Anda di halaman 1dari 158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK “RADIO KAKEK”


KARYA RATIH KUMALA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA
DI KELAS XI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
Natalia Intan Pertiwi
NIM: 111224079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK “RADIO KAKEK”
KARYA RATIH KUMALA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI
KELAS XI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan Program Studi Pendidikan dan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Natalia Intan Pertiwi
NIM: 111224079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda syukur dan

terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu

menyertai, membimbing serta memberikan kelancaran

atas usaha penulis dalam proses penyusunan skripsi

ini.

2. Orang tua, Bapak Agustinus Supriyadi dan Ibu Maria

Magdalena yang selalu memberikan dukungan dan doa.

3. Kedua kakak, Rita Supriyanti dan Efrim Rosita yang

memberikan dukungan, semangat serta doa.

4. Orang yang penulis sayangi, atas tak henti-hentinya

memberikan dukungan, semangat serta doa.

5. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan

bantuan, semangat, serta doa dalam menyelesaikan

skripsi ini.

iv
MOTO

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu

minta dan doakan, percayalah bahwa telah

menerimanya, maka hal ini akan diberikan kepadamu.

(Markus 11:24)

Aku akan minta kepada Bapa dan Ia akan memberikan

kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia

menyertai kamu selama-lamanya.

(Yohanes 14:16)

Aku percaya bahwa setiap proses yang dilakukan dengan

usaha dan kerja keras, pasti akan membuahkan hasil yang

menggembirakan yang patut dibanggakan.

(Natalia Intan Pertiwi)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Pertiwi, Natalia Intan. 2018. Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio
Kakek” Karya Ratih Kumala dan Rencana Pembelajarannya di
Kelas XI SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata
Dharma.

Penelitian ini mengkaji unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya
Ratih Kumala dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
sudut pandang, amanat dan mendeskripsikan rencana pembelajaran unsur intrinsik
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala di kelas XI SMA dalam bentuk
RPP. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan
teknik catat. Data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf dalam
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tokoh utama dalam cerita
pendek ini yaitu tokoh Kakek yang bernama Mbah Kaji Idris, sedangkan tokoh
Aku digambarkan sebagai tokoh wirawan yang dekat dengan tokoh utama. Tokoh
tambahan adalah Ibu-ibu, Pemuda Pejuang, Ibu, Orang-orang Belanda, Orang-
orang Kampung, dan Lelaki Paruh Baya. Alur yang digambarkan dalam cerita
pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala menggunakan alur maju. Terdapat
delapan unsur yang menggambarkan alur yaitu paparan, rangsangan, gawatan,
tikaian, rumitan, klimaks, leraian dan selesaian. Latar dalam cerita pendek “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala adalah latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
Cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala menggunakan sudut pandang
persona pertama “aku”. Amanat yang disampaikan dalam cerpen “Radio Kakek”
karya Ratih Kumala adalah untuk mendapatkan informasi pada masa penjajahan
tidaklah mudah, harus dengan kerja keras melalui niat dan tindakan.
Berdasarkan hasil dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa cerpen “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di kelas
XI SMA. Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala. Selain itu, hasil dari penelitian ini kemudian
dikembangkan oleh peneliti dalam rencana pembelajarannya dalam bentuk RPP
untuk kelas XI SMA.

Kata kunci: Unsur Intrinsik Cerpen, Rencana Pembelajararan

viii
ABSTRACT

Pertiwi, Natalia Intan. 2018. Analysis of The Intrinsic Elements of The


Storiette “Radio Kakek” by Ratih Kumala and His Learning Plan in
Class XI SMA. Essay. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma
University.

This study examines the intrinsic elements of the storiette “Radio Kakek”
by Ratih Kumala and his learning plan in class XI SMA. The purpose of this study
was to describe the results of the analysis of the intrinsic element of the storiette
“Radio Kakek” by Ratih Kumala in terms of theme, characters and
characterizations, plot, setting, point of view, mandate and describe the learning
plan of the intrinsic element of the storiette “Radio Kakek” by Ratih Kumala in
class XI SMA in the form of RPP. The type of research used is qualitative
research. Data collection techniques used in this study are note-taking techniques
and notes.Tthe research data in the form of quotes or paragraphs in the storiette
“Radio Kakek” by Ratih Kumala.
The results of this study indicate that there is a main character in this
storiette the Grandfather figure named Mbah Kaji Idris, while the character i’m
depicted as a character who is close to the main character. Additional figure are
mothers, youth fighter, Dutch people, villagers, and middle-aged men. The plot
depicted in the storiette “Radio Kakek” by Ratih Kumala uses an advanced plot.
There are eigh elements that describe the flow, namely exposure, stimulation,
maintenance, strokes, complexity, climax, slope, and completion. The settig in the
storiette “Radio Kakek” by Rath Kumala is the setting of the place, time setting
and social setting. The storiette “Radio Kakek” by Ratih Kumala uses the
perspective of the firs person “I”. The message conveyed in the storiette “Radio
Kakek” by Ratih Kumala is to get information during the colonial period is not
easy, it must be hard work through intentions and actions.
Based on the results of the study, it can be concluded thet the storiette
“Radio Kakek” by Ratih Kumala can be used as learning material in class XI
SMA. Students can analyze the intrinsic elements found in the storiette “Radio
Kakek” by Ratih Kumala. In addition, the results of this study were later
developed by researchers in their learning plans in the form of lesson plans for XI
SMA.

Keywords: Intrinsic Storiette Elements, Learning Plans.

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek ‘Radio Kakek’
Karya Ratih Kumala dan Rencana Pembelajarannya di Kelas XI SMA” dengan
baik. Tujuan menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.

Skripsi ini juga dapat terselesaikan berkat peran serta jasa berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd. M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd. M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan dosen pembimbing kedua yang telah
membimbing dan memberikan saran serta dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Danang Satria Nugraha, S.S. M.A., selaku Wakil Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah sabar
membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. J. Prapta Diharja, SJ. M.Hum., selaku triangulator yang senantiasa
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Cicik Widiyastuti S.Pd., selaku guru SMA Hutama Bekasi yang menjadi
validator, senantiasa membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................iv
HALAMAN MOTO..............................................................................................v
HALAMAN KEASLIAN KARYA.....................................................................vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR...........................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
E. Batasan Istilah.....................................................................................6
F. Sistematika Penyajian.........................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................8


A. Penelitian Relevan...............................................................................8
B. Kajian Teori......................................................................................11
1. Cerpen.......................................................................................12
a. Pengertian Cerpen..........................................................12

xii
b. Unsur-Unsur Cerpen......................................................13
(a) Tema.................................................................13
(b) Alur...................................................................15
(c) Tokoh dan Penokohan......................................20
(d) Latar.................................................................22
(e) Sudut Pandang..................................................24
(f) Amanat..............................................................27
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)................................27
a. Pengertian RPP...............................................................27
b. Manfaat Perencanaan Pembelajaran...............................29
c. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP...............................31
d. Komponen dan Langkah-Langkah
Pengembangan RPP.......................................................32
e. Proses Pembelajaran.......................................................35
3. Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)...........38
C. Kerangka Berpikir............................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................40
A. JenisPenelitian..................................................................................40
B. Data dan Sumber Data......................................................................40
C. Instrumen Penelitian.........................................................................41
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................41
E. Teknik Analisis Data........................................................................42
F. Triangulasi........................................................................................43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................44
A. Deskripsi Data..................................................................................44
B. Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio Kakek”
Karya Ratih Kumala........................................................................44
C. Rencana Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerita Pendek
“Radio Kakek” Karya Ratih Kumala dalam Bentuk RPP...............67

xiii
BAB V PENUTUP............................................................................................83
A. Kesimpulan......................................................................................83
B. Implikasi..........................................................................................85
C. Saran................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................86
LAMPIRAN.........................................................................................................88
BIODATA...........................................................................................................138

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Format RPP..............................................................................................38

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Cerpen “Radio Kakek” Karya Ratih Kumala............................89


Lampiran 2 Hasil Triangulasi Analisis Unsur-Unsur Cerpen
“Radio Kakek” Karya Ratih Kumala..........................................95
Lampiran 3 Pengesahan dari Triangulator....................................................129
Lampiran 4 Hasil Validasi RPP.......................................................................130
Lampiran 5 Rubik Penilaian RPP...................................................................132
Lampiran 6 Pengesahan dari Validator..........................................................137

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya karya sastra adalah refleksi dari kehidupan masyarakat.

Sebagai refleksi, karya sastra memang tidak sepenuhnya meniru secara riil

kehidupan masyarakat, akan tetapi memberikan pelajaran dan kemungkinan

dari sudut pandang estetis terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam

masyarakat (Djojosuroto, 2006: 58). Melalui karya sastra para pembaca akan

menikmati realitas imajinasi pengarang melalui tokoh, peristiwa dan latar yang

disajikan. Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan

yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman

dan pengamatannya atas kehidupan tersebut (Djojosuroto, 2006: 77).

Sastra, khususnya fiksi, di samping sering disebut dunia dalam

kemungkinan, juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu disebabkan

“dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, diabtraksikan, dan sekaligus

ditafsirkan lewat kata-kata, lewat bahasa. Bahasa merupakan sarana

pengungkapan sastra. Sastra lebih dari sekedar bahasa, deretan kata, namun

“kelebihan”-nya itu pun hanya dapat diungkap dan ditafsirkan melalui bahasa.

Jika sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu, sesuatu tersebut hanya

dapat dikomunikasikan lewat sarana bahasa. Bahasa dalam sastra pun

mengemban fungsi utamanya: fungsi komunikatif ( Nurgiantoro, 1995: 272).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keterampilan berbahasa bukanlah keterampilan yang dapat diraih

dengan mudah karena keterampilan berbahasa harus komunikatif. Oleh karena

itu, peserta didik harus mampu menguasai keempat keterampilan berbahasa.

Keterampilan berbahasa itu meliputi keterampilan menyimak, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat

keterampilan berbahasa diperoleh secara berurutan mulai dari keterampilan

menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan

menulis (Tarigan, 2008: 2).

Rendahnya kemampuan peserta didik dalam keterampilan berbahasa,

menjadikan salah satu masalah dalam pendidikan khususnya dalam pengajaran

sastra. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka

pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk

memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di

dalam masyarakat (Rahmanto, 1988: 15). Padahal pembelajaran sastra dapat

membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat

yaitu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta rasa dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto,

1988: 16). Oleh karena itu, sebagai seorang guru khususnya guru mata

pelajaran bahasa Indonesia harus lebih kreatif dalam memberikan pelajaran di

kelas, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tarigan (dalam Wicaksono, 2014: 56) cerpen menimbulkan minat

masyarakat yang cukup besar untuk membacanya. Hal itu disebabkan sifat
cerpen yang singkat dan lengkap. Demikian juga pembaca dapat menikmati

karya sastra itu dengan tidak perlu mengorbankan waktu yang terlalu lama.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan media cerpen sebagai bahan yang akan

dianalisis. Cerpen memiliki unsur-unsur yang membangun yaitu unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun

karya sastra itu sendiri. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di

luar karya sastra itu (Nurgiantoro, 1995: 23). Dalam penelitian ini, peneliti

memilih untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen. Dengan menganalisis

unsur intrinsik akan diketahui unsur yang terdapat dalam sebuah cerpen. Unsur

intrinsik yang dimaksud misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema,

latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain

(Nurgiantoro, 1995: 23).

Penulis memilih cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala

sebagai bahan untuk dianalisis. Cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih

Kumala ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga siswa mudah

untuk menganalisisnya. Cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala

berdasarkan sepengetahuan penulis, cerpen ini belum pernah diteliti

sebelumnya sehingga peneliti menggunakan cerpen ini sebagai bahan

penelitian. Selain itu, cerita pendek ini isinya menarik sehingga sangat cocok

sebagai bahan pembelajaran di kelas. Untuk itu peneliti menggunakan cerita

pendek “Radio Kakek” sebagai bahan untuk dianalisis. Analisis difokuskan

pada unsur intrinsik, meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut

pandang, dan amanat.


Tidak terlepas dari semua itu supaya proses pembelajaran di kelas

berlangsung dengan baik dan tujuan utama pembelajaran bisa tercapai, untuk

itu merencanakan pembelajaran menjadi tugas pokok guru dalam proses

pembelajaran. Keberhasilan suatu pelaksanaan pembelajaran berangkat dari

perencanaan pembelajaran yang baik. Pelaksanaan pembelajaran yang tidak

menarik, monoton, siswa tidak antusias dan pemahaman siswa yang rendah,

sumber utamanya ialah tidak baik atau tidak adanya perencanaan pembelajaran

yang baik dan matang. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik dan menarik. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam Standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Nurgiantoro,

2014: 226).

Berdasarkan persoalan di atas, peneliti tertarik untuk menyusun skripsi

yang berjudul Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio Kakek” Karya

Ratih Kumala dan Rencana Pembelajarannya di Kelas XI SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana analisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya

Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut,

pandang, dan amanat?


2. Bagaimanakah rencana pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek “Radio

Kakek” karya Ratih Kumala di kelas XI SMA dalam bentuk RPP?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik cerita pendek “radio kakek”

karya Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,

sudut pandang, dan amanat?

2. Mendeskripsikan rencana pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek “Radio

Kakek” karya Ratih Kumala di kelas XI SMA dalam bentuk RPP.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada dunia

pendidikan agar mampu menambah wawasan serta menambah ilmu

pengetahuan khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu,

penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran

di kelas khususnya dalam hal menganalisis unsur intrinsik cerita pendek.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukkan

bagi guru bahasa Indonesia dalam menyusun rencana pembelajaran di

kelas berkaitan dengan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerita

pendek.
b. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi siswa untuk mengetahui

kemampuannya dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek. Selain itu,

siswa diharapkan aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

c. Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan pada peneliti

lain dalam hal pengetahuan mengenai menganalisis unsur intrinsik cerita

pendek. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk peneliti

lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.

G. Batasan Istilah

Istilah-istilah dalam penelitian ini dibatasi pengertiannya sebagai berikut.

1. Cerita pendek

Edgar Allan Poe (dalam Burhan Nurgiantoro, 2005: 10) mengatakan

bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali

duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang

kiranya tak mungkin dilakukan untuk novel.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang meng-

gambarkan prosedur dan pengorganisasikan pembelajaran untuk mencapai

satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabar-

kan dalam silabus (Majid, 2014: 226).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari lima bab, yakni: 1) pendahuluan, 2) landasan

teori, 3) metodologi penelitian, 4) hasil penelitian dan pembahasan, 5)

kesimpulan, implikasi dan saran. Penjelasan dari masing-masing bab, yaitu bab

I yang berisi pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah serta sistematika

penyajian. Bab II adalah landasan teori yang menguraikan teori-teori yang

berkaitan dengan penelitian yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir.

Bab III berkaitan dengan metode penelitian yang berisi jenis penelitian, teknik

pengumpulan data, sumber data dan teknik analisis data. Bab IV berkaitan

dengan hasil penelitian dan pembahasan yang menyajikan deskripsi data secara

keseluruhan. Bab terakhir yaitu bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan,

implikasi dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan disampaikan beberapa kajian pustaka yang mengkaji

mengenai menganalisis unsur intrinsik cerita pendek dan rencana pembelajaran-

nya di kelas XI SMA. Peneliti memperoleh tiga penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian tersebut adalah penelitian Wahyu

Apriliani mahasiswa PBSI, USD (2017), Theresia Rita Listiana mahasiswa PBSI,

USD (2004), dan Maria Thomastini mahasisiswa PBSI, USD (2011).

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama dilakukan oleh Wahyu Apriliani (2017) yang berjudul

“Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pem-

belajarannya dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa Kelas XII Semester

I.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dan

mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

untuk siswa SMA kelas XII semester I. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis

dan mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen Guru. Sumber data dalam

penelitian ini adalah cerpen Guru karya Putu Wijaya. Hasil analisis cerpen

Guru meliputi tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat

serta gaya bahasa sebagai berikut. Tokoh dalam cerpen Guru adalah ayah

Taksu, Taksu, dan Ibu. Alur dalam cerpen Guru adalah alur campuran. Latar

dalam cerpen ini terdapat tiga unsur latar yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tema dalam cerpen ini adalah tekat seorang anak yang bercita-cita

menjadi guru. Amanat yang terdapat dalam cerpen ini adalah jangan

memaksakan kehendak orang lain. Sudut pandang dalam cerpen ini adalah

campuran. Gaya bahasa yang digunakan pengarang sangat sederhana dan

sering mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap

berbeda tetapi dianggap sama. Perencanaan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual yang terdiri dari 7 langkah, yaitu 1)

menemukan unsur intrinsik cerpen Guru, 2) menganalisis unsur intrinsik, 3)

bertanya mengenai unsur intrinsik, 4) diskusi dengan kelompok, 5) contoh

cerpen yang sudah dianalisis, 6) refleksi pembelajaran, 7) guru memberikan

penilaian.

Penelitian kedua dilakukan oleh Theresia Rita Listiana (2011) yang

berjudul “Unsur Intrinsik Cerpen Tuhan Pawang Hujan dan Pertarungan yang

Remis Karya A.S Laksana dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Siswa Kelas XII Semester I.”

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik dalam cerpen

Tuhan Pawang Hujan dan Pertarungan yang Remis Karya A.S Laksana dan

mendeskripsikan implementasi pembelajarannya dalam bentuk pengembangan

silabus dan RPP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif menggunakan pendekatan struktural yang menghasilkan data-data

deskriptif berupa analisis unsur intrinsik cerpen. Selanjutnya, hasil analisis ini

diimplementasikan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XII semester I.


Hasil analisis cerpen Tuhan Pawang Hujan dan Pertarungan yang Remis

Karya A.S Laksana terdapat lima tokoh, yaitu 1) Alit sebagai tokoh utama dan

tokoh antagonis, 2) Gadis cantik sebagai tokoh sederhana, 3) Pawang tua

sebagai tokoh tambahan, 4) Tuhan sebagai tokoh statis, dan 5) Duda tua

sebagai tokoh statis. Latar dalam cerpen ini terdapat tiga unsur yaitu latar

tempat, latar waktu dan latar sosial. Alur yang digunakan adalah alur maju.

Tema yang disampaikan adalah jangan dengan mudah mengambil keputusan

demi keputusan terhadap jalan hidup. Bahasa yang digunakan adalah bahasa

Indonesia sehari-hari. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang

orang pertama “aku”.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Maria Thomastini (2011) yang

berjudul “Unsur Intrinsik Cerpen Black Forest Karya Ratna Indraswari

Ibrahim serta Implementasinya dalam Silabus dan RPP untuk SMA.” Tujuan

dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh, alur, latar, tema, bahasa,

amanat serta hubungan antar unsur intrinsik cerpen dan mendeskripsikan

implementasi cerpen Black Forest karya Ratna Indraswari Ibrahim dalam

silabus dan RPP di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural

yang bersumber pada teks sastra. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif, yaitu memecahkan masalah dengan menggambarkan keadaan

sumber data berdasarkan fakta.

Hasil analisis cerpen Black Forest karya Ratna Indraswari Ibrahim ini

terdapat beberapa tokoh yaitu protagonis, antagonis, dan tambahan. Bonet

menjadi tokoh protagonis. Yu Sunah menjadi tokoh antagonis. Lena, Bejo,


Suami Angga, Asrul, dan Mama Bonet sebagai tokoh tambahan. Alur dalam

cerpen ini menggunakan alur maju. Latar cerpen ini adalah Jakarta. Amanat

yang terkandung dalam cerpen ini adalah harta kekayaan bukanlah segala-

galanya dalam hidup. Seseorang yang memiliki harta benda yang

berkecukupan belum tentu akan menjamin kehidupan batinnya bahagia. Tema

yang diangkat dalam cerpen ini yaitu hidup ini harus dijalani dengan rasa

syukur. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang sederhana

sehingga mudah dimengerti dan bahasa Jawa.

Ketiga penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis sebagai peneliti. Peneliti mengambil judul Analisis Unsur Intrinsik

Cerita Pendek “Radio Kakek” Karya Ratih Kumala dan Rencana Pem-

belajarannya di Kelas XI SMA. Penelitian ini memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaan ketiga penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

menganalisis unsur intrinsik cerpen dan rencana pembelajarannya berupa RPP.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada unsur

intrinsik cerpen yang dianalisis. Unsur-unsur yang dianalisis dalam penelitian

ini berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk guru, siswa dan peneliti lain

dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dan melakukan penelitian

selanjutnya.

B. Kajian Teori

Kajian Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori mengenai

pengertian cerita pendek, unsur-unsur cerita pendek, pengertian Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), manfaat perencanaan pembelajaran, prinsip-

prinsip pengembangan RPP, komponen dan langkah-langkah pengembangan

RPP, proses pembelajaran dan pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas

(SMA).

1. Pengertian Cerpen

Jacob Sumardjo (dalam Wicaksono, 2014: 55) mengungkapkan bahwa

cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya

merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian

yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas,

integral dan mengandung suatu arti.

