Anda di halaman 1dari 36

TUGAS BESAR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

“Tugas ini saya buat untuk memenuhi syarat penilaian matakuliah Perencanaan Perkerasan Jalan”

Dosen : Ir. Arif Mudianto, MT


Asisten : Rafini Aulia, ST.
Dosen

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Nasir Rifai

NPM: 0531 19 037

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2021/2022
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN
Jl. Pakuan PO. Box 452 Tlp. & Fax. (0251) 8311007 e-mail : fakultasteknik@gmail.com
BOGOR

Tugas ini diberikan kepada :

Nama : Muhammad Nasir Rifai Tanggal Pengambilan : 14 Oktober 2021

NPM : 0531 19 037 Tanggal Selesai : .........................................

Catatan:
1. Tugas ini merupakan syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS)
2. Harus selesai sebelum UAS berlangsung
3. Lewat batas waktu yang telah ditentukan tidak selesai dianggap GUGUR

TUGAS PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

TUGAS I : PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


Data survei lalu lintas untuk merencanakan jalan penghubung daerah permukiman transmigrasi Longnah
– Kaltim ke Pusat Kota sebagai berikut:
1. Volume Lalu Lintas Tahun 2020
a. Mobil Penumpang 2 Ton (1 + 1) = 937 Kendaraan
b. Minibus 5 Ton (2 + 3) = 837 Kendaraan
c. Truk Ringan 10 Ton (2 + 3 + 5) = 737 Kendaraan
d. Bus Kecil 12 Ton (3 + 5 + 2.2) = 637 Kendaraan
e. Tronton 20 Ton (8 + 2.2 + 3.5) = 611 Kendaraan
f. Truk Gandeng 30 Ton (1.4 + 2.5 + 3.6 + 2.7) = 511 Kendaraan
g. Trailer 35 Ton (5.4 + 6.2 + 5.5 + 3.7) = 611 Kendaraan
2. Rencana Lebar Perkerasan Jalan 4 m
3. Kelandaian alinyemen vertikal 8 % dan curah hujan rata-rata 950 mm/detik
4. CBR Subgrade 9 %
5. Jalan tersebut akan dioperasikan pada akhir tahun 2031 dengan perkembangan lalu lintas 20 %
6. Dari data survei diatas Anda sebagai Road Engineer diminta merencanakan jalan tersebut untuk umur
rencana.
a. 20 tahun dengan perkembangan lalu lintas 20 %
b. 10 tahun dengan perkembangan lalu lintas 10 %
7. Bahan-bahan perkerasan = susunan overlay

TUGAS II : KONSTRUKSI BERTAHAP


Owner Estimate telah dibuat Konsultan Divisi Highway, ternyata biaya tidak mencukupi untuk
pelaksanaan konstruksi fisik sekaligus, Pemerintah setempat mengambil kebijakan atau alternatif
pelaksanaan fisik tetap dilaksanakan secara bertahap untuk umur rencana sebagai berikut:
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN
Jl. Pakuan PO. Box 452 Tlp. & Fax. (0251) 8311007 e-mail : fakultasteknik@gmail.com
BOGOR

1. 20 ( 13 + 7 ) Tahun
2. 10 ( 5 + 5 ) Tahun
3. i selama pelaksanaan = 20 % per tahun

TUGAS III : KONSTRUKSI BERTAHAP


Status ekonomi setelah jalan dibuka memberi indikasi pertumbuhan ekonomi dan status sosial penduduk
40% per tahun serta volume lalu lintas juga semakin padat sehingga mengakibatkan permukaan jalan
mengalami cracking halus serta deformasi pada jalur roda, sehingga pemerintah setempat mengambil
langkah sesegera mungkin untuk melaksanakan pemeliharaan jalan tersebut dengan cara overlay untuk
umur rencana 5 tahun dengan perkembangan lalu lintas 35 % (kondisi = 65 % )
Susunan Jalan Lama sebagai berikut:
- Surface ................................................................................................................ = ................. cm
- Base ................................................................................................................ = ................. cm
- Sub Base ................................................................................................................ = ................. cm
Bahan Overlay yang digunakan ...............................................................................................................................

