Anda di halaman 1dari 28

DIRGAHAYU

INDONESIA
PENCEGAHAN, DETEKSI DAN
PENEMUAN DINI GIZI BURUK

DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT

Disampaikan pada Acara Sosialisasi:


“Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana
Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan”
Jakarta, 28 Agustus 2020
Bab 2. Pencegahan, Deteksi dan
Penemuan Dini Gizi Buruk

A. Pencegahan Gizi Buruk B. Deteksi dan Penemuan Dini Gizi


Buruk di Tingkat Masyarakat

2
A. Pencegahan Gizi Buruk

3
Pencegahan Gizi Buruk
Prinsip Umum Pencegahan Gizi Buruk:
SEDINI MUNGKIN

1. Penyiapan kesehatan dan status gizi ibu hamil dilakukan sejak masa
remaja dan selanjutnya saat usia subur
Pencegahan
Hygiene dan
Pernikahan Dini
Konsumsi TTD Sanitasi Personal
dan Kehamilan
dan Lingkungan
pada Remaja

Konseling Pra Peningkatan


Pencegahan KEK
Nikah Kepesertaan KB

4
2. Ibu hamil mendapat:
a) Pelayanan antenatal care (ANC) terpadu berkualitas sesuai standar
b) Penerapan standar pelayanan minimal
c) Deteksi dini dan penanganan adekuat
d) Pola hidup sehat dan gizi seimbang termasuk konseling

3. Peningkatan status gizi dan kesehatan, tumbuh kembang serta


kelangsungan hidup anak  Strategi pemberian makan bayi dan anak
yang dilakukan dengan praktik “Standar Emas Makanan Bayi dan Anak”
serta Pemantauan Tumbuh Kembang dan Pola Asuh yang tepat.

5
4. Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita di tingkat masyarakat

Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan terhadap:


BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB serta lingkar kepala
(LK) dan LiLA (6-59 bulan) DIPLOT PADA GRAFIK PERTUMBUHAN
dan DICATAT DALAM BUKU KIA agar diketahui status
pertumbuhannya

6
5. Perhatian khusus untuk bayi dan balita dengan faktor risiko kekurangan gizi:
a. Bayi yang lahir dari ibu KEK dan/atau ibu usia remaja, bayi prematur,
BBLR, kembar, lahir dengan kelainan bawaan.
b. Balita dengan infeksi kronis atau akut berulang dan adanya sumber
penularan penyakit dari dalam/luar rumah.
c. Balita dari keluarga dengan status sosioekonomi kurang.
d. Balita berkebutuhan khusus.
e. Balita di lingkungan yang terkendala akses air bersih, dan/atau higiene dan
sanitasi yang buruk.
6. Dukungan program terkait
7. Dukungan lintas sektor

7
Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi < 6 Bulan

Proses terjadinya gizi buruk pada bayi < 6 bulan dapat dialami
sejak dalam kandungan.

Pencegahan jangka pendek dengan melakukan IMD, memberikan


ASI Eksklusif, pemantauan pertumbuhan sejak awal kehidupan,
pemeriksaan neonatal esensial dengan pendekatan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) menggunakan formulir pencatatan bayi
muda umur < 2 bulan.

8
Faktor risiko gizi buruk bagi bayi < 6 bulan yang sering ditemukan antara lain:

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


01
Bayi lahir sebelum waktunya (preterm/prematur)

02
Penyakit dan kelainan bawaan
03
Pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh
kembang bayi dan gangguan kesehatan ibu setelah
04 melahirkan
Pencegahaan Gizi Buruk pada Balita 6-59 bulan:

PMBA Sesuai Rekomendasi


01
Pencegahan Penyakit Infeksi
02
11
Pemantauan Pertumbuhan Balita
Prinsip pencegahan gizi buruk: menemukan kasus yang
berisiko mengalami gizi buruk

Penemuan balita dengan hambatan pertumbuhan sedini


mungkin di Posyandu atau fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
12
Penyebab Utama Hambatan Pertumbuhan
(Growth Faltering)

3 Penyebab Utama

1. Kurangnya asupan makanan (Kuantitas & Kualitas)

2. Penyakit Infeksi Akut/ Kronis

3. Kelainan/ Cacat Bawaan

13
Faktor risiko terjadinya hambatan pertumbuhan:
Anak Ibu
 Berat bayi lahir rendah (BBLR)  Infeksi pada kehamilan
 Kesulitan dalam proses menyusui  Ibu usia remaja (terlalu muda)
 Menderita sakit infeksi, baik akut atau  Pola asuh anak yang kurang baik
kronik  Ibu yang terpapar asap rokok saat
 Kelainan kongenital. hamil (perokok aktif atau pasif)
 Terlambat memperkenalkan makanan  Ibu pekerja
padat
 Pemberian makan menurut umur yang
tidak adekuat (kuantitas dan kualitas)

 Faktor ekonomi
 Faktor pendidikan
 Akses ke fasilitas kesehatan yang sulit
 Kesehatan lingkungan dan praktek kebersihan diri yang tidak optimal.
14
Indeks antropometri yang digunakan untuk penentuan
status gizi pada balita