Edgar Allan Poe (dalam Nurgiantoro, 2010: 10) mengatakan cerpen adalah

sebuah cerita yang selesai dibaca sekali duduk, kira-kira berkisar antara

setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk

novel. Burhan Nurgiantoro (2010: 11) mengatakan kelebihan cerpen yang khas

adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak jadi secara implisit

dari sekedar apa yang diceritakan.

Lain halnya yang dikemukakan oleh Strong (dalam Wicaksono, 2014: 56)

cerpen menimbulkan minat masyarakat yang cukup besar untuk membacanya.

Hal itu disebabkan sifat cerpen yang singkat dan lengkap. Sastrawan sebagai

pencipta sastra dapat menulis dan mengemukakannya pikiran dan sikapnya

terhadap sesuatu dengan cepat dan simpel. Demikian juga pembaca dapat

menikmati karya sastra itu dengan tidak perlu mengorbankan waktu terlalu

lama. Oleh karena itu, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
cerita pendek adalah cerita singkat yang tidak memerlukan waktu lama untuk

membacanya dan isinya tidak ada bagian yang tidak perlu, sehingga isinya

langsung tersampaikan kepada pembaca.

b. Unsur Intrinsik Cerita pendek

Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya

sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca

karya sastra (Nurgiantoro, 2010: 23). Unsur-unsur Intrinsik meliputi.

1) Tema

Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan

dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu,

takut, maut, religius, dan sebagainya. Staton, dkk (Nurgiantoro, 2010: 66) tema

adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun ada banyak makna

yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah

makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu. Sugihastuti,

dkk (dalam Wicaksono, 2014: 57) tema dipandang sebagai dasar arti atau

gagasan dasar umum sebuah karya. Tema menjadi unsur cerita yang

memberikan makna dan kekuatan sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan

sarana cerita.

Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat

menjiwai seluruh bagian cerita itu. Dengan demikian, untuk menemukan tema

sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya

berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Shipley (dalamNurgiantoro, 2010:


80-82) mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah

utama yang dituangkan ke dalam cerita. Shipley membedakan tema karya

sastra menjadi lima tingkatan, yaitu:

a) Pertama, tema tingkat fisik. Tema pada karya sastra pada tingkat ini lebih

banyak menyarankan dan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik

daripada kejiwaan. Ia lebih menekankan mobilitas fisik dari pada konflik

kejiwaan tokoh cerita bersangkutan.

b) Kedua, tema tingkat organik. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak

menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas suatu aktivitas

yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup, seperti penyelewengan

dan pengkhianatan suami-istri atau skandal-skandal seksual lainnya.

c) Ketiga, tema tingkat sosial. Tema karya sasta pada tingkat ini lebih

menekankan kepada kehidupan bermasyarakat yang merupakan tempat

aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam.

Masalah-masalah sosial berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan,

perjuangan, kebudayaan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-

bawahan dan berbagai masalah sosial lainnya.

d) Keempat, tema tingkat egoik. Di samping sebagai makhluk sosial, manusia

sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa “menuntun”

pengakuan atas hak individualitasnya. Masalah individualitasnya antara

lain egoisitas, martabat, harga diri, atau sifat dan sikap tertentu manusia

lainnya yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang
bersangkutan. Masalah individualitas biasanya menunjukkan jati diri, citra

diri, atau sosok kepribadian seseorang.

e) Kelima, tema tingkat divine. Manusia sebagai makhluk tingkat tinggi yang

belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya. Masalah

yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia

dengan Sang Pencipta, masalah religiositas, atau berbagai masalah yang

bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan.

2) Alur

Alur (plot) cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari urutan

peristiwa yang diikuti sampai akhir cerita berakhir (bukan selesai, sebab

banyak cerpen yang tidak berisi penyelesaian yang jelas, penyelesaian

diserahkan kepada interprestasi pembaca). Urutan peristiwa dapat dimulai dari

mana saja, misalnya dari konflik yang telah meningkat, tidak harus bermula

dari tahap perkenalan (para) tokoh atau latar. Kalau pun ada unsur perkenalan

tokoh dan latar, biasanya tak berkepanjangan.

Alur cerita ialah peristiwa yang jalin menjalin berdasarkan atas urutan

hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa-peristiwa dapat terjalin

berdasarkan urutan waktu, kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Stanton

(dalam Nurgiantoro, 2010: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang

berisikan urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

peristiwa yang lain.


Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap

awal, tahap tengah dan tahap akhir (dalam Nurgiantoro, 2010:142).

a) Tahap Awal

Tahap awal sebuah cerita biasanya sebagai tahap perkenalan. Tahap

perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan

dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya.

Misalnya, berupa penunjukkan dan pengenalan latar, seperti nama-nama

tempat, suasana alam, waktu kejadian, dan lain-lain, yang pada garis bersar-

nya berupa deskripsi setting. Selain itu, tahap awal juga sering dipergunakan

untuk pengenalan tokoh-tokoh cerita, mungkin berwujud fisik, bahkan

mungkin juga telah disinggung perwatakannya. Fungsi pokok tahap awal

sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan

seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.

b) Tahap Tengah

Tahap tengah cerita yang dapat disebut sebagai tahap pertikaian,

menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan

pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegang-

kan. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik

(utama) telah mencapai titik intensitas tertinggi. Bagian tengah cerita

merupakan bagian tengah terpanjang dan terpenting dari karya fiksi yang

bersangkutan. Pada bagian inilah cerita disajikan: tokoh-tokoh memainkan

peran, peristiwa - peristiwa penting fungsional dikisahkan, konflik


berkembang semakin meruncing, menegangkan, dan mencapai klimaks dan

pada umumnya tema pokok, makna pokok cerita diungkapkan.

c) Tahap Akhir

Tahap akhir sebuah cerita yang dapat disebut sebagai tahap peleraian,

menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini

misalnya berisi bagaimana kesudahan cerita, atau menyaran pada hal

bagaimanakah akhir sebuah cerita. Dalam teori klasik yang berasal dari

Aristoteles, penyelesaian cerita dibedakan ke dalam dua macam ke-

mungkinan: kebahagiaan dan kesedihan.

Sudjiman (1988: 30-36) membagi alur menjadi tiga tahap yaitu awal

(paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir

(leraian, selesaian).

a) Awal

(a) Paparan

Penyampaian informasi kepada pembaca disebut paparan atau

eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita.

Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan

keterangan sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan

selanjutnya. Pada tahap ini pengarang memperkenalkan para tokoh,

menggambarkan tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen.

(b) Rangsangan

Rangsangan, yaitu peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan.

Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang


berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal

lain misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula

terasa laras. Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun oleh

rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan.

(c) Gawatan

Gawatan biasanya adalah perkembangan cerita setelah rangsangan.

Dalam gawatan akan timbul permasalahan yang terjadi dalam sebuah

cerita.

b) Tengah

(a) Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua

kekuatan yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia

pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita. Tikaian

merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam dengan

masyarakat, orang lain, atau pertentangan antara dua unsur dalam diri

satu tokoh itu.

(b) Rumitan

Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita

disebut rumitan. Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak

kehebatan. Rumitan biasanya timbul setelah perselisihan dan adanya

pertentangan diantara tokoh. Dalam rumitan juga sudah muncul per-

masalahan yang menimbulkan klimaks permasalahan yang terjadi.


(c) Klimaks

Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kelibatannya.

Di dalam cerita rekaan, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang

memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk

menerima seluruh dampak dari klimaks.

c) Akhir

(a) Leraian

Bagian struktur alur sesudah klimaks yang menunjukkan per-

kembangan peristiwa ke arah selesaian. Dalam leraian sudah dapat

terlibat adanya penyelesaian masalah menuju selesai. Di sini, konflik

akan semakin menuju perubahan dengan adanya selesaian.

(b) Selesaian

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh

jadi mengandung penyelesaian masalah yang mengalami (happy ending)

boleh juga megandung penyelesaian masalah yang menyedihkan (sad

ending), misalnya si tokoh bunuh diri.

Burhan Nurgiantoro (2010: 153-156) membagi plot berdasarkan

urutan waktu yaitu:

a) Progresif/ Maju/Lurus

Plot sebuah cerita dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang

dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti

oleh peristiwa-peristiwa yang lain. Atau, secara runtut cerita dimulai dari

tahap awal, tahap tengah kemudian tahap akhir.


b) Regresif/Sorot Balik/Mundur

Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot

regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dati tahap awal,

melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru

kemudian tahap awal cerita dikisahkan.

c) Campuran

Secara garis besar plot sebuah cerita mungkin progresif, tetapi di

dalamnya betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-adengan

sorot balik. Demikian sebaliknya. Bahkan sederhananya, boleh dikatakan,

tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak flash-back. Hal itu

disebabkan jika yang demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit untuk

tidak dikatakan tidak bisa, mengikuti cerita yang dikisahkan yang secara

terus menerus dilakukan secara mundur.

3) Tokoh dan Penokohan

Sebuah cerita pendek sering mempergunakan istilah-istilah seperti tokoh

dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakterisasi secara

bergantian dengan menunjukan pengertian yang hampir sama. Tokoh ialah

orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan (Wicaksono, 2014: 59).

Penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dan karakteristik-karakteristik


sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada

penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah

cerita. Jones (dalam Nurgiantoro, 1995: 165) mengatakan bahwa penokohan

adalah pelukisan gambar yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam

sebuah cerita.

Atta Semi (dalam Wicaksono, 2014: 59) mengungkapkan bahwa dalam

karya sastra tokoh-tokoh yang digunakan sebagian besar ialah manusia.

Manusia tersebut mempunyai watak sendiri-sendiri maka dari itu tokoh cerita

biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh

pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai

tindak-tanduk ucapan, kebiasaan dan sebagainya.

Lain halnya dengan Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010: 165) mengatakan

tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan seperti diekspresikan dalam ucapan serta apa yang dilakukan

dalam tindakan.

Lanjut Burhan Nurgiantoro (2010: 176) mengatakan bahwa dilihat dari

segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita. Tokoh dibagi

menjadi dua, yaitu:

a) Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaaannya dalam

cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak dicerita-

kan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh
utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap

halaman buku cerita yang bersangkutan.

b) Tokoh tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang permunculannya dalam ke-

seluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya

jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung dan tidak

langsung.

Burhan Nurgiantoro (2010: 178) juga membedakan tokoh berdasarkan

penampilannya dalam sebuah cerita. Tokoh dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu

jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawan-

tahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis

dalam Nurgiantoro, 2010: 178).

b) Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang penyebab terjadinya konflik. Tokoh

antagonis barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis,

secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.

4) Latar

Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010: 216) latar atau setting yang disebut

juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan

waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini
penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan

suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Wiyatmi

(dalam Wicaksono, 2014: 62-63) menjelaskan mengenai fungsi latar sebagai

pemberi konteks cerita yang terjadi dan dialami oleh tokoh di suatu tempat,

masa dan lingkungan masyarakat tertentu.

Burhan Nurgiantoro (2010: 227) mengatakan bahwa unsur latar dapat

dibedakan dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut:

a) Latar Tempat

Mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi.Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat

dengan nama tertentu serta inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa

nama jelas. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebut-

an jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya desa, sungai,

jalan, hutan, kota, kecamatan, dan sebagainya.

b) Latar Waktu

Berhubungan dengan masalah “kapan” terjadi peristiwa-peristiwa

yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” itu biasanya

dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat

dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

c) Latar Sosial

Mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Selain itu

latar sosial juga berhubungan dengan status sosial yang bersangkutan. Tata
cara kehidupan sosial, masyarakat mencakup berbagai masalah dalam

lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap,

dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status

sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

5) Sudut Pandang

Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan: siapa yang mencerita-

kan, atau: dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Abrams

(dalam Nurgiantoro, 2010: 248) mengatakan bahwa sudut pandang, point of

view, menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau

pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan

tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam

sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Sudut pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke

dalam dua macam: persona pertama, gaya “aku”, dan persona ketiga, gaya

“dia”.

a) Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona

ketiga, gaya “Dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya:

ia, dia, mereka. Sudut pandang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua

golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap

bahan ceritanya.
(1) “Dia” Mahatahu

Sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut “dia”, namun

pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja hal-hal yang me-

nyangkut tokoh “dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia

bersifat mahatahu. Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa

dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya.

(2) “Dia” Terbatas, “Dia” sebagai Pengamat

Sudut pandang “dia” terbatas, seperti halnya dalam “dia” mahatahu,

pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan

dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh

saja (Stanton dalam Nurgiantoro, 2010: 259). Tokoh cerita yang

mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh “dia”, namun

mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya

seperti halnya tokoh pertama. Oleh karena dalam teknik ini hanya ada

seorang tokoh yang terseleksi untuk diungkap, tokoh tersebut

merupakan fokus, cermin, atau pusat kesadaran (Abrams dalam

Nurgiantoro, 2010: 259).

b) Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona

pertama, gaya “aku”, narator adalah seseorang ikut terlibat dalam cerita. Ia

adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,

mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami,

dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang lain kepada pembaca.


Si “aku” tentu saja punya nama, namun karena ia mengisahkan pengalaman

sendiri, nama itu jarang disebut. Penyebutan nama si “aku” mungkin justru

berasal dari ucapan tokoh lain yang bagi si “aku” merupakan tokoh “dia”.

Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan

berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita.

(1) “Aku” tokoh utama

Sudut pandang teknik ini, si “aku” mengisahkan berbagai

peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah,

dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di

luar dirinya. Si “aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita. Si

“aku” yang menjadi tokoh utama cerita praktis menjadi tokoh

protagonis. Hal itu amat memungkinkan pembaca menjadi merasa

benar-benar terlibat.

(2) “Aku” Tokoh Tambahan

Tokoh “aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca,

sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian “dibiarkan”

untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang

dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama.

Sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai

peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah

cerita tokoh utama habis, si ‘aku” tambahan tampil kembali, dan dialah

kini yang berkisah.


6) Amanat

Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca

diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampai-

kan, yang diamanatkan. Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai

amanat, pesan, massage. Bahkan, unsur amanat itu, sebenarnya merupakan

gagasan yang mendasari penulisan karya itu, gagasan yang mendasari

diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan.

Siswanti (2008: 161-162) mengatakan bahwa amanat adalah gagasan

yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra modern, amanat ini biasanya

tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat.

2. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu

perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran

adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi

pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup:

1) Data sekolah, mata pelajaran dan kelas/semester,

2) Materi pokok,

3) Alokasi waktu,

4) Tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi,

5) Materi pembelajaran, metode pembelajaran,

6) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran,


7) Penilaian.

Guru disetiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk

kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru mata

pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK.

Semua harus dilakukan agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik,

sehingga tujuan utama pembelajaran bisa dicapai. Untuk itulah, merencanakan

suatu pembelajaran menjadi tugas pokok guru dalam pembelajaran.

Keberhasilan dalam pembelajaran bukan hanya persoalan keberhasilan dalam

mengajarkan materi begitu saja di kelas. akan tetapi, keberhasilan

pembelajaran terkait dengan keberhasilan guru dalam merencanakannya.

Namun kenyataannya di lapangan berbeda, banyak guru yang membuat RPP

justru setelah selesai melaksanakan pembelajaran dan itu hanya untuk

kepentingan pemeriksaan saja. Hal ini perlu diperhatikan. Seharusnya

pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun

pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap

awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara

mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP dilakukan oleh guru

secara bersama-sama melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di

dalam suatu sekolah tertentu yang difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah

atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah.


b. Manfaat Perencanaan Pembelajaran

Adapun empat manfaat dari perencanaan pembelajaran yang

diungkapkan oleh Wina Sanjaya (dalam Andi Prastowo, 2015: 48-49) yaitu:

1) Melalui proses perencanaan yang matang.

Kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan.

Artinya perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu mempre-

diksi seberapa besar keberhasilan yang akan tercapai. Sebab perencanaan

disusun untuk memperoleh keberhasilan, utamanya keberhasilan pembela-

jaran bagi siswa, dengan demikian kemungkinan kegagalan dapat dianti-

sipasi oleh setiap guru. Contoh, apa yang terjadi jika guru dalam proses

pembelajaran tidak memahami dengan jelas tujuan yang akan dicapai,

sumber belajar yang digunakan, tentu saja proses pembelajaran akan ber-

langsung seadanya dan hasilnya pun tidak akan optimal. Bandingkan

dengan guru yang pengelolaan pembelajaran direncanakan secara matang.

Guru paham akan tujuan yang akan dicapai, strategi apa yang akan diguna-

kan dan sumber apa yang akan dipakai, tentu saja hasilnya akan lebih bagus

dan optimal.

2) Sebagai alat untuk memecahkan masalah.

Seorang perencana yang baik akan dapat memprediksi kesulitan apa

yang akan dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran tertentu.

Dengan perencanaan yang matang guru akan dengan mudah mengantisipasi

berbagai masalah yang akan timbul karena proses pembelajaran


adalah proses yang sangat kompleks dan situasional sehingga berbagai

kemungkinan bisa terjadi.

3) Memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.

Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dewasa ini banyak sekali sumber belajar yang mengandung berbagai infor-

masi. Siswa akan dihadapkan pada kesulitan memilih sumber belajar yang

dianggap cocok dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu melalui

perencanaan, guru dapat menentukan sumber mana yang dianggap tepat

untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.

4) Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara siste-

matis.

Artinya proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya akan

tetapi akan berlangsung secara terarah dan terorganisasi. Dengan demikian

guru dapat memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk keberhasilan

proses pembelajaran.

Dari keempat manfaat yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya, dapat

dipahami bahwa manfaat perencanaan pembelajaran dapat diklasifikasikan

menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan manfaat bagi siswa.

a) Manfaat Bagi Guru

Dengan memiliki perencanaan yang matang maka guru dapat mengajar

dengan lebih siap baik secara metodologi maupun konten, guru dapat

mengantisipasi kesulitan dan bisa dengan cepat mengambil keputusan dari


berbagai alternatif solusi yang tersedia, guru dapat mengoptimalkan pe-

manfaatan waktu dan sumber daya yang dimiliki, guru dapat memprediksi

dengan cermat tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, dan

guru dapat mengevaluasi kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

lebih objektif.

b) Manfaat Bagi Siswa

Dengan adanya perencanaan yang matang maka siswa bisa mendapat-

kan pembelajaran yang bermakna dan menarik, dan dengan perencanaan

yang matang maka siswa dapat terus terjaga motivasi dan minat belajarnya

agar tetap tinggi.

c. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP

Ada berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah

sebagai berikut.

1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dengan mem-perhatikan

perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat,

motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,

kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,

dan/atau lingkungan peserta didik.

2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik.

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk

mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan

semangat belajar.
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis.

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran mem-

baca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk

tulisan.

4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,

pengayaan, dan remedi.

5) Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara

SK, KD, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian,

dan Sumber Belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan

komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi

dan kondisi.

d. Komponen dan Langkah-Langkah Pengembangan RPP

Adapun beberapa komponen dan langkah-langkah dalam pengembangan

RPP yaitu:

1) Identitas

Identitas: Sekolah, Kelas, Semester, Mata Pelajaran, dan Alokasi Waktu.

2) Kompetensi Inti

Tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang

harus dimiliki seorang siswa pada setiap tingkat kelas atau program.
Sementara itu Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan

keterampilan.

3) Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar adalah kemampuan minimal yang harus dicapai peserta

didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam

kelas pada jenjang pendidikan tertentu.

4) Indikator

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan

perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi pengetahuan

(kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).

5) Tujuan Pembelajaran

Memuat penguasaan kompetensi yang bersifat operasional yang dicapai

dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada

rumusan yang terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang

operasional. Dengan demikian jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat

sama atau lebih banyak dari pada indikator.

6) Materi Pembelajaran

Materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang harus

diketahui dalam pembelajaran adalah materi dalam RPP merupakan

pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena

itu, materi pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci


bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi buku siswa.

7) Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula

diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Pemilihan metode

bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.

8) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran memuat pendahuluan/kegiatan awal kegiatan inti,

dan kegiatan penutup dan masing-masing disertai alokasi waktu yang

dibutuhkan. Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih dari satu kali

pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 atau

ke-3 nya.

9) Media, Alat/Bahan, Sumber Belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam

silabus. Jika memungkinkan dalam satu perencanaan disiapkan media,

alat/bahan, dan sumber belajar. Oleh kerena itu, guru harus memahami

secara benar pengertian media, alat/bahan dan sumber belajar.

10) Penilaian

Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan

tujuan pembelajaran. Dalam penilaian hendaknya dicantumkan: jenis,

betuk instrumen dan instrumen, kunci jawaban dan pedoman penskoran.