Bogor, 02 Oktober 2020

Menyetujui, Dibuat,

Ir. Arif Mudianto, Rafini Aulia, ST


MT Dosen Asisten Dosen
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala limpahan karunia, rahmat, inayah, taufik,
dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas dari mata
kuliah Perencanaan Perkerasan Jalan. Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Arif Mudianto M.T sebagai dosen dan Teh Rafini Aulia, ST sebagai asisten dosen
matakuliah Perencanaan Perkerasan Jalan yang selalu memberikan dukungan, bimbingan, dan
juga pembelajaran didalam kelas.
2. Orang tua yang tiada hentinya memberikan support baik moril maupun materil, serta doa
yang senantiasa memberikan kesehatan dan keselamatan sehingga makalah ini terselesaikan.
3. Teman-teman dan pihak lainnya yang selalu memberikan dukungan secara langsung maupun
tidak langsung.

Penyusun menyadari bahwa tugas ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sehingga masih
jauh dari apa yang dikatakan sempurna. Dan juga memungkinkan adanya kekurangan dalam isi
penulisan maupun tata bahasa. Penyusun berharap semoga laporan tugas ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan khususnya mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Pakuan.

Bogor, 27 Desember 2021

Muhammad Nasir Rifai

(053119037)

i
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Jalan adalah suatu elemen pada transportasi yang dijadikan tempat kegiatan
pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain (Teriajeng 2012:2).
Pada mulanya jalan hanya berupa jejak-jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup ataupun
sumber air. Setelah manusia mulai hidup berkelompok, maka jejak-jejak tersebut berubah
menjadi jalan setapak. Jalan mulai dibuat rata ketika manusia mulai menggunakan hewan
seperti kuda, keledai, sapi dan kerbau sebagai alat transportasi pada masa itu. Semakin lama
konstruksi perkerasan jalan semakin berkembang, hingga mencapai zaman keemasan
Romawi. Di waktu itu sudah dibangun jalan-jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan.
namun perkembangan konstruksi perkerasan jalan sempat terhenti seiring dengan mundurnya
kekuasaan bangsa Romawi sampai pada awal abad ke 18.

Sementara, perkerasan jalan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jalan yang
sebenarnya dibuat untuk mendukung dan membentuk permukaan untuk menjalankan lalu
lintas kendaraan- Glossary of Austroads Teams. Perkerasan jalan adalah lapisan perkerasan
yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi di mana diharapkan selama masa pelayanan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. Adanya perkerasan jalan dimaksudkan akan keselamatan dan
kenyamanan pengguna jalan dalam menggunakan jalan. Meminimalisir kecelakaan serta
kesalahan dalam penggunaan jalan merupakan standar yang harus diperhatikan dalam
perencanaan perkerasan jalan.

Dengan alasan itulah, maka pengkajian akan teori dan realita dalam perkerasan jalan
menjadi sangat penting mengingat akan intensitas penggunaan jalan yang selalu meningkat
tiap tahunnya. Dalam perencanaan pembangunan jalan itu sendiri, ada begitu banyak hal
yang harus diperhatikan lebih detail dan teliti. Maka dengan adanya perencanaan
perkerasan jalan ini,
diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan jalan dapat memenuhi asas tepat, hemat, aman,
dan nyaman.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah
dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi
dimana diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Maka dari itu
sudah kewajiban kita untuk mengetahui mulai dari penyebab kerusakan dan cara pemeliharaan
jalan tersebut agar tercipta jalan yang aman, nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan
bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah satu factor
menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa aspek - aspek kehidupan.

Pada umumnya kondisi jalan adalah prasana darat yang dibangun sebagai pendukung
mobilitas transportasi dan membantu aksebilitas masyarakat untuk melakukan kegiatan sosial
dan ekonomi. Dalam hal ini jalan yang baik akan membantu mempermudah akses masyarakat
dalam melakukan berbagai kegiatan. Banyak factor penyebab kecelakaan antara lain
perencanaannya yang kurang baik, salah satunya adalah kerusakan jalan tikungan yang tajam
dan turunan tajam sehingga perlu untuk direncanakan secara teknis menggunakan alinyemen
horizontal supaya pengguna jalan dapat melintas dengan nyaman. (Qomaruddin, 2016)

Kerusakan tersebut mengakibatkan kerugian seperti waktu tempuh semakin lama,


kemacetan dan kecelakaan lalu lintas pada dasarnya perencanaan dilaksanakan disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan lalu lintas yang ada pada umumnya didesain dalam kurun waktu
10-20 tahun, sehingga diharapkan tidak terjadi kerusakan pada 5 tahun pertama tetapi jika
mengalami kerusakan pada 5 tahun pertama maka bisa dipastikan jalan mengalami masalah
dikemudian hari (Hardiyanto, 2007).

