Anda di halaman 1dari 68

SKRIPSI

STUDI LITERATUR EFEKTIFITAS KEGIATAN KELOMPOK


SWABANTU (SELF HELP GROUP) PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE II

EVA WAHYUNI HADI SUNARTO


PO.71.4.201.16.1.022

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI D.IV KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
SKRIPSI

STUDI LITERATUR EFEKTIFITAS KEGIATAN KELOMPOK SWABANTU


(SELF HELP GROUP) PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Keperawatan

EVA WAHYUNI HADI SUNARTO


PO.71.4.201.16.1.022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPIBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATANMAKASSAR
PRODI D. IV KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
SKRIPSI

STUDI LITERATUR EFEKTIFITAS KEGIATAN KELOMPOK SWABANTU


(SELF HELP GROUP) PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

Disusun oleh:
Eva Wahyuni Hadi Sunarto
NIM. PO.71.4.201.16.1.022
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Padatanggal : 2020

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Penguji I,
Alfi Syahar Yakub, S.Kp, M.Kes (…………………………….)
NIP.197110171994031002

Penguji II,
H. Rauf Harmiady, S.Kep, Ns, M.Kes (…………………….………)
Nip. 196212211988032010

Pembimbing I
Hj. Rosita Genggeng, SKM, M.Kes (….…………………….…..)
Nip. 195509151981032001

Pembimbing II,
Sri Wahyuni A, S.Kep, Ns, MN(Hons) (……………………..….......)
Nip. 197310031996032001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan

Hj. Harliani, S.Kp, M.Kes


NIP. 196504121988032002
PERNYATAAN ORISINIL

Studi Literatur ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang di kutip

maupun di rujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Eva Wahyuni Hadi Sunarto

NIM : PO714201161022

Tanggal : 26 Juni 2020

Yang menyatakan,

Eva Wahyuni Hadi Sunarto


KATA PENGANTAR
‫الرحِ يم‬
َّ ‫ن‬ِِ ‫الر ْح َم‬ َِِّ ‫بِس ِِْم‬
َّ ‫َللا‬

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, Karena atas berkat

dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan studi literatur ini dengan judul

“Efektivitasِ Kegiatanِ Kelompokِ Swabantuِ (Self Help Group) Pada Penderita

Diabetesِ Melitusِ Tipeِ 2”ِ yang dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan.

Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

yaitu Nabi yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmatan lil alamin.

Peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada yang telah

memberikan dukungan, kasih sayang dan doa demi kesuksesan study literature ini.

Dalam proses penyusunan studi literatur ini, peneliti banyak mengalami

hambatan dan kesulitan namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai

pihak, sehingga penyusunan dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya tak lupa

peneliti hanturkan kepada :

1. Dr. Ir. H. Agustian Ipa, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kementeriaan

Kesehatan Makassar.

2. Hj. Harliani, SKp.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Makassar.

3. Junaidi, S.Sit.,S.Kep.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Makassar.


4. Hj. Rosita Genggeng, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I yang

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan study literatur

hingga selesai.

5. Sri Wahyuni A, S.Kep, Ns, MH(Hons) selaku Pembimbing II yang

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan study literatur

hingga selesai.

6. Alfi Syahar Yakub, S.Kp, M.Kes selaku Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan study literatur

hingga selesai.

7. H. Rauf Harmiady, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Penguji Pendamping yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan study

literatur hingga selesai.

8. Semua dosen dan staf Politeknik Kesehatan Makassar yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi literatur

ini.

9. Kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda dan Ibunda serta Ketiga Saudari

Peneliti atas segala dukungan dan pengorbanannya yang tak akan pernah

dilupakan. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka sehingga penulis

semakin bersemangat untuk menyelesaikan studi literatur ini.

10. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Makassar

Jurusan Keperawatan Program Studi Diploma IV Angkatan 2016

terkhususnya untuk teman yang senantiasa menghibur dikala peneliti

sedang bersedih, Fardianto, Elchy, Dita, Kak Antika, Amel, Era, dan
Linda, terima kasih atas segala saran dan masukan serta bantuan yang

begitu banyak yang telah diberikan.

11. Terkhusus untuk teman-teman peneliti yang telah hadir menemani selama

empat tahun perkulihan, suka dan duka telah di hadapi bersama, teman-

teman dari grup investigasi, Sarah, Bella, Indra, Firna, Unna, Sri, Sanni,

Kurnia dan Nirma semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT.

12. Teman-teman yang selalu senantiasa ada untuk memberikan saran-saran

membangun dan senantiasa hadir dalam suka dan duka peneliti, terkhusus

untuk Samiah Budi Rahayu dan Achmad Ridhal, teman-teman penulis

yang hebat Nur Fikrah Awaliah, Andi Sri Ira dan Yesica Tumewah terima

kasih atas segala dukungan yang diberikan.

13. Seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Peneliti hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas kebaikan-

kebaikan mereka dengan setimpal. Aamiin.

Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu, peneliti menyadari

sepenuhnya bahwa study literatur ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

dengan kerendahan hati, peneliti terbuka menerima kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak yang berkepentingan.

Makassar, Juni 2020

Eva Wahyuni Hadi Sunarto


ABSTRAK

Eva Wahyuni Hadi. S Studi Literatur Pengkajian Luka Kaki Diabetes.


Dibimbing Oleh Hj. Rosita Genggeng, Sri Wahyuni. A

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan


meningkatnya kadar glukosa darah (atau gula darah). Beberapa intervensi pun
dilakukan agar dapat mengontrol gula darah penderita salah satu yaitu kegiatan
kelompok swabantu Atau (self help group). Kelompok swabantu atau (self help
group) merupakan intervensi jangka panjang yang dapat mengurangi resiko
komplikasi dan penyakit mental penderita DM akibat lamanya pengobatan dan
tekan yang di alami oleh penderita DM. penelitian ini adalah penelitian dengan
pendekatan studi literatur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi
efektifitas kegiatan kelompok swabantu (self help group) pada penderita
diabetes melitus tipe II. Data dikumpulkan dengan mengunakan literature
review dari data base yaitu Google Scholar. Hasil penelitian menunjukan
terdapat 15 artikel terindetifikasi dan dipublikasikan pada tahun 2010-2020.
Terdapat 7 artikel yang sesuai dengan kriteris inklusi. Adapun hasil dari
penelitian menunjukan adanya keefektifitas kegiatan kelompok swabantu (self
help group). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kegiatan Kelompok
Swabantu (Self Help Group) Pada penderita DM tipe II dapat disimpulkan
Kelompok Swabantu (Self Help Group) menjadi salah satu manejemen
pengelolah DM yang membantu penderita DM dalam menjalani pengobatan
jangka panjang, memberikan motivasi hidup, mencegah komplikasi penyakit
dan berperan penting dalam menjaga kesehatan secara fisik dan mental.
Kegiatan kelompok ini juga memberikan pengalaman baru bagi penderita DM,
pertukaran informasi, meningkatkan pengetahun dan kepatuhan terhadap
pengobatan kepada penderita DM, Oleh karena itu, kelompok swabantu atau
self help group efektif dalam manajemen diri untuk mencapai kualitas hidup
yang baik bagi penderita DM.

Keyword: Diabetes Mellitus, Effect, Self Help Group


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

A. Tinjauan Teori Diabetes Melitus (DM) ...................................................... 8


1. Defenisi ................................................................................................ 8
2. Klasifikasi ............................................................................................ 8
3. Patofisiologi ......................................................................................... 11
4. Faktor Resiko ....................................................................................... 12
5. Gejala Klinis ......................................................................................... 12
6. Diagnosa .............................................................................................. 13
7. Komplikasi ........................................................................................... 15
8. Penatalaksanaan.................................................................................... 15
B. Tinjauan Kegiatan Kelompok Swabantu (Self Help Group) ....................... 17
1. Defenisi ............................................................................................... 17
2. Prinsip (Self Help Group) ..................................................................... 18
3. Pengorganisasian (Self Help Group) ..................................................... 19
4. Pelaksanaan (Self Help Group) ............................................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 23

A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................................... 23


B. Sumber Data............................................................................................... 23
C. Kriteria Sampel .......................................................................................... 23
D. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 25

A. Hasil........................................................................................................... 25
B. Pembahasan ............................................................................................... 45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 57

A. Kesimpulan ................................................................................................ 57
B. Saran .......................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tiga puluh tahun terakhir, Indonesia telah mengalami keberhasilan

pembangunan kesehatan. Hal ini di buktikan dari data laporan dari Direktorat

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (P2PTM 2017) yang menyatakan bahwa saat

ini Indonesia mengalami penurunan angka kesakitan (morbiditas). Akan

tetapi tantangan selanjutnya yang dihadapi pemerintah adalah munculnya

double burden of disease. Hal ini berarti bahwa saat ini Indonesia mengalami

tantangan dimana prevalensi penyakit menular menurun namun prevalensi

Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkat dengan tajam.

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) tidak lepas dari

pengaruh industrialisasi yang mengakibatkan meningkatnya arus urbanisasi

penduduk ke kota besar dan menimbulkan dampak pada tumbuhnya gaya

hidup yang tidak sehat seperti diet yang tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik,

dan merokok. Gaya hidup yang tidak sehat ini menyebabkan munculnya

berbagai masalah kesehatan baru. Menurut IDF 2015 ada 4 jenis utama

penyakit tidak menular (PTM) yang di sebabkan dari modifikasi lingkungan

yang tidak sehat, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, pernafasan akut, dan

Diabetes Melitus (DM).


2

Jumlah penderita DM di seluruh dunia menunjukkan kecenderungan

meningkat setiap tahun. Berdasarkan data dari Internasional Diabetes

Federation (IDF) tahun 2019 terdapat 463 juta jiwa penderita DM seluruh

dunia, dimana pada tahun 2045 di perkirankan akan mengalami peningkatan

mencapai 51 % yaitu 700 juta jiwa. Negara Republik Rakyat Cina menempati

urutan pertama sebagai negara dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia

yaitu mencapai 116,4 juta jiwa pada tahun 2019. Indonesia sendiri, telah

menempati ranking ke tujuh sebagai negara dengan jumlah penderita DM

terbesar di dunia yaitu 10,7 juta jiwa. Besarnya jumlah pendertia DM di

Indonesia juga akhirnya menempatkan Indonesia pada urutan ke dua di

wilayah Western Pasifik setelah Negara RRC.