(Sumber: Modul PLPG: 2013).


e. Proses Pembelajaran

Tahap selanjutnya dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu

pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,

dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a) Menyiapkan peserta didik secara fisik untuk mengikuti proses pembela-

jaran.

b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipela-

jari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari

c) Mengantar peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang

akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan

tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai.

d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang

kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan

permasalahan atau tugas.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang dise-


suaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang

meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi,

dan komunikasi.

a) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan ber-

variasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan

melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,

melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, men-

dengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

b) Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara

luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah

dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Melalui kegiatan bertanya

dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam

bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

c) Mengumpulkan dan Mengasosiasikan

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara, untuk itu

peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan

fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan

eksperimen.
d) Mengkomunikasikan Hasil

Menulis atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan

mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil

tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil

belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

3) Kegiatan Penutup

Guru bersam-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan ter-

program, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajar-

an, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan

tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar

peserta didik dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.
Tabel
Format RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Satuan Pendidikan: Kelas:


Semester:
Mata Pelajaran:
Alokasi Waktu:

Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Tujuan Pembelajaran
Materi Ajar
Metode Pembelajaran
Sumber Belajar dan Media
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian

Indikator Teknik Penilaian Bentuk Instrumen


Pencapaian Instrumen
Kompetensi

Kota, ...
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru mata pelajaran

NIP ... NIP ...

3. Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila

cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan

menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16-25). Sedangkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Ismawati (2013: 1) pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menyangkut

seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra,

Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra.

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, hal yang pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah

mencari cerita pendek yang akan dianalisis unsur intrinsiknya. Peneliti memilih

cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala untuk dianalisis. Cerita

pendek “Radio Kakek” berjumlah 8 halaman. Setelah mencari cerita pendek,

kemudian peneliti membaca keseluruhan isi cerita pendek “Radio Kakek”

karya Ratih Kumala dan membuat sinopsis untuk mempermudah memahami

isi ceritanya. Setelah membaca, selanjutnya peneliti mengumpulkan atau

mencari unsur intrinsik dalam cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih

Kumala. Unsur intrinsik yang dicari seperti tema, tokoh dan penokohan, alur,

latar, sudut pandang dan amanat.

Semua data analisis telah diperoleh, selanjutnya adalah memeriksa

keabsahan hasil analisis unsur instrinsik cerpen “Radio Kakek” dengan

menggunakan triangulasi yang dilakukan oleh ahli yaitu dosen bidang sastra.

Selanjutnya, peneliti membuat rencana pembelajaran berupa RPP yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran. Rencana pembelajaran ini dibuat agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Rencana pembelajaran

memuat materi yang berkaitan dengan menganalisis cerita pendek yaitu

terdapat pada Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun

cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek.


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari lima subbab, yaitu jenis penelitian, data dan

sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data. Semuanya itu akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul analisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio

Kakek” karya Ratih Kumala dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA

menggunakan jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif. Bagdan dan Taylor

(dalam Moleong, 2006: 4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang menghasilkan produk analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kualifikasi lainnya (Moleong, 2006: 6).

B. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian analisis unsur intrinsik cerita pendek

“Radio Kakek” Karya Ratih Kumala dan rencana pembelajarannya di Kelas XI

SMA adalah subjek dari data diproleh yaitu cerpen yang berjudul “Radio

Kakek” karya Ratih Kumala. Cerpen radio kakek karya Ratih Kumala terdapat

8 halaman. Tahun terbit 2017. Data dari penelitian ini adalah analisis unsur

instrinsik berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan

amanat.

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks cerpen itu

sendiri. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai alat pengumpulan data

adalah peneliti itu sendiri.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk

memperoleh data yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan

penelitian (Nasir, 2011). Sugiyono (2010: 224) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik yang digunakan adalah

teknik simak dan teknik catat. Teknik simak: peneliti membaca keseluruhan

cerpen yang akan dianalisis. Teknik catat: setelah selesai membaca cerpen

tersebut, peneliti mencatat/menulis hal-hal penting yang berkaitan dengan

menganalisis unsur intrinsik seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,

sudut pandang dan amanat. Kedua teknik ini dilakukan karena dalam penelitian

ini berupa teks tertulis.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik

cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala ditinjau dari tema, tokoh dan

penokohan, alur, latar, sudut pandang, amanat dan mendeskripsikan rencana

pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala

di kelas XI SMA dalam bentuk RPP. Jadi produk yang dihasilkan dalam

penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


E. Teknik Analisis Data

Siddel (dalam Moleong, 2010: 248) analisis data kualitatif prosesnya

berjalan sebagai berikut: 1) mencatat hasil data lapangan, dengan memberikan

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, 2) mengumpulkan, memilah-

milah, mengklasifikasikan, mensistesikan, membuat ikhtisar, dan membuat

indeksnya, 3) berpikir untuk membuat kategori data itu mempunyai makna,

dengan cara mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan

membuat temuan umum.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian analisis unsur intrinsik

cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala dan rencana

pembelajarannya di kelas XI SMA adalah analisis deskriptif. Langkah-langkah

yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1) Peneliti terlebih dahulu mencari dan memilih cerpen. Peneliti memilih

cerpen “radio kakek” karya Ratih Kumala sebagai bahan untuk dianalisis.

2) Peneliti membaca secara keseluruhan cerpen “Radio Kakek” karya Ratih

Kumala kemudian membuat sinopsis.

3) Peneliti menganalisis dan mencatat informasi penting berupa unsur

intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih

Kumala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

F. Triangulasi

Temuan dan interpretasi yang diperoleh peneliti harus diperiksa

keabsahannya dengan triagulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara, dan berbagai waktu

(Sugiyono, 2010: 273). Triangulasi dilakukan untuk memperkuat data, untuk

membuat peneliti yakin terhadap kebenaran dan kelengkapan data. Triangulasi

tersebut dapat dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas dengan

datanya, sampai yakin datanya valid (Herdiansyah, 2012: 168). Triangulasi

adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang

menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti (Herdiansyah, 2012:

201). Oleh karena itu, peneliti melakukan triangulasi terhadap data hasil

analisis unsur intrinsik cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala. Hasil

analisis yang dilakukan peneliti kemudian diperiksa keabsahannya oleh

pakar/ahli dalam bidang sastra yaitu dosen sastra Drs. J. Prapta Diharja, SJ.

M.Hum. Triangulasi ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang

diperoleh.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan dikemukakan data yang ditemukan dalam penelitian

analisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala dan

rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Cerpen yang digunakan untuk

dianalisis terdiri dari 8 halaman. Data yang ditemukan berupa kalimat atau

paragraf yang terdapat dalam cerita pendek “Radio Kakek”. Peneliti

menggunakan cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala sebagai bahan atau

sumber data yang akan digunakan dalam menganalisis unsur intrinsik. Unsur

intrinsik yang dianalisis difokuskan pada tema, tokoh dan penokohan, alur,

latar, sudut pandang, dan amanat. Kemudian mengimplementasikan dalam

pembelajaran sastra di SMA kelas XI melalui Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

B. Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio Kakek” Karya Ratih

Kumala

Analisis unsur intrinsik dalam penelitian ini menggunakan cerita pendek

”Radio Kakek” karya Ratih Kumala. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran tentang isi cerita pendek “Radio Kakek” secara menyeluruh. Analisis ini

difokuskan pada unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek”, meliputi tema,

tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat. Berikut hasil analisis

unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.

44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

a. Tema: Perjuangan

Peserta didik diminta untuk menemukan Tema dalam cerpen “Radio Kakek”

karya Ratih Kumala. Cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala

mengisahkan tentang perjuangan yang terjadi pada masa lalu dimana terjadi

saat penjajahan Belanda. Ini dapat dilihat pada kutipan dalam cerpen.

(1) Jika sore para pemuda pejuang datang ke rumah kami, maka radio
itu mulai dikeluarkan dan semua mendengar mengelilingi radio
dekat-dekat sementara ibu menyediakan bergelas-gelas teh seduh
dan singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek tidak
dijual (Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (1), penulis menceritakan bahwa para pemuda pejuang

kemerdekaan datang ke rumah Mbah Kaji Idris untuk mendengarkan radio

yang pada zaman itu sebuah radio sangat sulit ditemukan.

(2) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-engah.
Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-buru minta
diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar (Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (2), penulis menceritakan tentang para pemuda pejuang yang

saat itu sedang dikejar-kejar oleh orang-orang Belanda dan mereka pun

datang secara menyelinap ke rumah Mbah Kaji Idris minta diselamatkan.

(3) Dan besoknya, jika kau pergi ke dalam kebun kecil dibelakang
kampung itu, maka darah akan kau temukan bercecer. Lalu mayat-
nya biasanya baru ditemukan terapung di kali beberapa hari
kemudian. Beberapa dari mayat itu adalah wajah-wajah yang ku-
kenal yang pernah mendengar radio kakek di rumah kami (Kumala,
2017: 101-102).
Pada kutipan (3), penulis menceritakan tentang kejadian yang terjadi di

kebun kecil belakang kampung yang terdapat darah yang berceceran dan
besoknya akan ditemukan mayat terapung di kali. Ternyata mayat itu wajah-

nya yang pernah mendengar radio di rumah Kakek.

(4) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti orang-orang
Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka berkulit
putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari rumahnya
dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan dibawa serta
bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (4), penulis menceritakan tentang orang-orang berseragam

Belanda datang ke kampung Mbah Kaji Idris, mereka memaksa orang-orang

kampung untuk keluar dari rumahnya dan membawanya pergi bersama

mereka.

(5) Radio yang cuma ada dua buah di kampung ini, di rumah kami dan
di rumah seorang Demang. Tapi tentu saja tidak mungkin bagi
pemuda pejuang untuk mendengarkan radio di rumah Demang
yang juga antek Belanda itu, mereka mendengarkan di rumah kami.
Mendengarkan radio Kakek (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (5), penulis menceritakan bahwa di kampung itu hanya ter-

dapat dua radio yaitu di rumah Kakek dan di rumah seorang Demang yang

merupakan antek Belanda.

b. Tokoh dan Penokohan

Peserta didik diminta untuk menemukan tokoh dan penokohan dalam cerpen

“Radio Kakek” karya Ratih Kumala yang dilihat dari segi perannya. Tokoh

terbagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penokohan

adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161).

Tokoh-tokoh dibawah ini yang berperan dalam cerpen, yaitu.


1) Aku

Tokoh Aku dalam cerita pendek ini berarti orang yang menceritakan

Kejadian yang dialami saat itu. Tokoh ini menjadi tokoh wirawan yaitu

tokoh yang selalu dekat dengan tokoh utama. Tokoh “aku” digambarkan

sebagai seorang cucu yang baik, sangat dekat dengan kakeknya, sangat

disayang oleh kakeknya, memiliki rasa ingin tahu, memiliki jiwa penakut,

dan mudah bersosialisasi dengan keadaan sekitar. Ini dapat dilihat pada

kutipan.

(6) Kakekku menimang-nimang radio itu seperti sayang kepada


anak, seperti jika aku ditimang-timang. Suatu hari, Kakek
pulang membawa benda kotak yang lumayan berat dan besar.
Benda itu dibuntalnya dengan telapak meja, seluruh rumah
berkumpul dan dipertontonkan isi buntalan itu (Kumala, 2017:
99).
Pada kutipan (6), penulis menjelaskan bahwa sosok “aku” sangat di-

sayang oleh kakeknya yang suka menimang manja dirinya. Ini berarti

bahwa sosok “aku” sangat disayang oleh kakeknya.

(7) Mbah Kaji Idris, begitu orang-orang memanggilnya. Dia kakek-


ku yang seluruh rambutnya masih berwarna hitam, padahal ibu
dan bapakku saja sudah mulai memutih. Pernah dalam satu
kesempatan, aku membuka pecinya dan mengawul-awul
rambut-nya, kucari uban tetapi tak kutemukan.

Pada kutipan (7), penulis menjelaskan bahwa tokoh “aku” memiliki

kedekatan dengan tokoh Mbah Kaji Idris yang saat itu tokoh “aku”

sedang mengawul-awul rambut Kakek untuk mencari uban.

(8) Tiap subuh datang, tubuhku diguncangkan lembut oleh Kakek.


Aku akan terbangun dan dengan malas mengambil air wudhu
serta sarung untuk salat Subuh di langgar dekat rumah kami
(Kumala, 2017: 100).
Pada kutipan (8), menjelaskan bahwa Kakek selalu membangunkan aku

tiap subuh untuk salat bersama di langgar dengan cara mengguncangkan

tubuh tokoh “aku”. Kutipan ini juga menjelaskan bahwa tokoh “aku”

memiliki kedekatan dengan tokoh Kakek.

(9) Lalu terjadilah hal yang kutakutkan pada suatu sore; orang-
orang berseragam itu untuk menyambangi rumah kami. Aku
ingat, aku begitu takut hingga nangis pun tak sanggup. Untung
aku tak terkencing di celana (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (9), penulis menjelaskan bahwa tokoh “aku” memiliki sifat

penakut. Ini dapat terlihat pada saat orang-orang berseragam itu datang

ke rumahnya.

(10) Aku senang sekali dengan keadaan ini, rumah kami jadi ramai.
Orang-orang dewasa kadang membicarakan hal-hal rumit yang
sulit kumengerti, tapi aku tetap berada disitu, di samping
Kakek yang juga berbicara tentang hal rumit. Aku membuka
kuping untuk mendengar pembicaraan mereka, walaupun aku
tidak mengerti apa yang mereka cakapkan.
Pada kutipan (10), penulis menjelaskan bahwa tokoh “aku” memiliki rasa

ingin tahu tentang sesuatu, walaupun “aku” tidak mengerti apa yang

dibicarakan oleh orang-orang dewasa tetapi ia tetap mendengarkan

pembicaraannya karena ingin mengetahui apa yang sedang dibicarakan.

(11) Aku senang sekali dengan keadaan ini, rumah kami jadi ramai.
Orang-orang dewasa kadang membicarakan hal-hal rumit yang
sulit kumengerti, tapi aku tetap berada disitu, di samping
Kakek yang juga berbicara tentang hal rumit. Aku membuka
kuping untuk mendengar pembicaraan mereka, walaupun aku
tidak mengerti apa yang mereka cakapkan (Kumala, 2017:
101).
Pada kutipan (11), penulis juga menjelaskan bahwa pada kutipan ini juga

menggambarkan bahwa tokoh “aku” mudah bersosialisasi dengan sekitar.

Dimana tokoh “aku” ikut berkumpul dengan para pemuda pejuang yang

saat itu sedang berbicara hal-hal rumit.

(12) Apakah Kakek di situ? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku
berusaha menyelinap, ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-
dalam sana. Mereka akan mencongkel matamu dan men-
campurnya ke dalam cendol.” Aku tahu ibu khawatir, dan
mencoba menakut-nakutiku. Tapi aku harus pergi! Aku harus
bertemu Kakek. Aku harus tahu keadaan Kakek (Kumala,
2017: 105).

Pada kutipan (12), penulis menjelaskan bahwa tokoh “aku” berusaha

untuk memberanikan diri menolong Kakek walaupun sebenarnya tokoh

“aku” memiliki sifat penakut, tapi untuk menolong Kakek kesayangan-

nya ia harus berusaha memberanikan diri. Tokoh “aku” juga bersikeras

untuk bertemu dan ingin mengetahui keadaan Kakek.

2) Mbah Kaji Idris (Kakek)

Tokoh Kakek yang berperan sebagai Mbah Kaji Idris dalam cerpen ini

diceritakan sebagai Kakek dari tokoh Aku. Tokoh ini digambarkan

sebagai tokoh utama dalam cerpen “ Radio Kakek” karya Ratih Kumala.

Kakek disebut sebagai tokoh utama karena tokoh Kakek adalah tokoh

yang diceritakan dan paling banyak diceritakan. Kakek adalah seorang

juragan tembakau, memiliki kemampuan supranatural, baik, dekat

dengan para pemuda pejuang, seorang iman di masjid dan langgar. Ini

dapat dilihat pada kutipan.


(13) Segera saja, berita mulut ke mulut menyebar bahwa ada di
rumah kami, rumah juragan tebakau. Tak heran, jadilah rumah
kami saat siang tempat ibu-ibu bekerja melinting kretek,
menjelang sore para pemuda pejuang diam-diam datang untuk
mendengar radio di rumah kami (Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (13), penulis menjelaskan bahwa kakek yang bernama

Mbah Kaji Idris merupakan seorang juragan tembakau yang memiliki

radio. Dengan adanya radio maka rumah juragan tembakau menjadi

ramai saat siang tempat ibu-ibu sedang bekerja melinting kretek dan sore

hari para pemuda pejuang datang mendengar radio.

(14) Mbah Kaji Idris, begitu orang-orang memanggilnya. Dia


kakekku yang seluruh rambutnya masih berwarna hitam,
padahal rambut ibu dan bapakku saja sudah mulai memutih.
Pernah dalam satu kesempatan, aku membuka pecinya dan
mengawul-awul rambutnya, kucari uban tetapi tak kutemukan.
Hitam... hitam seluruh, berhelai-helai dan tak satu pun runtuh
(Kumala, 2017: 100).

Pada kutipan (14), penulis menjelaskan bahwa tokoh Kakek itu bernama

Mbah Kaji Idris yang memiliki rambut masih berwarna hitam. Bisa di-

katakan awet muda.

(15) Orang-orang bilang, kakekku itu punya kemampuan supra-


natural. Ia mampu berada di dua tempat pada satu waktu
(Kumala, 2017: 100).

(16) Tapi pada saat yang sama, orang dari masjid lain yang jarak-
nya agak jauh dari langgar tempat kami salat, juga akan
menegur Kakek saat bersua di jalan dan bertanya apakah besok
kakekku akan menjadi iman lagi di masjidnya seperti tadi pagi.
Selalu jawab kakekku, “Insyaallah...” Bukankah ini berarti
Kakek juga menjadi imam di masjid lain? Sementara
sesubuhan Kakek bersamaku, mulai dari membangunkan
sampai pulang kembali ke rumah (Kumala, 2017: 100).
Pada kutipan (15) dan (16), penulis menjelaskan bahwa tokoh Kakek

yang bernama Mbah Kaji Idris memiliki kemampuan supanatural yang

mampu berada di dua tempat pada satu waktu. Ini dapat dilihat pada saat

bertemu dengan orang dari masjid lain yang bertanya apakah besok

Kakek akan menjadi imam lagi di masjid mereka, padahal dari subuh

Kakek selalu bersamaku salat di langgar dekat rumah.

(17) Jika sore para pemuda pejuang datang ke rumah kami, maka
radio itu mulai dikeluarkan dan semua mendengar radio dekat-
dekat sementara ibu menyediakan bergelas-gelas teh seduh dan
singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek yang
tidak dijual (Kumala, 2017: 101).

Pada kutipan (17), penulis menjelaskan bahwa sosok Kakek

memiliki kedekatan dengan para pemuda pejuang yang selalu datang

ke rumahnya untuk mendegarkan radio. Para pemuda pejuang itu

pun juga disuguhkan teh seduh, singkong rebus, dan kadang kretek.

(18) “Mbah ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang jadi imam
di masjid.” Dan turunlah bedil itu dari dahi kakekku demi
mendengar penjelasannya. Nyawa Kakek terselamatkan
(Kumala, 2017: 103).

Pada kutipan (18), penulis menjelaskan bahwa Mbah Kaji Idris

merupakan seorang imam di masjid bukan seorang pejuang yang

biasanya setiap hari Jumat menjadi imam di masjid atau langgar.

3) Ibu-Ibu

Tokoh Ibu-ibu dalam cerpen “Radio Kakek” ini diceritakan tokoh

tambahan yang berperan sebagai karyawan dari Mbah Kaji Idris juragan
tembakau. Ibu-ibu ini bekerja sebagai pelinting kretek. Ini dapat dilihat

pada kutipan.

(19) Segera saja, berita dari mulut ke mulut menyebar bahwa ada
radio di rumah kami, rumah juragan tembakau. Tak heran,
jadilah rumah kami saat siang tempat ibu-ibu bekerja melinting
kretek, menjelang sore para pemuda pejuang diam-diam
datang untuk mendengar radio di rumah kami. Mula-mula
hanya satu atau dua orang, kemudian menjadi lima, sepuluh,
bahkan lima belas orang yang datang diam-diam menyelinap
lewat pintu samping (Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (19), penulis menjelaskan bahwa tokoh ibu-ibu berperan

sebagai orang-orang yang bekerja melinting kretek di rumah juragan

tembakau.

4) Pemuda Pejuang

Tokoh pemuda pejuang ini diceritakan sebagai tokoh tambahan. Men-

ceritakan bahwa para pejuang yang berjuang melawan penjajah Belanda.

Para pemuda pejuang ini yang selalu dekat dengan sosok tokoh Mbah

Kaji Idris karena mereka selalu mendengarkan radio di rumahnya Mbah

Kaji Idris untuk mendapatkan informasi. Ini dapat dilihat pada kutipan.

(20) Tak heran, jadilah rumah kami saat siang tempat ibu-ibu
bekerja melinting kretek, menjelang sore para pemuda pejuang
diam-diam datang untuk mendengar radio di rumah kami
(Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (13), penulis menjelaskan bahwa jika ingin mendengarkan

radio, para pemuda pejuang diam-diam datang ke rumah Kakek agar

mereka tidak tertangkap oleh orang-orang Belanda.