Jika kita kaji secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam pembangunan
jalan ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan teliti baik itu dari
perencanaan jalan itu sendiri maupun pelaksanaan tentunya. Kita sebagai pengguna jalan
pastinya menginginkan jalan yang kita pakai itu aman, nyaman, bersih dan lain - lain. Maka
dari itu dengan adanya perancangan perkerasan jalan diharapkan dalam pelaksanaan
pembangunan jalan dapat memenuhi asas tepat, hemat, aman dan nyaman.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari perencanaan perkerasan jalan ini tidak lain adalah untuk mengetahui
aspek- aspek yang ada di dalam perkerasan jalan serta mengetahui kondisi terbaiknya. Selain
itu, tugas ini dimaksudkan sebagai syarat dalam mengikut ujian akhir semester.

Tujuan dari adanya tugas perencanaan perkerasan jalan ini adalah :

 Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis perkerasan jalan


 Untuk mengetahui kelayakan dari ruas jalan yang di survey melalui survey LHR
 Untuuk dapat mengetahui jenis-jenis perkerasan jalan yang ada
 Untuk dapat mengetahui karakteristik-karakteristik bahan campuran yang baik
untuk perkerasan jalan
 Agar dapat mengidentifikasi kerusakan jalan yang terjadi, langkah-langkah
perawatan jalan, serta cara untuk memperbaiki maupun mencegah kerusakan jalan
yang terjadi
 Untuk mengetahui tabel perkerasan jalan
 Untuk mengetahui pelaksanaan pemeliharaan fisik secara bertahap
 Untuk mengetahui pelaksanaan pemeliharaan jalan

1.3 Rumusan masalah

Dalam penulisan tugas ini, dirumuskan beberapa hal penting, yaitu :

 Apa itu perkerasan jalan?


 Apa saja macam macam jenis perkerasan jalan?
 Apa saja yang menjadi parameter perencanaan perkerasan jalan ?
 Apa karakteristik bahan lapis untuk perkerasan jalan?
 Berapa tebal perkerasan jalan ?
 Apa yang menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan?
 Bagaiaman langkah pemeliharaan perkerasan jalan ?
 Apa itu Rigid, LC?
 Bagaimana cara perencanaa perkerasan jalan?
1.4 Batasan Masalah

Begitu luasnya aspek yang ditinjau dalam menganalisa produktifitas alat-alat berat pada
pekerjaan tanah, maka ruang lingkup permasalahan dalam penyusunan tugas ini dibatasi, yaitu
:

 Mengidentifikasi jenis-jenis perkerasan jalan


 Menentukan parameter perkerasan jalan
 Menghitung tebal perkerasan jalan
 Mengidentifikasi kerusakan jalan
 Memberikan langkah-langkah perawatan jalan

1.5 Metodologi Penulisan

Dalam pembuatan tugas besar ini, metodologi yang digunakan adalah studi literatur, yakni
dengan menemukan bahan-bahan materi referensi untuk mendapatkan informasi mengenai
prosedur dalam perencanaan lapangan terbang yang tepat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Pengertian Perkerasan


Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk
melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk
perkerasan lainnya supaya tidak mengalami tegangan dan regangan
yang berlebihan dari beban lalu lintas diatasnya.

Struktur perkerasan jalan terdiri dari beberapa lapis material yang


menyusunnya diatas tanah dasar Gambar 1. Komponen lapisan, terdiri dari
beberapa macam bahan granuler yang memberikan sokongan penting
dari kapasitas struktural sistem perkerasan, khususnya perkerasan
lentur. Komponen material yang berkualitas tinggi diletakkan di bagian
atas, dan semakin kebawah kualitas material untuk lapisan tersebut semakin
berkurang (Hardiyatmo, 2015). Hal ini dikarenakan tegangan yang
dihasilkan oleh beban roda lalu lintas semakin kebawah semakin mengecil.

