Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan
mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban
UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang
bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian
hari terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab
dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Unaaha, 23-12-2021
1. 1. Berdasarkan kasus pencopetan di atas, maka Adit TIDAK DAPAT dipidana karena
perbuatan Adit memukul kepala seseorang yang hendak mencopet tasnya merupakan
perbuatan yang terpaksa dilakukan untuk mempertahankan harta benda miliknya dari
serangan yang melawan hukum yang dilakukan secara seketika atau dilakukan dengan
segera pada saat itu juga, sehingga perbuatan Adit tidak boleh dihukum atau dipidana.
Pembelaan diri pada Pasal 49 KUHP dibagi menjadi dua yaitu Pembelaan Diri
(Noodweer) dan Pembelaan Diri Luar Biasa (Noodweer Excess). Pasal 49 ayat (1) KUHP
mengatur tentang pembelaan diri berbunyi: “Tidak dipidana, barangsiapa melakukan
tindakan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau
ancaman serangan yang sangat dekat dan yang melawan hukum pada saat itu.”
Terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi seperti: (1) serangan dan ancaman yang
melawan hak yang mendadak dan harus bersifat seketika (sedang dan masih
berlangsung) yang berarti tidak ada jarak waktu yang lama, begitu orang tersebut
mengerti adanya serangan, seketika itu pula dia melakukan pembelaan; (2) serangan
tersebut bersifat melawan hukum, dan ditujukan kepada tubuh, kehormatan, dan
harta benda baik punya sendiri atau orang lain; (3) pembelaan tersebut harus
bertujuan untuk menghentikan serangan, yang dianggap perlu dan patut untuk
dilakukan berdasarkan asas proporsionalitas dan subsidiaritas. Pembelaan harus
seimbang dengan serangan, dan tidak ada cara lain untuk melindungi diri kecuali
dengan melakukan pembelaan dimana perbuatan tersebut melawan hukum. Pasal ini
digunakan sebagai alasan pemaaf, tetapi bukan alasan yang membenarkan perbuatan
melanggar hukum, melainkan seseorang yang terpaksa melakukan tindak pidana
dapat dimaafkan karena terjadi pelanggaran hukum yang mendahului perbuatan itu.
Berdasarkan kasus diatas, jika dilihat dari unsur yang harus dipenuhi dari pembelaan
terpaksa, maka seluruh unsur tersebut telah terpenuhi.
Jika melewati masa daluwarsa, maka sesuai Pasal 84 ayat (1) KUHP, demi hukum
kewenangan menjalankan pidana hapus karena daluwarsa.
Terhadap tindak pidana korupsi, maka berdasarkan Pasal 78 ayat (1) angka 3 dan
angka 4 KUHP, maka masa daluwarsanya adalah sesudah 12 tahun dan sesudah 18
tahun. Hal ini dikarenakan ancaman pidana dalam undang-undang korupsi adalah
pidana mati, seumur hidup serta pidana diatas 3 tahun.
Penuntutan pidana tindak pidana korupsi setelah 12 tahun atau 18 tahun akan susah
karena semakin terhapusnya jejak-jejak tindak pidana korupsi tersebut yang
menyebabkan sulitnya proses pembuktian.
3. 1. Pasal dakwaan terkait dengan kasus yang diuraikan dalam soal yaitu tentang konflik
antara Edi dan Dito dimana Dito yang hendak membakar rumah Edi adalah Pasal 187
KUHP jo Pasal 53 KUHP yaitu percobaan pembakaran rumah.
Pasal 53 KUHP menyatakan:
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari
adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-
mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. (2) Maksimum pidana pokok terhadap
kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga. (3) Jika kejahatan diancam
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara
paling lama lima belas tahun. (4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan
kejahatan selesai.
Berdasarkan kasus di atas, perbuatan Dito dapat didakwa menggunakan Pasal 187 ke-
1 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP. Hal tersebut karena sudah ada niat dan perbuatan
permulaan yang dilakukan Dito untuk membakar rumah, tetapi perbuatan tersebut
tidak selesai karena kedapatan oleh warga dan warga menghentikan aksinya.
Selain pasal tersebut, Dito juga dapat didakwa dengan Pasal 200 ke-1 KUHP karena
telah melakukan perusakan rumah Dito.
3. 2. Analisis tentang faktor tidak selesainya pelaksanaan percobaan tindak pidana dalam
kasus pembakaran di atas.
Salah satu syarat Pasal 53 KUHP adalah Perbuatan kejahatan itu tidak jadi sampai
selesai, oleh karena terhalang oleh sebab-sebab yang timbul kemudian, tidak terletak
dalam kemauan penjahat itu sendiri. Apabila orang berniat akan berbuat kejahatan
dan ia telah mulai melakukan kejahatannya itu, akan tetapi karena timbul rasa
menyesal dalam hati ia mengurungkan perbuatannya, sehingga kejahatan tidak
sampai selesai, maka ia tidak dapat dihukum atas percobaan pada kejahatan itu, oleh
karena tidak jadinya kejahatan itu atas kemauannya sendiri. Jika tidak jadinya selesai
kejahatan itu disebabkan karena misalnya kepergok oleh agen polisi yang sedang
meronda, maka ia dapat dihukum, karena hal yang mengurungkan itu terletak di luar
kemauannya.
Jika dikaitkan dengan kasus di atas, tidak selesainya pelaksanaan percobaan tindak
pidana pembakaran rumah disebabkan karena faktor dari luar diri pelaku atau terletak
diluar kemauan pelaku. Hal ini dapat dilihat pada kasus bahwa Upaya pembakaran
rumah yang dilakukan pelaku diketahui warga, sehingga bensin yang sudah disiramkan
belum berhasil melalap rumah Edi dan api yang baru menyala bisa segera dipadamkan
oleh warga.
Tidak selesainya perbuatan membakar rumah Edi yang dilakukan Dito merupakan hal
diluar kehendak Dito.
4. 1. Berdasarkan kasus di atas, tindak pidana Dedi termasuk ke dalam kategori Sistem
Resedive Khusus yakni kelompok Resedive Kejahatan Kelompok Jenis.
Berdasarkan beberapa hal yang diuraikan diatas, secara jelas tindak pidana yang
dilakukan Dedi termasuk ke dalam kelompok Resedive Kejahatan Kelompok Jenis
karena memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Kejahatan yang dilakukan adalah kejahatan yang diulangi yang termasuk dalam
satu kelompok jenis kejahatan dengan kejahatan terdahulu.
b. Antara tindak pidana terdahulu dengan tindak pidana yang diualingi telah ada
putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
c. Pidana yang dijatuhkan hakim adalah pidana penjara.
d. Belum lewat tenggang waktu melakukan pengulangan tindak pidana yakni 5 tahun.