Riskesdes (2018) menyatakan prevalensi diabetes mellitus yang diliat

berdasarkanِ pemeriksaanِ darahِ padaِ pendudukِ usiaِ ≥ِ 15ِ tahunِ sebesarِ

10,9% ( konsensus Perkeni tahun, 2015 ). Dari survey Riskesdes (2018)

menyebutkan bahwa prevalensi diabetes yang didiagnosa oleh dokter pada

penduduk semua umur sebesar 1,3% di Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Makassar tahun 2017 ( dari data

surveilans penyakit tidak menular bidang P2PL ) kasus baru diabetes

mencapai 4.406 dan kasus lama sebanyak 16.755. Adapun kematian sebanyak

198 kasus (laki-laki : 74; perempuan : 124) sepanjang tahun 2016. Prevalensi

diabetes yang didiagnosa dokter tertinggi terdapat di kabupaten Pinrang

(2,8%), kota Makassar (2,5%), kabupaten Toraja Utara (2,3%), dan kota

Palopo (2,1%). Prevalensi diabetes yang didiagnosa atau


3

berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Tana Toraja (6,1%), kota

Makassar (5,3%), kaburpaten Luwu (5,2%) dan kabupaten Luwu Utara

(4,0%).

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan

meningkatnya kadar glukosa darah (atau gula darah), yang mengakibatkan

komplikasi berupa kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata,

ginjal, dan saraf (WHO, 2018). Komplikasi tersebut akan terjadi jika kadar

gula darah tidak terkontrol dan berlangsung lama di dalam tubuh. Menurut

Brunner & Suddarth (2013) komplikasi yang timbul dari DM dibagi menjadi

dua, yaitu komplikasi akut dan kronis. Komplikasi akut muncul akibat dari

intoleransi gula darah yang berlangsung dalam jangka waktu pendek seperti

Hipoglikemia, Diabetes Ketoasidosis (DKA), dan Hyperglycemic

Hyperosmolar Nonketotic Syndrom (HHNS). Sedangkan komplikasi kronis

berlangsung dalam jangka waktu panjang sekitar 10-15 tahun setelah

Diabetes Melitus, komplikasi jangka panjang meliputi penyakit

Makrovaskuler yang menyerang pembuluh darah besar (penyakit jantung

koroner, penyakit serebrovaskuler, dan penyakit arteri perifer), penyakit

Mikrovaskuler (retinopati diabetik, nefropati diabetik).

Oguz (2018) mengatakan bahwa DM bukan hanya merupakan penyakit

organic (jasmani), namun DM juga merupakan suatu kondisi dengan dimensi

psikiatris dan psikososial; penderita DM menghadapi masalah fisik,

emosional, sosial dan masalah seksual dan berbagai konflik yang harus di

hadapi. Lebih jauh Oguz (2018) menjelaskan bahwa dari 18 % penderita DM


4

berusia dewasa ternyata mengalami berbagai gangguan yang membutuhkan

bantuan psikiatrik. Akan tetapi 10 % dari masalah psikopatologi ini tidak

diketahui banyak orang. Oleh karena itu penting untuk mempertimbangkan

keluhan fisik serta situasi mental, emosional dan perilaku pasien yang dapat

berujung pada ketidakpatuhan dalam pengobatan DM (Oğuz,ِ2018)

Ketidakpatuhan tersebut menyebabkan hambatan dari pengelolaan DM.

Kegiatan pengeloahan yang di maksud seperti pengaturan makan, aktivitas

fisik, Komsumsi obat, dan rutin pengecekan gula darah merupakan aktivitas

yang di lakukan secara sendiri atau self care yang harus dilakukan oleh

penderita DM.(Rembang, V. P.; Katuuk, M. E.; Malara, 2017)

Diabetes melitus menyebabkan dampak yang begitu besar terhadap

kualitas sumber daya manusia dan biaya pemeliharan kesehatan yang besar,

hal ini perlu peran penting dari semua pihak yaitu masyarakat dan keluarga

sebagai upaya promotif dan preventif. Tindakan intervensi dan

pengorganisasian masyarakat yang dilakukan dapat berupa bentuk dari

kemitraan, pemberdayaan, pendidikan kesehtan dan proses kelompok. Proses

kelompok menjadi salah satu intervensi keperawatan yang di lakukan

bersama-sama dengan masyakat dengan membentuk suatu grup atau

kelompok swabantu (self help group). (Mertha, Ribek, & & Widastra, 2016).

Saat ini terlihat begitu sedikit upaya dari pengaplikasian kelompok swabantu

DM sebagai intervensi dari penanggulanagan DM dalam hal promotif dan

prenventif, sementara dari beberapa penelitian telah menjelaskan bahwa

kelompok swabantu DM sangat berdampak baik dalam meningkatkan


5

managemen teraupeutik dari DM yaitu mengenai hal edukasi, diet, aktivitas

dan obat. Menurut Tejada-Tayabas, dan Lugo, 2014 dalam Dwiyanti dkk

(2018) metode kelompok swabantu terbukti dapat membantu penderita dalam

mengenali emosinya dan juga dapat memotivasi penderita dalam menjalani

pengobatan, kepatuhan berobat, dan jadwal control. Pendekatan secara

kelompok lebih baik dalam mengontol kadar gula penderita dan

meningkatkan kepuasan penderita dibandingkan pendekatan individu dari

penderita diabetes melitus

Berdasarkan data latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitianِtentangِ“ِStudiِLiteraturِEfektifitasِKegiatanِKelompokِSwabantuِ

(Self Help Group) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakahِ Rekomendasiِ Penelitianِ mengenaiِ Efektifitasِ Kegiatanِ

Kelompok Swabantu (Self Help Group) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe

2?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk mengidentifikasi

rekomendasi Efektifitas Kegiatan Kelompok Swabantu (Self Help Group)

Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Terhadap Intitusi

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi dalam

pengembangan ilmu keperawatan menegenai efektifitas kegiatan

kelompok swabantu terhadap kesehatan mental penderita DM,

khususnya bagi mahasiswa D.IV Keperawatan Poltekkes Makassar

b. Terhadap Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti

dalam mengembangakan pengetahuan tentang kegiatan swabantu

terhadap kesehatan mental penderita dm dan memotivasi peneliti

untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya guna

mengembangkan ilmu keperawaatan

2. Manfaat Praktis

a. Terhadap Responden

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi klien agar lebih aktif untuk

bersosialisasi tidak hanya dengan keluarga tetapi sesama penderita,

saling menguatkan satu sama lain dan memberikan motivasi kepad

penderita DM agar selalu patuh dalam pengobatan nya.

b. Terhadap Puskesmas

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi petugas kesehatan dalam

melaksanakan tugasnya dan menjadikannya sebagai kegiatan yang


7

membantu penderita DM dalam menangani kecemasan atau depresi

yang dialami penderita selama menjalini pengobatan


8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronis di

mana sel-sel organisme tidak dapat mengambil manfaat dari karbohidrat,

lemak, dan protein yang cukup karena kekurangan atau cacat pada insulin.

Obesitas dan ketergantung pada teknologi yang berkembang telah

menyebabkan peningkatan insiden penyakit ini di seluruh dunia. (Oğuz,ِ

2018)

Diabetes melitus merupakan penyakit yang bersifat kronik (jangka

panjang) sehingga menimbulkan beban baik secara fisik maupun

psikologis. Dampak psikologis yang dialami oleh penderita diabetes

melitus dapat berupa respon emosional negatif terhadap penyakit yang

diderita, pengobatan jangka panjang, maupun disfungsi diberbagai aspek

kehidupan(Sobol-Pacyniak et al., 2014) .

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut (Tandra, 2018), diabetes melitus diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Pre-Diabetes

Pada umumnya diabetes berawal dari pre-diabetes dimana

penderitanya meskipun sudah mengalamai pre-diabetes tetap


9

menjalankan gaya hidup yang tidak sehat. Yang termasuk dalam

kategori pre-diabetes adalah seseorang yang kadar gula darahnya

mengalami peningkatan melewati batas normal yaitu berkisar antara

100-125 mg/dl, sedangkan kadar gula darah seharusnya adalah <100

mg/dl. Diabetes biasanya ditemukan pada umur 40 tahun maka dokter

akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah bagi

yang berusia diatas 40 tahun.

b. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Tipe 1 tersebut muncul ketika pankreas sebagai tempat

diproduksinya insulin kurang mampu atau tidak dapat memproduksi

insulin seperti seharusnya. Akibatnya, insulin yang dibutuhkan tubuh

untuk mengangkut gula kedalam sel kurang atau bahkan tidak ada sama

sekali, sehingga mengakibatkan penumpukan atau peningkatan kadar

gula dalam sirkulasi darah.

Diabetes melitus tipe 1 ini juga biasa disebut insulin-dependent

diabetes melitus (IDDM) karena pasien DM tipe 1 sangat bergantung

pada penggunaan insulin, dimana ia memerlukan suntikan insulin setiap

hari untuk memenuhi kebutuhan insulin dalam tubuhnya.Diabetes tipe

ini biasanya disebut sebagai penyakit autoimun atau penyakit yang

disebabkan oleh gangguan kekebalan tubuh atau system imun yang

mengakibatkan rusaknya sel pankreas.

c. Diabetes Tipe 2
10

Diabetes tipe 2 biasanya paling sering terjadi pada usia diatas 40

tahun, namun dapat pula timbul pada usian di atas 20 tahun. Diabetes

tipe ini paling sering dijumpai dimana sekitar 90-95% penderita

diabetes adalah diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2, pankreas masih

dapat memproduksi insulin, namun insulin tersebut tidak dapat

berfungsi dengan baik karena memiliki kualitas yang buruk untuk

mengankut gula ke dalam sel sehingga mengakibatkan penumpukan

gula dalam aliran darah.