(21) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-
engah. Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-
buru, minta diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar
(Kumala, 2017: 101).

Pada kutipan (21), penulis menjelaskan bahwa para pemuda pejuang

datang menyelinap ke rumah Kakek untuk minta diselamatkan karena

mereka tengah dikejar-kejar oleh orang-orang Belanda.

5) Ibu

Tokoh “Ibu” dalam cerita ini diceritakan sebagai orang tua atau ibu dari

tokoh aku. Tokoh ini sebagai tokoh tambahan. Tokoh “ibu” digambarkan

memiliki sifat yang baik, memiliki rambut yang mulai memutih,

khawatiran, berani dengan orang-orang Belanda. Ini dapat dilihat pada

kutipan.

(22) Dia Kakekku yang seluruh rambutnya masih berwarna hitam,


padahal rambut ibu dan bapakku saja sudah mulai memutih
(Kumala, 2017: 100).
Pada kutipan (22), penulis menjelaskan bahwa ibu memiliki rambut

yang sudah memulai memutih, padahal rambut Kakek saja masih

berwarna hitam.

(23) Jika sore para pemuda pejuang datang ke rumah kami, maka
radio itu mulai dikeluarkan dan semua mendengar mengelilingi
radio dekat-dekat sementara Ibu menyediakan bergelas-gelas teh
seduh dan singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek
yang tidak dijual (Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (23), penulis menjelaskan bahwa ibu orangnya sangat

baik dan ramah kepada para pemuda, jika para pemuda datang ke

rumah ibu selalu menyediakan teh seduh, singkong rebus dan kretek

sebagai suguhan pada saat mendengar radio.

(24) Tentu saja kami tutup mulut dan Ibu berkata bahwa rumah
kami bukan tempat persembunyian. Mereka masih tak puas,
maka kakekku ditarik ke depan dan mata bedil bersandar di
dahinya. Kami mulai menangis, aku tak kedip demi melihat
pemandangan itu (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (24), penulis menjelaskan bahwa saat itu kami tutup

mulut kecuali ibu, ibu berani berkata kepada orang-orang Belanda

bahwa rumahnya bukan sebagai tempat persembunyian. Mendengar

perkataan ibu orang-orang Belanda itu merasa tak puas dan

meletakkan bedil di dahi Kakek.

(25) Apakah Kakek di situ? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku
berusaha menyelinap, Ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-
dalam sana. Mereka akan mencongkel matamu dan men-
campurnya ke dalam cendol. “Aku tahu Ibu khawatir, dan
mencoba menahanku dengan cara menakut-nakuti (Kumala,
2017: 105).
Pada kutipan (25), penulis menjelaskan bahwa ibu merasa khawatir

kepada anaknya saat aku berusaha menyelinap untuk mencari Kakek.

Kekhawatiran itu ibu tunjukkan dengan cara menakut-nakuti tokoh

aku. Jika aku ke kebun kecil maka mataku akan dicongkel dan

mencampurnya ke dalam cendol.


6) Orang-Orang Belanda

Tokoh orang-orang Belanda dalam cerita ini diceritakan sebagai para

penjajah pada masa penjajahan. Tokoh ini dikatakan sebagai tokoh

tambahan antagonis. Tokoh orang-orang Belanda digambarkan sebagai

tokoh yang memiliki kulit berwarna putih, memakai seragam dan

sifatnya kejam. Ini dapat dilihat pada kutipan.

(26) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti; orang-
orang Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka
berkulit putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari
rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan
dibawa serta bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (26), penulis menjelaskan bahwa orang-orang berkulit

putih berseragam itu datang berombongan dan memaksa orang-orang

kampung untuk keluar rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Ini

berarti orang-orang yang berkulit putih dan berseragam itu adalah orang-

orang Belanda.

(27) Aku akan melihat keluarganya menangis memohon-mohon


agar orang terkasih tak dibawa, jika sudah begitu... bedil yang
berbicara. Tak jarang meletus tepat di batok kepala atau dada
mereka. Kabarnya mereka yang dibawa akan dijadikan pekerja.
Tanpa upah bahkan tanpa makan atau sifat kemanusiaan
sekalipun (Kumala, 2017: 102).

Pada kutipan (27), penulis menjelaskan bahwa Orang-orang Belanda

ini terlihat sangat kejam. Mereka selalu menyiksa orang-orang

kampung bahkan membedil mereka jika mereka menolak untuk ikut

bersama mereka. Mereka akan menjadikan orang-orang kmpung sebagai

pekerja yang tanpa upah dan perikemanusiaan.


7) Orang-Orang Kampung

Orang-orang kampung dalam cerpen ini diceritakan sebagai warga

kampung tempat Kakek Kaji Idris tinggal, yang dimana mereka sebagai

tokoh yang tertindas, yang selalu mendapat siksaan dari orang-orang

Belanda. Ini dapat dilihat dalam kutipan.

(28) Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar rumahnya dan


dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan dibawa serta
bersama mereka. Aku akan melihat keluarganya menangis
memohon-mohon agar orang terkasihnya tak dibawa, jika
sudah begitu bedil... yang bicara. Tak jarang meletus tepat di
batok kepala atau dada mereka. Kabarnya, mereka yang
dibawa akan dijadikan pekerja. Tanpa upah, bahkan tanpa
makan atau sifat kemanusiaan sekalipun. Aku terkadang
mengintip mereka di antara tembok-tembok rumahku dan
perdu-perdu. Menyaksikan orang-orang kampung dipaksa
keluar dari huniannya, bahkan menyaksikan bedil benar-benar
meletus di tubuh orang-orang kampung itu (Kumala, 2017:
102).
Pada kutipan (28), penulis menjelaskan bahwa orang-orang kampung

mendapatkan perlakuan yang tidak wajar dari orang-orang Belanda.

Orang-orang kampung disiksa dan dipaksa keluar dari rumahnya. Mereka

dipekerjakan tanpa upah, tanpa makan dan sifat kemanuasiaan.

8) Lelaki Paruh Baya

Tokoh tetangga dalam cerita pendek ini diceritakan sebagai lelaki paruh

baya yang tiba-tiba lewat depan rumah Kakek. Tokoh ini digambarkan

sebagai tokoh yang baik, menolong Kakek. Ini dapat dilihat dalam

kutipan.
(29) Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya lewat, dan memanggil
dengan nada kaget, “Mbah Kaji...?” Orang itu segera dipanggil
petugas berseragam, ditanyakan perihal siapa kakekku. “Mbah
ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang jadi imam di
masjid.” Dan turunlah bedil itu dari dahi kakekku demi
mendengarkan penjelasannya. Nyawa Kakek terselamatkan.
Lalu mereka pergi dari kediaman kami. Kakek segera masuk
ke rumah yang berantakan dan melihat keadaan radionya.
Betapa leganya Kakek saat melihat radionya masih aman di
tempat persembunyian (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (29), penulis menjelaskan bahwa ada lelaki paruh baya

yang lewat depan rumah Mbah Kaji dan memanggil Mbah Kaji dengan

nada kaget dan lelaki itu menjelaskan bahwa Mbah Kaji Idris ini bukan

pejuang tetapi imam di masjid. Berkat penjelasan lelaki itu maka Kakek

terselamatkan.

c. Alur

Alur cerita adalah peristiwa yang terjalin menjalin berdasarkan urutan

hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa-peristiwa dapat terjalin

berdasarkan waktu, kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Cerpen “Radio

Kakek” karya Ratih Kumala memiliki alaur maju, karena setiap kejadian

menceritakan waktu terus berjalan ke depan secara terus menerus tanpa ada

yang menceritakan kejadian yang sudah lalu. Ini dapat dilihat dalam

kutipan.

1) Paparan

(30) Kakek pulang ke rumah dengan membawa benda kotak yang


lumayan berat dan besar. Benda itu dibuntalnya dengan taplak
meja, seluruh rumah berkumpul dan dipertontonkan isi buntalan
itu (Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (30), penulis menceritakan tentang Kakek yang suatu

hari pulang membawa benda yang dibuntal dengan taplak meja,

buntalan itu adalah radio.

(31) Tak heran jadilah rumah kami saat siang tempat ibu-ibu bekerja
melinting kretek dan menjelang sore para pemuda pejuang
diam-diam datang untuk mendengar radio di rumah kami
(Kumala, 2017: 99).
Pada kutipan (31), penulis menceritakan tentang dengan adanya radio

di rumah Kakek maka rumah Kakek menjadi ramai dengan adanya ibu-

ibu yang sedang bekerja melinting kretek dan para pemuda pejuang yang

diam-diam datang untuk mendengarkan radio.

(32) Mbah Kaji Idris, begitu orang-orang memanggilnya. Dia


kakekku yang seluruh rambutnya masih berwarna hitam,
padahal rambut ibu dan bapakku saja sudah mulai memutih
(Kumala, 2017: 100).
Pada kutipan (32), menjelaskan bahwa Kakek itu bernama Mbah Kaji

Idris yang penampilan rambutnya masih berwarna hitam. Terlihat awet

muda.

(33) Kakekku biasa menjadi imam di masjid-masjid dan langgar,


terutama saat hari Jumat dan orang-orang mendirikan salat
Jumat. Tiap subuh datang, tubuhku diguncangkan lembut oleh
Kakek. Aku akan terbangun dan dengan malas mengambil air
wudhu serta sarung untuk salat subuh di langgar dekat rumah
kami (Kumala, 2017: 100).

Pada kutipan (33), menjelaskan bahwa setiap hari Jumat dan orang-

orang mendirikan salat Jumat Kakek biasa menjadi imam di masjid-

masjid dan langgar. Kemudian setiap subuh datang Kakek selalu

membangunkanku untuk salat subuh di Langgar dekat rumah.


2) Rangsangan

(34) Radio yang dibeli Kakek itu segera saja mendapat tempat
terhormat di rumah kami. Di balik lemari berkaca yang berat,
Kakek membuat lobang di dinding yang tebal itu. Di situlah
radio disembunyikan (Kumala, 2017: 100-101).
Pada kutipan (34), penulis menjelaskan bahwa radio yang dibeli kakek

disembunyikan di dinding berlobang yg ditutup dengan lemari berkaca

yang berat.

(35) Jika menjelang sore para pemuda pejuang datang ke rumah


kami, maka radio itu mulai dikeluarkan dan semua mendengar
mengelilingi radio dekat-dekat sementara ibu menyediakan
bergelas-gelas teh seduh dan singkong rebus, kadang juga
berlinting-linting kretek yang tidak dijual (Kumala, 2017:101).
Pada kutipan (35), menjelaskan bahwa jika para pemuda pejuang datang

ke rumah maka Kakek mengeluarkan radio dari tempat persembunyian-

nya dan para pemuda pejuang mendengarkan radio dengan suguhan

makanan dan minuman yang telah disedikan oleh ibu.

(36) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-
engah. Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-
buru minta diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar
(Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (36), menceritakan bahwa pada masa penjajahan

Belanda para pejuang selalu bersembunyi untuk menyelamatkan diri

dari para penjajah agar mereka tidak tertangkap.

3) Gawatan

(37) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti; orang-
orang Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka
berkulit putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari
rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan
dibawa serta bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Pada kutipan (37), menjelaskan bahwa orang-orang Belanda

berseragam datang dan orang-orang kampung dipaksa keluar dari

rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Orang-orang kampung pun

dipilih dan dibawa serta bersama mereka.

(38) Lalu terjadilah hal yang kutakutkan pada suatu sore; orang-
orang berseragam itu menyambangi rumah kami. Aku ingat,
aku begitu takut hingga nangis pun tak
sanggup (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (38), menjelaskan bahwa pada sore hari orang-orang

berseragam datang ke rumah Kakek, saat itu tokoh aku ingat bahwa

dia begitu takut hingga nangis pun tak sanggup.

(39) Isi rumah diobrak-abrik. Aku tahu, Kakek sudah merasa was-
was jika orang-orang itu menemukan radio kesayangan Kakek.
Radio yang cuma ada dua buah di kampung ini; di rumah kami
dan di rumah seorang Demang (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (39), penulis menjelaskan bahwa ketika isi rumah di obrak-

abrik Kakek merasa was-was bilamana radio itu ditemukan karena

radio hanya ada di rumah juragan tembakau dan di rumah seorang

Demang.

4) Tikaian
(40) Maka, suatu hari datanglah rombongan berseragam itu.
Mengeluarkan kami semua dan bertanya kasar, benarkah
rumah kami adalah persembunyian para pejuang. Tentu saja
kami tutup mulut dan ibu berkata bahwa rumah kami bukan
tempat persembunyian. Mereka masih tak puas, maka kakekku
ditarik ke depan dan mata bedil bersandar di dahinya. Kami
mulai menangis, aku tak kedip demi melihat pemandangan itu
(Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (40), menjelaskan bahwa orang-orang berseragam itu

mengeluarkan kami dan bertanya kasar apakah rumah kami sebagai


61

tempat persembunyian para pemuda pejuang, tetapi ibu berkata bahwa

rumah kami bukan tempat persembunyian karena tak puas dengan

jawaban ibu maka bedil bersandar di dahi Kakek.

5) Rumitan

(41) Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya lewat dan memanggil


dengan nada kaget, “Mbah Kaji...?” orang itu segera dipanggil
petugas berseragam, ditanyakan perihal siapa kakekku. “Mbah
ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang jadi imam di
masjid.” Dan turunlah bedil itu dari dahi kakekku demi
mendengar penjelasannya. Nyawa Kakek terselamatkat
(Kumala, 2017: 103).

Pada kutipan (41), menjelaskan bahwa seorang lelaki paruh baya lewat

depan rumah dan memanggil Mbah Kaji dengan nada kaget dan berkata

“Mbah ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang menjadi imam

di masjid.” Dengan penjelasan lelaki itu maka nyawa Kakek

terselamatkan.

(42) Tapi cerita tak sampai di situ saja, besoknya rombongan


berseragam itu datang lagi. Rumah kami kembali digeledah
dan radio itu ditemukan! Kali ini Kakek tak dapat mengelak
lagi. Kakek dibawa paksa. Kami menangis keras sejadi-jadinya
(Kumala, 2017: 104).
Pada kutipan (42), menjelaskan bahwa rombongan berseragam itu datang

lagi dan rumah Kakek kembali di geledah dan radio itu ditemukan.

Kemudian Kakek dibawa paksa.

6) Klimaks

(43) Aku menarik-narik tangan Kakek dan salah satu dari orang itu
menarik kasar tanganku memisahkan genggam-an tanganku
menahan Kakek. Sebelum Kakek benar-benar dibawa, Kakek
berbisik pelan di telingaku, “jangan khawatir, aku akan tetap
membangunkanmu untuk subuhan.” Dan radio itu, dibawa
keluar dan dibanting.
Dibedil beberapa kali hingga bolong-bolong. Suara bedil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

itu keras sekali. Orang-orang itu pergi membawa Kakek


(Kumala, 2017: 104).

Pada kutipan (43), penulis menjelaskan bahwa ketika kakek hendak

dibawa oleh orang-orang Belanda itu, Kakek sempat berbisik kepada

cucunya bahwa Kakek akan tetap membangunkannya untuk subuhan.

Kemudian radio yang ditemukan itu dibawa keluar dan dibanting

serta dibedil hingga bolong.

(44) Apakah Kakek di situ? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku
berusaha menyelinap, Ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-
dalam sana. Mereka akan mencongkel matamu dan
mencampurnya ke dalam cendol.” Aku tahu Ibu khawatir, dan
mencoba menahanku dengan cara menakut-nakutiku. Tapi aku
harus pergi! Aku harus bertemu Kakek. aku harus tahu
keadaan Kakek (Kumala, 2017: 105).

Pada kutipan (44), menceritakan tentang kepedulian tokoh aku kepada

tokoh kakek yang saat itu dibawa oleh orang-orang Belanda. Tokoh aku

ingin menyelamatkan Kakek dengan cara menyelinap ke kebun kecil

belakng kampung tetapi ibu mengetahuinya dan melarangnya untuk pergi

kesana.

(45) Aku bersembunyi di balik perdu yang hampir mati. Tubuhku


gemetar, kututup mataku untuk menghalangi pandangan yang
telah terhalang tetanaman. Tapi pemandangan yang berjarak
dua meter di depanku seperti sudah tergambar sendiri di-
kelopakku, suara-suara yang mereka miris terdengar nyeri di
telingaku. Bibirku bergetar, menahan tangis yang hendak
pecah (Kumala, 2017: 105).
Pada kutipan (45), menceritakan tentang pada saat itu tokoh aku sedang

bersembunyi di balik perdu untuk melihat keadaan Kakek dengan

tubuh gemetar, dan bibir bergetar manahan tangis.


7) Leraian

(46) Aku ingin berteriak dan menggapai Kakek, mengajaknya berdiri


lalu lari dari tempat itu. Tapi aku tahu aku tak bisa berbuat itu,
jika tidak... maka aku akan bernasib sama dengan mereka.
Tar...tar... suara bedil menggema lagi. Aku pusing, tak dapat
bergerak di persembunyian. Suasana lalu hening setelah aku
mendengar suara tubuh-tubuh berat diseret. Kupikir... aku
tertidur... (Kumala, 2017: 106).

Pada kutipan (46), menceritakan bahwa yang pada saat itu tokoh aku

ingin berteriak dan mengajak Kakek untuk lari dari tempat itu, tetapi

suara bedil menggema lagi, kepalanya menjadi pusing dan ia mendengar

suara tubuh diseret-seret dan tokoh aku pun tertidur.

8) Selesaian

(47) Dingin. Udara subuh nan lembut jatuh di tubuhku. Aku tidak
berada di kasur seperti hari-hari sebelumnya, kutajamkan
ingatan... aku berada di antara perdu sejak semalaman di tepi
kebun kecil belakang kampung. Suara adzan samar terdengar
di kejauhan. Aku merasa sebuah tangan mengguncangkan
lembut tubuhku. Kubuka mata, dan sesosok tua mengulurkan
tangannya mengajakku berdiri. Kami berjalan berdua menuju
ke langgar untuk salat subuh (Kumala, 2017: 106).

Pada kutipan (47), menceritakan bahwa saat tokoh aku tertidur, tiba-tiba

ada yang menglurkan tangan dan mengguncangkan tubuhnya, dia sosok

tua membangunkannya untuk salat subuh bersama.

e. Latar

Peserta didik diminta untuk menemukan latar dalam cerpen “Radio Kakek”

karya Ratih Kumala. Burhan Nurgiantoro (2005: 227) mengatakan terdapat

beberapa jenis latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar

tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi. Latar waktu adalah mengacu pada “kapan” terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar sosial

adalah mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Ini dapat dilihat dalam kutipan.

1) Latar Tempat

(48) Segera saja, berita mulut ke mulut menyebar bahwa ada radio di
rumah kami, rumah juragan tembakau. Tak heran, jadilah rumah
kami saat siang tempat ibu-ibu bekerja melinting kretek,
menjelang sore para pemuda pejuang diam-diam datang untuk
mendengar radio di rumah kami (Kumala, 2017: 99).

Pada kutipan (48), penulis menjelaskan bahwa kejadian ini terjadi di

rumah yaitu di rumah Mbah Kaji Idris.

(49) Aku akan terbangun dan dengan malas mengambil air wudhu
serta sarung untuk salat subuh di Langgar dekat rumah kami
(Kumala, 2017: 100).

Pada kutipan (49), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi

di langgar atau masjid dekat rumah Kakek.

(50) Asalnya dari kebun kecil di belakang kampung. Aku yakin


suara miris itu juga sedang didengarkan saksama oleh orang-
orang kampung (Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (50), menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi di

kebun kecil belakang kampung.

(51) Lalu mayatnya biasanya baru ditemukan terapung di kali


beberapa hari kemudian. Beberapa mayat itu adalah wajah-
wajah yang ku kenal yang pernah mendengar
radio Kakek di rumah kami (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (51), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi

di kali.

(52) Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari rumahnya dan


dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan dibawa serta
bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (52), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi

di halaman.

2) Latar waktu:

(53) Tiap subuh datang, tubuhku diguncangkan lembut oleh Kakek.


Aku akan terbangun dan dengan malas mengambil air wudhu
serta sarung untuk salat subuh di langgar dekat rumah kami
(Kumala, 2017: 100).
Pada kutipan (53), menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi pada

subuh hari.

(54) Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti; orang-
orang Belanda berseragam itu datang berombongan, mereka
berkulit putih. Lalu orang-orang kampung dipaksa keluar dari
rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa dipilih dan
dibawa serta bersama mereka (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (54), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi

pada beberapa siang.

(55) Lalu terjadilah hal yang kutakutkan pada suatu sore; orang-
orang berseragam itu menyambangi rumah kami. Aku ingat,
aku begitu takut hingga nangis pun tak sanggup (Kumala,
2017: 102).

Pada kutipan (55), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi

pada sore hari.

(56) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-
engah. Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-
buru, minta diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar
(Kumala, 2017: 101).
Pada kutipan (56), penulis menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi

pada malam hari.

