Penyakit Yang Dapat Ditularkan Melalui Tanah
Penyakit Yang Dapat Ditularkan Melalui Tanah
Cacing Tambang
1. ETIOLOGI
Masa inkubasi
Penularan
Telur akan nberkembang menjadi larva di tanah yang sesuai suhu dan
kelembabannya.
1
a. Larva bentuk pertama adalah rhaditiform yang akan berubah menjadi
filariform.
b. Dari telur sampai menjadi filariform memerlukan waktu sekitar 5-10 hari.
c. Larva akan memasuki tubuh manusia melalui kulit (telapak kaki, terutama
untuk N. americanus) untuk masuk ke peredaran darah.
d. Selanjutnya larva akan masuk ke paru, naik ke trakea, berlanjut ke faring,
kemudian larva tertelan ke saluran pencernaan.
e. Larva bias hidup dalam usus sampai delapan tahun dengan menghisap darah
(1 cacing = 0,2 mL/hari)
Cara infeksi kedua yang bukan melalui kulit adalah tertelan larva (terutama A.
duodenale) dari makanan atau minuman yang tercemar. Cacing dewasa yang berasal
dari larva yang tertelan tidak akan mengalami siklus paru.
2
b. Mebendazol 100 mg, 2 x sehari selama 3 hari.
c. Obat lain, misalnya albendazol 400 mg sehari, selama 5 hari.
3
Faktor iklim misalnya temperatur, kelembaban, curah hujan, mungkin
merupakan faktor penting prevalensi infeksi Soil-Transmitted Helminth di Bali.
Tingkat pendidikan yang rendah, hygiene pribadi dan lingkungan yang buruk , sosio
ekonomi yang rendah dan perilaku juga merupakan faktor lain yang berpengaruh.
(Wijana DP and Sitisna P, 2000)
Di Negara kaya dan maju banyak penyakit parasit yang dapat diberantas,
sebaliknya pada Negara miskin dan terbelakang memperlihatkan prevalensi parasit
yang lebih tinggi. (Onggowaluyo JS,2001)
6. Cara Pencegahan
Kegiatan pencegahan dapat dimulai dengan survey prevalensi untuk
mengetahui besarnya masalah endemisitas di suatu daerah.Kegiatan dilanjutkan
dengan dengan penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan, kampanye,
perbaikan sanitasi dan hygiene pribadi, terutama jamban keluarga yang
sehat.Kegitan pencegahan kontak dengan larva adalah dengan membudayakan
mencuci tangan serta menggunakan alas kaki bagi masyarakat yang berisiko
tertular.
4
Cacing Askariasis
1. ETIOLOGI
Askariasis disebabkan oleh Ascariasis lumbricoides yang dikenal sebagai
cacing gelang.Cacing Ascariasis lumbricoides dewasa tinggal di dalam lumen usus
kecil dan memiliki umur 10 - 24 bulan.Cacing betina dapat menghasilkan 200.000
telur setiap hari. Telur fertil berbentuk oval dengan panjang 45-70 µm. Setelah
keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan berkembang menjadi infektif dalam 5
- 10hari pada kondisi lingkungan yang mendukung.
Gambar 1. Cacing Askariasis lumbricides
5
2. MASA INKUBASI DAN PENULARAN
Cara Penularan
Penularan terjadi karena menelan telur yang fertile dari tanah yang
terkontaminasi dengan kotoran manusia atau dari produk mentah yang
terkontaminasi dengan tanah yang berisi telur cacing.Penularan tidak terjadi
langsung dari orang ke orang lain atau dari tinja segar ke orang. Penularan terjadi
paling sering di sekitar rumah, dimana anak-anak, tanpa adanya fasilitas jamban
yang saniter, mencemari daerah tersebut; infeksi pada anak kebanyakan karena
menelan tanah yang tercemar. Tanah yang terkontaminasi telur cacing dapat
terbawa jauh karena menempel pada kaki atau alas kaki masuk ke dalam rumah,
penularan melalui debu juga dapat terjadi.