Diabetes tipe 2 juga biasa biasa disebut non insulin-dependent

diabetes melitus (NIDDM)atau adult-onset diabetes dimana diabetisi

tidak memerlukan suntikan insulin tambahan tetapi memerlukan obat

untuk memperbaiki fungsi insulin tersebut dalam menurunkan kadar

gula dalam darah.

d. Diabetes Pada Kehamilan (gestational diabetes)

Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang hanya dijumpai

pada ibu hamil sebagai akibat dari terjadinya pembentukan beberapa

hormon pada ibu hamil yang menyebabkan retensi insulin. Diabetes

gestasional ini biasanya baru baru diketahui saat usia kehamilan

memasuki bulan keempat keatas, dan umumnya kadar gula darah akan

kembali normal setelah persalinan.

Ibu hamil dengan diabetes harus rajin dalam mengontrol dan

memeriksakan kadar gula darah, agar mencegah komplikasi pada ibu

maupun janin. Dan yang perlu diwaspadai adalah lebih dari setengah
11

ibu dengan diabetes gestasional kemungkinan akan menjadi diabetes

tipe 2 di kemudian hari.

e. Diabetes yang Lain

Diabetes kelompok ini yaitu diabetes sekunder atau akibat dari

penyakit lain yang menganggu produksi insulin atau memengaruhi kerja

insulin. Diabetes jenis ini disebabkan oleh:

1) Radang pankreas (pankreatitis)

2) Gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis

3) Penggunaan hormone kortikosteroid

4) Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol

5) Malnutrisi

6) Infeksi

3. Patofisiologi

Menurut IDF (2019) Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang

paling umum, terhitung sekitar 90% dari semua kasus diabetes. Umumnya

ditandai oleh resistensi insulin, di mana tubuh tidak sepenuhnya

menanggapi insulin. Karena insulin tidak dapat bekerja dengan baik, kadar

glukosa darah terus meningkat, melepaskan lebih banyak insulin. Untuk

beberapa orang dengan diabetes tipe 2 ini pada akhirnya dapat menguras

pankreas, yang mengakibatkan tubuh memproduksi lebih sedikit dan lebih

sedikit insulin, menyebabkan kadar gula darah yang lebih tinggi

(hiperglikemia). Diabetes tipe 2 paling sering didiagnosis pada orang

dewasa yang lebih tua, tetapi semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan
12

orang dewasa yang lebih muda karena meningkatnya tingkat obesitas,

kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk. Landasan

manajemen diabetes tipe 2 adalah diet sehat, peningkatan aktivitas fisik,

dan menjaga berat badan yang sehat. Obat oral dan insulin juga sering

diresepkan untuk membantu mengendalikan kadar glukosa darah.

4. Faktor Resiko

Beberapa faktor risiko telah dikaitkan dengan diabetes tipe 2 dan

termasuk, riwayat diabetes keluarga, kegemukan, diet yang tidak sehat,

ketidakaktifan fisik, bertambahnya usia, tekanan darah tinggi, etnisitas,

riwayat diabetes gestasional, nutrisi yang buruk selama kehamilan dan

gangguan toleransi glukosa. Gangguan toleransi glukosa adalah kategori

yang lebih tinggi dari glukosa darah normal, tetapi di bawah ambang batas

untuk mendiagnosis diabetes. Perubahan dalam diet dan aktivitas fisik

yang terkait dengan perkembangan pesat dan urbanisasi telah

menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah orang yang hidup dengan

diabetes tipe 2 (IDF, 2019)

5. Gejala Klinis

Gejala klinis DM terbagi menjadi 2 yaitu gejala kronis dan akut.

Gejala akut DM meliputi Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak

minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu

makan yang semakin bertambah namun berat badan menurun drastis,

mudah lelah. Gejala kronik diabetes melitus meliputi: Kesemutan, kulit

terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram,
13

kelelahan, gampang merasakan kantuk, pandangan yang mulai kabur, gigi

mudah jatuh dan mudah terlepas, menurunan seksualitas bahkan pada pria

dapat terjadi impotensi, pada ibu hamil akan mengalami keguguran atau

kematian janin dalam kandungan atau bayi yang di lahirkan berat lahir

lebih dari 4kg (IDF, 2019) (Fatimah, 2015)

6. Diagnosis

Diabetes dapat didiagnosa dengan melakukan pengujian tes kadar

gula dalam darah. Darah dapat di uji setelah melakukan puasa semalaman

dan biasanya pemeriksaan dilakukan pada pagi hari. Hal ini dilakukan di

karenakan tubuh menjaga keseimbangan kadar gula darah antara 70 dan

100 miligram per desiliter (mg / dL), bahkan setelah puasa. Tetapi jika

kadar gula darah setelah puasa lebih besar dari 125 mg / dL, maka

didiagnosa DM , setelah pemeriksam tes gula darah akan dilakukan

pemeriksa lebih lanjut yang bisa memastikan dokter untuk melakukan

diagnose antara lain:

a. Obesitas, terutama pada bagian perut suatu kondisi yang sangat

meningkatkan risiko seseorang untuk diabetes tipe 2.

b. Tekanan darah tinggi suatu kondisi yang sering muncul pada

orang dengan diabetes tipe 2,yang bersama dengan diabetes

sangat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

c. Simpanan darah, atau bintik-bintik kuning bengkak di retina mata

Anda. Komplikasi diabetes dan tekanan darah tinggi, yang

meningkatkan risiko kebutaan.


14

d. Sensasi yang menurun pada kaki. Menyebabkan seseorang

dengan diabetes gagal untuk melihat luka kaki yang berkembang,

terutama luka di bagian bawah kaki.

e. Denyut nadi lemah di kaki — suatu kondisi yang dapat

memperlambat atau mencegah penyembuhan luka pada kaki, dan

mungkin menyebabkan amputasi

f. Lepuh, borok atau infeksi pada kaki

Adapun tes laboratorium yang juga digunakan secara rutin untuk

mengevaluasi diabetes yaitu:

a. Tes glukosa plasma puasa. Darah diambil pada pagi hari setelah

puasa semalaman. Biasanya, kadar gula darah tetap antara 70 dan

100 miligram per desiliter (mg / dL). Diabetes didiagnosis jika

kadar gula darah puasa adalah 126 mg / dL atau lebih tinggi.

b. Tes toleransi glukosa oral (OGTT). Gula darah diukur dua jam

setelah minum 75 gram glukosa. Diabetes didiagnosis jika kadar

gula darah 2 jam adalah 200 mg / dL atau lebih tinggi.

c. Tes glukosa darah acak. Gula darah 200 mg / dL atau lebih besar

setiap saat sepanjang hari dikombinasikan dengan gejala diabetes

sudah cukup untuk membuat diagnosis.

d. Hemoglobin A1C (glikohemoglobin). Tes ini mengukur kadar

glukosa rata-rata selama dua hingga tiga bulan sebelumnya.

Diabetes didiagnosis jika kadar hemoglobin A1C adalah 6,5%


15

atau lebih tinggi. Kreatinin darah dan mikroalbumin urin. Tes

untuk bukti penyakit ginjal.

e. Profil lipid. Mengukur kadar trigliserida dan kolesterol total,

HDL, dan LDL. Ini mengevaluasi risiko aterosklerosis. Orang

dengan diabetes yang juga memiliki kadar kolesterol total atau

kolesterol LDL yang tinggi berisiko sangat tinggi terhadap

penyakit jantung dan stroke (Samson & Garber, 2018)

7. Komplikasi

Menurut Brunner & Suddarth (2013) komplikasi yang timbul dari

DM dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi akut dan kronis. Komplikasi

akut muncul akibat dari intoleransi gula darah yang berlangsung dalam

jangka waktu pendek seperti Hipoglikemia, Diabetes Ketoasidosis (DKA),

dan Hyperglycemic Hyperosmolar Nonketotic Syndrom (HHNS).

Sedangkan komplikasi kronis berlangsung dalam jangka waktu panjang

sekitar 10-15 tahun setelah Diabetes Melitus, komplikasi jangka panjang

meliputi penyakit Makrovaskuler yang menyerang pembuluh darah besar

(penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler, dan penyakit arteri

perifer), penyakit Mikrovaskuler (retinopati diabetik, nefropati

diabetik).(Brunner & Suddarth, 2013)

8. Penatalaksanaan

Menurut Insani (2018), empat pilar penatalaksanaan DM yaitu :

a. Edukasi. DM tipe 2 umumnya terjadi dikarenakan adanya pola

hidup dan perilaku yang sudah terbentuk secara mapan. Untuk


16

menuju adanya perubahan perilaku penderita seperti merokok dan

meminum minuman beralkohol diperlukan partisipasi aktif

penderita, keluarga dan lingkungan.

b. Terapi gizi medis. Terapi gizi medis memerlukan keterlibatan

menyeluruh dari anggota (dokter, ahli gizi, perawat, dan pasien

itu sendiri). Setiap penderita diabetes sebaiknya mendapat terapi

gizi medis sesuai dengan kebutuhan agar sasaran terapi akan

tercapai. Diet yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi

yang seimbang yaitu :

1) Karbohidrat : 60-70%

2) Protein : 10-15%

3) Lemak : 20-25%

Jumlah kalori yang diberikan disesuaikan dengan pertumbuhan,

status gizi, umur, stress akut dan kegiatan fisik yang pada

dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat

badan ideal.

c. Olahraga. Manfaat olahraga bagi penderita diabetes antara lain:

meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar

glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam

mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,

gangguan lemak darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL,

meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan

darah, seta meningkatkan kemampuan kerja.


