................86
LAMPIRAN.........................................................................................................88
BIODATA...........................................................................................................138
xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai refleksi, karya sastra memang tidak sepenuhnya meniru secara riil
masyarakat (Djojosuroto, 2006: 58). Melalui karya sastra para pembaca akan
menikmati realitas imajinasi pengarang melalui tokoh, peristiwa dan latar yang
disajikan. Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan
yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman
kemungkinan, juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu disebabkan
pengungkapan sastra. Sastra lebih dari sekedar bahasa, deretan kata, namun
“kelebihan”-nya itu pun hanya dapat diungkap dan ditafsirkan melalui bahasa.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sastra. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka
1988: 16). Oleh karena itu, sebagai seorang guru khususnya guru mata
kelas, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan
masyarakat yang cukup besar untuk membacanya. Hal itu disebabkan sifat
cerpen yang singkat dan lengkap. Demikian juga pembaca dapat menikmati
karya sastra itu dengan tidak perlu mengorbankan waktu yang terlalu lama.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan media cerpen sebagai bahan yang akan
karya sastra itu sendiri. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di
luar karya sastra itu (Nurgiantoro, 1995: 23). Dalam penelitian ini, peneliti
unsur intrinsik akan diketahui unsur yang terdapat dalam sebuah cerpen. Unsur
latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain
sebagai bahan untuk dianalisis. Cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih
Kumala ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga siswa mudah
penelitian. Selain itu, cerita pendek ini isinya menarik sehingga sangat cocok
pada unsur intrinsik, meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut
berlangsung dengan baik dan tujuan utama pembelajaran bisa tercapai, untuk
menarik, monoton, siswa tidak antusias dan pemahaman siswa yang rendah,
sumber utamanya ialah tidak baik atau tidak adanya perencanaan pembelajaran
yang baik dan matang. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk membuat
ditetapkan dalam Standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Nurgiantoro,
2014: 226).
yang berjudul Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio Kakek” Karya
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut.
Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut,
C. Tujuan Penelitian
karya Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
pendek.
b. Bagi Siswa
c. Peneliti Lain
pendek. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk peneliti
G. Batasan Istilah
1. Cerita pendek
bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali
duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabar-
H. Sistematika Penyajian
kesimpulan, implikasi dan saran. Penjelasan dari masing-masing bab, yaitu bab
berkaitan dengan penelitian yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir.
Bab III berkaitan dengan metode penelitian yang berisi jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, sumber data dan teknik analisis data. Bab IV berkaitan
dengan hasil penelitian dan pembahasan yang menyajikan deskripsi data secara
keseluruhan. Bab terakhir yaitu bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan,
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disampaikan beberapa kajian pustaka yang mengkaji
nya di kelas XI SMA. Peneliti memperoleh tiga penelitian terdahulu yang relevan
Apriliani mahasiswa PBSI, USD (2017), Theresia Rita Listiana mahasiswa PBSI,
“Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pem-
I.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dan
untuk siswa SMA kelas XII semester I. Penelitian ini merupakan penelitian
penelitian ini adalah cerpen Guru karya Putu Wijaya. Hasil analisis cerpen
Guru meliputi tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat
serta gaya bahasa sebagai berikut. Tokoh dalam cerpen Guru adalah ayah
Taksu, Taksu, dan Ibu. Alur dalam cerpen Guru adalah alur campuran. Latar
dalam cerpen ini terdapat tiga unsur latar yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tema dalam cerpen ini adalah tekat seorang anak yang bercita-cita
menjadi guru. Amanat yang terdapat dalam cerpen ini adalah jangan
memaksakan kehendak orang lain. Sudut pandang dalam cerpen ini adalah
penilaian.
berjudul “Unsur Intrinsik Cerpen Tuhan Pawang Hujan dan Pertarungan yang
Remis Karya A.S Laksana dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Siswa Kelas XII Semester I.”
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik dalam cerpen
Tuhan Pawang Hujan dan Pertarungan yang Remis Karya A.S Laksana dan
silabus dan RPP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
deskriptif berupa analisis unsur intrinsik cerpen. Selanjutnya, hasil analisis ini
Karya A.S Laksana terdapat lima tokoh, yaitu 1) Alit sebagai tokoh utama dan
sebagai tokoh tambahan, 4) Tuhan sebagai tokoh statis, dan 5) Duda tua
sebagai tokoh statis. Latar dalam cerpen ini terdapat tiga unsur yaitu latar
tempat, latar waktu dan latar sosial. Alur yang digunakan adalah alur maju.
demi keputusan terhadap jalan hidup. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Ibrahim serta Implementasinya dalam Silabus dan RPP untuk SMA.” Tujuan
dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh, alur, latar, tema, bahasa,
yang bersumber pada teks sastra. Metode yang digunakan adalah metode
Hasil analisis cerpen Black Forest karya Ratna Indraswari Ibrahim ini
cerpen ini menggunakan alur maju. Latar cerpen ini adalah Jakarta. Amanat
yang terkandung dalam cerpen ini adalah harta kekayaan bukanlah segala-
yang diangkat dalam cerpen ini yaitu hidup ini harus dijalani dengan rasa
Cerita Pendek “Radio Kakek” Karya Ratih Kumala dan Rencana Pem-
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada unsur
ini berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk guru, siswa dan peneliti lain
selanjutnya.
B. Kajian Teori
Kajian Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori mengenai
(SMA).
1. Pengertian Cerpen
merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian
yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas,
Edgar Allan Poe (dalam Nurgiantoro, 2010: 10) mengatakan cerpen adalah
sebuah cerita yang selesai dibaca sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk
novel. Burhan Nurgiantoro (2010: 11) mengatakan kelebihan cerpen yang khas
Lain halnya yang dikemukakan oleh Strong (dalam Wicaksono, 2014: 56)
Hal itu disebabkan sifat cerpen yang singkat dan lengkap. Sastrawan sebagai
terhadap sesuatu dengan cepat dan simpel. Demikian juga pembaca dapat
menikmati karya sastra itu dengan tidak perlu mengorbankan waktu terlalu
lama. Oleh karena itu, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
cerita pendek adalah cerita singkat yang tidak memerlukan waktu lama untuk
membacanya dan isinya tidak ada bagian yang tidak perlu, sehingga isinya
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca
1) Tema
takut, maut, religius, dan sebagainya. Staton, dkk (Nurgiantoro, 2010: 66) tema
adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun ada banyak makna
yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah
makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu. Sugihastuti,
dkk (dalam Wicaksono, 2014: 57) tema dipandang sebagai dasar arti atau
gagasan dasar umum sebuah karya. Tema menjadi unsur cerita yang
memberikan makna dan kekuatan sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan
sarana cerita.
menjiwai seluruh bagian cerita itu. Dengan demikian, untuk menemukan tema
sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya
a) Pertama, tema tingkat fisik. Tema pada karya sastra pada tingkat ini lebih
b) Kedua, tema tingkat organik. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak
c) Ketiga, tema tingkat sosial. Tema karya sasta pada tingkat ini lebih
lain egoisitas, martabat, harga diri, atau sifat dan sikap tertentu manusia
lainnya yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang
bersangkutan. Masalah individualitas biasanya menunjukkan jati diri, citra
e) Kelima, tema tingkat divine. Manusia sebagai makhluk tingkat tinggi yang
yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia
2) Alur
Alur (plot) cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari urutan
peristiwa yang diikuti sampai akhir cerita berakhir (bukan selesai, sebab
mana saja, misalnya dari konflik yang telah meningkat, tidak harus bermula
dari tahap perkenalan (para) tokoh atau latar. Kalau pun ada unsur perkenalan
Alur cerita ialah peristiwa yang jalin menjalin berdasarkan atas urutan
(dalam Nurgiantoro, 2010: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang
berisikan urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
a) Tahap Awal
tempat, suasana alam, waktu kejadian, dan lain-lain, yang pada garis bersar-
nya berupa deskripsi setting. Selain itu, tahap awal juga sering dipergunakan
b) Tahap Tengah
kan. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik
merupakan bagian tengah terpanjang dan terpenting dari karya fiksi yang
c) Tahap Akhir
Tahap akhir sebuah cerita yang dapat disebut sebagai tahap peleraian,
bagaimanakah akhir sebuah cerita. Dalam teori klasik yang berasal dari
Sudjiman (1988: 30-36) membagi alur menjadi tiga tahap yaitu awal
(leraian, selesaian).
a) Awal
(a) Paparan
(b) Rangsangan
lain misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula
terasa laras. Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun oleh
(c) Gawatan
cerita.
b) Tengah
(a) Tikaian
masyarakat, orang lain, atau pertentangan antara dua unsur dalam diri
(b) Rumitan
c) Akhir
(a) Leraian
(b) Selesaian
a) Progresif/ Maju/Lurus
oleh peristiwa-peristiwa yang lain. Atau, secara runtut cerita dimulai dari
regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dati tahap awal,
melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru
c) Campuran
tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak flash-back. Hal itu
disebabkan jika yang demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit untuk
tidak dikatakan tidak bisa, mengikuti cerita yang dikisahkan yang secara
dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakterisasi secara
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
adalah pelukisan gambar yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita.