Telur mencapai tanah melalui tinja, dan berkembang (embrionasi); pada suhu
musim panas mereka menjadi infektif setelah 2 – 3 minggu dan kemudian tetap
infektif selama beberapa bulan atau beberapa tahun di tanah dalam kondisi yang
cocok. Telur embrionasi yang tertelan menetas pada lumen usus, larva menembus
dinding usus dan mencapai paru-paru melalui sistem sirkulasi. Larva tumbuh dan
berkembang pada paru-paru; 9 – 10 hari setelah infeksi mereka masuk ke alveoli,
menembus trakhea dan tertelan untuk mencapai usus halus 14 – 20 hari setelah
infeksi, didalam usus halus mereka tumbuh menjadi dewasa, kawin dan mulai
bertelur 45 – 60 hari setelah menelan telur yang terembrionasi.
Masa Inkubasi
Siklus hidup membutuhkan 4 hingga 8 minggu
6
Setelah tertelan, telur ascariasis akan menetas dalam usus kecil dan larva
bermigrasi melalui aliran darah atau sistem limfatik ke paru-paru. Pada tahap ini,
penderita mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala yang mirip dengan asma
atau pneumonia, termasuk:
a) Batuk terus-menerus
b) Sesak napas
c) Mengi
Setelah 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva kemudian melanjutkan
perjalanan ke tenggorokan untuk kemudian dibatukkan dan tertelan.
b. Usus
Larva tumbuh menjadi cacing dewasa di usus kecil dan terus hidup disana
hingga mati. Dalam kasus ascariasis ringan hingga sedang, infeksi pada usus
akan menimbulkan gejala berikut:
a) Nyeri perut samar
b) Mual dan muntah
c) Diare atau tinja berdarah
4. DIAGNOSA
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan telur cacing Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura dan Hookworm. Dan pada cacing Ascaris
lumbricoides dewasa dapat keluar melalui mulut, hidung, maupun anus
7
Berat ringannya infeksi cacing Ascaris lumbricoides ialah infeksi yang
disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides dengan ditemukan telur cacing pada
tinja responden setelah diperiksa di laboratorium dan dikelompokkan
menjadi:
a. Ringan (ditemukan telur cacing 1-5000 telur )
b. Sedang (ditemukan telur cacing 5001-50.000 telur)
c. Berat (ditemukan telur cacing >50.000 telur)
5. PENGOBATAN
Berbagai obat cacing yang efektif untuk mengobati askariasis dan
hanya menimbulkan sedikit efek samping adalah Mebendazol,
pirantel pamoat, albendazol dan levamisol. Obat-obat cacing ini di
berikan dengan takaran sebagai berikut :
a. Mebendazol, 500 mg dosis tunggal
b. Pirantel, dosis tunggal 10 mg/kg berat badan (base) maksimum 1.0 g.
c. Levamisol, 120 mg dosis tunggal (dewasa), 2,5 mg/kg berat badan
dosis tunggal (anak).
Selain itu piperasin dan obat cacing lainnya masih dapat digunakan
untuk mengobati penderita askariasis. (Soedarto, 2011, h:185)
6. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
a. Agent
Ascariasis lumbricoides yang dikenal sebagai cacing gelang
b. Host
Manusia merupakan satu-satunya host bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksi
bila menelan telur infektif. Telur akan menetas di dalam usus dan berkembang
menjadi dewasa dalam caecum, termasuk appendix (Mandell et al., 1990).
c. Environment
a) Lingkungan fisik
8
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah yang berwujud
geogarfik dan musiman.Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara,
keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber
penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.
Infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim tropis,
terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan subtropis , dan
biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut , sungai dan
kakus meluap, dan larva cacing bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh
manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3
minggu untuk berkembang.