17

d. Obat. Terapi farmakologis terdiri obat oral dan suntikan. Obat

hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi 4

golongan yakni : sulfonylurea dan glinid bekerja sebagai pemicu

sekresi insulin, metformin dan tiazolidindion sebagai peningkat

sensitivitas terhadap insulin penghambat alfa glukosidase /

acarbose adn penghambat DPP IV.(Brunner & Suddarth, 2013)

B. Tinjauan Tentang Kelompok Swabantu (Self Help Group)

1. Definisi

Kelompok swabantu atau Self Help Group (SHG) merupakan suatu

terapi dimana setiap anggota saling berbagi pengalaman tentang kesulitan

dan cara mengatasinya, dengan tujuan memberikan dukungan dan motivasi

kepada individu bahwa mereka tidak sendiri dan banyak dari mereka yang

bertahan dengan kondisi kesehatan yang mereka alami (Cahyono, 2018)

Menurut Bensley & Fisher (2003), self help group atau kelompok

dukungan Merupakan suatu kelompok yang menyediakan dukungan bagi

setiap anggota kelompok. Anggota kelompok memiliki pandangan bahwa

orang-orang yang mengalami masalah yang sama dapat membantu satu

sama lain dengan empati yang besar dan dapat membuka diri. Semua

anggota kelompok dapat mengatakan permasalahan kehidupan yang

mereka lalui, perasaan, hal-hal yang menyebabkan kurang nyaman, bisa

tentang masalah atau penyakit yang dideritanya ataupun masalah-masalah

lain(Cahyono, 2018)
18

Konsep Self help group yang santai dan ramah dalam melakukan

aktifitasnya sering di sebut sebagai Klub sosial. Tetapi sebenarnya self

help group menyediakan fungsi sebagai dukungan sosial dan memberikan

hubungan timbal balik seperti kesetaraan, kerjasama, kepeduliaan,

meningkatkan pemberdayaan pribadi, harapan, pemulihan kepercayaan,

dan kualitas hidup, serta menurunkan rehospitalisasi dan efektif juga bagi

orang dengan masalah gangguan emosional (Humphreys, 1997). Self help

group memiliki kualitas yang lebih positif karena kelompok ini berkaitan

erat dengan hubungan sosial (bersahabat atau ramah, tidak menyenangkan

ataupun menyenangkan). Tercapainya tujuan self help group ini di

tetapkan oleh dinamika kelompok itu sendiri. Hubungan interpersonal

antara anggota merupakan kunci utama dari self help group, jika

Hubungan Interpersonal kurang maka tujuan dari kelompok tersebut tidak

dapat tercapai. Sebaliknya jika hubungan interpersonal dari masing-masing

anggota erat, merasa saling memiliki dan saling mendukung, maka tujuan

kelompok tersebut akan mudah di capai. Keberhasilan self help group ini

dapat dilihat dari tercapainya tujuan - tujuan yang di harapkan dari

kelompok, yang salah satunya menurunkan gejala (Chamberlin & Rogers

dalam Cahyono 2018)

2. Prinsip Self Help Group

Menurut Keliat (2008) terdapat 9 prinsip dari self help group yaitu

sebagai berikut:
19

a. Self help group merupakan kelompok informal dan di bimbing

oleh volunteer.

b. Self help group bukan organisasi politik

c. Kepemimpinan bersifat kolektif.

d. Pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan di tanggung bersama

kelompok.

e. Tiap anggota berperan serta aktif untuk berbagi perasaan,

pengetahuan dan harapan.

f. Saling memahami dan membantutan pamembeda-bedakan.

g. Setiap anggota kelompok harus menghargai privacy dan

kerahasiaan masing-masing anggota.

h. Kelompok mempunyai kemandirian (otonomi) dalam mengambil

keputusan dengan melibatkan anggota kelompok.

i. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab melaksanakan

keputusan yang telah diambil.(Cahyono, 2018)

3. Pengorganisasian Self Help Group

Kelompok swabantu atau self help group terdiri dari leader

(pemimpin), anggota kelompok dan fasilitator. Yang menjadi leader

adalah salah satu dari anggota kelompok, dimana setiap pertemuan akan di

ganti oleh anggota lainnya sehingga semua anggota mendapat giliran

untuk menjadi leader. Namun untuk awal pertemuan fasilitator dapat

berperan sebagai leader agar anggota kelompok dapat melihat dan belajar

bagaimana menjadi leader. Tugas leader Keliat, (2015) adalah:


20

a. Memimpin jalannya diskusi.

b. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah.

c. Menentukan lamanya pertemuan.

d. Mempertahankan suasana bersahabat agar anggota dapat

kooperatif, produktif dan berpartisipasi.

e. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok.

f. Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan

masalah.

g. Memahami pendapat yang diberikan oleh anggota kelompok.

h. Menyimpulkan hasil diskusi setiap kali pertemuan.

Sedangkan fasilitator yang merupakan tenaga kesehatan bertugas

membimbing atau memantau pelaksanaan self help group, memberikan

penjelasan dan motivasi anggota kelompok untuk mengungkapkan

masalah dan pendapatnya dan anggota kelompok mengikuti jalannya

proses pelaksanaan self help group sesuai dengan kesepakatan kelompok

dan leader (Keliat et al., 2015)

4. Pelaksanaan Self Help Group

a. Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama yang paling banyak berperan adalah

fasilitator karena anggota belum memahami prinsip pelaksanaan self

help group. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan fasilitator

antara lain :

1. Pembukaan
21

a. Fasilitator dan anggota duduk bersama setengah lingkaran.

b. Membuka diskusi dengan mengucapkan salam dan doa

pembuka sesuai agama masing-masing.

c. Memperkanalkan diri.

d. Menjelaskan tujuan, lama, dan tempatpertemuan.

e. Mempersilahkan para anggota memperkenalkan diri satu

persatu (danny dalam Cahyono, 2018)

2. Kerja

a. Menjelaskan konsep self help group yang meliputi pengertian,

tujuan, dan prinsip-prinsip self help group pada semua anggota

kelompok.

b. Membuat kesepakatan tentang peraturan mengenai jalannya

diskusi yang disepakati oleh semua anggota kelompok.

c. Menjelaskan dan memperagakan langkah-langkah kegiatan self

help group antara lain:

1) Memahami Masalah. Fasilitator menjelaskan dan

memperagakan sebagai leader dalam memperagakan cara

mengidentifikasi masalah. Fasilitator (sebagai leader)

memfasilitasi anggota untuk mengungkapkan perasaan dan

masalahnya secara bergiliran satu persatu sehingga dapat

dibuat daftar (list) masalah.

2) Mengidentifikasi cara penyelesaian masalah. Fasilitator

memfasilitasi anggota agar dapat saling bertukar informasi dan


22

pengalaman tentang masalah - masalah yang dihadapi

sehingga dapat ditemukan cara penyelesaian masalahnya.

3) Memilih cara penyelesaian masalah. Fasilitator memfasilitasi

semua pendapat anggota tentang cara penyelesaian masalah

yang di hadapi satu per satu dengan mempertimbangkan

faktor-faktor yang dapat mendukung ataupun menghambat

penyelesaian masalah tersebut. Untuk penyelesaian masalah

yang telah dipilih, anggota juga dapat melakukan role play

agar bisa lebih memahami dan mengerti cara melakukan

penyelesaian masalah.

3. Penutup

a. Menanyakan perasaan semua anggota setelah mengikuti self help

group

b. Menyepakati tempat, waktu, dan topik pertemuan berikutnya.

c. Memilih leader atau ketua pada pertemuan selanjutnya.

d. Membaca doa penutup

e. mengucapkan salam penutup

b. Pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya

Untuk pertemuan kedua, fasilitator masih bisa berperan sebagai

leader. Kemudian mulai dari pertemuan ketiga, dan seterusnya diskusi

dipimpin oleh leader yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya dan

fasilitator bertugas dalam membimbing jalannya diskusi.(Cahyono, 2018)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah studi literature. Studi literatur adalah

suatu kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan data pustaka,

membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian tersebut (Diah,

2015). Studi literature dilakukan dengan merangkum beberapa literatur yang

relevan dengan tema.

B. Sumber Data

1) Data Skunder

Data sekunder yaitu data yang telah diperoleh secara tidak

langsung melalui literatur jurnal atau buku yang di pilih dan sesuai

dengan kriteria penelitian yang di dapatkan melalui pencarian google

scholar.

C. Kriteria Sampel

a. Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2017). Kriteria Inklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Artikel yang di publikasikan pada periode 2010-2020.

2) Di publikasikan pada jurnal terakreditasi

3) Jumlah populasi dan sampel representative.

23
24

b. Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan menghilangkan/mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari proses pelaksanaan karena berbagai

sebab (Nursalam, 2017)Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Artikel literature review

D. Prosedur Penelitian

Studi literatur ini melalui penelusuran hasil publikasi ilmiah dengan

rentang tahun 2010-2020 dengan menggunakan database Google Scholar

berdasarkan teknik pencariaan PICOT . Dalam studi literatur ini, kata kunci

PICOTِyangِdigunakanِadalahِPِ(DiabetesِMellitusِ“OR”ِDMِtypeِIIِ“OR”ِ

TypeِIIِDiabetesِMellitusِ“OR”ِHighِBloodِSugarِLevel),ِIِ(SelfِHelpِGroupِ

“OR”ِ Selfِ Managementِ Support Group), C (Self Care Behaviors), O

(Effective) dan T (-). Selain itu, penyusunan studi literatur ini menggunakan

check list Prisma.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil dari pencarian literatur dari 15 artikel yag

didapatkan, terdapat 7 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Penelitian-penelitian tersebut mengidentifikasi pengaruh dan dampak dari

kelompok swabantu DM (self help group). Kelompok swabantu (self help

group) menjadi salah satu penangan DM dalam jangka waktu yang

panjang dan dapat membantu penderita DM untuk bisa hidup dengan

diabetes. Menurut penelitian Tejada et.al (2019) menjelaskan kegiatan

kelompok swabantu (self help group) dari prespektif pasien DM yang

mengikuti kegiatan kelompok tersebut, dalam penelitian ini peneliti

mencari berbagai pendapat dari beberapa pasien yang mengikuti kegiatan

kelompok swabantu (self help group) di 6 pusat pelayan kesehatan primer

di San Luis Potosi, Meksiko. Penelitian ini mengunakan wawancara

terstruktur wawancara semi terstruktur, observasi non-partisipan, dan

analisis konten terstruktur.