3) Latar sosial

(57) Segera saja , berita mulut ke mulut menyebar bahwa ada radio
di rumah kami, rumah juragan tembakau (Kumala, 2017: 99).

(58) Radio yang cuma ada dua buah di kampung ini: di rumah kami
dan di rumah seorang Demang. Tapi tentu saja tidak mungkin
bagi pemuda pejuang untuk mendengarkan radio di rumah
Demang yang juga antek Belanda itu, mereka mendengarkan
di rumah kami (Kumala, 2017: 103).
Pada kutipan (57) dan (58), menceritakan bahwa pada masa penjajahan

untuk mempunyai sebuah radio itu hanya dapat dibeli oleh orang-orang

yang statusnya orang berada seperti juragan tembakau dan seorang

Demang.

(59) Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan napas terengah-
engah. Mereka menggedor-gedor pintu samping dengan buru-
buru, minta diselamatkan. Mereka tengah dikejar-kejar.

Pada kutipan (59), menceritakan bahwa pada masa penjajahan Belanda

para pejuang selalu bersembunyi untuk menyelamatkan diri dari para

penjajah agar mereka tidak tertangkap.

(59) Kabarnya, mereka yang dibawa akan dijadikan pekerja.


Tanpa upah, bahkan tanpa makan atau sifat kemanusiaan
sekalipun (Kumala, 2017: 102).
Pada kutipan (59), menceritakan bahkan pada masa penjajahan Belanda

banyak orang-orang yang dijadikan pekerja yang tanpa digaji, tanpa

diberi makan bahkan tanpa sifat kemanusiaan.

f. Amanat

Peserta didik diminta untuk menemukan amanat pada cerpen “Radio Kakek”

karya Ratih Kumala. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan kepada

pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan pembaca. Amanat dalam cerpen “Radio Kakek”

karya Ratih Kumala adalah pertama untuk mendapatkan pengetahuan atau

informasi itu tidaklah mudah, harus dengan kerja keras melalui niat dan

tindakan seperti yang dilakukan oleh para pemuda pejuang untuk

mendapatkan informasi pada jaman itu mereka harus diam-diam me-

nyelinap ke rumah Kakek untuk dapat mendengarkan radio. Kedua, dalam

hidup harus saling membantu satu sama lain. Ini seperti yang dilakukan

Kakek saat membantu para pemuda pejuang untuk bersembunyi dari orang-

orang Belanda.

C. Rencana Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Radio Kakek”

Karya Ratih Kumala berupa RPP.

Pada kegiatan pembelajaran di kelas, seorang guru harus terlebih

dahulu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat

dengan melihat silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat dengan

tujuan agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk itu, Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dengan matang, dan lebih kreatif. Apabila

seorang guru tidak membuat rencana pembelajaran maka proses pembelajaran

tidak berjalan dengan yang diinginkan.

Dalam penelitian ini, Peneliti membuat rencana pembelajaran dengan

materi mengalisis unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih

Kumala. Materi ini terdapat pada Kurikulum 2013 sesuai revisi 2016 untuk

kelas XI SMA. Kompetensi Dasar yang digunakan, yaitu KD 3.9 Menganalisis

unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek. Di

bawah ini akan dijabarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA


Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : XI
Materi Pokok : Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 4x45 Menit (2x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuia kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan
cerita pendek.

C. Indikator
3.9.1 Peserta didik mampu menjelaskan isi cerita pendek “Radio Kakek”
karya Ratih Kumala.
3.9.2 Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur-unsur pembangun sebuah
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
3.9.3 Peserta didik mampu menganalisis unsur-unsur pembangun sebuah
cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
3.9.4 Peserta didik mampu mempresentasikan dan memberi tanggapan dan
merevisi hasil kerja dalam kelompok.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala berupa tema, tokoh dan penokohan,
alur, latar, sudut pandang dan amanat.
2. Peserta didik mampu mempresentasikan dan memberi tanggapan hasil
analisis dalam kelompok berdasarkan cerita pendek “Radio Kakek” karya
Ratih Kumala di depan kelas.

E. Materi Pembelajaran
Faktual
Topik : Cerita Pendek
 Isi cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.
Konseptual
 Unsur intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih
Kumala berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
sudut pandang, amanat.
Prosedural
 Langkah-langkah menganalisis unsur intrinsik cerita
pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.

F. Metode Pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Penugasan

G. Media dan sumber belajar


1. Media/Alat : LCD dan Power Point, Papan Tulis, Lembar Kerja
2. Sumber belajar : a. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA
b. Internet
c. Buku-buku yang terkait dalam materi pembelajaran
d. Buku kumpulan cerpen karya Ratih Kumala
e. Contoh Cerita Pendek
H. Langkah-langkah Pembelajaran
ALOKASI
NO DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
1 Pendahuluan 10 Menit
 siswa merespon salam dari guru
 siswa bersama guru berdoa bersama sebelum
pembelajaran dimulai.
 Siswa menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
 Siswa menerima motivasi dari guru dalam
mengikuti proses pembelajaran.
 Siswa menerima informasi kompetensi, materi,
tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran.
2 Kegiatan Inti 160 Menit
 Siswa menerima teks cerita pendek “Radio
Kakek” karya Ratih Kumala
 Siswa bersama guru membaca teks cerita pendek
yang telah dibagikan.
 Siswa bersama guru membahas kembali materi
yang berkaitan dengan unsur-unsur pembangun
cerita pendek
 Siswa bersama guru melakukan tanya jawab
tentang materi pembelajaran menganalisis unsur
pembangun cerpen.
 Siswa dapat menanggapi jawaban.
 Siswa dibagi ke dalam kelompok 4-6 siswa.
 Siswa dalam kelompok membaca kembali teks
cerita pendek yang diberikan oleh guru.
 Siswa memahami isi keseluruhan teks cerita
pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala
yang diberikan oleh guru.
 Secara individual siswa mengidentifikasi unsur-
unsur pembangun yang terdapat dalam cerpen
“Radio Kakek” khususnya unsur intrinsik
cerpen.
 Setiap siswa kemudian membacakan hasil
identifikasi unsur intrinsik di depan teman
sekelompok.
 Salah satu siswa dalam kelompok
mengumpulkan hasil identifikasi unsur intrinsik
cerpen “Radio Kakek”.
 Dalam kelompok siswa bersama-sama
menganalisis unsur intrinsik cerpen “Radio
Kakek berdasarkan kutipan atau kalimat-

kalimat yang terdapat dalam cerpen.
 Siswa dalam Kelompok berdiskusi kembali
untuk memeriksa hasil kerja menganalisis cerita
“Radio Kakek”.
 Siswa mempresentasikan dan Memberi
tanggapan hasil analisis dalam kelompok di
depan kelas.

3 Kegiatan Akhir 10 Menit


Siswa bersama guru menyimpulkan materi
pembelajaran.
 Siswa bersama guru merefleksikan kegiatan
pembelajaran yang sudah dilakukan.
 Siswa bersama guru merencanakan tindak lanjut
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
I. Penilaian
Teknik Penilaian :
 Penilaian Sikap : Observasi/Pengamatan
 Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
 Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/Praktik
Rubik Penilaian
Lembar pengamatan siswa
No. Nama Perilaku yang di amati saat proses pembelajaran
Siswa Kerjasama Tanggungjawab Disiplin Menghargai
Orang lain
1.
2.
3.
Dst.
Keterangan: Pada lembar pengamatan diisi nilai 1-4
Nilai 1 : Kurang. Nilai 3 : Baik
Nilai 2 : Cukup Nilai 4 : Sangat Baik
Nilai: Jumlah Skor diperoleh x 100
Jumlah skor Maksimum

Penilaian Pengetahuan Tertulis Individu


No. Aspek yang dinilai Skor
(1-10)
1. Menjelaskan pengertian cerita pendek.
2. Menjelaskan isi keseluruhan cerpen “Radio Kakek”
karya Ratih kumala dengan baik.
3. Menyebutkan 7 unsur intrinsik cerpen “Radio Kakek”
karya Ratih Kumala.
4. Menjelaskan 7 unsur-unsur pembangun cerpen
khususnya unsur intrinsik.
5. Menyebutkan langkah-langkah menganalisis unsur
instrinsik cerita pendek.
Total skor 50
Nilai = Jumlah Skor diperoleh x 100
Jumlah skor maksimum

Penilaian Keterampilan Kelompok


No. Nama Anggota Aspek yang dinilai Skor
Kelompok (1-4)
1. Menjelaskan isi keseluruhan cerpen
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala
2. Menentukan unsur intrinsik cerpen
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala
3. Menganalisis unsur intrinsik cerpen
“Radio Kakek” karya Ratih Kumala
Dst. Memperesentasikan hasil kerja
Skor total 16

Nilai 4 : Sangat Baik


Nilai 3 : Baik
Nilai 2 : Cukup Baik
Nilai 1 : Kurang Baik
Nilai = Jumlah skor diperoleh x 100
Jumlah Skor Maksimum

Penilaian Pressentasi Kelompok


No. Nama Anggota Aspek yang dinilai Skor
Kelompok (1-5)
1. Membuka presentasi
2. Sikap saat presentasi
3. Menyampaikannya dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik
Dst. Pemahaman materi
Keaktifan setiap anggota kelompok
Menanggapi pertanyaan dengan baik
Menutup presentasi
Nilai 5 : Sangat Baik
Nilai 4 : Baik
Nilai 3 : Cukup Baik
Nilai 2 : Kurang
Nilai 1 : Sangat Kurang

Nilai = Jumlah skor diperoleh x 100


Jumlah Skor Maksimum

Yogyakarta, ...

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

(.......................) (............................)
Materi Pembelajaran

1. Pengertian Cerita Pendek

Cerita pendek adalah sebuah cerita yang selesai dibaca sekali duduk, kira-kira

berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tak mungkin

dilakukan untuk novel (Edgar Allan Poe dalam Nurgiantoro, 2010: 10).

2. Unsur-Unsur Cerita Pendek

a. Tema

Staton, dkk (Nurgiantoro, 2010: 66) tema adalah makna yang dikandung

oleh sebuah cerita. Namun ada banyak makna yang dikandung dan

ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang

mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu. Sugihastuti, dkk (dalam

Wicaksono, 2014: 57) tema dipandang sebagai dasar arti atau gagasan

dasar umum sebuah karya. Tema menjadi unsur cerita yang memberikan

makna dan kekuatan sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana

cerita.

b. Tokoh

Tokoh ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecen-

derungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan (Wicaksono, 2014: 59).


c. Penokohan

Penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.Penokohan dan karakteristik-karakteristik

sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk

pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam

sebuah cerita. Jones (dalam Nurgiantoro, 1995: 165) mengatakan bahwa

penokohan adalah pelukisan gambar yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.

d. Alur

Stanton (dalam Nurgiantoro, 2010: 113) mengemukakan bahwa plot

adalah cerita yang berisikan urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya

dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Sudjiman (1988: 30-36) membagi alur menjadi tiga tahap yaitu awal

(paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir

(leraian, selesaian).

a) Awal

(a) Paparan

Penyampaian informasi kepada pembaca disebut paparan atau eksposisi.

Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita. Tentu saja

bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan

sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya.


Pada tahap ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menggambarkan

tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen.

(b) Rangsangan

Rangsangan, yaitu peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan.

Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang

berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal

lain misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula

terasa laras. Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun oleh

rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan

(c) Gawatan biasanya adalah perkembangan cerita setelah rangsangan.

Dalam gawatan akan timbul permasalahan yang terjadi dalam sebuah

cerita.

b) Tengah

(a) Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua

kekuatan yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia

pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita. Tikaian

merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam dengan

masyarakat, orang lain, atau pertentangan antara dua unsur dalam diri

satu tokoh itu.


(b) Rumitan

Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut

rumitan. Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatan.

Rumitan biasanya timbul setelah perselisihan dan adanya pertentangan

diantara tokoh. Dalam rumitan juga sudah muncul permasalahan yang

menimbulkan klimaks permasalahan yang terjadi.

(c) Klimaks

Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kelibatannya. Di

dalam cerita rekaan, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang

memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk

menerima seluruh dampak dari klimaks.

c) Akhir

(a) Leraian

Bagian struktur alur sesudah klimaks yang menunjukkan perkembangan

peristiwa ke arah selesaian. Dalam leraian sudah dapat terlibat adanya

penyelesaian masalah menuju selesai. Di sini, konflik akan semakin

menuju perubahan dengan adanya selesaian.

(b) Selesaian

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh

jadi mengandung penyelesaian masalah yang mengalami (happy ending)

boleh juga megandung penyelesaian masalah yang menyedihkan (sad

ending), misalnya si tokoh bunuh diri.


e. Latar

Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010: 216) latar atau setting yang disebut

juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan

waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan.

Burhan Nurgiantoro (2010: 227) mengatakan bahwa unsur latar dapat

dibedakan dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut:

a) Latar Tempat

Mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi.Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat

dengan nama tertentu serta inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa

nama jelas. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebut-

an jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya desa, sungai,

jalan, hutan, kota, kecamatan, dan sebagainya.

b) Latar Waktu

Berhubungan dengan masalah “kapan” terjadi peristiwa-peristiwa

yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” itu biasanya

dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat

dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

c) Latar Sosial

Mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Selain itu

latar sosial juga berhubungan dengan status sosial yang bersangkutan. Tata
cara kehidupan sosial, masyarakat mencakup berbagai masalah dalam

lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap,

dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status

sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

f. Sudut Pandang

Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010: 248) mengatakan bahwa sudut pandang,

point of view, menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara

dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk

cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

g. Amanat

Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah

pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral

yang disampaikan, yang diamanatkan. Moral dalam karya sastra dapat

dipandang sebagai amanat, pesan, massage. Bahkan, unsur amanat itu,

sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya itu,

gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung

pesan.

Siswanti (2008: 161-162) mengatakan bahwa amanat adalah

gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra modern,

amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya

amanat tersurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Langkah-Langkah Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen

1. Pilih cerpen yang akan di analisis.

2. Membaca dan memahami isi keseluruhan cerpen.

3. Mengidentifikasi unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen.

4. Menganalisis unsur intrinsik berdasarka kutipan/kalimat-kalimat yang terdapat

dalam cerpen.
BAB V

PENUTUP

Pada bab lima ini akan dikaji tiga hal utama yaitu, (1) kesimpulan, (2)

implikasi, dan (3) saran. Pada bagian kesimpulan, akan membahas kesimpulan

dari keseluruhan hasil penelitian. Bagian implikasi akan membahas mengenai

kesimpulan konsekuensi atau akibat dari penelitian, dan saran membahas

mengenai masukkan atau hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru bahasa

Indonesia dan peneliti lain.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan oleh

peneliti, dapat disimpulkan bahwa cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala

terdapat unsur yang membangun. Unsur tersebut adalah unsur intrinsik. Unsur

intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih

Kumala meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang dan

amanat. Di bawah ini akan diuraikan mengenai unsur intrinsik dalam cerita

pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala.

Pertama, dalam cerita pendek “Radio Kakek” memiliki tema

mengenai perjuangan yang di mana dalam cerpen ini mengisahkan tentang

perjuangan pada masa penjajahan yang dilakukan oleh orang-orang Belanda

yang pada saat itu pemuda pejuang secara diam-diam datang ke rumah Mbah

Kaji Idris untuk mendengarkan radio, di mana jaman itu sebuah radio adalah

barang yang langka dan sangat berharga. Mereka rela menyelinap ke rumah

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Mbah Kaji Idris hanya untuk mendengarkan radio supaya mendapatkan

informasi.

Kedua, dalam cerita pendek “Radio Kakek” terdapat delapan tokoh,

yaitu Kakek yang bernama Mbah Kaji Idris menjadi tokoh utama. Aku

merupakan tokoh yang dekat dengan tokoh utama, bisa dikatakan sebagai

tokoh wirawan. Ibu-ibu, Pemuda Pejuang, Ibu, Orang-orang Belanda, Orang-

orang Kampung, dan Lelaki Paruh Baya merupakan tokoh tambahan. Ketiga,

Alur dalam cerita pendek “Radio Kakek” yaitu mengunakan alur maju karena

bersifat kronologik, menceritakan secara berurutan. Alur tersebut meliputi,

paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan selesaian.

Keempat, latar dalam cerita pendek “Radio Kakek” meliputi (1) latar

tempat, tempat terjadinya peristiwa di rumah Mbah Kaji, langgar/masjid,

kebun kecil belakang rumah, kali, dan halaman. (2) latar waktu terjadinya pada

subuh, siang, sore, dan malam hari. (3) latar sosialnya menggambarkan tentang

tingktan status, suasana ketakutan, kemanusiaan. Kelima, jika dilihat dari sudut

pandang, cerita pendek “Radio Kakek” menggunakan sudut pandang persona

pertama “aku” yang di mana, tokoh aku berperan sebagai si pencerita sekaligus

sebagai pelaku. Keenam, dalam cerita pendek “Radio Kakek” terdapat pesan

atau amanat yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca yaitu untuk

mendapatkan informasi dan pengetahuan pada masa itu tidaklah mudah, harus

dengan kerja keras melalui niat dan tindakan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala, dapat diterapkan

dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI. Dalam penelitian ini, peneliti

membuat rencana pembelajaran berupa RPP. RPP dibuat supaya proses

pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran mencakup, Identitas sekolah, Kompetensi Inti,

Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Metode

Pembelajaran, Sumber Belajat dan Media, Kegiatan Pembelajaran, dan

Penilaian.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tentang analisis unsur

intrinsik cerita pendek “Radio Kakek” karya Ratih Kumala, bahwa cerpen ini

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA. Dengan

menggunakan cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala diharapkan dapat

menjadi referensi untuk proses pembelajaran di kelas khususnya dalam

kegiatan menganalisi unsur intrinsik cerita pendek.

C. Saran

Saran yang diberikan ditujukan kepada guru Bahasa Indonesia dan

bagi peneliti lain. Bagi guru bahasa Indonesia di SMA, diharapkan dapat

memberikan pembelajaran di kelas mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam

cerpen. Guru juga diharapkan agar lebih kreatif dalam membuat rencana

pembelajaran di kelas agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan

baik. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang

sejenis dengan cara yang bebeda, agar proses belajar mengajar lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja.

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya

Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Apriliani, Wahyu. 2017. “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu
Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan
Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1”. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edivi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hariyadi, Andri. 2013. “Peningkatan Keterrampilan Menulis Naskah Drama


dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievment
Division) Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri I Sedayu Bantul
Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak.


Indrasari, Sisilia Yossy Nour. 2017. “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Ega
dalam Novel Ega Karya Anggie dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas
XI Semester I (Pendekatan Struktural dan Psikologi Sastra)”. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kumala, Ratih. 2017. Larutan Senja kumpulan cerpen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University.
86
87

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University.

Prastowo, Andi. 2015. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Rahma Nisrina Haq, Nur. 2017. “Pengembangan Buku Pengayaan Keterampilan
Mengonversi Teks Cerita Pendek menjadi Naskah Drama Bermuatan
Nilai-Nilai Kemanusian untuk Siswa Kelas XI SMA”. Skripsi. Semarang:
UNNES.
Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesialisme Guru.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan Teater. Yogyakarta: Ombak (Anggota
IKAPI).
Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryaman, Maman. 2012. Metodologi Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: UNY


Press.
Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa

Model
Pembelajarannya. Yogyakarta: Gandhawaca.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Zulfiana, Hikmah. 2011. “Peningkatan Kerampilan Menulis Teks Drama melalui


Teknik Transformasi Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Blora Tahun
Ajaran 2011/2012”. Skripsi. Semarang: UNNES.
LAMPIRAN

88
Radio Kakek
Karya Ratih Kumala

Kakekku menimang-nimang radio itu seperti sayang kepada anak, seperti


jika aku ditimang manja. Suatu hari, kakek pulang membawa benda kotak yang
lumayan berat dan besar. Benda itu dibuntalnya dengan taplak meja, seluruh
rumah berkumpul dan dipertontonkan isi buntalan itu.

“apa itu?” tanyaku

Kakek tersenyum dan menjawab bangga, “radio.”

Segera saja, berita mulut ke mulut menyebar bahwa ada radio di rumah
kami, rumah juragan tembakau. Tak heran, jadilah rumah kami saat siang tempat
ibu-ibu bekerja melinting kretek, menjelang sore para pemuda pejuang diam-diam
datang untuk mendengar radio di rumah kami. Mula-mula hanya satu atau dua
orang, kemudian menjadi lima, sepuluh, bahkan lima belas orang yang datang
diam-diam menyelinap lewat pintu samping.

Mbah Kaji Idris, begitu orang-orang memanggilnya. Dia kakekku yang


seluruh rambutnya masih berwarna hitam, padahal rambut ibu dan bapakku saja
sudah mulai memutih. Pernah dalam satu kesempatan, aku membuka pecinya dan
mengawul-awul rambutnya, kucari uban tetapi tak kutemukan. Hitam... hitam
seluruh, berhelai-helai dan tak satu pun runtuh. Orang-orang bilang, kakekku itu
punya kemampuan supranatural. Ia mampu berada di dua tempat pada satu waktu.