Manusia tersebut mempunyai watak sendiri-sendiri maka dari itu tokoh cerita
biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh
tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
dalam tindakan.
segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita. Tokoh dibagi
a) Tokoh utama
kan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh
utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap
b) Tokoh tambahan
jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung dan tidak
langsung.
a) Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu
tahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis
b) Tokoh Antagonis
4) Latar
Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010: 216) latar atau setting yang disebut
diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini
penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan
pemberi konteks cerita yang terjadi dan dialami oleh tokoh di suatu tempat,
a) Latar Tempat
dengan nama tertentu serta inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa
nama jelas. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebut-
b) Latar Waktu
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” itu biasanya
dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
c) Latar Sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Selain itu
latar sosial juga berhubungan dengan status sosial yang bersangkutan. Tata
cara kehidupan sosial, masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status
5) Sudut Pandang
kan, atau: dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Abrams
view, menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
Sudut pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke
dalam dua macam: persona pertama, gaya “aku”, dan persona ketiga, gaya
“dia”.
ketiga, gaya “Dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang
ia, dia, mereka. Sudut pandang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua
bahan ceritanya.
(1) “Dia” Mahatahu
dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh
mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh “dia”, namun
seperti halnya tokoh pertama. Oleh karena dalam teknik ini hanya ada
pertama, gaya “aku”, narator adalah seseorang ikut terlibat dalam cerita. Ia
sendiri, nama itu jarang disebut. Penyebutan nama si “aku” mungkin justru
berasal dari ucapan tokoh lain yang bagi si “aku” merupakan tokoh “dia”.
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah,
benar-benar terlibat.
cerita tokoh utama habis, si ‘aku” tambahan tampil kembali, dan dialah
kan, yang diamanatkan. Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai
yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra modern, amanat ini biasanya
adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi
pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup:
2) Materi pokok,
3) Alokasi waktu,
kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru mata
Semua harus dilakukan agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik,
pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun
pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap
dalam suatu sekolah tertentu yang difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah
diungkapkan oleh Wina Sanjaya (dalam Andi Prastowo, 2015: 48-49) yaitu:
Artinya perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu mempre-
sipasi oleh setiap guru. Contoh, apa yang terjadi jika guru dalam proses
sumber belajar yang digunakan, tentu saja proses pembelajaran akan ber-
Guru paham akan tujuan yang akan dicapai, strategi apa yang akan diguna-
kan dan sumber apa yang akan dipakai, tentu saja hasilnya akan lebih bagus
dan optimal.
yang akan dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran tertentu.
dewasa ini banyak sekali sumber belajar yang mengandung berbagai infor-
masi. Siswa akan dihadapkan pada kesulitan memilih sumber belajar yang
matis.
proses pembelajaran.
menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan manfaat bagi siswa.
dengan lebih siap baik secara metodologi maupun konten, guru dapat
manfaatan waktu dan sumber daya yang dimiliki, guru dapat memprediksi
lebih objektif.
yang matang maka siswa dapat terus terjaga motivasi dan minat belajarnya
sebagai berikut.
semangat belajar.
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
tulisan.
dan kondisi.
RPP yaitu:
1) Identitas
2) Kompetensi Inti
harus dimiliki seorang siswa pada setiap tingkat kelas atau program.
Sementara itu Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
keterampilan.
3) Kompetensi Dasar
didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam
4) Indikator
5) Tujuan Pembelajaran
6) Materi Pembelajaran
pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena
7) Metode Pembelajaran
bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
8) Kegiatan Pembelajaran
dibutuhkan. Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih dari satu kali
ke-3 nya.
alat/bahan, dan sumber belajar. Oleh kerena itu, guru harus memahami
10) Penilaian
1) Kegiatan Pendahuluan
jaran.
2) Kegiatan Inti
dan komunikasi.
a) Mengamati
b) Menanya
luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah
eksperimen.
d) Mengkomunikasikan Hasil
3) Kegiatan Penutup
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
berikutnya.
Tabel
Format RPP
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Tujuan Pembelajaran
Materi Ajar
Metode Pembelajaran
Sumber Belajar dan Media
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Kota, ...
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru mata pelajaran
39
seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra,
C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, hal yang pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah
mencari cerita pendek yang akan dianalisis unsur intrinsiknya. Peneliti memilih
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala untuk dianalisis. Cerita
mencari unsur intrinsik dalam cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih
Kumala. Unsur intrinsik yang dicari seperti tema, tokoh dan penokohan, alur,
menggunakan triangulasi yang dilakukan oleh ahli yaitu dosen bidang sastra.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari lima subbab, yaitu jenis penelitian, data dan
sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
A. Jenis Penelitian
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
prosedur analisis statistik atau cara kualifikasi lainnya (Moleong, 2006: 6).
SMA adalah subjek dari data diproleh yaitu cerpen yang berjudul “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala. Cerpen radio kakek karya Ratih Kumala terdapat
8 halaman. Tahun terbit 2017. Data dari penelitian ini adalah analisis unsur
instrinsik berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan
amanat.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks cerpen itu
sendiri. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai alat pengumpulan data
memperoleh data yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik yang digunakan adalah
teknik simak dan teknik catat. Teknik simak: peneliti membaca keseluruhan
cerpen yang akan dianalisis. Teknik catat: setelah selesai membaca cerpen
menganalisis unsur intrinsik seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
sudut pandang dan amanat. Kedua teknik ini dilakukan karena dalam penelitian
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan
pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala
di kelas XI SMA dalam bentuk RPP. Jadi produk yang dihasilkan dalam
cerpen “radio kakek” karya Ratih Kumala sebagai bahan untuk dianalisis.
intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih
Kumala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
F. Triangulasi
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara, dan berbagai waktu
tersebut dapat dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas dengan
adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang
201). Oleh karena itu, peneliti melakukan triangulasi terhadap data hasil
analisis unsur intrinsik cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala. Hasil
pakar/ahli dalam bidang sastra yaitu dosen sastra Drs. J. Prapta Diharja, SJ.
diperoleh.
BAB IV
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dikemukakan data yang ditemukan dalam penelitian
analisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala dan
dianalisis terdiri dari 8 halaman. Data yang ditemukan berupa kalimat atau
menggunakan cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala sebagai bahan atau
sumber data yang akan digunakan dalam menganalisis unsur intrinsik. Unsur
intrinsik yang dianalisis difokuskan pada tema, tokoh dan penokohan, alur,
Pembelajaran (RPP).
Kumala
”Radio Kakek” karya Ratih Kumala. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang isi cerita pendek “Radio Kakek” secara menyeluruh. Analisis ini
difokuskan pada unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek”, meliputi tema,
tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat. Berikut hasil analisis
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
a. Tema: Perjuangan
Peserta didik diminta untuk menemukan Tema dalam cerpen “Radio Kakek”
karya Ratih Kumala. Cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala
mengisahkan tentang perjuangan yang terjadi pada masa lalu dimana terjadi
saat penjajahan Belanda. Ini dapat dilihat pada kutipan dalam cerpen.
(1) Jika sore para pemuda pejuang datang ke rumah kami, maka radio
itu mulai dikeluarkan dan semua mendengar mengelilingi radio
dekat-dekat sementara ibu menyediakan bergelas-gelas teh seduh
dan singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek tidak
dijual (Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (1), penulis menceritakan bahwa para pemuda pejuang
(2) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-engah.
Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-buru minta
diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar (Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (2), penulis menceritakan tentang para pemuda pejuang yang
saat itu sedang dikejar-kejar oleh orang-orang Belanda dan mereka pun
(3) Dan besoknya, jika kau pergi ke dalam kebun kecil dibelakang
kampung itu, maka darah akan kau temukan bercecer. Lalu mayat-
nya biasanya baru ditemukan terapung di kali beberapa hari
kemudian. Beberapa dari mayat itu adalah wajah-wajah yang ku-
kenal yang pernah mendengar radio kakek di rumah kami (Kumala,
2017: 101-102).