Penelitian dari Mertha et al (2015) dijelaskan bahwa kelompok

swbantu diabetes merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

managemen pengobatan penderita DM yang berupa edukasi, diet, aktivitas

jasmani, dan obat. Penelitian ini menjelaskan pengaruh kelompok

swabantu terhadap pengetahuan pasien DM dan menganalisa pengaruh

kelompok swabantu terhadap kepatuhan control pasien DM, berdasarkan

25
26

hasil statistik yang dijelaskan terdapat pengaruh terhadap

pengetahuan dan control pasien DM setelah mengikuti kelompok

swabantu. Demikian juga penelitian dari Dinyati et al (2016) menjelaskan

bahwa DM menjadi salah satu penyakit yang harus di tangani secara

serius. Aktivitas Self care pada penderita DM menjadi hal yang harus di

tingkatkan untuk mencegah komplikasi. Dengan melibatkan penderita DM

di kelompok swabantu (self help group) diharapkan dapat meningkat self

care penderita DM. hasil dari penelitian ini menunjukan perubahan yang

sangat besar terhadap tingkat self care pendeita DM setalah aktif dalam

mengikuti kegiatan kelompok swabantu.

Penelitian yang dilakukan oleh Prakoso et al (2016) menjelaskan

bahwa bukan hanya masalah dengan penyakit DM saja namun depresi

komorid yang di alami oleh penderita DM jarang untuk dikenali dan di

tangani secara baik. Depresi pada pasien DM merupakan salah satu

masalah yang harus di tangani secara holistik. Kelompok swabantu

menjadi salah satu penanggulangan penyakit DM secara holistik. Dalam

penelitian ini di sebutkan bahwa wanita menjadi sangat rentan mengalami

depresi komorid Menurut li dalam parkoso et al prevalensi depresi pada

wanita dengan diabetes (23,8%) lebih tinggi daripada prevalensi depresi di

antara pria dengan diabetes (12,8%). Kondisi ini menunjukkan bahwa

wanita dengan diabetes tipe 2 layak mendapat perhatian klinis secara lebih

holistik. Hasil analisis pre-test skor BDI, glukosa darah puasa dan

kolesterol total antara kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang


27

signifikan. Setelah intervensi kelompok swabantu ada perubahan skor

depresi, glukosa darah puasa yang secara statistik signifikan kadar

kolesterol tidak signifikan secara statistik.

Penelitian dari Nurkamilah et al (2018) menjelaskan bahwa DM

merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan yang berkelanjutan.

Rendahnya pengetahuan penderita DM dalam mengobati kondisi

kesehatan yang menyebabkan penderita DM mengalami diabetes distress

yang dapat menyebabkan komplikasi DM. maka dalam penelitian ini

menyebutkan kelompok swabantu atau di sebut dengan diabetes self

management education and support ( DSME/S) menjadi hal yang perlu di

terapkan kepada pasien DM. DSME/S merupakan sebuah kegiatan yang

terstruktur yang memberikan edukasi untuk mempertahankan kesehatan

nya dan melakukan perawatan diri secara mandiri dan berlanjutan. Hasil

penelitian ini menjelaskan adanya penuranan secara signifikan terhadap

tingkat stress sebelum dan setelah terapi diberikan. Terdapat perbedaan

yang cukup tinggi dari kelompok intervensi dan kelompok control dalam

penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Prabsangob et al (2019) menjelakan

bahwa self help group di desain untuk berbasis konsep teori sosial dimana

kegiatan ini diterapakan untuk pendekatan tindakan yang akan dilakukan

pada pasien DM tipe II di layanan berbasis kominitas. Penelitian ini

menjelaskan efektivitas program self help group yang berfokus pada

literasi kesehatan, perilaku mandiri dan kadar gula darah pada pasien DM
28

tipe II di pendesaan Thailand. Dalam penelitian ini menunjukan adanya

manfaat untuk menagemen secara mandiri bagi pasien DM tipe II.

Penelitian yang di lakukan oleh Kusumastiwi et al. (2019)

menjelaskan bahwa DM menjadi penyakit metaboloik yang memiliki

prevelansi tinggi di Indonesia, pengobatan yang sangat lama menyebabkan

tekan kepada penderita DM. Tekan yang berupa fisik dan mental

menyebabkan munculnya masalah kesehatan mental pada penderita DM

dan memperburuk prognosis dari pasien. Dalam penelitian ini kelompok

swabantu menjadi alternative intervensi yang sangat baik, tidak hanya

secara fisik begitu juga dengan kesehatan mental penderita DM, kelompok

swabantu memberikan ruang bagi penderita DM menceritakan apa yang

mereka alami selama dalam pengobatan yang mereka jalani. Adapun

gangguan yang sering kali mereka rasakan seperti manajemen stress,

gangguan tidur, kepatuhan minum obat, ketakutan akan komplikasi dan

penyesuain gaya hidup. Dalam penelitian ini menjelaskan ada perubahan

signifikan yang dirasakan oleh penderita DM setelah ikut dalam kegiatan

ini, merasakan bahwa mereka tidak sendiri dalam menjalani pengobatan

DM yang terbilang begitu membosankan.


29

Pencarian PICOT

Kata Kunci PICOT Google Scholar


DiabetesِMellitusِ“OR”ِDMِtypeِIIِ“OR”ِTypeِIIِ
Diabetes Mellitusِ“OR”ِHighِBloodِSugarِLevelِ
“AND”ِSelfِHelpِGroupِ“OR”ِSelfِManagementِ 15
SupportِGroupِ“AND”ِSelfِCareِBehaviorsِ“AND”ِ
Effective

Algoritma Pencarian Literatur

Google Scholar
15
Ekslusi : Pengulangan
Publikasi
n=5

Hasil Skrinning
n = 10
Ekslusi : tidak sesuai
dengan pertanyaan
penelitian
n=6

Hasil Skrining
n=4

Pencarian sekunder
n=3

Jumlah artikel inklusi


n=7
30

Sintesis Grid

No Peneliti (tahun) Tujuan Penelitian Desain Respondent Pengumpulan Hasil Penelitian


dan judul Penelitian Data
1 Tayabas et al. Tujuan dari pekerjaan Evaluasi Studi ini termasuk Wawancara Dalam responden,
(2014) The Role of ini adalah untuk kualitatif 28 orang diabetes, semi-terstruktur mayoritas orang (n =
Mutual Support menilai apakah dilakukan, (21 wanita dan 7 dilakukan 20) berusia 50 tahun
Groups for the pengetahuan atau dengan desain pria dari pusat termasuk: 1) atau lebih, 21 adalah
Control of Diabetes manfaat manajemen pendekatan perawatan Konseptualisasi ibu rumah tangga
in a Mexican City: yang efektif untuk etnografi. pedesaan dan MSG; 2) Alasan wanita, dan 23 hidup
Achievements and mengendalikan DM-II, perkotaan). menghadiri dalam kondisi rentan
Limitations from juga untuk Wawancara semi MSG; 3) yang tercermin dari
theِPatients’ِ mengidentifikasi terstruktur, Manfaat pendapatan ~ 30
Perspective kekuatan dan observasi non berpartisipasi USD per minggu.
keterbatasan MSG, di partisipan, dan dalam MSG; 4) Proporsi pasien lokal
enam Pusat Perawatan analisis konten Kegiatan MSG; dan luar kota serupa.
Kesehatan (HCC) terstruktur dan 5) Evaluasi 11 responden
yang berbeda, di San digunakan. MSG. Hanya menghuni daerah
Luis Potosi, Meksiko. satu wawancara pedesaan). Di antara
Penelitian ini yang dilakukan pasien yang
memberikan tinjauan per peserta. diwawancarai,
umum tentang Wawancara beberapa menghadiri
persepsi pasien, dan dilakukan secara pertemuan MSG
masalah signifikan berurutan dan secara teratur dan
yang menuntut paralel dengan yang lainnya secara
penyesuaian analisis sampai sporadis, dengan
Strategi MGS, dengan saturasi data yang terakhir
tujuan melebihi tercapai. menghadiri HCC
31

ekspektasi statistik Wawancara yang berlokasi di


kesehatan saat ini berlangsung daerah pedesaan,
sekitar 60 menit, dan sebagian besar
direkam audio, pasien pedesaan ini
dan kemudian yang memiliki
ditranskripsikan pandangan negatif
mengikuti tentang MSG.
pedoman
standar.
Wawancara
individu dipilih
karena
memungkinkan
peserta untuk
mengekspresikan
pandangan
mereka lebih
bebas.
Wawancara
dilakukan di
ruang terpisah di
pusat-pusat
kesehatan
sehingga
memungkinkan
bagi responden
untuk
mengekspresikan
32

diri secara bebas.


2 Mertha et al., Tujuan penelitian Quasy- Respondent pengumpul data Hasil penelitian
(2015) adalah untuk experimental terdiri dari 35 berupa kuesioner menunjukkan bahwa
Kelompok mengidentifikasi orang yang tentang 1) Karakteristik
Swabantu Diabetes kelompok swabantu memenuhi pengetahuan dan responden yang ikut
Terhadap, diabetes, menganalisa kriteria inklusi kepatuhan dalam
Pengetahuan pengaruh kompok yaitu kontrol yang kelompok swabantu
Dan Kepatuhan swabantu diabetes 1. pasien DM dilakukan pre palaing banyak
Kontrol Pasien terhadap pengetahuan dan dan post berjenis kelamin
Diabetes Mellitus pasien 2. pasien risiko perlakuan. perempuan, rerata
Di Puskesmas IV DM, dan menganalisa tinggi DM Berdasarkan umur
Denpasar Selatan pengaruh kelompok yang berobat hasil 60,5 tahun, sebagian
swabantu diabetes ke uji statistik besar berpendidikan
terhadap kepatuhan Puskesmas dinyatakan ada menengah, dan
kontrol IV Denpasar pengaruh sebagian besar tidak
pasien DM. Selatan. kelompok bekerja,
swabantu 2)Pengetahuan
terhadap responden sebelum
pengetahuan dan kegiatan kelompok
kepatuhan swabantu paling
kontrol pasien banyak
DM di pada tingkat cukup,
Puskesmas IV namun setelah
Denpasar kegiatan
Selatan kelompok swabantu
tingkat pengetahuan
responden sebagian
besar menjadi baik,
33