Gambar 1.1 Struktur Lapis Perkerasan Lentur (Flexible


Pavement)

Pertimbangan pemilihan tipe perkerasan jalan yang dipilih bisa terkait


dengan beberapa faktor antara lain dana pembangunan yang tersedia,
biaya pemeliharaan, volume lalu lintas yang dilayani dan faktor-faktor
lainnya.
Tipe-tipe perkerasan jalan yang banyak digunakan di Indonesia adalah:
1) Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
2) Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Gambar 2.1 Penyebaran beban lalu lintas pada perkerasan lentur (a) dan perkerasan kaku (b)

2.2 Jenis – Jenis Perkerasan dan Pengertiannya


Secara umum konstruksi perkerasan jalan dibagi menjadi dua jenis :
1. Perkerasan Lentur ( fleksible pavement )
A. Lapis Permukaan
B. Lapis Pondasi
C. Lapis Bawah
Tiap – tiap lapisan mempunyai fungsi yang berbeda, sebagai berikut :
A. Lapisan Permukaan ( surfese course ), fungsinya :
 Pendukung beban roda dan menyebarkan beban roda kendaraan ke
lapis dibawahnya dengan luas sebaran yang lebih luas
 Menahan gaya geser roda
 Sebagai lapis kedap air
 Sebagai lapis aus
Guna memenuhi fungsi tersebut diatas, pada umumnya lapisan permukaan
dibuat dengan menggunakan bahan pemikat aspal sehingga menghasilkan lapisan
yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis
lapisan permukaan yang umunya dipergunakan di Indonesia antara lain :
1. Lapisan bersifat non sturktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air
antara lain :
 Burtu ( laburan aspal satu lapis ). Merupakan lapisan penutup yang terdiri
dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis aggregat bergradasi
seragam dengan tebal maksimum 2 cm.
 Burda ( laburan aspal dua lapis ). Merupakan lapisan penutup yang terdiri
dari lapisan aspal yang ditaburi aggregat yang dikerjakan dua kali berurutan
dengan tabel padat maksimum 3,5 cm.
 Latasir ( lapisan tipis aspal pasir ). Merupakan lapisan penutup yang terdiri
dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar
dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1 – 2 cm.
 Buras ( laburan aspal ), merupakan lapisan penutup terdiri dari lapisan aspal
dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
 Latasbun ( lapisan tipis asbuton murni ). Merupakan lapisan penutup yang
terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan
tertentu yang dicampur secara dingin dan tebal padat maksimum 1 cm.
 Lataston ( lapisan tipis aspal beton ), dengan nama Hot Roll Sheet ( hrs ).
Merupakan lapis penitup yang terdiri dari campuran antara agregat yang
bergradasi timpang, mineral pengisi ( filler ) dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan
panas, tebal padat antara 2,5 – 3 cm.
Jenis lapisan permukaan tersebut diatas walaupun bersifat non
struktural, dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan
mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari masa
kontruksi perkerasan ini terutama digunakan untuk pemeliharaan jalan.
2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan
menyebar roda.
 Penetrasi makadam ( lapen ), merupakan jenis perkerasan yang terdiri dari
agregat pengunci yang bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis.
Diatas lapen ini biasanya diberi taburan aspal dengan agregat penutup, tebal
lapisan satu lapis dapat bervarisi dari 4 – 10 cm.
 Lasbutag, merupakan satu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari
campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk,
dihampar dan dipadatkan secara dingin, tebal pada tisp lapisan antara 5 –
5,5 cm.
 Laston ( lapisan aspal beton ), merupakan suatu lapisan pada suatu
kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
mempunyai gradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu.
B. Lapisan Permukaan
Lapisan permukaan (Surface Course) merupakan lapisan paling atas dari
struktur perkerasan jalan. Pada umumnya lapisan permukaan menggunakan bahan
pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air, berstabilitas tinggi,
dan memiliki daya tahan selama masa pelayanan.