7. CARA PENCEGAHAN
a. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi
dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci
bersih dengan air.
b. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
c. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci
9
tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
d. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak
menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan
tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
e. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara
rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan
anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
f. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa
dan berobat ke rumah sakit .
g. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala
sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang
lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh
bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan,
maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
h. Pengobatan masal 6 bulan sekali di daerah endemik atau di daerah
yang rawan askariasis.
i. Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga
dan hygiene pribadi seperti:
a) Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
b) Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak
makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan
menggunakan sabun.
c) Sayuran segar (mentah) yang akan dimakan sebagai
lalapan, harus dicuci bersih dan disiram lagi dengan air
hangat karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam
tanah selama bertahun-tahun.
d) Buang air besar di jamban, tidak di kali atau di kebun.
e) Bila pasien menderita beberapa spesies cacing, askariasis
harus diterapi lebih dahulu dengan pirantel pamoat.
10
8. GAMBARAN EPID SECARA UMUM
Pada umumnya frekuensi tertinggi penyakit ini diderita oleh anak-anak
sedangkan orang dewasa frekuensinya rendah. Hal ini disebabkan oleh karena
kesadaran anak-anak akan kebersihan dan kesehatan masih rendah ataupun mereka
tidak berpikir sampai ke tahap itu. Sehinga anak-anak lebih mudah diinfeksi oleh
larva cacing Ascaris misalnya melalui makanan, ataupun infeksi melalui kulit akibat
kontak langsung dengan tanah yang mengandung telur Ascaris lumbricoides.Faktor
host merupakan salah satu hal yang penting karena manusia sebagai sumber infeksi
dapat mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran tanah oleh telur dan larva
cacing, selain itu manusia justru aka menambah tercemarnya lingkungan sekitarnya.
Prevalensi Askariasis di daerah pedesaan lebih tinggi, hal ini terjadi karena
buruknya sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga
tinja manusia tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga
terjadi pada golongan masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang
rendah, sehingga memiliki kebiasaan buang air besar (defekasi) di tanah, yang
11
kemudian tanah akan terkontaminasi dengan telur cacing yang infektif dan larva
cacing yang seterusnya akan terjadi reinfeksi secara terus menerus pada daerah
endemik. Perkembangan telur dan larva cacing sangat cocok pada iklim tropik
dengan suhu optimal adalah 23oC sampai 30oC.Jenis tanah liat merupakan tanah
yang sangat cocok untuk perkembangan telur cacing, sementara dengan bantuan
angin maka telur cacing yang infektif bersama dengan debu dapat menyebar ke
lingkungan.
1. ETIOLOGI PENYAKIT
Strongyloides stercoralis adalah nematoda yang dapat parasitize manusia.
Kehidupan tahap dewasa parasit dalam terowongan dalam mukosa dari usus kecil.
Para Strongyloides genus berisi 53 spesies dan S. stercoralis adalah spesies jenis .
S. stercoralis telah dilaporkan pada mamalia lain, termasuk kucing dan anjing.
Namun, tampaknya bahwa spesies pada anjing biasanya tidak S. stercoralis, tetapi
spesies S. terkait canis.Primata non-manusia lebih sering terinfeksi dengan S.
fuelleborni dan S. cebus meskipun S. stercoralis telah dilaporkan pada primata di
kandang. Spesies lain dari Strongyloides alami parasit pada manusia, tetapi dengan
distribusi terbatas, adalah S. fuelleborni di Afrika Tengah dan S. kellyi di Papua
Nugini. Dalam penggunaan Amerika, Strongyloides biasanya disebut cacing, dalam
penggunaan Inggris, bagaimanapun, cacing bisa merujuk ke Enterobius sedangkan
Strongyloides disebut cacing kremi.
12
masuk kedalam alveoli.Bergerak naik menuju ke trachea kemudian mencapai
epiglottis.Selanjutnya larva turun masuk kedalam saluran pencernaan mencapai
bagian atas dari intestinum.Disini cacing betina menjadi dewasa.Cacing dewasa
betina bebas yang telah dibuahi dapat mengeluarkan telur yang segera menetas dan
melepaskan larva non infektif rhabditiform yang kemudian dalam 24-36 jam
berubah menjadi larva infektif filariform.