Kakekku biasa menjadi imam di masjid-masjid dan langgar, terutama saat


hari jumat dan orang-orang mendirikan salat jumat. Tiap subuh datang, tubuhku
diguncangkan lembut oleh kakek. Aku akan terbangun dan dengan malas
mengambil air wudhu serta sarung untuk salat subuh di langgar dekat rumah kami.
Kakekkulah yang biasa menjadi imam tiap subuh di langgar itu. Tapi pada

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

saat yang sama, orang dari masjid lain yang jaraknya agak jauh dari langgar
tempat kami salat, juga akan menegur Kakek saat bersua di jalan dan bertanya
apakah besok kakekku akan menjadi imam lagi di masjidnya seperti tadi pagi.
Selalu, jawab kakekku, “Insyaallah...” Bukankah berarti Kakek juga menjadi
imam di masjid lain? Sementara sesubuhan Kakek bersamaku, mulai dari
membangunkan sampai pulang kembali ke rumah.

**

Radio yang dibeli kakek itu segera saja mendapat tempat terhormat di
rumah kami. Di balik lemari berkaca yang berat, kakek membuat lobang di
dinding yang tebal itu. Di situlah radio disembunyikan. Jika sore para pemuda
pejuang datang ke rumah kami, maka radio itu mulai dikeluarkan dan semua
mendengar mengelilingi radio dekat-dekat sementara ibu menyediakan bergelas-
gelas teh seduh dan singkong rebus, kadang juga berlinting-linting kretek yang
tidak dijual. Suatu kemewahan yang tiada tara bagi para pemuda yang biasa
bergerilya. Aku senang sekali dengan keadaan ini, rumah kami jadi ramai. Orang-
orang dewasa kadang membicarakan hal-hal rumit yang sulit kumengerti, tapi aku
tetap berada di situ, di samping kakek yang juga berbicara hal rumit. Aku
membuka kuping untuk mendengar pembicaraan mereka, walaupun aku tidak
mengerti apa yang mereka cakapkan.

Tak jarang pula, saat hari telah benar-benar gelap, para pemuda
menyelinap ke dalam rumah kami dengan nafas terengah-engah. Mereka
menggedor-gedor pintu samping dengan buru-buru, minta diselamatkan. Mereka
tengah dikejar-kejar. Lalu kami semua akan berdiam sambil menyelamatkan
orang itu dan memasang kuping setajam-tajamnya. Maka samar akan terdengar
letusan beberapa kali bedil, suara teriakan, tak jarang pula suara tangis. Asalnya
dari kebun kecil di belakang kampung. Aku yakin suara miris itu juga sedang
didengarkan saksama oleh orang-orang kampung. Sampai benar-benar suara
menjadi sepi, dan jangkrik atau kodok muali bersuara, maka kami mulai bisa
bernafas lega lagi. Dan besoknya, jika kau pergi ke dalam kebun kecil di belakang
kampung itu, maka darah akan kau temukan bercecer. Lalu mayatnya biasanya
baru ditemukan terapung di kali beberapa hari kemudian. Beberapa dari mayat itu
adalah wajah-wajah yang kukenal yang pernah mendengar radio kakek di rumah
kami.

**

Inilah yang terjadi pada beberapa siang yang ditakuti orang-orang belanda
berseragam itu datang berombongan, mereka berkulit putih. Lalu orang-orang
kampung dipaksa keluar dari rumahnya dan dikumpulkan di halaman. Beberapa
dipilih dan dibawa serta bersama mereka. Aku akan melihat keluarganya
menangis memohon-mohon agar orang terkasih tak dibawa, jika sudah begitu...
bedil yang bicara. Tak jarang meletus tepat di batok kelapa atau dada mereka.
Kabarnya, mereka yang dibawa akan dijadikan pekerja. Tanpa upah, bahkan tanpa
makan atau sifat kemanusiaan sekalipun. Aku terkadang mengintip mereka di
antara tembok-tembok rumahku dan perdu-perdu. Menyaksikan orang-orang
kampung dipaksa keluar dari huniannya, bahkan menyaksikan bedil benar-benar
meletus di tubuh orang-orang kampung itu.

Lalu terjadilah hal yang kutakutkan pada suatu sore, orang-orang


berseragam itu menyambangi rumah kami. Aku ingat, aku begitu takut hingga
nangis pun tak sanggup. Untung aku tak terkencing di celana. Mereka telah
membuat kakekku bertekuk lutut dan mata bedil telah benar-benar menempel di
dahinya. Seluruh keluarga menangis tersedu dan hiteris. Aku diam, tegang demi
melihat pemandangan itu. Mereka menuduh rumah kami jadi tempat
persembunyian para pejuang kemerdekaan, mereka menuduh kami
menyembunyikan para pejuang-pejuang itu. Isi rumah kami diobrak-abrik. Aku
tahu, kakek sudah merasa was-was jika orang-orang itu menemukan radio
kesayangan kakek. radio yang cuma ada dua buah di kampung ini, di rumah kami
dan di rumah seorang Demang. Tapi tentu saja tidak mungkin bagi pemuda
pejuang untuk mendengarkan radio di rumah Demang yang juga antek Belanda
itu, mereka mendengarkan di rumah kami. Mendengarkan radio kakek. Maka,
suatu hari datanglah rombongan berseragam itu. Mengeluarkan kami semua dan
bertanya kasar, benarkah rumah kami adalah persembunyian para pejuang. Tentu
saja kami tutup mulut dan ibu berkata bahwa rumah kami bukan tempat
persembunyian. Mereka masih tak puas, maka kakekku ditarik ke depan dan mat
bedil bersandar di dahinya. Kami mulai menangis, aku tak kedip demi melihat
pemandangan itu.

Tiba-tiba...seorang lelaki paruh baya lewat, dan memanggil dengan nada


kaget, “ Mbah Kaji...?” orang itu segera dipanggil petugas berseragam, ditanyakan
perihal siapa kakekku. “Mba ini bukan pejuang, ini Mbah Kaji Idris yang jadi
imam di masjid.” Dan turunlah bedil itu dari dahi kakekku demi mendengarkan
penjelasannya. Nyawa kakek terselamatkan. Lalu mereka pergi dari kediaman
kami. Kekek segera masuk ke rumah yang berantakan dan melihat keadaan
radionya. Betapa leganya kakek saat melihat radionya masih aman di tempat
persembunyiannya.

Tapi cerita tak sampai disitu saja, besoknya rombongan berseragam itu
datang lagi. Rumah kami kembali digeledah dan radio itu ditemukan! Kali ini
kakek tak dapat mengelak lagi. Kakek dibawa paksa. Kami menangis keras sejadi-
jadinya aku menarik-narik tangan kakek dan salah satu dari orang itu menarik
kasar tanganku memisahkan genggaman tanganku menahan kakek. sebelum kakek
benar-benar dibawa, kakek berbisik pelan di telingaku, “jangan khawatir”, aku
akan tetap membangunkanmu untuk subuhan.” Dan radio itu, dibawa keluar dan
dibanting. Dibedil beberapa kali hingga bolng-bolong. Suara bedil itu keras sekali.

Orang–orang pergi membawa kakek. aku menatap nanar radio kakek yang
tergeletak pasrah. Masih untung tak ada di antara kami yang dibedil. Ibu
menyuruhku masuk. Hari menjelang sore, dan kami semua tahu... ada
kemungkinan kakek dibawa ke kebun kecil di belakang kampung. Pintu-pintu
mulai ditutup. Beberapa pemuda pejuang mulai berdatangan ke rumah kami,
menjaga kediaman kami. Kali ini tidak bisa mendengarkan radio. Radio itu tadi
kupungut kembali dan kusimpan, lalu kutunjukkan kepada para pemuda pejuang
keadaan radio yang telah hancur. Salah satu dari mereka membongkar radio itu
dan mengutak-atik, berusaha membenarkan, sementara kami semua terdiam
menajamkan telinga dengan suara yang akan muncul dari kebun kecil di belakang
kampung. Apakah kakek disitu? Aku ingin ke kebun kecil itu, saat aku berusaha
menyelinap, ibu bilang “jangan kau pergi ke dalam-dalam sana. Mereka akan
mencongkel matamu dan mencampurkannya ke dalam cendol.” Aku tahu ibu
khawatir, dan mencoba menahanku dengan cara menakut-nakutiku. Tapi aku
harus pergi! Aku harus bertemu kakek. Aku harus tahu keadaan kakek.

**

Aku bersembunyi di balik perdu yang hampir mati. Tubuhku gemetar,


kututup mataku untuk menghalangi pandang yang telah terhalang tetanaman. Tapi
pandangan yang berjarak dua meter di depanku seperti sudah tergambar sendiri di
kelopakku, suara-suara yang mereka miris terdengar nyeri di telingaku. Bibirku
bergetar, menahan tangis yang hendak pecah. Sementara air mata memang sudah
mengalir dari ujung mataku, menjadi sungai di ujung takutku. Keringatku dingin
merembes dari poriku, padahal malam ini udara dingin dan tubuhku tak berbalut
jaket. Tapi atmosfir disini terasa panas. Orang-orang di depanku itu masih saling
bantai. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Mereka bukan orang-orang
londo! Mereka orang-ornag kita juga, berwarna kulit sama denga kita tapi
berseragam seperti mereka yang berkulit putih itu.

Itu Kakek... arah matanya menuju tempatku bersembunyi. Aku tahu, dia
tahu aku tengah bersembunyi. Lalu lutut Kakek ditendang, dia tersungkur ditanah.
Aku ingin berteriak dan menggapai Kakek, mengajaknya berdiri lalu lari dari
tempat itu. Tapi aku tahu tak bisa berbuat itu, jika tidak... maka aku akan bernasib
sama dengan mereka.

Tar...

Tar...

Suara bedil menggema lagi. Aku tak sanggup melihat. Tangisku tertahan
dicekik leher. Keringatku sebesar-besar jagung mengalir. Aku pusing, tak dapat
bergerak di persembunyian. Suasana lalu hening setelah aku mendengar suara
tubuh-tubuh besar diseret. Kupikir... aku tertidur...

Dingin.
Udara subuh nan lembut jatuh di tubuhku.
Aku tidak berada di kasur seperti hari-hari sebelumnya, kutajamkan
ingatan...aku berada di antara perdu sejak semalam di tepi kebun kecil belakang
kampung. Suara adzan samar terdengar di kejauhan. Aku merasa sebuah tangan
mengguncang lembut tubuhku. Kubuka mata, dan sesosok tua mengulurkan
tangannya mengajakku berdiri. Kami berjalan berdua menuju ke langgar untuk
salat Subuh.

-rk-

(Sumber: Kumpulan Cerpen Ratih Kumala, 2017)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Triangulasi Data

Berikut ini adalah hasil dari penelitian menganalisis unsur intrinsik cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala di kelas XI SMA
yang perlu divalidasi oleh ahli pakar. Berilah tanda (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda
terhadap hasil analisis unsur intrinsik cerpen “Radio Kakek” karya Ratih Kumala, serta berilah keterangan pada kolom keterangan
yang dapat membuat kebenaran hasil analisis tersebut.

Tokoh dan Penokohan

No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
1. Tokoh Kakek Kakek yang bernama Mbah Kaji Dalam cerpen Radio Kakek
Utama Idris disebut sebagai toko utama tokoh Kakekdikatakan
h
protagonis dalam cerpen Radio sebagai toko utama
h
Kake karena tokoh “Kakek” protagonis karena dalam
k
sanga dominan dalam cerita. cerpen ini Tokok Kekek
t
Tokoh “Kakek” dalam cerpen ini banyak diceritakan. Dalam
di-gambarkan sebagai juragan cerpen ini juga tokoh kakek
tembakau, memiliki kemampuan digabambarkan sebagai
supranatural baik dekat dengan sosok yang baik, sebagai
, ,
para pemuda pejuang, seorang juragan tembakau yang
imam di Memiliki kekuatan
masjid.
Supranatural yang bisa
berada di dua tempat dalam
satu waktu, sosok Kakek
juga Sangat dekat dengan
para pemuda pejuang karena
para pemuda pejuang selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

datang ke h Kakek
untuk me rkan radio
dan serin ruma mbun yi di
rumah Kandenga
g berse
(1) Segera saja, berita mulut ke Dalam kek. (1), men √
mulut menyebar bahwa ada -
radio di rumah kami, rumah kutipan
juragn tembakau. Tak heran, jelasakan bahwa Kakek yang
jadilah rumah kami saat siang Bernama Mbah Kaji Idris
tempat ibu-ibu bekerja melinting merupakan seorang juragan
kretek, menjelang sore para tembakau yang memiliki
pemuda pejuang diam-diam radio. Dengan adanya radio
datang untuk mendengarkan maka rumah juragan
radio di rumah kami. tembakau menjadi ramai saat
siang oleh ibu-ibu yang
sedang bekerja melintin
g
kretek dan sore hari para
pemuda pejuang datang
mendengarkan radio.
(2) Mbah Kaji Idris, begitu orang-
orang memanggilnya. Dia
adalah kakekku yang seluruh Dalam kutipan (2), men- √
rambutnya masih ber-warna jelaskan bahwa tokoh Kakek
hitam, padahal rambut ibu dan itu bernama Mbah Kaji Idris
bapakku saja sudah mulai yang memiliki rambut masih
memutih. berwarna hitam. Bisa dikata-
kan awet muda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

(3) Orang-orang bilang, kakekku itu Dalam kutipan (3) da (4), √


n
punya kemampuan supra- menjelaskan bahw tokoh
a
natural. Ia mampu berada di dua Kakek yang bernama Mbah
tempat pada satu waktu. Kaji Idris memiliki ke-
mampuan supanatural yang
mampu berada di dua tempat
(4) Tapi pada saat yang sama, pada satu waktu. Ini dapa √
t
orang dari masjid lain yang dilihat pada saat bertem
u
jaraknya agak jauh dari langgar dengan oran dari masji
g d
tempat kami salat, juga akan lain yang bertanya apaka
h
menegur Kakek saat bersua di besok Kakek akan menjad
i
jalan dan bertanya apakah besok imam lagi di masjid mereka,
kakekku akan menjadi iman lagi padahal dari subuh Kakek
di masjidnya seperti tadi pagi. selalu bersamaku sala di
t
Selalu jawab kakekku, langgar dekat
rumah.
“Insyaallah...” Bukankah ini
berarti Kakek jug menjadi
a
imam di masjid lain? Sementara
sesubuhan Kakek ber samaku,
mulai dari membangunkan
sampai pulan kembal ke
g i
rumah (Kumala, 2017: 100).

(5) Jika sore para pemuda pejuang Dalam kutipa (5), men- √
n
datang ke rumah kami, maka jelaskan bahwa sosok Kakek
radio itu mulai dikeluarkan dan memiliki kedekatan denga
n
semua mendengar radio dekat- para pemuda pejuang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

dekat sementara ibu menyedia- selalu datang ke rumahnya


kan bergelas-gelas teh seduh untuk mendegarkan radio.
dan singkong rebus, kadang juga Para pemuda pejuang itu pun
berlinting-linting kretek yang juga disuguhkan teh seduh,
tidak dijual. singkong rebus, dan
kadang
kretek.

(6) “Mbah ini bukan pejuang, ini Dalam kutipan (6), men- √
Mbah Kaji Idris yang jadi imam jelaskan bahw Mbah Kaji
a
di masjid.” Dan turunlah bedil Idris merupakan seoran
g
itu dari dahi kakekku demi imam di masji bukan
d
mendenga penjelasan- seorang pejuang Yang
r nya. .
Nyawa Kakek terselamatkan. biasanya setia hari Jumat
p
menjadi imam di masjid atau
langgar.

Wirawan Aku Tokoh Aku dalam cerita pendek in Dalam cerpen Radio Kakek
Berarti orang yang menceritakan tokoh Aku sangat berkaita
n
kejadian yang dialami saat itu. dengan tokoh lainnya karena
Tokoh ini menjadi tokoh wirawan tokoh aku ini merupaka
n
yaitu tokoh yang selalu dekat tokoh yang mencerita-kan
dengan tokoh utama. Tokoh “aku” setiap peritiwa demi
digambarkan sebagai seorang cucu peristiwa dan iku terlibat
t
Yang baik, sanga dekat dengan dalam peristiwa tersebut
t .
kakeknya, sangat disayan oleh Tokoh aku dikatakan tokoh
g
kakeknya, memilik rasa ingin wirawan karena tokoh yang
i
tahu, memiliki jiwa pemberani dan dekata dengan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

mudah bersosialisasi dengan protagonis, yang menjadi


keadaan sekitar. pendukung pro-tagonis.
Tokoh “aku” dalam cerpen
diceritakan sebagai sosok
yang sangat dekat dengan
kakeknya, dimanapun ada
kakek disana pasti ada aku.
Sosok “aku” sebenarnya
anak yang penakut tetapi
karena untuk menolong dan
ingin mengetahui keadaan
kakeknya maka
ia memberanikan
diri.
(7) Kakekku menimang-nimang √
radio itu seperti sayang Dalam kutipan (7) ini men-
kepada anak, seperti jika aku jelaskan bahwa sosok aku
ditimang manja sangat disayang oleh kakek-
nya yang suka me-nimang
manja dirinya.

(8) Mbah Kaji Idris, begitu orang-


orang memanggilnya. Dia Dalam kutipan (8) men- √
kakekku yang seluruh rambut- jelaskan bahwa tokoh “aku”
nya masih berwarna hitam, memiliki kedekatan dengan
padahal ibu dan bapakku saja tokoh Kakek yang bernama
sudah mulai memutih. Pernah Mbah Kaji Idris. Saat itu aku
dalam satu kesempatan, aku sedang mengawul-awul
rambut Kakek untuk mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Membuka pecinya dan ubannya.


mengawul-awul rambutnya,
kucari uban tetapi tak ku-
temukan.

(9) Lalu terjadilah hal yang Dalam kutipan (9), men- √


kutakutkan pada suatu sore; jelaskan bahwa tokoh “aku”
orang-orang ber-seragam itu memiliki sifat penakut. Ini
menyambangi rumah kami. Aku dapat terlihat pada saat
ingat, aku begitu takut hingga orang-orang berseragam itu
nangis pun tak sanggup. Untung datang ke rumahnya.
aku tak terkencing di celana.

(10) Aku senang sekali dengan Dalam kutipan (10), men- √


keadaan ini, rumah kami jelaskan bahwa tokoh “aku”
menjadi ramai. Orang-orang memiliki rasa ingin tahu,
dewasa kadangmembicarakan walapun aku tidak mengerti
hal-halrumityangsulit apa yang dibicarrakan oleh
kumengerti, tapi aku tetap orang dewasa tetapi ia tetap
berada di situ, di samping mendengarkan pembicaraan-
Kakek yang juga berbicara nya karena ia ingin
tentang hal rumit. Aku mengetahui apa yang sedang
membuka kuping untuk dibicarakan.
mendengarkan pembicaraan
mereka, walaupun aku tidak
mengerti apa yang mereka
cakapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

(11) Aku senang sekali dengan Dalam kutipan (11), penulis √


keadaan ini rumah kami juga menjelaskan bahwa
,
menjadi ramai. Orang-orang pada kutipan ini juga meng-
dewasa kadang mem-bicarakan gambarkan bahwa tokoh aku
hal-halrumityangsulit mudah bersosialisasi
dengan
kumengerti, tapi aku tetap sekitar. Dimana tokoh “aku”
berada di situ, di samping ikut berkumpul dengan
para
Kakek yang juga berbicara pemud pejuang saat
a yang
tentang hal rumit. Aku itu sedang berbicara hal-hal
membuka kuping untuk men- rumit.
dengarkan pembicaraan
mereka, walaupun ak tidak
u
mengerti ap yang mereka
a
cakapkan.

(12) Apakah Kakek di situ? Aku Dalam kutipan (12), men- √


ingin ke kebun kecil itu, saat jelaskan Bahwa tokoh “aku”
aku berusaha menyelinap, ibu berusaha untuk memberani
-
bilang “jangan kau pergi ke kan diri menolong Kakek
dalam-dalam sana. Mereka akan walau-pun sebenarnya ia me-
mencongkel matamu dan men- miliki sifat penakut, tapi
campurnya ke dalam cendol.” untuk menolong Kakek ke-
Aku tahu Ibu khawatir, dan sayangannya ia harus ber-
mencoba menakut-nakutiku. usaha mem-beranikan diri.
Tapi aku harus pergi! Aku Tokoh “aku’ juga bersikeras
harus bertemu Kakek. Ak untuk bertemu dan ingin
u
harus tahu keadaan Kakek. mengetahui keadaan Kakek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Tokoh Ibu-Ibu Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh ibu-ibu dalam cerpen
Tambahan Ibu-ibu menjadi toko tambahan. ini hanya digambarkan
h
Tokoh ibu-ibu ini digambarkan sebagai tokoh yang hanya
sebagai karyawan dari Mbah Kaji muncul sesekali, tidak
Idris juragan tembakau Ibu- sering. Oleh karena itu tokoh
. ibu
bekerja melinting kretek di rumah ibu-ibu dikatakan sebagai
juragan tembakau. tokoh tambahan yang dimana
tokoh ibu-ibu hanya muncul
sebagai pekerja pelinting
kretek di rumah juragan
tembakau.