3)
Sebagain besar
responden patuh
dalam
kontrol penyakit
yang dialami, 4).Ada
pengaruh kelompok
Swabantu Diabetes
terhadap
pengetahuan pasien
DM di
Puskesmas IV
Denpasar Selatan
tahun
2015ِ(p=0,000ِ;ِαِ
0,05), dan 5) Secara
deskriptif
berdasarkan tingkat
kepatuhan,
rerata gula darah
dalam tiga bulan,
dan
kehadiran dalam
kegiatan kelompok
dinyatakan
kelompok swabantu
diabetes
berpengaruh
34

terhadap kepatuhan
kontrol
pasien DM di
Puskesmas IV
Denpasar
Selatan tahun 2015.
Kepada lansia agar
terus
mempertahankan
kegiatan yang sudah
berjalan dengan
baik, dan kepada
peneliti
selanjutnya agar
melihat pengaruh
kelompok swabantu
dengan melibatkan
lebih banyak
variabel dengan
kelompok
kontrol
3 Dinyati et Tujuan: untuk Pre Responden Pengukuran di Penelitian ini diukur
al.,(2016) mengetahui pengaruh Experimental sebanyak 10 lakukan satu skor tiap indikator
Pengaruh Self Help self help group orang anggota minggu sebelum dari kuesioner dan
Group Terhadap terhadap peningkatan PERSADIA dan setelah rerata self care DM
Self Care Pada self care pada pasien cabang rumah kegiatan self yang telah dilakukan
Pasien Diabetes diabetes melitus sakit help group sebelum dan setelah
Melitus Di muhammadiyah dilaksanakan. pelaksanaan Self
35

PERSADIA bandung yang Kegitan help group, dari


Cabang Rumah menderita DM dilaksanakan pengukuran rerata
Sakit tipe II selama 4 kali indikator self care
Muhammadiyah pertemuan dalam pre dan post test
Bandung 4 minggu. (n=10) didapatkan
penelitian ini indikator yang
mengunakan mengalami
kuesioner perubahan yang
Summary of cukup signifikan
Diabetes Self yaitu pengaturan
Care Activities makan, yang
(SDSCA) yang sebelumnya berada
terdiri dari 14 di skor 3,51 ± 0,849
butir pertanyaan menjadi 5,47±
yang 0,761.
sebelumnya Selain itu didapatkan
telah di indikator self care
modifikasi dan yang tidak begitu
terdiri dari 5 mengalami
bagian yaitu perubahan yang
pengaturan signifikan yaitu
makan, aktivitas komsumsi obat yang
fisik , minum sebelumnya berada
obat diabetes, di skor 6,5±1,1581
monitoring gula menjadi 6,8±0,632.
darah dan Hasil dari uji
perawatan kaki. pengaruh self care
pre dan post test
36

kegitan self help


group yang
mengunakan paired t
test menunjukan p
value adalah 0,0001
lebih kecil dari 0,05
yang artinya H0
ditolak dengan
interpretasi terdapat
pengaruh self help
group terhadap self
care pasien diabetes
melitus
Untuk rerata skor uji
pengaruh self care
pre dan post test
kegitan self help
group di nyatakan
bahwa pada saat
pretest didapatkan
50,20±8,829 lalu
untuk post test di
dapatkan
72,10±6,707.

4 Prakoso, et al Penelitian ini Quasy- Subjek penelitian Teknik Hasil penelitian ini
(2016) The bertujuan untuk experimental adalah wanita pengambilan menunjukkan
Effectiveness Of mengidentifikasi dengan diabetes sampel yaitu prevalensi depresi
37

Self Help Group efektivitas kelompok tipe 2 di dengan pada penelitian ini
Therapy To Type 2 terapi swadaya untuk Puskesmas melakukan adalah 64,7%.
Diabetic Women wanita diabetes tipe 2 Yogyakarta, pengukuran Analisis statistik
With Comorbid dengan depresi Indonesia; dengan pengaruh terapi
Depression komorbid. Berumur lebih mengunakan kelompok mandiri
dari 18 tahun kusioner Becks antara kelompok
yang memenuhi Depression perlakuan dan
kriteria inklusi Inventory score kelompok kontrol
dan eksklusi pretest dan menunjukkan ada
berjumlah 65 posttest. perbedaan yang
orang signifikan dalam
perubahan skor
Inventarisasi Depresi
Becks (p = 0,001),
dan perubahan
glukosa darah puasa
(p = 0,002).
Sementara
perubahan kadar
kolesterol tidak
menemukan
perbedaan yang
signifikan (p =
0,207). Analisis
tabel kontingensi
menunjukkan
pengaruh terapi
kelompok self help
38

dengan peningkatan
depresi dengan nilai
risiko relatif = 2,08
dalam penentuan
nilai cut-off dari
skor depresi Beck
Depression
Inventory <10 (p =
0,003). Hasil dari
analisis multivariat
menunjukkan bahwa
pengaruh variabel
dalam skor depresi
gantung adalah
terapi kelompok
mandiri (p = 0,008).
Terapi kelompok
swadaya
meningkatkan
depresi dan
mengurangi kadar
glukosa darah puasa
wanita diabetes tipe
2 dengan depresi
komorbiditas. Terapi
kelompok mandiri
mengurangi depresi
2 kali lipat.
39

5 Nurkamilah, et al, Penelitian ini Quasy- Respondent Teknik Simpulan dari


(2018) Pengaruh bertujuan experimental terdiri dari 30 pengambilan penelitian ini yaitu
Diabetes Self untuk menganalisis orang yang sampel adalah ratarata
Management pengaruh DSME/S memenuhi consequtive usia responden
Education and terhadap diabetes kriteria inklusi sampling dengan dalam penelitian ini
Support distress pada pasien yaitu melibatkan 30 yaitu
(DSME/S) DM tipe 2 1. pasien DM responden yang 57,36 tahun dan rata-
terhadap Diabetes dan terbagi menjadi rata lama mengalami
Distress pada 2. pasien risiko 15 responden DM
Pasien Diabetes tinggi DM kelompok yaitu 3,80 tahun,
Melitus Tipe 2 di yang berobat perlakuan dan 15 sebagian besar
RSD dr. Soebandi ke di ruang responden responden
Jember rawat inap kelompok berjenis kelamin
Adenium dan kontrol. perempuan,
Anturium Kelompok distribusi tingkat
RSD perlakuan pendidikan
dr.Soebandi diberikan responden sebagian
Jember pada DSME/S besar
2 Mei – 27 yang dilakukan berpendidikan SD
Mei 2017dan dalam 6 sesi, sederajat, pekerjaan
dilanjutkan di yaitu 4 sesi di responden paling
masing- rumah sakit dan banyak yaitu
masing 2 sesi di rumah wiraswasta,
rumah responden. mayoritas responden
respondent Sedangkan memiliki
kelompok penghasilan
kontrol tidak kurang dari UMR.
diberikan Ada pengaruh yang
40

DSME/S, signifikan DSME/S


melakukan terhadap diabetes
aktivitas sesuai distress
prosedur pada pasien DM tipe
rumah sakit dan 2 di RSD dr.
kebiasaan sehari- Soebandi
hari di rumah. Jember dengan
Instrumen p=0,001ِ<ِαِ
penelitian berupa (α=0,05).
kuesioner DDS Hasil penelitian ini
(Diabetes dapat menjadi
Distress Scale) tambahan referensi
pengetahuan
terutama
perawat di rumah
sakit khususnya
rawat inap
untuk menerapkan
DSME/S kepada
pasien
DM tipe 2 agar dapat
menurunkan tingkat
diabetes distress.
Penelitian ini dapat
menjadi
acuan untuk
penelitian
selanjutnya yang
41

dapat
melakukan
penelitian dalam
jumlah sampel
yang lebih besar dan
meneliti mengenai
efektifitas pemberian
DSME/S terhadap
diabetes distress
dengan mengontrol
faktorfaktor
bias yang dapat
mempengaruhi
penurunan diabetes
distress. Penelitian
selanjutnya juga
dapat meneliti
mengenai
perbedaan efektifitas
pemberian DSME/S
secara individu dan
berkelompok
terhadap
penurunan diabetes
distres.
42

6 Penelitian ini Quasy- Respondent Data diperoleh literasi kesehatan,


Prabsangob et al. bertujuan untuk experimental terdiri dari 70 sebelum dan peerilaku perawatan
(2018) mengevaluasi orang yang setelah diri dan tingkat
Effectiveness of efektivitas program memenuhi intervensi HbA1c adalah
Self-Help Group SHG pada literasi kriteria inklusi melalui validasi, serupa di kedua
kesehatan, perilaku yaitu kuesioner yang kelompok pada
Program for the
perawatan diri dan 1. bermukim di dapat diandalkan awalnya. Setelah
Management of kadar gula darah pada Thailand tentang tiga bulan intervensi,
Type-2 Diabetes pasien DMT2 di dengan DM karakteristik literasi kesehatan,
Patients in Rural komunitas pedesaan tipe II sosial demografi, perilaku perawatan
Thailand Thailand. 2. berumur perilaku diri dan tingkat
sekitar 50-80 perawatan diri HbA1c meningkat
tahun yang dan melek secara signifikan
terdaftar di kesehatan; pada kelompok
komunitas Tingkat HbA1c intervensi di
rumah sakit diperoleh dari bandingkan dengan
3. sanggup catatan kelompok kontrol (p
untuk kesehatan. < 0,05). Self help
menghadari kemudian skor group sangat efektif
sesi kegiatan rata-rata untuk dan membantu
self help literasi kesehatan pasien DM tipe 2
group digunakan untuk untuk meningkatkan
menentukan literasi kesehatan
tingkat dan perilaku
pengetahuan perawatan diri untuk
tentang DMT2 mengontrol tingkat
dan skala likert gula dalam darah.
lima poin
43