Pada kutipan (3), penulis menceritakan tentang kejadian yang terjadi di
kebun kecil belakang kampung yang terdapat darah yang berceceran dan
besoknya akan ditemukan mayat terapung di kali. Ternyata mayat itu wajah-
(4) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti orang-orang
Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka berkulit
putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari rumahnya
dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan dibawa serta
bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (4), penulis menceritakan tentang orang-orang berseragam
mereka.
(5) Radio yang cuma ada dua buah di kampung ini, di rumah kami dan
di rumah seorang Demang. Tapi tentu saja tidak mungkin bagi
pemuda pejuang untuk mendengarkan radio di rumah Demang
yang juga antek Belanda itu, mereka mendengarkan di rumah kami.
Mendengarkan radio Kakek (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (5), penulis menceritakan bahwa di kampung itu hanya ter-
dapat dua radio yaitu di rumah Kakek dan di rumah seorang Demang yang
Peserta didik diminta untuk menemukan tokoh dan penokohan dalam cerpen
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala yang dilihat dari segi perannya. Tokoh
terbagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penokohan
adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161).
Tokoh Aku dalam cerita pendek ini berarti orang yang menceritakan
Kejadian yang dialami saat itu. Tokoh ini menjadi tokoh wirawan yaitu
tokoh yang selalu dekat dengan tokoh utama. Tokoh “aku” digambarkan
sebagai seorang cucu yang baik, sangat dekat dengan kakeknya, sangat
disayang oleh kakeknya, memiliki rasa ingin tahu, memiliki jiwa penakut,
dan mudah bersosialisasi dengan keadaan sekitar. Ini dapat dilihat pada
kutipan.
sayang oleh kakeknya yang suka menimang manja dirinya. Ini berarti
kedekatan dengan tokoh Mbah Kaji Idris yang saat itu tokoh “aku”
tubuh tokoh “aku”. Kutipan ini juga menjelaskan bahwa tokoh “aku”
(9) Lalu terjadilah hal yang kutakutkan pada suatu sore; orang-
orang berseragam itu untuk menyambangi rumah kami. Aku
ingat, aku begitu takut hingga nangis pun tak sanggup. Untung
aku tak terkencing di celana (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (9), penulis menjelaskan bahwa tokoh “aku” memiliki sifat
penakut. Ini dapat terlihat pada saat orang-orang berseragam itu datang
ke rumahnya.
(10) Aku senang sekali dengan keadaan ini, rumah kami jadi ramai.
Orang-orang dewasa kadang membicarakan hal-hal rumit yang
sulit kumengerti, tapi aku tetap berada disitu, di samping
Kakek yang juga berbicara tentang hal rumit. Aku membuka
kuping untuk mendengar pembicaraan mereka, walaupun aku
tidak mengerti apa yang mereka cakapkan.
Pada kutipan (10), penulis menjelaskan bahwa tokoh “aku” memiliki rasa
ingin tahu tentang sesuatu, walaupun “aku” tidak mengerti apa yang
(11) Aku senang sekali dengan keadaan ini, rumah kami jadi ramai.
Orang-orang dewasa kadang membicarakan hal-hal rumit yang
sulit kumengerti, tapi aku tetap berada disitu, di samping
Kakek yang juga berbicara tentang hal rumit. Aku membuka
kuping untuk mendengar pembicaraan mereka, walaupun aku
tidak mengerti apa yang mereka cakapkan (Kumala, 2017:
101).
Pada kutipan (11), penulis juga menjelaskan bahwa pada kutipan ini juga
Dimana tokoh “aku” ikut berkumpul dengan para pemuda pejuang yang
(12) Apakah Kakek di situ? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku
berusaha menyelinap, ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-
dalam sana. Mereka akan mencongkel matamu dan men-
campurnya ke dalam cendol.” Aku tahu ibu khawatir, dan
mencoba menakut-nakutiku. Tapi aku harus pergi! Aku harus
bertemu Kakek. Aku harus tahu keadaan Kakek (Kumala,
2017: 105).
Tokoh Kakek yang berperan sebagai Mbah Kaji Idris dalam cerpen ini
sebagai tokoh utama dalam cerpen “ Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
Kakek disebut sebagai tokoh utama karena tokoh Kakek adalah tokoh
dengan para pemuda pejuang, seorang iman di masjid dan langgar. Ini
ramai saat siang tempat ibu-ibu sedang bekerja melinting kretek dan sore
Pada kutipan (14), penulis menjelaskan bahwa tokoh Kakek itu bernama
Mbah Kaji Idris yang memiliki rambut masih berwarna hitam. Bisa di-
(16) Tapi pada saat yang sama, orang dari masjid lain yang jarak-
nya agak jauh dari langgar tempat kami salat, juga akan
menegur Kakek saat bersua di jalan dan bertanya apakah besok
kakekku akan menjadi iman lagi di masjidnya seperti tadi pagi.
Selalu jawab kakekku, “Insyaallah...” Bukankah ini berarti
Kakek juga menjadi imam di masjid lain? Sementara
sesubuhan Kakek bersamaku, mulai dari membangunkan
sampai pulang kembali ke rumah (Kumala, 2017: 100).
Pada kutipan (15) dan (16), penulis menjelaskan bahwa tokoh Kakek
mampu berada di dua tempat pada satu waktu. Ini dapat dilihat pada saat
bertemu dengan orang dari masjid lain yang bertanya apakah besok
Kakek akan menjadi imam lagi di masjid mereka, padahal dari subuh
(17) Jika sore para pemuda pejuang datang ke rumah kami, maka
radio itu mulai dikeluarkan dan semua mendengar radio dekat-
dekat sementara ibu menyediakan bergelas-gelas teh seduh dan
singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek yang
tidak dijual (Kumala, 2017: 101).
pun juga disuguhkan teh seduh, singkong rebus, dan kadang kretek.
(18) “Mbah ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang jadi imam
di masjid.” Dan turunlah bedil itu dari dahi kakekku demi
mendengar penjelasannya. Nyawa Kakek terselamatkan
(Kumala, 2017: 103).
3) Ibu-Ibu
tambahan yang berperan sebagai karyawan dari Mbah Kaji Idris juragan
tembakau. Ibu-ibu ini bekerja sebagai pelinting kretek. Ini dapat dilihat
pada kutipan.
(19) Segera saja, berita dari mulut ke mulut menyebar bahwa ada
radio di rumah kami, rumah juragan tembakau. Tak heran,
jadilah rumah kami saat siang tempat ibu-ibu bekerja melinting
kretek, menjelang sore para pemuda pejuang diam-diam
datang untuk mendengar radio di rumah kami. Mula-mula
hanya satu atau dua orang, kemudian menjadi lima, sepuluh,
bahkan lima belas orang yang datang diam-diam menyelinap
lewat pintu samping (Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (19), penulis menjelaskan bahwa tokoh ibu-ibu berperan
tembakau.
4) Pemuda Pejuang
Para pemuda pejuang ini yang selalu dekat dengan sosok tokoh Mbah
Kaji Idris untuk mendapatkan informasi. Ini dapat dilihat pada kutipan.
(20) Tak heran, jadilah rumah kami saat siang tempat ibu-ibu
bekerja melinting kretek, menjelang sore para pemuda pejuang
diam-diam datang untuk mendengar radio di rumah kami
(Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (13), penulis menjelaskan bahwa jika ingin mendengarkan
5) Ibu
Tokoh “Ibu” dalam cerita ini diceritakan sebagai orang tua atau ibu dari
tokoh aku. Tokoh ini sebagai tokoh tambahan. Tokoh “ibu” digambarkan
kutipan.
berwarna hitam.
(23) Jika sore para pemuda pejuang datang ke rumah kami, maka
radio itu mulai dikeluarkan dan semua mendengar mengelilingi
radio dekat-dekat sementara Ibu menyediakan bergelas-gelas teh
seduh dan singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek
yang tidak dijual (Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (23), penulis menjelaskan bahwa ibu orangnya sangat
baik dan ramah kepada para pemuda, jika para pemuda datang ke
rumah ibu selalu menyediakan teh seduh, singkong rebus dan kretek
(24) Tentu saja kami tutup mulut dan Ibu berkata bahwa rumah
kami bukan tempat persembunyian. Mereka masih tak puas,
maka kakekku ditarik ke depan dan mata bedil bersandar di
dahinya. Kami mulai menangis, aku tak kedip demi melihat
pemandangan itu (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (24), penulis menjelaskan bahwa saat itu kami tutup
(25) Apakah Kakek di situ? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku
berusaha menyelinap, Ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-
dalam sana. Mereka akan mencongkel matamu dan men-
campurnya ke dalam cendol. “Aku tahu Ibu khawatir, dan
mencoba menahanku dengan cara menakut-nakuti (Kumala,
2017: 105).
