Anda di halaman 1dari 14

TugasTerstruktur DosenPembimbing

Hubungan Industrial Febri Handayani, SHI, MH

Hubungan Industrial dan Penyelesaian

Hubungan Industrial

Kelompok IV:
AndiSaputra
SitiAisyah
ArifAlfayed

Jurusan Ilmu Hukum


Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hubungan Indutrial dan Perselisihan Hubungan
Industrial”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing
yang telah memberikan tugas ini dan membantu kami dalam melaksanakan tugas
makalah ini.

Kami sangat berharap dengan makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian Hubungan
industrial dan perselisihan hubungan Industrial. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik , saran, dan usulan demi
perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Pekanbaru, 10 Oktober 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang...........................................................................1
B. RumusanMasalah......................................................................1
C. TujuanPenulisan........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. PengertianHubungan Industrial.................................................2
B. LandasanHubungan Industrial...................................................2
C. TujuanHubungan Industrial.......................................................3
D. Ciri-CiriHubungan Industrial....................................................4
E. SaranaHubungan Industrial.......................................................4
F. RuangLingkupHubungan Industrial..........................................5
G. PengertianperselisihanHubungan Industrial..............................6
H. SubjekPerselisihanHubungan Industrial....................................9
I. DasarHuku.................................................................................9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................10
B. Saran.........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk social (zoon politicon), yakni makhluk yang
tidak dapat melepaskan diri dari berhubungan dengan orang lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam melakukan hubungan tersebut
adakalanya juga dapat saja terjadi suatu perbedaan-perbedaan, pertentangan-
pertentangan yang pada akhirnya menimbulkan perselisihan atau konflik dalam
hubungan tersebut.

Begitu pula dalam hubungan industrial, yakni hubungan antara


pekerja/buruh dan pengusaha adakalnya juga bisa terjadi pertentangan-
pertentangan, perbedaan-perbedaan atau konflik, sehingga menimbulkan apa yang
dinamakan perselisihan hubungan industrial.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian hubungan industrial
dan perselisihan hubungan industrial dalam suatu perusahaan maka akan dapat
meningkatkan produktivitas dan kerjasama antar karyawan dan pengusaha
sehingga perusahaan dapat berjalan terus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hubungan Industrial?
2. Bagaimana Jenis-Jenis Perselisihan Hubungan Industrial?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang Hubungan Industrial dan Regulasi nya
2. Mengetahui jenis-jenis perselisihan Hubungan Industrial

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hubungan Industrial

Hubungan Industrial adalah suatu sistem atau jasa yang terdiri dari unsur
Pengusaha, unsur Karyawan dan Pemerintah yang didasarkan atas nilai-nilai
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(pasal 1 ayat 22 UU Ketenagakerjaan).

Dalam pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pengertian istilah hubungan industrial adalah
suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para perilaku dalam proses produksi
barang dan jasa yang terdiri atas unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Beberapa definisi tentang hubungan industrial juga dikemukakan oleh :1

1. Dr. Payaman J. Simanjuntak, APU : Hubungan Industrial adalah hubungan


antara semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi
barang atau pelayanan jasa disuatu peruusahaan. Tujuannya adalah untuk
menciptakan hubungan yang aman dan harmonis antara pihak-pihak tersebut,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas Usaha.
2. Drs. Yunus Shamad, M.M, bahwa hubungan industrial dapat diartikan sebagai
suatu corak atau sistem pergaulan atau sikap dan perilaku yang terbentuk
antara para pelaku proses produksi barang dan jasa, yaitu pekerja, pengusaha,
pemerintah, dan masyarakat.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa hubungan industrial adalah
hubungan antara pengusaha dan pekerja dalam perusahaan, serta peran pemerintah
sebagai yang menetapkan peraturan perundang-undangan ketenegakerjaan.
Dalam melaksanakan hubungan industrial, pengusaha dan organisasi
pengusahanya mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan
1
Ugo, Pujiyo. Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Hlm. 3

5
usaha, memperluas lapangan pekerjaan, dan memberikan kesejahteraan
pekerja/buruh secara terbuka, demokratis, dan berkeadilan (pasal 103 ayat (3) UU
No. 13 Tahun 2003).
Begitu juga dengan pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruhnya
dalam melaksanakan hubungan industrial mempunyai fungsi menjalankan
pkerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan
produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan
dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Adapun pemerintah dalam hubungan
industrial mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan,
melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Hubungan industrial sebenarnya merupakan kelanjutan dari istilah
Hubungan Industrial Pancasila. Berdasarkan literatur, istilah Hubungan Industrial
Pancasila (HIP) merupakan terjemahan labour relation atau hubungan
perburuhan.Istilah ini pada awalnya menganggap bahwa hubungan perburuhan
hanya membahas masalah-masalah hubungan antara kerja/buruh dan pengusaha.
B. Landasan Hubungan Industrial
Landasan hubungan industrial terdiri atas:2
1. Landasan ideal dari hubungan Industrial pancasila ialah pancasila
2. Landasan konsitusional ialah Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan Operasional GBHN yang ditetapkan oleh MPR serta kebijakan-
kebijakan lain dari pemerintah
C. Tujuan Hubungan Industrial
Tujuan Hubungan Industrial pancasila adalah mewujudkan masyarak dan
adil makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi, dan keadilan
social. Untuk tercapainya tujuan tersebut dilakukan melalui penciptaan
ketenangan, ketentraman, ketertiban, kegairahan kerja serta ketenangan usaha.