digunakan untuk
mengevaluasi
perilaku
perawatan diri

7 Kusumastiwi et al. Tujuan dari penelitian Pre Peserta kegiatan Dilakukan Pada kegiatan ini
(2019) ini yaitu munculnya Eksperiment adalah penderita kegiatan diikuti peserta
Meningkatkan masalah kesehatan diabetes melitus penyuluhan dengan karakteristik
Kesehatan Mental mental pada pasien di Desa Bogoran, mengenai demografik laki-laki
Penderita Diabetes diabetes melitus akan Trirenggo, diabetes melitus 33%, perempuan
Melitus di memperburuk Bantul. Penderita. dan dampak bagi 66%. Rata-rata usia
Komunitas dengan prognosis pasien. Peserta kesehatan mental peserta kegiatan
Kegiatan Penanganan holistik dikumpulkan oleh kepada peserta kelompok swabantu
Kelompok baik fisik dan mental kader kesehatan dan caregiver. adalah 54.22 tahun.
Swabantu (Self diharapkan dapat yang berada di Dalam kegiatan Rata-rata peserta
Help Group) dilakukan pasien desa Bogoran dan tersebut telah mengidap
diabetes melitus, salah didapatkan 9 dilakukan diabetes melitus
satunya melalui peserta yang telah rekruitment selama 3.5 tahun.
kelompok swabantu dijelaskan dan peserta. Sebelum Hasil pemeriksaan
(self help group) bersedia pelaksanaan menggunakan
yakni kelompok yang mengikuti kelompok terapi instrumen HADS
terdiri dari para kegiatan hingga swabantu didapatkan skor
penderita diabetes berakhir dilakukan borderline cemas
melitus yang saling skrining sebanyak 44.4%,
berbagi permasalahan kesehatan jiwa skor gangguan klinis
dan memberikan menggunakan cemas sebanyak
44

dukungan satu sama instrumen 22.2%. Hasil


lain. HADS dan pemeriksaan
dilakukan review menggunakan
penerapan instrumen HADS
kelompok didapatkan skor
swabantu setelah borderline depresi
kegiatan sebanyak 22.2%,
swabantu sedangkan skor
berakhir. gangguan klinis
depresi sebanyak
66.1%.
45

B. Pembahasan

Kegiatan Kelompok Swabantu (self help group) merupakan salah satu

bentuk strategi dalam penanganan DM terutama dalam hal preventif dan

promotif, namun masih sedikit di terapkan. hal ini disebabkan kurangnya

sosialisasi mengenai Kegiatan Kelompok Swabantu (self help group) tersebut,

hasil penelitian lain mengatakan Kegiatan Kelompok Swabantu (self help

group) merupakan salah satu cara mengedukasi pasien DM yang bertujuan

untuk menjaga kesehatan dengan mengerakan dan memotivasi pasien DM

untuk mengurangi angkah kematian akibat dari lamanya pasien dalam

mengobati penyakitnya (Mertha, et al 2015)

Penelitian yang dilakukan oleh I Made Mertha (2015) dengan judul

“Kelompok Swabantu Diabetes Terhadap, Pengetahuan Dan Kepatuhan

Kontrol Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas IV Denpasar Selatan”.ِ

Sebelum dilakukan kegiatan kelompok swabantu di dapatkan sebanyak 26

orang dengan pengetahun cukup (74,3%), tingkat pengetahuan baik sebanyak 6

orang (17,1%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 3 orang, setelah di

lakukan kegiatan swabantu di daptkan pengetahuan respoden meningkat yaitu

sebanyak 22 orang (62.9%) dengan tingkat pengetahuan yang baik, dan 13

orang (37,1%) dengan pengetahuan yang cukup. Dengan mengunakan uji

paired sample statistics hasil yang didapatkan nilai p=0,000 yang merupakan

nilaiِkecilِdariِα=0,05ِdenganِ ini maka dikatakan adanya pengaruh kelompok

swbantu terhadap pengetahuan. Kepatuhan kontrol respoden sebagian besar di

nyatakan patuh yaitu sebanyak 26 orang (74,3%) setelah kegiatan kelompok


46

swabantu dan tidak ada respoden yang tidak patuh. Dengan hasil pengisian

kuesioner selama 3 bulan, pengecekan gula darah acak serta keteraturan dalam

menghadiri kegiatan kelompok swabatu didapatkan bahwa kelompok swabantu

dapat berpengaruh terhadap kontrol responden selama dalam perawatan

penyakit DM. Setelah mengindetifkiasi dari setiap aspek yang peneliti teliti

maka di dapatkan bahwa adanya pengaruh kegiatan kelompok swabantu

terhadapa pengetahuan dan kontrol pasien dalam penatalaksanan DM.

Kekurangan penelitian ini yaitu tidak menunjukan kuesioner, hasil dari

pemeriksaan gula darah acak serta daftar hadir sehingga sulit untuk di

menganalisa validasi mengenai pertanyaan yang digunakan.

Penelitian yang di lakukan oleh Aghnia Ilmi Dinyati (2019) “Pengaruhِ

Self Help Group Terhadap Self Care Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia

Cabangِ Rumahِ Sakitِ Muhammadiyahِ Bandung”ِ Dariِ penelitian ini di

dapatkan bahwa secara pengaruh self help group secara statistik sebesar 0,0001

(p-value < 0,05) maka H0 ditolak maka terdapat pengaruh self help group

terhadap self care pasien diabetes melitus. Skor self care yang terdapat

perubahan, dimana skor pre- test sebesar 50,20 ± 8,829 sedangkan skor post-

test yaitu 72,10 ± 6,707. Dapat di simpulkan bahwa kegiatan kelompok

swabantu DM dapat menjadi salah satu program atau intervensi yang

membantu pasien DM dalam meningkatkan self care pada kelompok DM

lainya. Kegiatan kelompok swabantu menghadirkan lingkungan yang nyaman

untuk saling bertukar pikiran sehingga menciptkan motivasi antara anggota

demi tercapainya self care dari bentuk pengelolaan DM. perlu penelitian yang
47

lebih lanjut memgenai pelaksanaan self help group agar tercapai hasil yang lebi

baik lagi kedepannya.

Pembahasan dari penelitian di jelaskan secara baik oleh peneliti mengenai

setiap variabel sehingga mudah untuk di analisa dan mudah memahami hasil

dari penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Luz María Tejada-Tayabasِ (2014)ِ “The

Role of Mutual Support Groups for the Control of Diabetes in a Mexican City:

Achievementsِ andِ Limitationsِ fromِ theِ Patient's’ِ Perspective” Penelitian ini

bertujuan untuk menguji pencapaian operasional dan keterbatasan MSG

(Mutual Support Group) dari perspektif pasien diabetes di enam pusat

pelayanan kesehatan yang terletak di kota San Luis Potosi. Penelitian ini

menjelaskan strategi MSG telah diterapkan di seluruh pusat pelayan kesehayan

yang mengungkapkan berbagai manfaat dan keberhasilan, tetapi juga

keterbatasan operasional yang menjelaskan mengapa MSG belum mencapai

keefektifan yang terbukti untuk mengembangkan kepatuhan pasien terhadap

pengobatan DM-II yang komprehensif.

Studi ini menunjukkan kebutuhan untuk menerapkan model partisipatif

seperti yang disarankan oleh penulis lain, yang mempertimbangkan

kemungkinan akses pasien, serta kebutuhan dan harapan mereka. Terlihat

bahwa melibatkan pasien secara langsung dalam organisasi dan pelaksanaan

aktivitas diterjemahkan menjadi rasa kepemilikan dan tanggung jawab yang

lebih besar, yang pada akhirnya menghasilkan keberlanjutan dan otonomi MSG

yang lebih besar tanpa menimbulkan biaya yang berlebihan untuk sistem
48

perawatan kesehatan. Pendekatan ini juga berpotensi untuk mengurangi

permintaan akan layanan yang membebaskan waktu staf untuk dialokasikan ke

kegiatan perawatan kesehatan primer lain yang relevan.

Pembahasan dari penelitian di jelaskan secara baik oleh peneliti mengenai

setiap variabel sehingga mudah untuk di analisa dan mudah memahami hasil

dari penelitian tersebut.

Penelitian yang di lakukan oleh Kantapong Prabsangob (2019)

“Effectiveness of Self-Help Group Program for the Management of Type-2

Diabetes Patients in Rural Thailand” Hasil penelitian ini menjelaskana bahwa

Literasi kesehatan, perilaku perawatan diri dan tingkat HbA1c serupa di kedua

kelompok pada awal. setelah tiga bulan intervensi Literasi kesehatan, perilaku

perawatan diri dan HbA1c secara signifikan dipengaruhi pada kelompok

intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (P <0,05)

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan pada

Tingkat HbA1c pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok

kontrol setelah tiga bulan. Dalam kelompok intervensi, perilaku perawatan diri

meningkat secara signifikan, sedangkan tingkat HbA1c menurun. hubungan

antara perilaku perawatan diri dan kadar glukosa darah pada pasien DMT2,

dapat membantu mengurangi kadar gula darah.

Kekurangan dalam penelitian ini tidak terdapat kuesioner yang

menjelaskan kan adanya perubahan yang dirasakan oleh responden dalam

penelitian, jadi sulit untuk melakukan validasi mengenai hasil dari penelitian
49

tersebut. Banyak variabel dari penelitian yang tidak di sebutkan dalam judul

juga membuat pembaca agak keliru dengan hasil dari penelitian ini.

Penelitian yang di lakukan oleh Tesaviani Kusumastiwi (2019)

“Meningkatkan Kesehatan Mental Penderita Diabetes Melitus di Komunitas

denganِ Kegiatanِ Kelompokِ Swabantuِ (Selfِ Helpِ Group)” dari penelitian di

dapatkan hasil pemeriksaan menggunakan instrumen HADS didapatkan skor

borderline depresi sebanyak 22.2%, sedangkan skor gangguan klinis depresi

sebanyak 66.1%. Hal ini menunjukan bahwa gangguan metal pada penderita

DM sangat mungkin terjadi di liat dari faktor resiko terkait depresi pada

penderita diabetes melitus adalah peningkatan usia, wanita, sosial ekonomi

rendah dan lama mengidap >2 tahun. Pengaruh komorbiditas antara depresi dan

diabetes melitus adalah terdapat radikal bebas yang dihasilkan akibat

terpicunya stres yang dapat memperburuk prognosis dari diabetes melitus

Kekurangan dari penelitian ini tidak dijelaskan kriteria inklusi dan

eksklusi, sampel yang sedikit, tidak dijelaskan juga analisa data secara lengkap

hanya mencantumkan berapa presentasi dari respondent yang ikut dalam

kegiatan, dalam pelaksanaan nya penelitian mengumpulkan data kesehatan

jiwa mengunakan kuesioner HADS sebelum di lakukan kegiatan kelompok,

namun tidak dijelaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang

menyebabkan kesulitan dalam validasi data mengenai nilai dari kuesioner

tersebut.
50

Penelitian yang di lakukan oleh Novita Nurkamilah (2018) Pengaruh

“Diabetes Self Management Education and Support (DSME/S) terhadap

Diabetes Distress pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSD dr. Soebandi

Jember”ِ hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan DSME/S pada

kelompok perlakuan terjadi penurunan yang signifikan rata-rata nilai diabetes

distress sebesar sebesar 0,65 yaitu dari 2,32 rata-rata sebelum diberikan

DSME/S menjadi 1,67 setelah diberikan DSME/S. Setelah diberikan DSME/S,

responden dengan tingkat diabetes distress kategori distress ringan/ tidak

distress bertambah dari 1 responden (6,7%) menjadi 14 responden (93,3%).