Pada kutipan (25), penulis menjelaskan bahwa ibu merasa khawatir
aku. Jika aku ke kebun kecil maka mataku akan dicongkel dan
(26) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti; orang-
orang Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka
berkulit putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari
rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan
dibawa serta bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (26), penulis menjelaskan bahwa orang-orang berkulit
berarti orang-orang yang berkulit putih dan berseragam itu adalah orang-
orang Belanda.
kampung tempat Kakek Kaji Idris tinggal, yang dimana mereka sebagai
Tokoh tetangga dalam cerita pendek ini diceritakan sebagai lelaki paruh
baya yang tiba-tiba lewat depan rumah Kakek. Tokoh ini digambarkan
sebagai tokoh yang baik, menolong Kakek. Ini dapat dilihat dalam
kutipan.
(29) Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya lewat, dan memanggil
dengan nada kaget, “Mbah Kaji...?” Orang itu segera dipanggil
petugas berseragam, ditanyakan perihal siapa kakekku. “Mbah
ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang jadi imam di
masjid.” Dan turunlah bedil itu dari dahi kakekku demi
mendengarkan penjelasannya. Nyawa Kakek terselamatkan.
Lalu mereka pergi dari kediaman kami. Kakek segera masuk
ke rumah yang berantakan dan melihat keadaan radionya.
Betapa leganya Kakek saat melihat radionya masih aman di
tempat persembunyian (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (29), penulis menjelaskan bahwa ada lelaki paruh baya
yang lewat depan rumah Mbah Kaji dan memanggil Mbah Kaji dengan
nada kaget dan lelaki itu menjelaskan bahwa Mbah Kaji Idris ini bukan
pejuang tetapi imam di masjid. Berkat penjelasan lelaki itu maka Kakek
terselamatkan.
c. Alur
Kakek” karya Ratih Kumala memiliki alaur maju, karena setiap kejadian
menceritakan waktu terus berjalan ke depan secara terus menerus tanpa ada
yang menceritakan kejadian yang sudah lalu. Ini dapat dilihat dalam
kutipan.
1) Paparan
(31) Tak heran jadilah rumah kami saat siang tempat ibu-ibu bekerja
melinting kretek dan menjelang sore para pemuda pejuang
diam-diam datang untuk mendengar radio di rumah kami
(Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (31), penulis menceritakan tentang dengan adanya radio
di rumah Kakek maka rumah Kakek menjadi ramai dengan adanya ibu-
ibu yang sedang bekerja melinting kretek dan para pemuda pejuang yang
muda.
Pada kutipan (33), menjelaskan bahwa setiap hari Jumat dan orang-
(34) Radio yang dibeli Kakek itu segera saja mendapat tempat
terhormat di rumah kami. Di balik lemari berkaca yang berat,
Kakek membuat lobang di dinding yang tebal itu. Di situlah
radio disembunyikan (Kumala, 2017: 100-101).
Pada kutipan (34), penulis menjelaskan bahwa radio yang dibeli kakek
yang berat.
(36) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-
engah. Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-
buru minta diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar
(Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (36), menceritakan bahwa pada masa penjajahan
3) Gawatan
(37) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti; orang-
orang Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka
berkulit putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari
rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan
dibawa serta bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
(38) Lalu terjadilah hal yang kutakutkan pada suatu sore; orang-
orang berseragam itu menyambangi rumah kami. Aku ingat,
aku begitu takut hingga nangis pun tak
sanggup (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (38), menjelaskan bahwa pada sore hari orang-orang
berseragam datang ke rumah Kakek, saat itu tokoh aku ingat bahwa
(39) Isi rumah diobrak-abrik. Aku tahu, Kakek sudah merasa was-
was jika orang-orang itu menemukan radio kesayangan Kakek.
Radio yang cuma ada dua buah di kampung ini; di rumah kami
dan di rumah seorang Demang (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (39), penulis menjelaskan bahwa ketika isi rumah di obrak-
Demang.
4) Tikaian
(40) Maka, suatu hari datanglah rombongan berseragam itu.
Mengeluarkan kami semua dan bertanya kasar, benarkah
rumah kami adalah persembunyian para pejuang. Tentu saja
kami tutup mulut dan ibu berkata bahwa rumah kami bukan
tempat persembunyian. Mereka masih tak puas, maka kakekku
ditarik ke depan dan mata bedil bersandar di dahinya. Kami
mulai menangis, aku tak kedip demi melihat pemandangan itu
(Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (40), menjelaskan bahwa orang-orang berseragam itu
5) Rumitan
Pada kutipan (41), menjelaskan bahwa seorang lelaki paruh baya lewat
depan rumah dan memanggil Mbah Kaji dengan nada kaget dan berkata
“Mbah ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang menjadi imam
terselamatkan.
lagi dan rumah Kakek kembali di geledah dan radio itu ditemukan.
6) Klimaks
(43) Aku menarik-narik tangan Kakek dan salah satu dari orang itu
menarik kasar tanganku memisahkan genggam-an tanganku
menahan Kakek. Sebelum Kakek benar-benar dibawa, Kakek
berbisik pelan di telingaku, “jangan khawatir, aku akan tetap
membangunkanmu untuk subuhan.” Dan radio itu, dibawa
keluar dan dibanting.
Dibedil beberapa kali hingga bolong-bolong. Suara bedil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(44) Apakah Kakek di situ? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku
berusaha menyelinap, Ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-
dalam sana. Mereka akan mencongkel matamu dan
mencampurnya ke dalam cendol.” Aku tahu Ibu khawatir, dan
mencoba menahanku dengan cara menakut-nakutiku. Tapi aku
harus pergi! Aku harus bertemu Kakek. aku harus tahu
keadaan Kakek (Kumala, 2017: 105).
tokoh kakek yang saat itu dibawa oleh orang-orang Belanda. Tokoh aku
kesana.
Pada kutipan (46), menceritakan bahwa yang pada saat itu tokoh aku
ingin berteriak dan mengajak Kakek untuk lari dari tempat itu, tetapi
8) Selesaian
(47) Dingin. Udara subuh nan lembut jatuh di tubuhku. Aku tidak
berada di kasur seperti hari-hari sebelumnya, kutajamkan
ingatan... aku berada di antara perdu sejak semalaman di tepi
kebun kecil belakang kampung. Suara adzan samar terdengar
di kejauhan. Aku merasa sebuah tangan mengguncangkan
lembut tubuhku. Kubuka mata, dan sesosok tua mengulurkan
tangannya mengajakku berdiri. Kami berjalan berdua menuju
ke langgar untuk salat subuh (Kumala, 2017: 106).
Pada kutipan (47), menceritakan bahwa saat tokoh aku tertidur, tiba-tiba
e. Latar
Peserta didik diminta untuk menemukan latar dalam cerpen “Radio Kakek”
beberapa jenis latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar
sebuah karya fiksi. Latar waktu adalah mengacu pada “kapan” terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Ini dapat dilihat dalam kutipan.
1) Latar Tempat
(48) Segera saja, berita mulut ke mulut menyebar bahwa ada radio di
rumah kami, rumah juragan tembakau. Tak heran, jadilah rumah
kami saat siang tempat ibu-ibu bekerja melinting kretek,
menjelang sore para pemuda pejuang diam-diam datang untuk
mendengar radio di rumah kami (Kumala, 2017: 99).
(49) Aku akan terbangun dan dengan malas mengambil air wudhu
serta sarung untuk salat subuh di Langgar dekat rumah kami
(Kumala, 2017: 100).
di kali.
di halaman.
2) Latar waktu:
subuh hari.
(54) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti; orang-
orang Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka
berkulit putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari
rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan
dibawa serta bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (54), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi
(55) Lalu terjadilah hal yang kutakutkan pada suatu sore; orang-
orang berseragam itu menyambangi rumah kami. Aku ingat,
aku begitu takut hingga nangis pun tak sanggup (Kumala,
2017: 102).
(56) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-
engah. Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-
buru, minta diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar
(Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (56), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi
3) Latar sosial
(57) Segera saja , berita mulut ke mulut menyebar bahwa ada radio
di rumah kami, rumah juragan tembakau (Kumala, 2017: 99).
(58) Radio yang cuma ada dua buah di kampung ini: di rumah kami
dan di rumah seorang Demang. Tapi tentu saja tidak mungkin
bagi pemuda pejuang untuk mendengarkan radio di rumah
Demang yang juga antek Belanda itu, mereka mendengarkan
di rumah kami (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (57) dan (58), menceritakan bahwa pada masa penjajahan
untuk mempunyai sebuah radio itu hanya dapat dibeli oleh orang-orang
Demang.