(13) Segera saja, berita mulut ke Dalam kutipan (13), men-


mulut menyebar bahwa ada jelaskan bahwa tokoh ibu-
radio di rumah kami, rumah ibu berperan sebagai orang-
juragan tembakau. Tak heran, orang yang bekerja melinting
jadilah rumah kami saat siang kretek.
tempat ibu-ibu bekerja
melinting kretek, menjelang
sore para pemuda pejuang
diam-diam datang untuk men-
dengar radio di rumah kami.

Pemuda Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh para pemuda pejuang
Pejuang Para pemuda pejuang menjadi ini adalah para pemuda
toko tambahan keren dalam pejuan kemerdekaan yang
h a g
cerita para pemud pejuang berjuang melawan para
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

diceritakannya tidak begitu banyak. penjajah Belanda. Para


Dalam cerpen ini para pemuda pejuang ini yang selalu
pejuang digambarkan sebagaidatang ke rumah Kakek
pejuang kemerdekaan yang untuk mendengarkan radio
melawan para penjajah Belanda.dan selalu bersembunyi
di
Sosoknya dekat dengan tokoh rumah Kake dari kejaran
k
Kakek. orang-orang Belanda.

(14) Tak heran, jadilah rumah kami


Dalam kutipan (14), men- √
saat siang tempat ibu-ibu jelaska bahwa jika ingin
n
bekerja melinting kretek, mendengarkan radio para
,
menjelang sore para pemuda pemuda pejuang diam-diam
pejuang diam-diam datang datang ke rumah Kakek agar
untuk mendengar radio di mereka tidak tertangkap oleh
rumah kami. orang-orang Belanda.

(15) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (15), men- √
benar-benar gelap, para pemuda jelaskan bahwa para
pemuda
menyelinap ke dala rumah pejuang datang menyelina
m p
kami dengan napas terengah- ke rumah Kakek untuk minta
engah. Merek menggedor- diselamatkan karena mereka
a
gedor pintu samping dengan tengah dikejar-kejar oleh
buru-buru, minta diselamatkan. orang-orang Belanda.
Mereka tengah dikejar-kejar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Ibu Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh ibu dalam cerpen ini
Ibu menjadi tokoh tambahan adalah ibu dari tokoh aku,
protagonis. Dalam cerpen ini tokh denganrambut yang mulai
ibu berperan sebagai ibu dari tokoh memutih, ibu memiliki sifat
aku. Tokoh ibu digambarkan yang selalu khawatir
memiliki sifat yang baik, memiliki terhadap anaknya, walaupun
rambut yang mulai memutih, begitu Ia adalah sosok yang
khawatiran, berani dengan orang- baik dan ramah terhadap
orang Belanda. para pemudapejuang yang
datang ke rumahnya.

(16) Dia kakekku yang seluruh Dalam kutipan (16), men- √


rambut-nya masih berwarna jelaskan bahwa ibu memiliki
hitam, padahal rambut ibu dan rambutyang sudah memulai
bapakku saja sudah mulai memutih, padahal rambut
memutih. Kakek berwarna hitam

(17) Jika sore para pemuda pejuang Dalam kutipan (17), men- √
datang ke rumah kami, maka jelaskan bahwa ibu orangnya
radio itu mulai dikeluarkan dan sangat baik dan ramah
semua mendengar mengelilingi kepadapara pemuda, jika
radio dekat-dekat sementara Ibu para pemuda datang ke
menyediakan bergelas-gelas teh rumah ibu selalu menyedia-
seduh dan singkong rebus, kan teh seduh, singkong
kadang juga berlinting-linting rebus dan kretek sebagai
kretek yang tidak dijual. suguhan pada saat men-
dengar radio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

(18) Tentu saja kami tutup mulut dan Dalam kutipan (18), penulis √
ibu berkata bahwa rumah kami menjelaskan bahwa saat itu
bukan tempat per-sembunyian. kami tutup mulut kecuali
Mereka masih tak puas, maka ibu, ibu berani berkata
kakekku ditarik ke depan dan kepada orang-orang Belanda
mata bedil bersandar di bahwa rumahnya bukan
dahinya. sebagai tempat
persembunyian. Men-dengar
perkataan ibu orang-orang
Belanda itu merasa tak puas
dan meletakkan bedil di dahi
Kakek.

(19) Apakah Kakek di situ? Aku Dalam kutipan (19), men- √


ingin ke kebun kecil itu, saat jelaskan bahwa ibu merasa
aku berusaha menyelinap, ibu khawati kepada anaknya
r
bilang “jangan kau pergi ke saat aku berusaha me-
dalam-dalam sana. Mereka nyelinap untuk mencari
akan mencongkel matamu dan Kakek. Kekhawatiran itu ibu
mencampurnya ke dalam tunjukkan dengan cara
cendol.” menakut-nakuti tokoh aku.
Jika aku ke kebun kecil maka
mataku akan dicongkel dan
men-campur-nya ke dalam
cendol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Orang- Tokoh orang-orang Belanda dalam Tokoh orang-orang Belanda


Orang cerita ini diceritakan sebagai para dalam cerita ini merupakan
Belanda penjajah pada masa penjajahan. orang-orang yang kejam
Tokoh ini dikatakan sebagai tokoh kepada orang-orang
tambahan antagonis. Tokoh orang- kampung. Orang-orang ber-
orang Belanda digambarkan seragam Belanda yang
sebagai tokoh yang me-miliki kulit memiliki kulit putih ini
berwarna putih, memakai seragam selalu menyiksa orang-orang
dan sifatnya kejam. kampung dan men-jadikan
mereka pekerja tanpa ada
upah, makana dan
n
kemanusiaan.

(20) Inilah yang terjadi pada Dalam kutipan (20), men-


beberapa siang yang ditakuti; jelaskan bahwa orang-orang
orang-orang berseragam itu berkulit putih berseragam itu
datangberombongan,mereka datang berombong-an dan
berkulit putih. Lalu orang- memaksa orang-orang kam-
orang kampung dipaksa keluar pung untuk keluar rumahnya
dari rumahnya dan dikumpul- dan dikumpulkan di halaman
kan di halaman. . ini berarti orang-orang yang
berkulit putih dan ber-
seragam itu adalah orang-
orang Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

(21) Aku akan melihat keluarganya Dalam kutipan (21), men- √


menangis memohon-mohon jelaskan bahwa Orang-orang
agar orang terkasih tak di- Belanda ini terlihat sangat
bawa, jika sudah begitu... kejam. Mereka selalu me-
bedil yang berbicara. Tak nyiksa orang-orang kam-
jarang meletus tepat di batok pung bahkan membedil
kepala atau dada mereka. mereka jika mereka menolak
Kabarnya mereka yang di- untuk ikut bersama mereka.
bawa akan dijadikan pekerja. Mereka akan menjadikan
Tanpa upah bahkan tanpa orang-orang kmpung sebagai
makan atau sifat kemanusiaan pekerja yang tanpa upah dan
sekalipun. perikemanusiaan.

Orang- Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh orang-orang kampung


Orang orang-orang kampung merupakan adalah warga yang berada di
Kampung tokoh tambahan. Orang-oang daerah rumah Mbah Kaji,
kampung ini berperan sebaga mereka selal menjadi
i u
tokoh yang tertindas, yang selalu sasaran orang-orang Belanda
mendapat siksaan dari orang-orang untuk menjadikan mereka
Belanda. pekerja. Orang-
orang
kampung ini selalu disiksa
oleh orang-orang Belanda.

(22) Kabarnya, mereka yang dibawa Dalam kutipan (22), men-


akan dijadikan pekerja. Tanpa jelaskan bahwa orang-orang
upah bahkan tanp makan kampung mendapatkan per-
, a
atau sifat kemanusiaan sekali- lakuan yang tidak wajar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

pun. Aku kadang mengintip orang-orang Belanda. Orang-


mereka di antara tembok- orang kampung disiksa dan
tembok rumahku dan perdu- dipaksa keluar dari rumah-
perdu. Menyaksikan orang nya. Mereka dipekerjakan
-
orang kampung dipaksa keluar tanpa upah, tanpa makan dan
dari huniannya, bahkan me- sifat kemanuasiaan.
nyaksikan bedil benar-benar
meletus di tubuh orang-orang
kampung itu.

Lelaki Dalam cerpen Radio Kakek tokoh Tokoh lelaki paruh baya me-
Paruh lelaki paruh baya merupakan tokoh rupakan salah satu warga
Baya tambahan. Tokoh ini digambarkan dari kampung rumah kakek
sebagai tokoh yang baik, menolong yang saat itu sedang lewat
Kakek. rumah Kakek. lelaki itu tiba-
tiba memanggi Kakek
l
dengan nada kage dan
t
menjelaskan siapa Mbah
Kaji Idris itu.Dengan
penjelasannya itu ia
menolong Kakek dari orang-
orang Beland yang kejam
a
itu.

(23) Tiba...tiba seorang lelaki paruh Dalam kutipan (23), men-


baya lewat dan memanggil jelaskan bahw ada lelaki
a
dengan nada kaget, “ Mbah paruh baya yang lewat depan
Kaji...?” orang itu segera rumah Mbah Kaj dan
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

dipanggil petugas ber-seragam, memanggil Mbah Kaji


ditanyakan perihal siapa dengan nada kaget dan lelaki
kakekku. “Mbah ini bukan itu menjelaskan bahwa Mbah
pejuang, ini Mbah Kaji Idris Kaji Idris ini bukan pejuang
yang jadi imam di masjid.” Dan tetapi imam di masjid.
turunlah bedil itu dari dahi
kakekku demi mendengar
penjelasannya. Nyawa Kakek
ter-selamatkan.

Tema

No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
2. Tema Perjuang (24) Jika sore para pemuda pemuda Dalam kutipan (24), penulis
-an pejuang datang ke rumah menceritakan bahw para
a
kami, maka radio itu mulai pemuda pejuang kemer-
dikeluarkan dan semua dekaan datang ke rumah
mendengar mengelilingi radio Mbah Kaji Idris untuk
dekat-dekat sementara ibu mendengarkan radio yang
menyediakan bergelas-gelas pada zaman itu sebuah
teh seduh dan singkong rebus, radio sangat sulit di-
kadang juga berlinting-linting temukan.
kretek tidak dijual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

(25) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (24), penulis √
benar-benar gelap, para menceritakan tentang para
pemuda menyelinap ke dalam pemuda pejuang yang
rumah kami dengan napas sedang dikejar-kejar dan
terengah-engah. Mereka meng- datang secara menyelinap
gedor-gedor pintu samping ke rumah Kakek minta di-
dengan buru-buru minta selamatkan.
diselamatkan. Mereka tengah
dikejar-kejar.

(26) Dan besoknya, jika kau pergi ke Dalam kutipan (26), penulis √
dalam kebun kecil di belakang menceritakan tentang
kampung itu, maka darah akan kejadian yang terjadi di
kau temukan bercecer. Lalu kebun kecil belakang
mayatnya biasanya baru di- kampung yang terdapat
temukan terapung di kali be- darah da ditemukannya
n
berapa hari kemudian. Be- mayat terapung d kali.
i
berapa dari mayat itu adalah Ternyata mayat itu wajah-
wajah-wajah yang kukenal nya yang pernah men-
yang pernah mendengar radio dengar radio di rumah
kakek di rumah kami. kakek.

(27) Inilah yang terjadi pada Dalam kutipan (27), penulis √


beberapa yang ditakuti; menceritakan tentang orang-
siang
orang-orang Belanda ber- orang Belanda berseraga
m
seragam itu datang berom- datang ke kampung Mbah
bongan, mereka berkulit putih. Kaji, mereka memaks
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Lalu orang-orang kampung orang-orang kampung untuk


dipaksa keluar dari rumahnya keluar dari rumahnya dan
dan dikumpulkan di halaman. membawanya pergi bersama
Beberapa dipilih dan dibawa mereka.
serta bersama mereka.

(28) Radio yang cuma ada dua buah Dalam kutipan (28), penulis √
di kampung ini, di rumah kami menceritakan tentang bahwa
dan di rumah seorang Demang. di kampung itu hanya ter-
Tapi tentu saja tidak mungkin dapat dua radio yaitu di
bagi pemuda Pejuang untuk rumah Kakek dan di rumah
mendengarkan radio di rumah Demang yang merupakan
Demang yang Juga antek antek Belanda.
Belanda itu, Mereka men-
dengarkan di Rumah kami.
Mendengarkan radio Kakek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Latar

No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
3. Latar Latar (29) Segera saja, mulut ke Dalam kutipa (28), men- √
berita n
Tempat mulut menyebar bahwa ada jelaskan bahwa kejadian ini
radio di rumah kami, rumah terjadi di rumah, yaitu
juragan tembakau. Tak heran, rumah Kakek.
jadilah rumah kami saat siang
tempa ibu-ibu bekerja
t
melinting kretek, menjelang
sore par pemud pejuang
a a
diam-diam datang untuk men-
dengar radio di rumah kami.

(30) Aku akan terbangun dan dengan Dalam kutipan (30), men- √
malas mengambil air wudhu jelaskan bahwa kejadian ter-
serta sarung untuk salat Subuh sebut terjadi di langgar.
di Langgar dekat rumah kami.

(31) Asalnya dari kebun kecil di Dalam kutipan (31), men- √


belakang kampung. Aku jelaskan bahwa kejadian
yakin suara miris itu juga tersebut terjadi di kebun
sedang didengarkan saksama kecil belakang kampung.
oleh orang-orang kampung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

(32) Lalu mayatnya biasanya baru Dalam kutipan (32), men- √


ditemukan terapung di kali be- jelaskan bahwa kejadian
berapa hari kemudian. Be- tersebut terjadi di kali.
berapa mayat itu adalah wajah-
wajah yang ku kenal yang
pernah mendengar radio
Kakek di rumah kami.

(33 Lalu orang-orang kampung Dalam kutipan (33), men- √


)
dipaksa keluar dari rumahnya jelaskan bahwa kejadian
dan di kumpulkan di halaman. tersebut terjadi di halaman.
Beberapa dipilih dan dibawa
serta bersama mereka.

Latar (34) Tiap Subuh datang, tubuhku di- Dalam kutipan (34), men- √
waktu guncangkan lembut oleh jelaskan bahwa kejadian
Kakek. Aku akan terbangun tersebut terjadi pada subuh
dan dengan malas mengambil hari.
air wudhu serta sarung untuk
salat subuh di Langgar dekat
rumah kami.

(35) Inilah yang terjadi pada Dalam kutipan (35), men- √


beberapa siang yang ditakuti; jelaskan bahwa kejadian
orang-orang Belanda ber- tersebut terjadi pada be-
seragam itu datang berom- berapa siang
hari.
bongan, mereka berkulit putih.
Lalu orang-orang kampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

dipaksa keluar dari rumahnya


dan dikumpulkan di halaman.
Beberapa dan
dipilih dibawa
serta bersama mereka.

(36) Lalu terjadilah hal yang Dalam kutipan (36), men- √


kutakutkan pada suatu sore; jelaska bahwa kejadian
n
orang-orang berseragam itu tersebut terjadi pada sore
menyambangi rumah kami. hari.
Aku ingat, aku begitu takut
hingga nangis pun tak
sanggup.

(37) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (37), men- √
benar-benar gelap, para jelaska bahwa kejadian
n
pemuda menyelinap ke dalam tersebut terjadi pada malam
rumah kami dengan napas hari.
terengah-engah. Mereka meng-
gedor-gedor pintu samping
dengan buru-buru, minta di-
selamatkan. Mereka tenga
h
dikejar-
kejar.
Latar (38) Segera saja , berita mulut ke Dalam kutipan (38) dan √
sosial mulut menyebar bahwa ada (39), menceritakan bahwa
radio di rumah kami, rumah pada masa penjajahan untuk
juragan mempunyai sebuah radio itu
tembakau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

(39) Aku tahu, Kakek sudah merasa hanya dapat dibeli oleh
was-was jika orang-orag itu orang-orang yang statusnya
me-nemukan radio kesayangan orang berada seperti juragan
Kakek. Radio yang cuma ada tembakau dan seorang
dua buah di kampung ini; di Demang.
rumah kami dan di rumah
seorang Demang.

(40) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (40), men- √
benar-benar gelap, para ceritakan bahwa pada masa
pemuda menyelinap ke dalam penjajahan Belanda para
rumah kami dengan napas pemuda pejuang selalu
terengah-engah. Mereka meng- bersembunyi untuk me-
gedor-gedor pintu samping nyelamatkan diri dari para
dengan buru-buru, minta di- penjajah agar mereka tidak
selamatkan. Mereka tengah tertangkap. Ini meng-
dikejar-kejar. gambarkan latar sosial
susana ketakutan.

(41) Kabarnya, mereka yang dibawa Dalam kutipan (41), √


akan dijadikan pekerja. Tanpa menceritakan bahkan pada
upah, bahkan tanpa makan masa penjajahan Belanda
atau sifat kemanusiaan banyakorang-orang yang
sekalipun. dijadikan pekerja yang
tanpa digaji, tanpa diberi
makan bahkan tanpa sifat
kemanusiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Alur

No. Unsur Hasil Analisis Ketrangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
1. Awalan Paparan (42) Kakek pulan ke rumah Dalam kutipan (42), penulis √
g
dengan membawa benda menceritakan tentang Kakek
kotak yang lumayan berat yang suatu hari pulang
dan besar. Benda itu di- membawa benda yang
buntalnya dengan taplak dibuntal dengan taplak
meja, seluruh ruma ber- meja, buntalan it adalah
h u
kumpul da dipertontonkan radio.
n
isi buntalan itu.

(43) Tak heran jadilah rumah Dalam kutipan (43), penulis √


kami saat siang tempat ibu- men-ceritakan tentang
ibu bekerja melinting kretek dengan adany radio di
a
dan menjelang sore para rumah Kake maka rumah
k
pemuda pejuang diam-diam Kakek menjadi ramai
datang untuk mendengar dengan adanya ibu-ibu yang
radio di rumah kami. sedan bekerj melinting
g a
kretek dan para pemuda
pejuang yang diam-diam
datang untuk men-
dengarkan radio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

(44) Mba Kaji Idris, begitu Dalam kutipan (44), men- √


h
orang-orang memanggilnya. jelaskan bahwa Kakek itu
Dia kakekku yang seluruh bernama Mbah Kaji Idris
rambut-nya masih berwarna yang penampilan rambutnya
hitam, padahal rambut ibu dan Masih berwarna hitam.
bapakku saj sudah mulai Terlihat awet muda.
a
memutih.

(45) Kakekku biasa menjadi Dalam kutipan (45), men- √


imam di masjid-masjid dan jelaskan bahwa setiap hari
langgar, terutama saat hari Jumat dan orang-orang
Jumat dan orang-orang men- mendirikan salat Jumat
dirikan salat Jumat. Tiap Kakek biasa menjadi imam
subuh datang, tubuh-ku di- Di masjid-masjid dan
guncangkan lembut oleh langgar. Kemudian setiap
Kakek. Aku akan terbangun subuh datang Kakek selalu
dan dengan malas mengambil membangunkanku untuk
air wudhu serta sarung untuk salat subuh di Langgar dekat
salat subuh di langgar dekat rumah.
rumah kami.

Rangsan (46) Radio yang dibeli Kakek itu Pada Kutipan (46), penulis √
gan seger saja mendapat tempat menjelaskan bahwa radio
a
terhormat di rumah kami. Di yang dibeli kakek di-
balik lemari berkaca yang sembunyikan di dinding
berat, Kakek membuat lobang berlobang yg ditutup dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

di dinding yang tebal itu. Di lemari berkaca yang berat.


situlah radio disembunyikan.

(47) Jika menjelang sore para Dalam kutipan (47), men- √


pemuda pejuang datang ke jelaskan bahw jika para
a
rumah kami maka radio itu pemuda pejuang datang ke
,
mulai dikeluarkan dan semua rumah maka Kakek me-
mendengar mengelilingi radio ngeluarkan radio dari
dekat-dekat sementara ibu tempat persembunyiannya
menyediakan bergelas-gelas dan para pemuda pejuang
teh seduh dan singkong rebus, mendengarkan radio dengan
kadang juga berlinting-linting suguha makanan dan
n
kretek yang tidak minuman yang telah disedi-
dijual.
kan oleh ibu.

(48) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (48), men- √
benar-benar gelap, para ceritakan bahwa pada masa
pemuda menyelinap ke dalam penjajahan Belanda para
rumah kami dengan napas pejuang selalu bersembunyi
terengah-engah. Mereka meng- untuk menyelamat-kan diri
gedor-gedor pintu samping dari par penjajah agar
a
dengan buru-buru minta di- mereka tidak tertangkap.
selamatkan. Mereka tengah
dikejar-kejar (Kumala, 2017:
101).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Gawatan (49) Inilah yang terjadi pada Dalam kutipan (49), √


beberapa siang yang ditakuti; menjelaskan bahwa orang-
orang-orang Belanda berseragam orang Belanda ber-seragam
Itu datang berombongan, datang dan orang-orang
mereka berkulit putih. kampun dipaksa keluar
g
Lalu orang-orang kampung dari rumahnya dan di-
dipaksa keluar dari rumahnya kumpulkan di halaman.
dan dikumpulkan di halaman. Orang-orang kampung pun
Beberapa dipilih dan dibawa dipilih dan di-bawa serta
serta bersama mereka. bersama mereka.