Berat badan menurut umur (BB/U)

Panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)

Berat badan menurut Panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)

Lingkar lengan atas (LiLA) pada balita usia 6-59 bulan

Lingkar kepala menurut umur

15
16
Tindak Lanjut Balita Berisiko Gizi Buruk

1. Bayi < 6 bulan


a. Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu
BB/U, PB/U, BB/PB dan LK/U
b. Lakukan penilaian proses menyusui termasuk posisi dan
perlekatannya serta status gizi dan asupan makan ibu.
c. Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan
lain, termasuk penyakit yang diderita.
d. Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

17
Lanjutan….Bayi < 6 bulan

e. Tindak lanjut sesuai dengan kondisi yang ditemukan, seperti:


• Konseling menyusui
• Konseling gizi bagi ibu menyusui.
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi
• Tata laksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana penyakit
atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga masalah
teratasi

18
2. Balita 6 - 59 bulan

a. Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu


BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, LK/U, LiLA.
b. Lakukan penilaian asupan makan dan pola pemberian makan
menurut umur.
c. Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan lain,
termasuk penyakit yang diderita.
d. Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

19
e. Tindak lanjut:
• Konseling pemberian makan sesuai umur.
• Konseling stimulasi tumbuh kembang.
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi, pemberian
vitamin A dan obat cacing (untuk balita ≥12 bulan) serta pemberian
oralit dan seng (zinc)
• Tatalaksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Pemberian Makanan Tambahan untuk balita gizi kurang (bila tersedia).
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana penyakit
atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga
masalah teratasi

20
B. Deteksi dan Penemuan Dini Gizi
Buruk di Tingkat Masyarakat

21
Langkah-langkah Deteksi dan Penemuan Dini Gizi Buruk pada
Balita Gizi Buruk di Masyarakat

Meningkatkan akses balita Pengukuran LiLA pada


untuk ditimbang setiap anak usia 6-59 bulan di
bulan melalui berbagai titik tempat penimbangan
penimbangan bulanan
Pendekatan Penemuan Balita Berisiko Kekurangan Gizi
oleh Masyarakat
PENEMUAN KASUS PASIF
 Dilakukan saat balita datang ke
Posyandu untuk kegiatan
pemantauan pertumbuhan, saat
kunjungan rutin lain ke fasilitas
kesehatan atau saat kunjungan ke
fasilitas kesehatan karena sakit PENEMUAN KASUS AKTIF
 Pada saat balita sakit berkunjung
sweeping balita yang tidak
ke Puskesmas dan dilayani di poli
datang ke posyandu dan
MTBS, balita diperiksa mengikuti
protokol MTBS pemeriksaan skrining dengan
menggunakan LiLA pada
status gizi, yaitu pemeriksaan:
kesempatan-kesempatan
• Berat dan panjang atau tinggi
dimana banyak balita
badan, untuk dapat menentukan
berkumpul, seperti acara
Z-Score BB/PB atau BB/TB
• LiLA sosial kemasyarakat dan
acara keagamaan.
• Pitting Edema bilateral
Penemuan dini kasus berisiko kekurangan gizi akut dengan:
• Pengukuran LiLA (balita 6 – 59 bulan)
• Identifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan
• Pemeriksaan pitting edema bilateral.
• Mengenali balita yang kurus.

24
Balita berisiko gizi kurang atau gizi buruk yang perlu dirujuk adalah:
• Balita (6 – 59 bulan) dengan LiLA kuning (11,5 - <12,5 cm) dan
merah (<11,5 cm).
• Balita yang mengalami hambatan pertumbuhan.
• Balita dengan pitting edema bilateral.
• Balita yang tampak kurus.
• Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik
disebabkab karena faktor bayi maupun faktor ibu.

25
Penjelasan yang diberikan kepada keluarga bila balita perlu
dirujuk sebagai berikut:
• Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk dapat menjalani
rawat jalan bila: tanpa komplikasi medis; nafsu makan baik; dan
keluarga mampu merawat balita tersebut dengan bimbingan
tenaga kesehatan (petugas gizi/bidan/perawat).
• Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk menjalani rawat
inap bila: BB kurang dari 4 kg; ada komplikasi medis; nafsu
makan buruk; dan keluarga tidak mampu merawat dengan baik.
• Semua bayi usia kurang dari 6 bulan dengan indeks BB/PB
kurang dari -3 SD menjalani rawat inap.

26
Langkah Mobilisasi Masyarakat
Konsultasi
masyarakat Pengembangan Pelatihan
Kajian dan pesan dan mobilisasi
Masyarakat penyusunan media KIE masyarakat
strategi

Tindak Penemuan Kegiatan


Pemantauan
lanjut dan dini kasus dan peningkatan
dan
kunjungan rujukan pengetahuan
Evaluasi
rumah masyarakat masyarakat

Integrasi dengan layanan, program dan inisiatif berbasis masyarakat lainnya

27
STAY AT HOME , STAY SAFE , STAY HEALTHY

Anda mungkin juga menyukai