(59) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-
engah. Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-
buru, minta diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar.
f. Amanat
Peserta didik diminta untuk menemukan amanat pada cerpen “Radio Kakek”
karya Ratih Kumala. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan kepada
pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat
informasi itu tidaklah mudah, harus dengan kerja keras melalui niat dan
hidup harus saling membantu satu sama lain. Ini seperti yang dilakukan
Kakek saat membantu para pemuda pejuang untuk bersembunyi dari orang-
orang Belanda.
tujuan agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar dan
materi mengalisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih
Kumala. Materi ini terdapat pada Kurikulum 2013 sesuai revisi 2016 untuk
(RPP)
B. Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan
cerita pendek.
C. Indikator
3.9.1 Peserta didik mampu menjelaskan isi cerita pendek “Radio Kakek”
karya Ratih Kumala.
3.9.2 Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur-unsur pembangun sebuah
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
3.9.3 Peserta didik mampu menganalisis unsur-unsur pembangun sebuah
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
3.9.4 Peserta didik mampu mempresentasikan dan memberi tanggapan dan
merevisi hasil kerja dalam kelompok.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala berupa tema, tokoh dan penokohan,
alur, latar, sudut pandang dan amanat.
2. Peserta didik mampu mempresentasikan dan memberi tanggapan hasil
analisis dalam kelompok berdasarkan cerita pendek “Radio Kakek” karya
Ratih Kumala di depan kelas.
E. Materi Pembelajaran
Faktual
Topik : Cerita Pendek
Isi cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
Konseptual
Unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih
Kumala berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
sudut pandang, amanat.
Prosedural
Langkah-langkah menganalisis unsur intrinsik cerita
pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
F. Metode Pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Penugasan
Yogyakarta, ...
Mengetahui,
(.......................) (............................)
Materi Pembelajaran
Cerita pendek adalah sebuah cerita yang selesai dibaca sekali duduk, kira-kira
berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tak mungkin
dilakukan untuk novel (Edgar Allan Poe dalam Nurgiantoro, 2010: 10).
a. Tema
Staton, dkk (Nurgiantoro, 2010: 66) tema adalah makna yang dikandung
oleh sebuah cerita. Namun ada banyak makna yang dikandung dan
ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang
mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu. Sugihastuti, dkk (dalam
Wicaksono, 2014: 57) tema dipandang sebagai dasar arti atau gagasan
dasar umum sebuah karya. Tema menjadi unsur cerita yang memberikan
makna dan kekuatan sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana
cerita.
b. Tokoh
Tokoh ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecen-
derungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
d. Alur
adalah cerita yang berisikan urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
Sudjiman (1988: 30-36) membagi alur menjadi tiga tahap yaitu awal
(leraian, selesaian).
a) Awal
(a) Paparan
Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita. Tentu saja
(b) Rangsangan
lain misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula
terasa laras. Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun oleh
cerita.
b) Tengah
(a) Tikaian
masyarakat, orang lain, atau pertentangan antara dua unsur dalam diri
(c) Klimaks
c) Akhir
(a) Leraian
(b) Selesaian
Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010: 216) latar atau setting yang disebut
diceritakan.
a) Latar Tempat
dengan nama tertentu serta inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa
nama jelas. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebut-
b) Latar Waktu
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” itu biasanya
dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
c) Latar Sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Selain itu
latar sosial juga berhubungan dengan status sosial yang bersangkutan. Tata
cara kehidupan sosial, masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status
f. Sudut Pandang
g. Amanat
pesan.
amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya
amanat tersurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dalam cerpen.
BAB V
PENUTUP
Pada bab lima ini akan dikaji tiga hal utama yaitu, (1) kesimpulan, (2)
implikasi, dan (3) saran. Pada bagian kesimpulan, akan membahas kesimpulan
mengenai masukkan atau hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru bahasa
A. Kesimpulan
peneliti, dapat disimpulkan bahwa cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala
terdapat unsur yang membangun. Unsur tersebut adalah unsur intrinsik. Unsur
intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih
Kumala meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang dan
amanat. Di bawah ini akan diuraikan mengenai unsur intrinsik dalam cerita
yang pada saat itu pemuda pejuang secara diam-diam datang ke rumah Mbah
Kaji Idris untuk mendengarkan radio, di mana jaman itu sebuah radio adalah
barang yang langka dan sangat berharga. Mereka rela menyelinap ke rumah
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
informasi.
yaitu Kakek yang bernama Mbah Kaji Idris menjadi tokoh utama. Aku
merupakan tokoh yang dekat dengan tokoh utama, bisa dikatakan sebagai
orang Kampung, dan Lelaki Paruh Baya merupakan tokoh tambahan. Ketiga,
Alur dalam cerita pendek “Radio Kakek” yaitu mengunakan alur maju karena
Keempat, latar dalam cerita pendek “Radio Kakek” meliputi (1) latar
kebun kecil belakang rumah, kali, dan halaman. (2) latar waktu terjadinya pada
subuh, siang, sore, dan malam hari. (3) latar sosialnya menggambarkan tentang
tingktan status, suasana ketakutan, kemanusiaan. Kelima, jika dilihat dari sudut
pertama “aku” yang di mana, tokoh aku berperan sebagai si pencerita sekaligus
sebagai pelaku. Keenam, dalam cerita pendek “Radio Kakek” terdapat pesan
atau amanat yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca yaitu untuk
mendapatkan informasi dan pengetahuan pada masa itu tidaklah mudah, harus
85
dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI. Dalam penelitian ini, peneliti
Penilaian.
B. Implikasi
intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala, bahwa cerpen ini
C. Saran
bagi peneliti lain. Bagi guru bahasa Indonesia di SMA, diharapkan dapat
cerpen. Guru juga diharapkan agar lebih kreatif dalam membuat rencana
sejenis dengan cara yang bebeda, agar proses belajar mengajar lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Apriliani, Wahyu. 2017. “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu
Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan
Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1”. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edivi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Model
Pembelajarannya. Yogyakarta: Gandhawaca.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
88
Radio Kakek
Karya Ratih Kumala
Segera saja, berita mulut ke mulut menyebar bahwa ada radio di rumah
kami, rumah juragan tembakau. Tak heran, jadilah rumah kami saat siang tempat
ibu-ibu bekerja melinting kretek, menjelang sore para pemuda pejuang diam-diam
datang untuk mendengar radio di rumah kami. Mula-mula hanya satu atau dua
orang, kemudian menjadi lima, sepuluh, bahkan lima belas orang yang datang
diam-diam menyelinap lewat pintu samping.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
saat yang sama, orang dari masjid lain yang jaraknya agak jauh dari langgar
tempat kami salat, juga akan menegur Kakek saat bersua di jalan dan bertanya
apakah besok kakekku akan menjadi imam lagi di masjidnya seperti tadi pagi.
Selalu, jawab kakekku, “Insyaallah...” Bukankah berarti Kakek juga menjadi
imam di masjid lain? Sementara sesubuhan Kakek bersamaku, mulai dari
membangunkan sampai pulang kembali ke rumah.
**
Radio yang dibeli kakek itu segera saja mendapat tempat terhormat di
rumah kami. Di balik lemari berkaca yang berat, kakek membuat lobang di
dinding yang tebal itu. Di situlah radio disembunyikan. Jika sore para pemuda
pejuang datang ke rumah kami, maka radio itu mulai dikeluarkan dan semua
mendengar mengelilingi radio dekat-dekat sementara ibu menyediakan bergelas-
gelas teh seduh dan singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek yang
tidak dijual. Suatu kemewahan yang tiada tara bagi para pemuda yang biasa
bergerilya. Aku senang sekali dengan keadaan ini, rumah kami jadi ramai. Orang-
orang dewasa kadang membicarakan hal-hal rumit yang sulit kumengerti, tapi aku
tetap berada di situ, di samping kakek yang juga berbicara hal rumit. Aku
membuka kuping untuk mendengar pembicaraan mereka, walaupun aku tidak
mengerti apa yang mereka cakapkan.
Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan nafas terengah-engah. Mereka
menggedor-gedor pintu samping dengan buru-buru, minta diselamatkan. Mereka
tengah dikejar-kejar. Lalu kami semua akan berdiam sambil menyelamatkan
orang itu dan memasang kuping setajam-tajamnya. Maka samar akan terdengar
letusan beberapa kali bedil, suara teriakan, tak jarang pula suara tangis. Asalnya
dari kebun kecil di belakang kampung. Aku yakin suara miris itu juga sedang
didengarkan saksama oleh orang-orang kampung. Sampai benar-benar suara
menjadi sepi, dan jangkrik atau kodok muali bersuara, maka kami mulai bisa
bernafas lega lagi. Dan besoknya, jika kau pergi ke dalam kebun kecil di belakang
kampung itu, maka darah akan kau temukan bercecer. Lalu mayatnya biasanya
baru ditemukan terapung di kali beberapa hari kemudian. Beberapa dari mayat itu
adalah wajah-wajah yang kukenal yang pernah mendengar radio kakek di rumah
kami.