Jumlah responden dengan tingkat diabetes distress kategori distress sedang

berkurang dari 14 responden (93,3%) menjadi 1 responden (6,7%). Hasil uji t

dependen menunjukkan perbedaan signifikan diabetes distress antara pretest

dan posttest baik pada kelompok intervensi (p=0,001) maupun pada kelompok

kontrol (p=0,046). Selanjutnya, uji t independen menunjukkan adanya

perbedaan signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

(p=0,001). Penurunan diabetes distress lebih tinggi pada kelompok intervensi

dibandingkan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh signifikan DSME/S terhadap penurunan diabetes distress

pada pasien DM tipe 2. Perawat diharapkan menerapkan DSME/S sebagai

discharge planning untuk meminimalisir diabetes distress pada pasien DM II.


51

Dalam penelitian ini dijelaskan dengan sangat rinci oleh peneliti pada

bagian pembahasan mengenai hubungan dari setiap variabelnya

sehinggapembaca dapat dengan mudah memahami hasil dari penelitian yang

dilakukan.

Penelitian yang di lakukan oleh(Kusumaningsih et al., 2016) menjelaskan

bahwa pasien DM tipe II yang berjenis kelamin perempuan beresiko lebih

tinggi mengalami depresi di bandingkan pria, ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya, terdapat prevelansi yang tinggi terhadap gangguan kesehatan yang

dialami oleh wanita di bandingan pria. Parkoso et al (2016) menjelaskan lebih

lanjut mengindentifikasi efektifitasi terapi kelompok swabantu untuk wanita

DM tipe II yang mengalami depresi komorbiditas, dengan penelitan quasy

eksperiment dengan rancangan penelitian untreated control group design with

pre-test and posttest study. Subjek penelitian adalah wanita dengan diabetes

tipe 2 di atas usia 18 tahun yang melakukan pemeriksaan rutin di pusat

kesehatan primer di Yogyakarta, Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi depresi pada penelitian ini

adalah 64,7%. Analisis statistik pengaruh terapi kelompok mandiri antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan yang

signifikan dalam perubahan dalam inti Inventarisasi Depresi Becks (p = 0,001),

dan perubahan glukosa darah puasa (p = 0,002). Sementara perubahan kadar

kolesterol tidak menemukan perbedaan yang signifikan (p = 0,207). Analisis

tabel kontingensi menunjukkan pengaruh terapi kelompok self help dengan

peningkatan depresi dengan nilai risiko relatif = 2,08 dalam penentuan nilai
52

cut-off dari skor depresi Beck Depression Inventory <10 (p = 0,003). Hasil dari

analisis multivariat menunjukkan bahwa pengaruh variabel dalam mengubah

skor depresi adalah terapi kelompok mandiri (p = 0,008). Terapi kelompok

mandiri membantu meningkatkan depresi dan mengurangi darah puasa kadar

glukosa wanita diabetes tipe 2 dengan depresi komorbiditas. Terapi kelompok

mandiri mengurangi depresi 2 kali lipat.


BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan Studi Literatur ini yang telah dilakukan tentang

Efektifitas Kegiatan Kelompok Swabantu (Self Help Group) Pada

penderita DM tipe II dapat disimpulkan Kelompok Swabantu (Self

Help Group) menjadi salah satu manejemen pengelolah DM yang

membantu penderita DM dalam menjalani pengobatan jangka panjang,

memberikan motivasi hidup, mencegah komplikasi penyakit dan

berperan penting dalam menjaga kesehatan secara fisik dan mental

serta memberikan pengalaman baru bagi penderita DM. Kelompok

swabantu atau self help group menjadi salah satu alternatif intervensi

yang tidak membutuhkan biaya yang besar dan mempunyai manfaat

yang sangat besar untuk mencapai kualitas hidup yang baik bagi

penderita DM.

B. Saran

1. Penelitian selanjutnya dapat di lakukan pada tatanan yang berbeda

dengan memodifikasi dari keterbatasan yang ada dari penelitian ini.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan mampu memperhatikan

faktor-faktor lain yang bisa di gunakan dalam penerapan kegiatan

kelompok swabantu atau self help group. Selain itu, gunakan

variabel lainya yang belum di teliti dam mengunakan metode

penelitian yang berbeda

53
54

3. Bagi penderita diharapkan dalam kepatuahn dalam menjalankan

kegiatan kelompok swabantu atau self help group sebagai

pencegahan terjadinya komplikasi akibat lamanya mengidam

penyakit DM.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.


In Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
https://doi.org/10.1116/1.578204

Cahyono, B. D. (2018). Peran Kelompok Swabantu dalam Penangggulangan


ODGJ.

Diah, E. K. (2015). PANDUAN PENYUSUNAN STUDI LITERATUR DISUSUN


OLEH : EKA DIAH KARTININGRUM , MKes MOJOKERTO 2015. 1–9.

Dinyati, Aghnia Ilmi; Wilandika, Angga; Supriyatna, I. D. (2018). Volume 6,


Nomor 1, Juni 2018. JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA), 6(Imd),
18–29. https://journal.stikes-
aisyiyahbandung.ac.id/index.php/jka/article/view/99

Fatimah, R. N. (2015). DIABETES MELITUS TIPE 2. MEDICAL JOURNAL OF


LAMPUNG UNIVERSITY, 4, 5.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/615

IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas Ninth Edition 2019. International Diabetes
Federation.
https://diabetesatlas.org/upload/resources/material/20191218_144459_2019_
global_factsheet.pdf

Keliat et al. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic


Course). E-Journal Keperawatan (EKP).

Kusumaningsih, T. P., Hidayat, S. T., Dayyana, S., & Wahyuni, I. (2016). 4th
Asian Academic Society International Conference ( AASIC ) 2016 HEA-OR-
103 4th Asian Academic Society International Conference ( AASIC ) 2016
Design and Samples Measurement. 2010, 318–323.

Kusumastiwi, T., Suryani, L., & P, D. A. (2019). Meningkatkan Kesehatan


Mental Penderita Diabetes Melitus di Komunitas dengan Kegiatan Kelompok
Swabantu (Self Help Group). Jurnal Surya Masyarakat, 1(2), 92.
https://doi.org/10.26714/jsm.1.2.2019.92-98

Mertha, I. M. (2015). Pengatahuan Dan Kepatuhan Kontrol Pasien Diabetes


Mellitus. Jurnal Skala Husada, 13, 165–176.

Nurkamilah, N., Widayati, N., & Rondhianto. (n.d.). ( DSME / S ) terhadap


Diabetes Distress pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSD dr . Soebandi
Jember [ DSME / S ] on Diabetes Distress in Patients with Type 2 Diabetes
Mellitus in dr . Soebandi Hospital of Jember ). 6(1), 133–140.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Oğuz,ِN.ِ(2018).ِAnxietyِandِDepression in Diabetic Patients. Eurasian Journal


of Medical Investigation, 2(4), 174–177.
https://doi.org/10.14744/ejmi.2018.46220

Prabsangob, K., Somrongtho, R., Kumar, R., & Anwar, F. (2019). Effectiveness
of Self-Help Group Program for the Management of Type-2 Diabetes
Patients in Rural Thailand. Pakistan Journal of Nutrition, 18(2), 141–145.
https://doi.org/10.3923/pjn.2019.141.145

Rembang, V. P.; Katuuk, M. E.; Malara, R. (2017). Hubungan Dukungan Sosial


Dan Motivasi Dengan Perawatan Mandiri Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud Mokopido Toli-Toli. Jurnal
Keperawatan, 5(1).

Samson, S. L., & Garber, A. J. (2018). Type 2 diabetes. In Encyclopedia of


Endocrine Diseases. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-801238-3.95795-7

Sobol-Pacyniak, A. B., Szymczak, W., Kwarta, P., Loba, J., & Pietras, T. (2014).
Selected factors determining a way of coping with stress in type 2 diabetic
patients. BioMed Research International, 2014(July).
https://doi.org/10.1155/2014/587823

Tandra, H. (2018). SEGALA SESUATU YANG HARUS ANDA KETAHUI


TENTANG DIABETES (2nd ed.). PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tejada-Tayabas, L. M., & Lugo, M. J. R. (2014). The Role of Mutual Support


Groups for the Control of Diabetes in a Mexican City: Achievements and
Limitationsِ fromِ theِ Patients’ِ Perspective.ِ Health, 06(15), 1984–1993.
https://doi.org/10.4236/health.2014.615233
BIODATA BIOGRAFI PENULIS

Data Pribadi

Nama : Eva Wahyuni Hadi Sunarto

Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang /27 Juni 1998

Alamat

Desa : Sudiang Raya

Kecamatan : Biringkanaya

Kabupaten : Kota Makassar

Provinsi : Sulawesi Selatan

No .Hp :+62 823-4563-3267

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Email : wahyuni.eva239@gmail.com

Pendidikan Formal

SD INPRES BARAYA II (2004-2010)


SMPN 30 MAKASSAR (2010-2013)
SMAN 21 MAKASSAR (2014-2016)
POLTEKKKES KEMENKES MAKASSAR (2016-2020)

Anda mungkin juga menyukai