4. PENGOBATAN
Ivermectin merupakan terapi pilihan utama untuk strongyliadisis, oleh karena
efeksivitasnya tinggi (mencapai hampir 100%) serta pemberiannya cukup dosis
tunggal baik untuk kasus tanpa atau pun dengan komplikasi dengan efek samping
yang sedikit. Dosis ivermectin 0,2mg/kg bb/hari, diberikan dalam dosis tunggal.
Angka kesembuhan 98,7%. Sebagai terapi alternatif adalah albendazole dan
Thiabendazole, sedangkan di indonesia yang ada pada umumnya adalah
Albendazole .Dosis albendazole 25mm/kg bb/hari. Pemberiannya biasa berupa
Albendazole 400mg 2 x per hari ( anak> 2 tahun : 200 mg) selama 3-5 hari untuk
kasus hiperinfeksi, pemberian dapat dilakukan hingga 15 hari. Angka kesembuhan
78,8%
13
Hingga saat ini para dokter memberikan obat cacing tiabendazol sebagai
pilihan pengobatan cacingan strongyloidasis.Perlu juga dilakukan pengobatan untuk
mengobati orang yang mengandung parasit strongyloides, meskipun kadang-kadang
tidak atau tanpa gejala dan tanda apapun. Hal ini penting untuk mencegah dan
menghindari terjadinya autoinfeksi, selain itu
Cacing trichuriasis
1. ETIOLOGI PENYAKIT
Trichuris trichiura adalah cacing kecil yang berbentuk seperti cambuk dengan
bagian depan (kepala) yang mengecil dan bagian belakang yang membesar. Bagian
yang kecil akan terbenam pada dinding usus dengan alasan yang paling mungkin
adalah untuk menghisap darah. Panjang cacing sekitar 40 mm. Setiap cacing betina
sanggup menghasilkan telur sebanyak 2000 – 10.000 butir per hari. Telur Trichuris
berbentuk khas seperti tong dengan kedua ujung yang menyempit. Seekor cacing
dapat menghisap darah 0.005 mL darah per hari.
Apabila manusia menelan telur yang matang maka, telur akan menetaskan
larva yang akan berpenetrasi pada mukosa usus halus selama 3 – 10 hari.
Selanjutnya, larva akan bergerak turun dengan lambat untuk menjadi dewasa di
14
sekum dan kolon asedens. Siklus hidup dari telur sampai cacing dewasa
memerlukan waktu sekitar tiga bulan.Di dalam sekum, cacing bisa hidup sampai
bertahun-tahun. Cacing akan meletakkan telur pada sekum dan telur-telur ini keluar
bersama tinja. Pada lingkungan yang kondusif, telur akan matang dalam waktu 2 – 4
minggu.
4. PENGOBATAN
15
terkontaminasi. Telur-telur yang tertelan akan menetas di usus kecil dan akhirnya
akan melekat pada mukosa usus besar.
b. Agent
c. Environment
6. CARA PENCEGAHAN
a. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada semua anggota keluarga terutama
anak-anak mengenai manfaat penggunaan jamban.
b. Menyediakan fasilitas jamban yang cukup untuk pembuangan kotoran.
c. Mendorong kebiasaan yang higienis, perilaku hidup bersih dan sehat, terutama
membiasakan cuci tangan sebelum makan, mencuci sayur sayuran, buah
buahan dan bahan makanan lainnya sebelum di masak atau dikonsumsi untuk
menghindari tertelannya tanah dan debu yang mencemari serta memasak
makanan sampai matang.
16
yang sanitasinya kurang bagus, penyebaran cacing ini pada umumnya lebih cepat
terjadi.
8. GAMBARAN EPIDEMIOLOGI DI INDONESIA
Frekuensi trichuriasis sendiri di Indonesia cukup tinggi karena penyakit ini
adalah hal yang paling umum terjadi di negara tropis.Prevalensi trichuriasis di
Sumatera Utara diperkirakan 80% - 100%. Beberapa penelitian di Kabupaten Deli
Serdang menunjukan prevalensi trichuriasis 77,2%. Prevalensi trichuriasis di
Indonesia diperkirakan 75%, diasumsikan selama 5 tahun dapat terjadi kehilangan
darah 77.745.000 liter.
17
DAFTAR PUSTAKA
18