**
Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti orang-orang belanda
berseragam itu datang berombongan, mereka berkulit putih. Lalu orang-orang
kampung dipaksa keluar dari rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa
dipilih dan dibawa serta bersama mereka. Aku akan melihat keluarganya
menangis memohon-mohon agar orang terkasih tak dibawa, jika sudah begitu...
bedil yang bicara. Tak jarang meletus tepat di batok kelapa atau dada mereka.
Kabarnya, mereka yang dibawa akan dijadikan pekerja. Tanpa upah, bahkan tanpa
makan atau sifat kemanusiaan sekalipun. Aku terkadang mengintip mereka di
antara tembok-tembok rumahku dan perdu-perdu. Menyaksikan orang-orang
kampung dipaksa keluar dari huniannya, bahkan menyaksikan bedil benar-benar
meletus di tubuh orang-orang kampung itu.
Tapi cerita tak sampai disitu saja, besoknya rombongan berseragam itu
datang lagi. Rumah kami kembali digeledah dan radio itu ditemukan! Kali ini
kakek tak dapat mengelak lagi. Kakek dibawa paksa. Kami menangis keras sejadi-
jadinya aku menarik-narik tangan kakek dan salah satu dari orang itu menarik
kasar tanganku memisahkan genggaman tanganku menahan kakek. sebelum kakek
benar-benar dibawa, kakek berbisik pelan di telingaku, “jangan khawatir”, aku
akan tetap membangunkanmu untuk subuhan.” Dan radio itu, dibawa keluar dan
dibanting. Dibedil beberapa kali hingga bolng-bolong. Suara bedil itu keras sekali.
Orang–orang pergi membawa kakek. aku menatap nanar radio kakek yang
tergeletak pasrah. Masih untung tak ada di antara kami yang dibedil. Ibu
menyuruhku masuk. Hari menjelang sore, dan kami semua tahu... ada
kemungkinan kakek dibawa ke kebun kecil di belakang kampung. Pintu-pintu
mulai ditutup. Beberapa pemuda pejuang mulai berdatangan ke rumah kami,
menjaga kediaman kami. Kali ini tidak bisa mendengarkan radio. Radio itu tadi
kupungut kembali dan kusimpan, lalu kutunjukkan kepada para pemuda pejuang
keadaan radio yang telah hancur. Salah satu dari mereka membongkar radio itu
dan mengutak-atik, berusaha membenarkan, sementara kami semua terdiam
menajamkan telinga dengan suara yang akan muncul dari kebun kecil di belakang
kampung. Apakah kakek disitu? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku berusaha
menyelinap, ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-dalam sana. Mereka akan
mencongkel matamu dan mencampurkannya ke dalam cendol.” Aku tahu ibu
khawatir, dan mencoba menahanku dengan cara menakut-nakutiku. Tapi aku
harus pergi! Aku harus bertemu kakek. Aku harus tahu keadaan kakek.
**
Itu Kakek... arah matanya menuju tempatku bersembunyi. Aku tahu, dia
tahu aku tengah bersembunyi. Lalu lutut Kakek ditendang, dia tersungkur ditanah.
Aku ingin berteriak dan menggapai Kakek, mengajaknya berdiri lalu lari dari
tempat itu. Tapi aku tahu tak bisa berbuat itu, jika tidak... maka aku akan bernasib
sama dengan mereka.
Tar...
Tar...
Suara bedil menggema lagi. Aku tak sanggup melihat. Tangisku tertahan
dicekik leher. Keringatku sebesar-besar jagung mengalir. Aku pusing, tak dapat
bergerak di persembunyian. Suasana lalu hening setelah aku mendengar suara
tubuh-tubuh besar diseret. Kupikir... aku tertidur...
Dingin.
Udara subuh nan lembut jatuh di tubuhku.
Aku tidak berada di kasur seperti hari-hari sebelumnya, kutajamkan
ingatan...aku berada di antara perdu sejak semalam di tepi kebun kecil belakang
kampung. Suara adzan samar terdengar di kejauhan. Aku merasa sebuah tangan
mengguncang lembut tubuhku. Kubuka mata, dan sesosok tua mengulurkan
tangannya mengajakku berdiri. Kami berjalan berdua menuju ke langgar untuk
salat Subuh.
-rk-
95
Triangulasi Data
Berikut ini adalah hasil dari penelitian menganalisis unsur intrinsik cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala di kelas XI SMA
yang perlu divalidasi oleh ahli pakar. Berilah tanda (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda
terhadap hasil analisis unsur intrinsik cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala, serta berilah keterangan pada kolom keterangan
yang dapat membuat kebenaran hasil analisis tersebut.
No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
1. Tokoh Kakek Kakek yang bernama Mbah Kaji Dalam cerpen Radio Kakek
Utama Idris disebut sebagai toko utama tokoh Kakekdikatakan
h
protagonis dalam cerpen Radio sebagai toko utama
h
Kake karena tokoh “Kakek” protagonis karena dalam
k
sanga dominan dalam cerita. cerpen ini Tokok Kekek
t
Tokoh “Kakek” dalam cerpen ini banyak diceritakan. Dalam
di-gambarkan sebagai juragan cerpen ini juga tokoh kakek
tembakau, memiliki kemampuan digabambarkan sebagai
supranatural baik dekat dengan sosok yang baik, sebagai
, ,
para pemuda pejuang, seorang juragan tembakau yang
imam di Memiliki kekuatan
masjid.
Supranatural yang bisa
berada di dua tempat dalam
satu waktu, sosok Kakek
juga Sangat dekat dengan
para pemuda pejuang karena
para pemuda pejuang selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
datang ke h Kakek
untuk me rkan radio
dan serin ruma mbun yi di
rumah Kandenga
g berse
(1) Segera saja, berita mulut ke Dalam kek. (1), men √
mulut menyebar bahwa ada -
radio di rumah kami, rumah kutipan
juragn tembakau. Tak heran, jelasakan bahwa Kakek yang
jadilah rumah kami saat siang Bernama Mbah Kaji Idris
tempat ibu-ibu bekerja melinting merupakan seorang juragan
kretek, menjelang sore para tembakau yang memiliki
pemuda pejuang diam-diam radio. Dengan adanya radio
datang untuk mendengarkan maka rumah juragan
radio di rumah kami. tembakau menjadi ramai saat
siang oleh ibu-ibu yang
sedang bekerja melintin
g
kretek dan sore hari para
pemuda pejuang datang
mendengarkan radio.
(2) Mbah Kaji Idris, begitu orang-
orang memanggilnya. Dia
adalah kakekku yang seluruh Dalam kutipan (2), men- √
rambutnya masih ber-warna jelaskan bahwa tokoh Kakek
hitam, padahal rambut ibu dan itu bernama Mbah Kaji Idris
bapakku saja sudah mulai yang memiliki rambut masih
memutih. berwarna hitam. Bisa dikata-
kan awet muda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
(5) Jika sore para pemuda pejuang Dalam kutipa (5), men- √
n
datang ke rumah kami, maka jelaskan bahwa sosok Kakek
radio itu mulai dikeluarkan dan memiliki kedekatan denga
n
semua mendengar radio dekat- para pemuda pejuang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
(6) “Mbah ini bukan pejuang, ini Dalam kutipan (6), men- √
Mbah Kaji Idris yang jadi imam jelaskan bahw Mbah Kaji
a
di masjid.” Dan turunlah bedil Idris merupakan seoran
g
itu dari dahi kakekku demi imam di masji bukan
d
mendenga penjelasan- seorang pejuang Yang
r nya. .
Nyawa Kakek terselamatkan. biasanya setia hari Jumat
p
menjadi imam di masjid atau
langgar.