2
Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui pengadilan dan diluar
pengadilan. Hlm. 23

6
Pelaksaan HIP berlandaskan kepada dua asas kerja sama, yaitu asas kekeluargaan,
gotong royong dan asas musyawarah untuk mufakat.

D. Ciri-Ciri Hubungan Industrial3

a. Mengakui dan menyakini bahwa bekerja bukan sekedar mencari nafkah


saja, melainkan juga sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya,
sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka
melainkan sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya.
c. Melihat antara pekerja dan pengusaha bukan mempunyai kepentingan yang
bertentangan, melainkan mempunyai kepentingan yang sama untuk
kemajuan perusahaan.
d. Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus disesuaikan
dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan secara
kekeluargaan.
e. Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak,
atas dasar rasa keadilan dan kepatutan.

E. Sarana Hubungan Industrial4

a. Serikat pekerja/serikat buruh


b. Pendidikan hubungan industrial
c. Lembaga kerja sama bipartit
d. Lembaga kerja sama Tripartit
e. Peraturan Perusahaan
f. Perjanjian kerja bersama
g. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan
h. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial

F. Ruang Lingkup Hubungan Industrial

3
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakara: Sinar Grafika.hlm.27
4
Adrian sutedi, Hlm 29-30

7
Ruang lingkup hubungan industrial menyangkut seluruh aspek dan
permasalahan ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain, baik langsung
maupun tidak langsung dalam hubungan antara pekerja, pengusaha, dan
pemerintah.

 Ruang Lingkup Cakupan

Pada dasarnya prinsip‐prinsip dalam hubungan industrial mencakup seluruh


tempat‐ tempat kerja dimana para pekerja dan pengusaha bekerjasama dalam
hubungan kerja untuk mencapai tujuan usaha.

 Ruang Lingkup Fungsi

Fungsi Pemerintah : Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan,


melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran
peraturan undang‐undang ketenagakerjaan yang berlaku.

Fungsi Pekerja/Serikat Pekerja : Menjalankan pekerjaan sesuai kewajibannya,


menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara
demokratis, mengembangkan ketrampilan, keahlian dan ikut memajukan
perusahaan serta memperjuangkan kesejahteraan anggota dan keluarganya.

Fungsi Pengusaha : Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas


lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokratis
serta berkeadilan.

 Ruang Lingkup Masalah

Adalah seluruh permasalahan yang berkaitan baik langsung maupun tidak


langsung dengan hubungan antara pekerja, pengusaha dan pemerintah.

 Ruang Lingkup Peraturan/Perundangundangan ketenagakerjaan

Hukum Materiil

a. Undang‐undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003

8
b. Peraturan Pemerintah/Peraturan Pelaksanaan yang berlaku
c. Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Peraturan Perusahaan (PP) dan
Perjanjian Kerja.
Hukum Formal
a. Undang‐undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
b. Perpu No. 1 Tahun 2005, dan diberlakukan mulai 14 Januari 2006

G. Pengertian Perselisihan Hubungan Industrial

Definisi Perselisihan Hubungan Industrial terdapat pada Pasal 1 angka 22


UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan)
"Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan
kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan."

Selanjutnya pada Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004 Tentang


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI) juga memberikan
definisi yang sama persis "Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan."

Menurut Charles D. Drake dalam Aloysius Uwiyono (2001:215)


perselisihan antara pekerja/buruh dengan pengusaha dapat terjadi didahului oleh
pelanggaran hukum juga dan dapat terjadi karena bukan pelanggaran
hukum.perselisihan perburuhan yang terjadi akibat pelanggaran hukum pada
umumnya disebabkan karena:

9
1. Terjadi perbedaan paham dalam pelaksanaan hukum perburuhan. Misalnya
pengusaha tidak mempertanggungkan buruh/pekerjanya pada program
jamsostek, membayar upah di bawah ketentuan standar minimum yang
berlaku, tidak memberikan cuti dan sebagainya.
2. Tindakan pengusaha yang diskriminatif, misalnya jabatan, jenis pekerjaan,
pendidikan, masa kerja yang sama tapi karena perbedaan jenis kelamin
lalu diperlakukan berbeda.
Sedangkan perselisihan perburuhan yang terjadi tanpa didahului oleh suatu
pelanggaran, umumnya disebabkan oleh:
1. Perbedaan dalam menafsirkan hukum perburuhan. Misalnya menyangkut
cuti melahirkan dan gugur kandungan, menurut pengusaha buruh/pekerja
wanita tidak berhak atas cuti penuh karena mengalami gugur kandungan,
tetapi menurut buruh/serikat buruh hak cuti tetap harus diberikan dengan
upah penuh meskipun buruh hanya mengalami gugur kandungan atau
tidak melahirkan
2. Terjadi karena ketidaksepahaman dalam perubahan syarat-syarat kerja,
misalnya buruh/serikat buruh menuntut kenaikan upah, uang makan,
transport, tetapi pihak pengusaha tidak menyetujuinya.
Undang-Undang no. 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan
hubungan industrial membagi perselisihan hubungan industrial menjadi:
a. Perselisihan Hak
b. Perselisihan kepentingan
c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja
d. Perselisihan antar-Serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.

a. Perselisihan Hak
Perselisihan Hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
perturan perundang-undangan, perjanjian kerja, perturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama (pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004)

10
b. Perselisihan Kepentingan
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (Pasal 1 angka 3
UUPPHI).
Perbedaan antara perselisihan hak dan perselisihan kepentingan adalah:

Perselisihan Hak Perselisihan Kepentingan


Objeksengketanya adalah Objek sengketanya adalah tidak
tidak dipenuhi hak yang adanyakesesuaian paham/pendapa Mengenai
telah ditentukan pembuatan/perubahan syarat-syarat kerja
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama.
c. Perselisihan PHK
Perselisihan PHK adalah perselisihan yang timbul Karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan
oleh salah satu pihak (pasal 1 angka 4 UUPPHI).
Jadi, perselisihan PHK itu timbul setelah adanya PHK yang dilakukan oleh
salah satu pihak, yang mana ada salah satu pihak yang tidak menyetujui atau
keberatan atas adanya PHK tersebut.
d. Perselisihan AntarSerikat Pekerja/Serikat Buruh
Berdasarkan pasal 1 angka 5 UU No. 2 Tahun 2004, perselisihan
Antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan antara serikat
pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam
satu perusahaan, karena tidak adanya persesuain paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikat pekerjaan.

H. Subjek Perselisihan Hubungan Industrial


Subjek Perselisihan Hubungan Industrial (pasal 1 ayat 7 UUPHI):
1. Pengusaha/gabungan pengusaha

11
2. Pekerja/Buruh Perorangan
3. Serikat Pekerja/Serikat Buruh
4. Perusahaan, termasuk usaha-usaha social dan usaha lai yang memiliki
pengurus dan memperkerjakan orang lain dan memberi upah.
I. Dasar Hukum

Peraturan terkait yang menjadi dasar hukum yang dipakai dalam upaya
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah sebagai berikut:

a. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan


Perburuhan (“UU Penyelesaian Perselisihan Perburuhan”)
b. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan
Kerja di Perusahaan Swasta
c. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”)
d. Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
e. Kepmenaker Nomor Kep. 15A/MEN/1994 tentang Petunjuk Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial
f. Peraturan Perusahaan yang berlaku;
g. Standar Kode Etik Karyawan yang berlaku.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan Industrial adalah suatu sistem atau jasa yang terdiri dari
unsur Pengusaha, unsur Karyawan dan Pemerintah yang didasarkan atas nilai-
nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik
Indonesia, (pasal 1 ayat 22 UU Ketenagakerjaan.

Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang


mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan
pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan.

Undang-Undang no. 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan


hubungan industrial membagi perselisihan hubungan industrial menjadi: a)
Perselisihan Hak b) Perselisihan kepentingan c) Perselisihan pemutusan
hubungan kerja d) Perselisihan antar-Serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan.

B. Saran
Pemerintah harus lebih memperhatikan spesifik permasalahan Hubungan
Industrial yang terjadi di lapangan. Ada beberapa landasan dalam hubungan
industrial yang harus diperhatikan oleh pengawas ketenegakerjaan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang penyelesaian Hubungan
Industrial
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

2. Buku
Lalu Husni, 2007. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui
Pengadilan dan di luar Pengadilan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Ugo, Pujiyo, 2012. Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial : tata cara dan proses penyelesaian sengketa perburuhan,Jakarta :
Sinar Grafika
Adrian Sutedi,2011. Hukum Perburuhan, Jakarta : Sinar Grafika

14

Anda mungkin juga menyukai