C. Lapis Pondasi Atas ( base course )


Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi dibawah
dan lapis permukaan, fungsinya :
 Sebagai lapis pendukung bagi lapis permukaan
 Pemikul beban horizantal dan vertikal
 Sebagai pelapis peresapan bagi lapis pondasi bawah
Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas material adalah
material yang cukup kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat
umumnya menggunakan material dengan sbr > 50 % dan plastis indeks ( pi ) < 4
%. Bahan – bahan alam seperti batu pecah, stabilitas tanah dengan semen dan
kapur dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas.

D. Lapis Pondasi Bawah ( sub base course )


Lapisan pondasi (Base Course) adalah lapisan perkerasan yang terletak
diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Material yang digunakan untuk
lapis pondasi adalah material yang cukup kuat dan awet sesuai syarat teknik dalam
spesifikasi pekerjaan. Lapisan pondasi dapat dipilih lapis berbutir tanpa pengikat
atau lapis dengan aspal sebagai pengikat. Oleh karena itu berdasarkan jenis bahan,
pondasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pondasi berbutir dengan atau campuran
dan pondasi tidak berbutir (tanah) dengan campuran.
Jenis lapis pondasi yang umumnya dipergunakan di Indonesia antara lain:
1. Agregat bergradasi baik dapat dibagi atas:
a. Agregat kelas A.
b. Agregat kelas B.
Pada umumnya lapis pondasi agregat kelas A adalah mutu lapis pondasi
atas untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal, dan lapis pondasi agregat kelas
B adalah untuk lapis pondasi bawah.
Agregat untuk lapis pondasi harus memenuhi sifat-sifat yang diberikan pada
Tabel 1. Dan dalam menentukan campuran gradasi untuk lapis pondasi agregat
harus memenuhi persyaratan gradasi seperti pada Tabel 2.
Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan
tanah dasar, fungsinya :
 Menyebarkan beban roda kendaraan
 Sebagai lapis peresapan
 Sebagai lapis pencegah masuknya tanah dasar kelapis pondasi
 Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal
 Lapis peresapan, agar air tanah tidak terkumpul dipondasi
 Untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
pondasi atas
E. Tanah Dasar
Tanah dasar adalah tanah semula, permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan dasar
untuk perkerasan bagian – bagian dari perkerasan. Ditinjau dari tanah
asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
 Lapisan tanah dasar, tanah galian
 Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
 Lapisan tanah dasar, tanah asli
2. Perkerasan Kaku ( rigit pavement )
A. Tanpa tulangan
B. Dengan tulangan
C. Salb beton
D. Lapis pondasi
E. Subgrade

3. Perkerasan Komposit ( composite pavement )


Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan
lentur, dapat berupa perkerasan lentur atas perkerasan kaku, atau
perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.

4. Karakteristik Campuran Untuk Lapisan Perkerasan


A. Stabilitas
Pengertian stabilitas adalah kemampuan aspal untuk melawan
deformasi atau perubahan bentuk yang disebabkan beban lalu lintas
yang harus dipikul. Stabilitas tergantung kepada internal friction
(gaya gesek) dan kohesion ( kohesi ). Sedangkan gaya gesek
tergantung pada suface texture, gradasi aggregat, bentuk kombinasi
dari gaya gesek dan kemampuan saling mengunci dari agregat pada
campuran, tahan gesek bertambah kekasaran dan area permukaan
kontrak aggregat.
B. Fleksibilitas
Pengertian fleksibilitas adalah kemampuan sebuah lapis
perkerasan untuk menyesuaikan bentuk yang terjadi dibawahnya
tanpa mengalami retak-retak.
Dalam jaringan jalan, diusahakan konstruksi jalan pada setiap ruas dapat
melayani arus lalu lintas ( pengguna jalan ) dengan :
1. Aman
Mempunyai kemampuan dukung dan kesesatan tertentu, sehingga mampu
mendukung beban lalu lintas yang lewat diatasnya dan tidak terjadi slip pada
kecepatan yang direncanakan selama umur rencana.
2. Nyaman
Mempunyai nilai kerataan tertentu, sehingga tidak menimbulkan goncangan –
goncangan yang berarti terhadap kendaraan yang lewat, selama umur rencana.
3. Ekonomis
Menimbulkan biaya terhadap pengelola jalan pengguna jalan minimal :
 Biaya kontruksi dan pemeliharaan
 Biaya operasi kendaraan
 Biaya tundaan waktu
Tabel 2.1 Perbedaan Perkerasan Lentur dan Kaku
No. Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