Wirawan Aku Tokoh Aku dalam cerita pendek in Dalam cerpen Radio Kakek
Berarti orang yang menceritakan tokoh Aku sangat berkaita
n
kejadian yang dialami saat itu. dengan tokoh lainnya karena
Tokoh ini menjadi tokoh wirawan tokoh aku ini merupaka
n
yaitu tokoh yang selalu dekat tokoh yang mencerita-kan
dengan tokoh utama. Tokoh “aku” setiap peritiwa demi
digambarkan sebagai seorang cucu peristiwa dan iku terlibat
t
Yang baik, sanga dekat dengan dalam peristiwa tersebut
t .
kakeknya, sangat disayan oleh Tokoh aku dikatakan tokoh
g
kakeknya, memilik rasa ingin wirawan karena tokoh yang
i
tahu, memiliki jiwa pemberani dan dekata dengan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
100
101
102
Tokoh Ibu-Ibu Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh ibu-ibu dalam cerpen
Tambahan Ibu-ibu menjadi toko tambahan. ini hanya digambarkan
h
Tokoh ibu-ibu ini digambarkan sebagai tokoh yang hanya
sebagai karyawan dari Mbah Kaji muncul sesekali, tidak
Idris juragan tembakau Ibu- sering. Oleh karena itu tokoh
. ibu
bekerja melinting kretek di rumah ibu-ibu dikatakan sebagai
juragan tembakau. tokoh tambahan yang dimana
tokoh ibu-ibu hanya muncul
sebagai pekerja pelinting
kretek di rumah juragan
tembakau.
Pemuda Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh para pemuda pejuang
Pejuang Para pemuda pejuang menjadi ini adalah para pemuda
toko tambahan keren dalam pejuan kemerdekaan yang
h a g
cerita para pemud pejuang berjuang melawan para
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
(15) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (15), men- √
benar-benar gelap, para pemuda jelaskan bahwa para
pemuda
menyelinap ke dala rumah pejuang datang menyelina
m p
kami dengan napas terengah- ke rumah Kakek untuk minta
engah. Merek menggedor- diselamatkan karena mereka
a
gedor pintu samping dengan tengah dikejar-kejar oleh
buru-buru, minta diselamatkan. orang-orang Belanda.
Mereka tengah dikejar-kejar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Ibu Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh ibu dalam cerpen ini
Ibu menjadi tokoh tambahan adalah ibu dari tokoh aku,
protagonis. Dalam cerpen ini tokh denganrambut yang mulai
ibu berperan sebagai ibu dari tokoh memutih, ibu memiliki sifat
aku. Tokoh ibu digambarkan yang selalu khawatir
memiliki sifat yang baik, memiliki terhadap anaknya, walaupun
rambut yang mulai memutih, begitu Ia adalah sosok yang
khawatiran, berani dengan orang- baik dan ramah terhadap
orang Belanda. para pemudapejuang yang
datang ke rumahnya.
(17) Jika sore para pemuda pejuang Dalam kutipan (17), men- √
datang ke rumah kami, maka jelaskan bahwa ibu orangnya
radio itu mulai dikeluarkan dan sangat baik dan ramah
semua mendengar mengelilingi kepadapara pemuda, jika
radio dekat-dekat sementara Ibu para pemuda datang ke
menyediakan bergelas-gelas teh rumah ibu selalu menyedia-
seduh dan singkong rebus, kan teh seduh, singkong
kadang juga berlinting-linting rebus dan kretek sebagai
kretek yang tidak dijual. suguhan pada saat men-
dengar radio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
(18) Tentu saja kami tutup mulut dan Dalam kutipan (18), penulis √
ibu berkata bahwa rumah kami menjelaskan bahwa saat itu
bukan tempat per-sembunyian. kami tutup mulut kecuali
Mereka masih tak puas, maka ibu, ibu berani berkata
kakekku ditarik ke depan dan kepada orang-orang Belanda
mata bedil bersandar di bahwa rumahnya bukan
dahinya. sebagai tempat
persembunyian. Men-dengar
perkataan ibu orang-orang
Belanda itu merasa tak puas
dan meletakkan bedil di dahi
Kakek.
106
107
108
Lelaki Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh lelaki paruh baya me-
Paruh lelaki paruh baya merupakan tokoh rupakan salah satu warga
Baya tambahan. Tokoh ini digambarkan dari kampung rumah kakek
sebagai tokoh yang baik, menolong yang saat itu sedang lewat
Kakek. rumah Kakek. lelaki itu tiba-
tiba memanggi Kakek
l
dengan nada kage dan
t
menjelaskan siapa Mbah
Kaji Idris itu.Dengan
penjelasannya itu ia
menolong Kakek dari orang-
orang Beland yang kejam
a
itu.
109
Tema
No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
2. Tema Perjuang (24) Jika sore para pemuda pemuda Dalam kutipan (24), penulis
-an pejuang datang ke rumah menceritakan bahw para
a
kami, maka radio itu mulai pemuda pejuang kemer-
dikeluarkan dan semua dekaan datang ke rumah
mendengar mengelilingi radio Mbah Kaji Idris untuk
dekat-dekat sementara ibu mendengarkan radio yang
menyediakan bergelas-gelas pada zaman itu sebuah
teh seduh dan singkong rebus, radio sangat sulit di-
kadang juga berlinting-linting temukan.
kretek tidak dijual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
(25) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (24), penulis √
benar-benar gelap, para menceritakan tentang para
pemuda menyelinap ke dalam pemuda pejuang yang
rumah kami dengan napas sedang dikejar-kejar dan
terengah-engah. Mereka meng- datang secara menyelinap
gedor-gedor pintu samping ke rumah Kakek minta di-
dengan buru-buru minta selamatkan.
diselamatkan. Mereka tengah
dikejar-kejar.
(26) Dan besoknya, jika kau pergi ke Dalam kutipan (26), penulis √
dalam kebun kecil di belakang menceritakan tentang
kampung itu, maka darah akan kejadian yang terjadi di
kau temukan bercecer. Lalu kebun kecil belakang
mayatnya biasanya baru di- kampung yang terdapat
temukan terapung di kali be- darah da ditemukannya
n
berapa hari kemudian. Be- mayat terapung d kali.
i
berapa dari mayat itu adalah Ternyata mayat itu wajah-
wajah-wajah yang kukenal nya yang pernah men-
yang pernah mendengar radio dengar radio di rumah
kakek di rumah kami. kakek.
111
(28) Radio yang cuma ada dua buah Dalam kutipan (28), penulis √
di kampung ini, di rumah kami menceritakan tentang bahwa
dan di rumah seorang Demang. di kampung itu hanya ter-
Tapi tentu saja tidak mungkin dapat dua radio yaitu di
bagi pemuda Pejuang untuk rumah Kakek dan di rumah
mendengarkan radio di rumah Demang yang merupakan
Demang yang Juga antek antek Belanda.
Belanda itu, Mereka men-
dengarkan di Rumah kami.
Mendengarkan radio Kakek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Latar
No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
3. Latar Latar (29) Segera saja, mulut ke Dalam kutipa (28), men- √
berita n
Tempat mulut menyebar bahwa ada jelaskan bahwa kejadian ini
radio di rumah kami, rumah terjadi di rumah, yaitu
juragan tembakau. Tak heran, rumah Kakek.
jadilah rumah kami saat siang
tempa ibu-ibu bekerja
t
melinting kretek, menjelang
sore par pemud pejuang
a a
diam-diam datang untuk men-
dengar radio di rumah kami.
(30) Aku akan terbangun dan dengan Dalam kutipan (30), men- √
malas mengambil air wudhu jelaskan bahwa kejadian ter-
serta sarung untuk salat Subuh sebut terjadi di langgar.
di Langgar dekat rumah kami.
113
Latar (34) Tiap Subuh datang, tubuhku di- Dalam kutipan (34), men- √
waktu guncangkan lembut oleh jelaskan bahwa kejadian
Kakek. Aku akan terbangun tersebut terjadi pada subuh
dan dengan malas mengambil hari.
air wudhu serta sarung untuk
salat subuh di Langgar dekat
rumah kami.
114
(37) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (37), men- √
benar-benar gelap, para jelaska bahwa kejadian
n
pemuda menyelinap ke dalam tersebut terjadi pada malam
rumah kami dengan napas hari.
terengah-engah. Mereka meng-
gedor-gedor pintu samping
dengan buru-buru, minta di-
selamatkan. Mereka tenga
h
dikejar-
kejar.
Latar (38) Segera saja , berita mulut ke Dalam kutipan (38) dan √
sosial mulut menyebar bahwa ada (39), menceritakan bahwa
radio di rumah kami, rumah pada masa penjajahan untuk
juragan mempunyai sebuah radio itu
tembakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
(39) Aku tahu, Kakek sudah merasa hanya dapat dibeli oleh
was-was jika orang-orag itu orang-orang yang statusnya
me-nemukan radio kesayangan orang berada seperti juragan
Kakek. Radio yang cuma ada tembakau dan seorang
dua buah di kampung ini; di Demang.
rumah kami dan di rumah
seorang Demang.
(40) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (40), men- √
benar-benar gelap, para ceritakan bahwa pada masa
pemuda menyelinap ke dalam penjajahan Belanda para
rumah kami dengan napas pemuda pejuang selalu
terengah-engah. Mereka meng- bersembunyi untuk me-
gedor-gedor pintu samping nyelamatkan diri dari para
dengan buru-buru, minta di- penjajah agar mereka tidak
selamatkan. Mereka tengah tertangkap. Ini meng-
dikejar-kejar. gambarkan latar sosial
susana ketakutan.