(50) Lalu terjadilah hal yang ku- Dalam kutipan (50), men- √
takutkan pada suatu sore; jelaskan bahwa pada sore
orang-orang berseragam itu hari orang-orang ber-
menyambangi rumah kami. seragam datang ke rumah
Aku ingat, begitu takut Kakek, saat itu tokoh aku
aku
hingga nangis pu tak ingat bahwa dia begitu takut
n
sanggup. hingga nangis pu tak
n
sanggup.

(51) Isi rumah diobrak-abrik. Aku Dalam kutipan (51), penulis √


tahu, Kakek suda merasa men-jelaskan bahwa ketika
h
was-was jika orang-orang itu isi rumah diobrak-abrik
menemukan radio kesayangan Kake merasa was-was
k
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Kakek. Radio yan cuma bilamana radio itu


g
ada dua bua di kampung ditemukan karena radio
h
ini; di rumah kami dan di hanya ada di rumah juragan
rumah seorang Demang. tembakau da di rumah
n
seorang Demang.

Tikaian (52) Maka, suatu hari datanglah Pada kutipan (52), men- √
rom-bongan berseragam itu. jelaskan bahwa orang-orang
Mengeluar-kan kami semua berseragam itu mengeluar-
dan bertanya kasar, benarkah kan kami dan bertanya kasar
rumah kami adalah per- apakah rumah kami sebagai
sembunyian para pejuang. tempat persembunyian para
Tentu saja kami tutup mulut pemuda pejuang, tetapi ibu
dan ib berkata bahwa rumah berkata bahwa rumah kami
u
kami bukan tempat per- bukan tempat persembunyi-
sembunyian. Mereka masih tak an karena tak puas dengan
puas, maka kakekku ditarik ke jawaban ibu maka bedil
depan dan mata bedil ber- bersandar di dahi Kakek.
sandar di dahinya. Kami mulai
menangis, aku tak kedip
demi melihat pemandangan itu.

Rumitan (53) Tiba-tiba seorang lelaki paruh Pada kutipan (53), men- √
bay lewat Dan memanggil jelaskan bahwa seorang
a
dengan nad kaget, “Mbah lelaki paruh baya lewat
a
Kaji...?” orang itu segera depan rumah dan me-
dipanggil petugas ber-seragam, manggil Mbah Kaji dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

ditanyakan perihal siapa nada kaget dan berkata


kakek-ku. “Mbah ini bukan “Mbah ini bukan pejuang,
pejuang, ini Mbah Kaji Idris ini Mba h Kaji Idris yang
yang jadi imam di masjid.” menjadi imam di masjid.”
Dan turunlah bedil itu dari Dengan penjelasan lelaki itu
dahi kakekku demi mendengar maka nyawa Kakek ter-
penjelasannya. Nyawa Kakek selamatkan.
terselamatkan.

(54) Tapi cerita tak sampai di situ Dalam kutipan (54), men- √
saja, besoknya rombongan ber- jelaskan bahw rombongan
a
seragam itu datang lagi. berseragam itu datang lagi
Rumah kami kembal di- dan rumah Kakek kembali
i
geledah dan radio itu di- di geledah dan radio itu
temukan! Kali ini Kakek tak ditemukan. Kemudian
dapat mengelak lagi. Kakek Kakek dibawa paksa.
dibawa paksa. Kami menangis
keras sejadi-jadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Klimaks (55) Aku menarik-narik tangan Pada kutipan (55), penulis √


Kakek dan salah satu dari menjelaskan bahwa ketika
orang itu menarik kasar kakek hendak dibawa oleh
tanganku memisahka geng- orang-orang Belanda itu,
n
gaman tanganku menahan Kakek sempat ber-bisik
Kakek. Sebelum Kakek benar- kepada cucunya bahwa
benar dibawa, Kakek berbisik Kakek akan tetap
pelan d telingaku “jangan membangun-kannya untuk
i ,
khawatir, aku aka tetap subuhan. Kemudian radio
n
membangunkanmu untuk yang itu dibawa
ditemukan
subuhan.” Dan radi itu, kelua dan dibanting serta
o r
dibawa keluar dan dibanting. dibedil hingga bolong.
Dibedil beberapa kali hingga
bolong-bolong. Suara bedil itu
keras sekali. Orang-orang itu
pergi membawa
Kakek.

(56) Apakah Kakek di situ? Aku Pada kutipan (56) men- √


,
ingin ke kebun kecil itu, saat ceritakan tentang kepedulian
aku berusaha menyelinap, Ibu tokoh aku kepada tokoh
bilang “jangan kau pergi ke kakek yang saat itu dibawa
dalam-dalam sana. Mereka oleh orang-orang Belanda.
akan mencongkel matamu dan Tokoh aku ingin me-
mencampurnya ke dalam nyelamatkan Kakek dengan
cendol.” Ak tahu Ibu cara menyelinap ke kebun
u
khawatir, Dan mencoba kecil belakn kampung
g
menahanku dengan cara tetapi ibu mengetahuinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

menakut-nakutiku. Tapi aku dan melarang-nya untuk


harus pergi! Aku harus pergi kesana.
bertemu Kakek. aku harus tahu
keadaan Kakek.

(57) Aku bersembunyi di balik Pada kutipa (57) men-


n ,
perdu yang hampir mati. ceritakan tentang pada saat
Tubuhku gemetar, kututup itu tokoh aku sedang
mataku untuk menghalangi bersembunyi di balik perdu
pandangan yan telah untuk melihat keadaan
g
terhalang tetanaman. Tapi Kakek dengan tubuh
pemandangan yan berjarak gemetar, dan bibir bergetar
g
dua meter di depanku manahan tangis.
seperti suda tergambar
h
sendiri di kelopakku, suara-
suara yang mereka miris
terdenga nyeri di telingaku.
r
Bibirk bergetar, menahan
u
tangis yang hendak pecah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Leraian (58) Aku ingin berteriak dan Pada kutipan (58) men- √
,
menggapai Kakek, mengajak- ceritakan bahwa yang pada
nya berdiri lal lari dari saat itu tokoh aku ingin
u
tempat itu. Tapi aku tahu aku berteriak dan mengajak
tak bisa berbua itu, jika Kakek untuk lari dari tempat
t
tidak... mak ak akan itu, tetap suar bedil
a u i a
bernasib sama dengan mereka. menggema lagi, kepalanya
Tar...tar... suar bedil menjadi pusing da ia
a n
menggema lagi. Aku pusing, mendengar suar tubuh
a
tak dapa bergerak di diseret-seret dan tokoh aku
t
persembunyian. Suasan lalu pun tertidur.
a
hening setelah aku mendengar
suar tubuh-tubuh berat
a
diseret. Kupikir... aku
tertidur...

Selesaian (59) Dingin. Udara subuh nan Pada kutipan (59) men- √
,
lembut jatuh di tubuhku. Aku ceritakan bahwa saat tokoh
tidak berada di kasur seperti aku tertidur, tiba-tiba ada
hari-hari sebelum-nya, ku- yang menglurka tangan
n
tajamkan ingatan... aku berada dan mengguncangkan
di antara perd sejak tubuhnya, dia sosok tua
u
semalaman di tepi kebun kecil membangun-kannya untuk
belakang kampung. Suara salat subuh bersama.
adzan samar terdengar di
kejauhan. Aku merasa sebuah
tangan meng-guncangkan
lembut tubuhku. Ku-buka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

mata, dan sesosok tua me-


ngulurkan tangannya
mengajakku berdiri. Kami
berjalan berdua menuju ke
langgar untuk salat subuh.

Sudut Pandang

No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
5. Sudut Persona 60) Kakekku menimang-nimang radio Dalam cerpen Radio Kakek √
Panda- Pertama itu seperti sayang kepada anak, karya Ratih Kumala meng-
ng “Aku” seperti jika aku ditimang manja. gunakan sudut pandang per-
Suatu hari, Kakek pulang sona pertama “aku” dimana
membawa benda kota yang pengarang ikut terlibat
k
lumayan berat dan besar. Benda dalam cerita. Ia adalah si
Itu buntalnya dengan taplak “aku’ tokoh yang berkisah,

di
meja seluruh rumah berkumpul mengisahkan peristiwa yang
,
dan dipertontonka isi buntalan diketahui, dilihat, didengar,
n
itu. dialami dan dirasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Amanat

No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak Keterangan
Setuju
6. Amanat Dalam cerpen Radio Kakek karya Dalam menafsirkan tema
Ratih Kumala ini untuk menemukan dalam cerpen Radio Kakek
amanat yang terkandung sangat sulit karya Ratih Kumala,
ditemukan. Amanat yang disampaikan peneliti masi mengalami
h
tidak ditunjuk -kan secara langsung. kesulitan karena dalam
peneliti mengambil dan menafsirkan cerpen itu pesan yang ingin
ada dua kesimpulan bahwa pesan yang disampaikan tida di-
k
ingin disampaikan oleh penulis adalah perlihatkan secara langsung.
Yang pertama, untuk mendapatkan oleh karena itu peneliti
informasi/pengetahuan itu tidaklah menafsirkan ada dua
mudah, harus dengan kerja keras yaitu kesimpulan, pertama untuk
melalui niat dan tindakan. Yang mendapatkan pengetahuan
kedua, dalam hidup kita harus saling atau informasi it tidaklah
u
membantu satu sama lain. mudah, harus dengan kerja
kera melalui nia dan
s t
tindakan seperti yang
dilakukan oleh para pemuda
pejuang untuk mendapatkan
informasi pada jaman itu
mereka harus diam-diam
menyelinap ke rumah
Kakek untuk dapat
mendengar-kan radio.
Kedua, dalam hidu harus
p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

saling mbantu satu sama


me lain.i i sepe rti yan
dilakukann Kakek saatg
bantu para pemuda mem-
untuk bersembpe juang
orang-orang Belaunyi dari
nda.

(61) Tak heran jadilah rumah kami saat Dalam kutipan √


siang tempat ibu-ibu bekerja (61 men-
melinting kretek, menjelang sore )
para pemuda pejuang diam-diam jelaskan bahwa para
datang untuk mendengar radio di pemuda pejuang diam-diam
rumah kami. datang ke rumah Kakek
untuk mendengar radio. Hal
ini sesuai denngan amanat
yang menyatakan bahwa
untuk mendapatkan
informasi tidak lah mudah
harus dengan kerja keras
melalui niat tindakan
dan
seperti yang dilakukan oleh
para pemuda pejuang yang
harus diam-diam datang ke
rumah Mbah Kaji Idris
untuk mendengarkan radio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

(62) Tak jarang pula, saat hari telah Dalam kutipan (62) men- √
benar-benar gelap, para pemuda jelaskan bahwa saat itu para
menyelina ke dalam rumah kami pemuda pejuang datang ke
dengan napas terengah-engah. rumah Kakek untuk minta di
Mereka menggedor-gedor pintu selamatkan. Hal ini sesuai
samping dengan buru-buru, minta dengan amanat yang me-
diselamatkan. Mereka tengah nyatakan bahwa kita harus
dikejar-kejar. Lalu kami semua saling membantu satu sama
akan berdiam sambil me- lain. yaitu Kakek membantu
nyelamatkan orang itu dan me- para pemuda pejuang ber-
masang kuping setajam-tajamnya. sembunyi di rumahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

TRIANGULASI DATA

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK “RADIO

KAKEK” KARYA RATIH KUMALA DAN RENCANA

PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Oleh:

Natalia Intan Pertiwi

NIM: 111224079

Telah disetujui oleh

Tanggal, 11 Agustus 2018


Triangulator

Drs. J. Prapta Diharja, SJ. M.Hum.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131
Rubik Penilaian RPP Pembelajaran Sastra untuk SMA kelas XI

1. Kejelasan Identitas RPP

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Kejelasan identitas RPP mencakup 7 komponen sebagai 5
berikut. Yaitu: 1. KI, KD, Indikator Pencapaian, 2.
Tujuan Pembelajaran, 3. Materi Pembelajaran, 4.
Metode Pembelajaran, 5. Media dan Sumber Belajar, 6.
Langkah-Langkah Pembelajaran, dan 7. Penilaian.
2. Kejelasan Identitas RPP mencakup 6 komponen sebagai 4
berikut. Yaitu: 1. KI, KD, Indikator Pencapaian, 2.
Tujuan Pembelajaran, 3. Materi Pembelajaran, 4.
Metode Pembelajaran, 5. Media dan Sumber Belajar, 6.
Langkah-Langkah Pembelajaran.
3. Kejelasan identitas RPP mencakup 5 komponen sebagai 3
berikut. Yaitu: 1. KI, KD, Indikator Pencapaian, 2.
Tujuan Pembelajaran, 3. Materi Pembelajaran, 4.
Metode Pembelajaran, 5. Media dan Sumber Belajar.
4 Kejelasan identitas RPP mencakup 4 komponen sebagai 2
berikut. Yaitu: 1. KI, KD, Indikator Pencapaian, 2.
Tujuan Pembelajaran, 3. Materi Pembelajaran, 4.
Metode Pembelajaran.
5 Kejelasan identitas RPP mencakup 3 komponen sebagai 1
berikut. Yaitu: 1. KI, KD, Indikator Pencapaian, 2.
Tujuan Pembelajaran, 3. Materi Pembelajaran.

2. Ketepatan Standar Kompetensi

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK 5
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat
kesulitan bahan, keterkaitan SK dan KD dalam mata
pelajaran.
2. SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK 4
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat
kesulitan bahan, tetapi tidak ada keterkaitan SK dan KD
dalam mata pelajaran.
3. SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK 3
tidak berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan
tingkat kesulitan bahan, tidak ada keterkaitan SK dan
KD dalam mata pelajaran.
4. SK pembelajaran tidak sesuai dengan standar isi, urutan 2
SK tidak berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan
tingkat kesulitan bahan, tidak ada keterkaitan SK dan
KD dalam mata pelajaran
5. Tidak ada SK 1

3. Ketepatan Kompetensi Dasar

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang 5
diukur, KD ditulis lengkap dan penulisan kalimat sesuai
dengan EYD.
2. KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang 4
diukur, KD ditulis lengkap tetapi penulisan kalimat
tidak sesuai dengan EYD.
3. KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang 3
diukur, KD tidak ditulis lengkap dan penulisan kalimat
tidak sesuai dengan EYD.
4. KD dan SK berkaitan, KD tidak sesuai dengan aspek 2
yang diukur, KD tidak ditulis lengkap dan penulisan
kalimat tidak sesuai dengan EYD.
5. KD dan SK tidak berkaitan, KD tidak sesuai dengan 1
aspek yang diukur, KD tidak ditulis lengkap dan
penulisan kalimat tidak sesuai dengan EYD.

4. Ketepatan Indikator

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator 5
dikembangkan lebih dari satu, indikator dirumuskan
dalam kata kerja operasional, indikator sesuai
dengan
yang diukur, dan disusun dengan menggunakan bahasa
baku.
2. Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator 4
dikembangkan lebih dari satu, indikator dirumuskan
dalam kata kerja operasional, indikator sesuai
dengan
yang diukur, tetapi tidak disusun dengan menggunakan
bahasa baku.
3. Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator 3
dikembangkan lebih dari satu, indikator dirumuskan
dalam kata kerja operasional, tetapi indikator tidak
sesuai dengan yang diukur, tidak disusun dengan
menggunakan bahasa baku.
4. Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator 2
dikembangkan lebih dari satu, indikator tidak
dirumuskan dalam kata kerja operasional, indikator
tidak sesuai dengan yang diukur, dan tidak disusun
dengan menggunakan bahasa baku.
5. Indikator tidak sesuai dengan SK dan KD 1

5. Ketepatan Tujuan Pembelajaran

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Tujuan Pembelajaran dirumuskan dengan jelas, 5
terperinci, fokus dengan kompetensi yang akan dicapai.
2. Tujuan Pembelajaran dirumuskan dengan jelas, 4
terperinci, tetapi kurang fokus dengan kompetensi yang
akan dicapai.
3. Tujuan Pembelajaran dirumuskan dengan jelas, tidak 3
terperinci dan kurang fokus dengan kompetensi yang
akan dicapai.
4. Tujuan Pembelajaran kurang jelas, tidak terperinci dan 2
kurang fokus dengan kompetensi yang akan dicapai.
5. Tidak ada tujuan pembelajaran 1

6. Ketepatan Materi Pembelajaran

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Materi Pembelajaran disesuaiakan dengan SK dan KD, 5
mencakup 6 pertimbangan, yaitu: 1. Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual, 2. Manfaat bagi siswa, 3. Struktur keilmuan, 4.
Kedalaman dan keluasan materi, 5. Relevansi dengan
kebutuhan siswa, 6. Alokasi waktu.
2. Materi Pembelajaran disesuaiakan dengan SK dan KD, 4
mencakup 5 pertimbangan, yaitu: 1. Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual, 2. Manfaat bagi siswa, 3. Struktur keilmuan, 4.
Kedalaman dan keluasan materi, 5. Relevansi dengan
kebutuhan siswa.
3. Materi Pembelajaran disesuaiakan dengan SK dan KD, 3
mencakup 4 pertimbangan, yaitu: 1. Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual, 2. Manfaat bagi siswa, 3. Struktur keilmuan, 4.
Kedalaman dan keluasan materi.
4. Materi Pembelajaran disesuaiakan dengan SK dan KD, 2
mencakup 3 pertimbangan, yaitu: 1. Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual, 2. Manfaat bagi siswa, 3. Struktur keilmuan.
5. Materi Pembelajaran disesuaiakan dengan SK dan KD, 1
mencakup 2 pertimbangan, yaitu: 1. Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual, 2. Manfaat bagi siswa.

7. Ketepatan Metode Pembelajaran

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan 5
fisik peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi,
mengaktifkan siswa, dan menggunakan metode yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik.
2. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan 4
fisik peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi,
mengaktifkan siswa, tetapi tidak menggunakan metode
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
3. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan 3
fisik peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi,
tidak mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan
metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan 2
fisik peserta didik, tingkat intelektual, tidak sesuai
tingkat emosi, tidak mengaktifkan siswa, dan tidak
menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
5. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan 1
fisik peserta didik, tidak disesuaikan dengan tingkat
intelektual, tidak sesuai tingkat emosi, tidak
mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan metode
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

8. Ketepatan Kegiatan Pembelajaran

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, 5
runtut, terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan
materi yang sudah ditentukan.
2. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, 4
runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu
dan materi yang sudah ditentukan.
3. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, 3
kurang runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi
waktu dan materi yang sudah ditentukan.
4. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, kurang 2
jelas, kurang runtut, kurang terperinci sesuai dengan
alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan.
5. Kegiatan pembelajaran disusun secara kurang tepat, 1
kurang jelas, kurang runtut, kurang terperinci sesuai
dengan alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan.

9. Ketepatan Penilaian

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan 5
mencakup 5 hal. Yaitu; 1. Penilaian dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi, 2. Menggunakan
acuan kriteria, 3. Menggunakan sistem penilaian
berkelanjutan, 4. Hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut, 5. Sesuai dengan pengalaman
belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.
2. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan 4
mencakup 5 hal. Yaitu; 1. Penilaian dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi, 2. Menggunakan
acuan kriteria, 3. Menggunakan sistem penilaian
berkelanjutan, 4. Hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut.
3. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan 3
mencakup 5 hal. Yaitu; 1. Penilaian dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi, 2. Menggunakan
acuan kriteria, 3. Menggunakan sistem penilaian
berkelanjutan.
4. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan 2
mencakup 5 hal. Yaitu; 1. Penilaian dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi, 2. Menggunakan
acuan kriteria.
5. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan 1
mencakup 5 hal. Yaitu; 1. Penilaian dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi.
VALIDASI DATA

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK “RADIO

KAKEK” KARYA RATIH KUMALA DAN RENCANA

PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Oleh:

Natalia Intan Pertiwi

NIM: 111224079

Telah disetujui oleh

Tanggal, 3 Juli 2018

Validator

Cicik Widiyastuti, S.Pd.


BIODATA

Natalia Intan Pertiwi lahir di Bekasi pada tanggal 28

Desember 1991. Lulus Taman Kanak-Kanak Strada

Nawar Bekasi pada tahun 1998. Tahun 1998

melanjutkan pendidikan di SD Strada Nawar Bekasi dan

lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 melanjutkan

pendidikan di SMP Strada Nawar Bekasi dan lulus pada

tahun 2007. Kemudian, melanjutkan pendidikan di SMA

Pangudi Luhur II Servasius Bekasi lulus pada tahun 2010. Penulis tercatat sebagai

mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Drama, Yogyakarta sejak

tahun 2011. Masa kuliah di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek

Radio Kakek Karya Ratih Kumala dan Rencana Pembelajarannya di Kelas XI

SMA.”

Anda mungkin juga menyukai