116
Alur
No. Unsur Hasil Analisis Ketrangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
1. Awalan Paparan (42) Kakek pulan ke rumah Dalam kutipan (42), penulis √
g
dengan membawa benda menceritakan tentang Kakek
kotak yang lumayan berat yang suatu hari pulang
dan besar. Benda itu di- membawa benda yang
buntalnya dengan taplak dibuntal dengan taplak
meja, seluruh ruma ber- meja, buntalan it adalah
h u
kumpul da dipertontonkan radio.
n
isi buntalan itu.
117
Rangsan (46) Radio yang dibeli Kakek itu Pada Kutipan (46), penulis √
gan seger saja mendapat tempat menjelaskan bahwa radio
a
terhormat di rumah kami. Di yang dibeli kakek di-
balik lemari berkaca yang sembunyikan di dinding
berat, Kakek membuat lobang berlobang yg ditutup dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
(48) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (48), men- √
benar-benar gelap, para ceritakan bahwa pada masa
pemuda menyelinap ke dalam penjajahan Belanda para
rumah kami dengan napas pejuang selalu bersembunyi
terengah-engah. Mereka meng- untuk menyelamat-kan diri
gedor-gedor pintu samping dari par penjajah agar
a
dengan buru-buru minta di- mereka tidak tertangkap.
selamatkan. Mereka tengah
dikejar-kejar (Kumala, 2017:
101).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
(50) Lalu terjadilah hal yang ku- Dalam kutipan (50), men- √
takutkan pada suatu sore; jelaskan bahwa pada sore
orang-orang berseragam itu hari orang-orang ber-
menyambangi rumah kami. seragam datang ke rumah
Aku ingat, begitu takut Kakek, saat itu tokoh aku
aku
hingga nangis pu tak ingat bahwa dia begitu takut
n
sanggup. hingga nangis pu tak
n
sanggup.
120
Tikaian (52) Maka, suatu hari datanglah Pada kutipan (52), men- √
rom-bongan berseragam itu. jelaskan bahwa orang-orang
Mengeluar-kan kami semua berseragam itu mengeluar-
dan bertanya kasar, benarkah kan kami dan bertanya kasar
rumah kami adalah per- apakah rumah kami sebagai
sembunyian para pejuang. tempat persembunyian para
Tentu saja kami tutup mulut pemuda pejuang, tetapi ibu
dan ib berkata bahwa rumah berkata bahwa rumah kami
u
kami bukan tempat per- bukan tempat persembunyi-
sembunyian. Mereka masih tak an karena tak puas dengan
puas, maka kakekku ditarik ke jawaban ibu maka bedil
depan dan mata bedil ber- bersandar di dahi Kakek.
sandar di dahinya. Kami mulai
menangis, aku tak kedip
demi melihat pemandangan itu.
Rumitan (53) Tiba-tiba seorang lelaki paruh Pada kutipan (53), men- √
bay lewat Dan memanggil jelaskan bahwa seorang
a
dengan nad kaget, “Mbah lelaki paruh baya lewat
a
Kaji...?” orang itu segera depan rumah dan me-
dipanggil petugas ber-seragam, manggil Mbah Kaji dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
(54) Tapi cerita tak sampai di situ Dalam kutipan (54), men- √
saja, besoknya rombongan ber- jelaskan bahw rombongan
a
seragam itu datang lagi. berseragam itu datang lagi
Rumah kami kembal di- dan rumah Kakek kembali
i
geledah dan radio itu di- di geledah dan radio itu
temukan! Kali ini Kakek tak ditemukan. Kemudian
dapat mengelak lagi. Kakek Kakek dibawa paksa.
dibawa paksa. Kami menangis
keras sejadi-jadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
123
124
Leraian (58) Aku ingin berteriak dan Pada kutipan (58) men- √
,
menggapai Kakek, mengajak- ceritakan bahwa yang pada
nya berdiri lal lari dari saat itu tokoh aku ingin
u
tempat itu. Tapi aku tahu aku berteriak dan mengajak
tak bisa berbua itu, jika Kakek untuk lari dari tempat
t
tidak... mak ak akan itu, tetap suar bedil
a u i a
bernasib sama dengan mereka. menggema lagi, kepalanya
Tar...tar... suar bedil menjadi pusing da ia
a n
menggema lagi. Aku pusing, mendengar suar tubuh
a
tak dapa bergerak di diseret-seret dan tokoh aku
t
persembunyian. Suasan lalu pun tertidur.
a
hening setelah aku mendengar
suar tubuh-tubuh berat
a
diseret. Kupikir... aku
tertidur...
Selesaian (59) Dingin. Udara subuh nan Pada kutipan (59) men- √
,
lembut jatuh di tubuhku. Aku ceritakan bahwa saat tokoh
tidak berada di kasur seperti aku tertidur, tiba-tiba ada
hari-hari sebelum-nya, ku- yang menglurka tangan
n
tajamkan ingatan... aku berada dan mengguncangkan
di antara perd sejak tubuhnya, dia sosok tua
u
semalaman di tepi kebun kecil membangun-kannya untuk
belakang kampung. Suara salat subuh bersama.
adzan samar terdengar di
kejauhan. Aku merasa sebuah
tangan meng-guncangkan
lembut tubuhku. Ku-buka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Sudut Pandang
No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
5. Sudut Persona 60) Kakekku menimang-nimang radio Dalam cerpen Radio Kakek √
Panda- Pertama itu seperti sayang kepada anak, karya Ratih Kumala meng-
ng “Aku” seperti jika aku ditimang manja. gunakan sudut pandang per-
Suatu hari, Kakek pulang sona pertama “aku” dimana
membawa benda kota yang pengarang ikut terlibat
k
lumayan berat dan besar. Benda dalam cerita. Ia adalah si
Itu buntalnya dengan taplak “aku’ tokoh yang berkisah,
di
meja seluruh rumah berkumpul mengisahkan peristiwa yang
,
dan dipertontonka isi buntalan diketahui, dilihat, didengar,
n
itu. dialami dan dirasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Amanat
No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
6. Amanat Dalam cerpen Radio Kakek karya Dalam menafsirkan tema
Ratih Kumala ini untuk menemukan dalam cerpen Radio Kakek
amanat yang terkandung sangat sulit karya Ratih Kumala,
ditemukan. Amanat yang disampaikan peneliti masi mengalami
h
tidak ditunjuk -kan secara langsung. kesulitan karena dalam
peneliti mengambil dan menafsirkan cerpen itu pesan yang ingin
ada dua kesimpulan bahwa pesan yang disampaikan tida di-
k
ingin disampaikan oleh penulis adalah perlihatkan secara langsung.
Yang pertama, untuk mendapatkan oleh karena itu peneliti
informasi/pengetahuan itu tidaklah menafsirkan ada dua
mudah, harus dengan kerja keras yaitu kesimpulan, pertama untuk
melalui niat dan tindakan. Yang mendapatkan pengetahuan
kedua, dalam hidup kita harus saling atau informasi it tidaklah
u
membantu satu sama lain. mudah, harus dengan kerja
kera melalui nia dan
s t
tindakan seperti yang
dilakukan oleh para pemuda
pejuang untuk mendapatkan
informasi pada jaman itu
mereka harus diam-diam
menyelinap ke rumah
Kakek untuk dapat
mendengar-kan radio.
Kedua, dalam hidu harus
p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
128
(62) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (62) men- √
benar-benar gelap, para pemuda jelaskan bahwa saat itu para
menyelina ke dalam rumah kami pemuda pejuang datang ke
dengan napas terengah-engah. rumah Kakek untuk minta di
Mereka menggedor-gedor pintu selamatkan. Hal ini sesuai
samping dengan buru-buru, minta dengan amanat yang me-
diselamatkan. Mereka tengah nyatakan bahwa kita harus
dikejar-kejar. Lalu kami semua saling membantu satu sama
akan berdiam sambil me- lain. yaitu Kakek membantu
nyelamatkan orang itu dan me- para pemuda pejuang ber-
masang kuping setajam-tajamnya. sembunyi di rumahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
TRIANGULASI DATA
Oleh:
NIM: 111224079
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Rubik Penilaian RPP Pembelajaran Sastra untuk SMA kelas XI
4. Ketepatan Indikator
9. Ketepatan Penilaian
Oleh:
NIM: 111224079
Validator
Pangudi Luhur II Servasius Bekasi lulus pada tahun 2010. Penulis tercatat sebagai
SMA.”