1 Komponen perkerasan terdiri dari Komponen perkerasan terdiri dari


lapisan aus, pondasi atas (base) dan platbeton yang terletak di atas tanah atau
pondasi bawah (subbase) lapisan meterial granuler pondasi bawah
(subbase)

2 Digunakan untuk semua kelas jalan Kebanyakan digunakan untuk kelas jalan
dantingkat volume lalu lintas tinggi

3 Pengontrolan kualitas campuran lebih Pencampuran adukan beton mudah


rumit dikontrol

4 Umur rencana lebih pendek, yaitu Umur rencana dapat mencapai 20-40
sekitar 10-20 tahun, jadi kurang dari tahun
perkerasan kaku

5 Kurang tahan terhadap drainase yang Lebih tahan terhadap drainase yang buruk
buruk

6 Biaya awal pebangunan lebih rendah Biaya awal pebangunan lebih mahal

7 Biaya pemeliharaan lebih besar Biaya Pemeliharaan lebih kecil.


Namun,jika terjadi kerusakan biaya
pemeliharaan tinggi

8 Kekuatan perkerasan ditentukan oleh Kekuatan perkerasan ditentukan oleh


kerjasama setiap komponen lapis kuat plat beton
perkerasan

9 Tabel perkerasan adalah seluruh lapisan Tabel struktur perkerasan adalah tebal
pembentuk perkerasan diatas tanah plat betonnya
dasar

10 Tidak dibuat dalam panel-panel, Perkerasan dibuat dalam panel-panel


sehingga tidak ada sambungan (untuk tipe JPCP*dan JRCP*),
sehingga dibutuhkan sambungan-
sambungan (kecuali tipe CRCP*)
2.3 Kerusakan-kerusakan dan Pemeliharaaan
Penanganan – penanganan kontruksi perkerasan apakah itu bersifat
pemeliharaan, menunjang ataupun rehabilitas dapat dilakukan dengan baik
setelah kerusakan – kerusakan yang timbul pada perkerasan tersebut.
Kerusakan pada kontruksi perkerasan jalan dapat disebabkan :
1. Lalu lintas yang berupa peningkatan beban dan repetisi jalan.
2. Air yang dapat berupa dari hujan, system drainase jalan yang tidak
baik, naiknya air akibat kapilaritas.
3. Material kontruksi perkerasan dalam hal ini disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh system pengolahan
bahan yang tidak baik.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang dapat merupakan suatu penyebab kerusakan
jalan.
5. Kondisi kasar tanah yang tidak stabil, kemungkinan disebabkan oleh
system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat pula disebabkan oleh
sifat tanah dasarnya yang memang jelek.

Dalam mengevaluasi kerusakan jalan perlu ditentukan :


 Jenis kerusakan ( distress type ) dan penyebabnya
 Tingkat kerusakan ( distress severity )
 Jumlah kerusakan ( distress amount )
Sehingga dengan demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang paling
sesuai.
Menurut manual pemeliharaan jalan nomor 03/mn/b/1983 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, keruskan jalan dapat
dibedakan :
1. Retak ( cracking )
 Retak halus ( hair cracking ), lewat celah lebih kecil atau sama
dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang
baik, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapisan
permukaan kurang stabil, retak halus ini dapat meresapkan air
kedalam lapis permukaan, untuk pemeliharaan dapat dipergunakan
lapis latasir atau buras
 Retak halus ( alligator cracking ), lebar celah lebih besar atau sama
dengan 3 mm, saling berangkai membentuk kotak – kotak kecil
yang menyerupai kulit buaya, retak ini disebabkan oleh bahan
perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan kurang stabil
atau bahan pelapis pondasi dalam keadaan jenuh air ( air tanah
naik)
 Retak pinggir ( edge cracking ), retak arah memnjang jalan, dengan
atau tanpa cabanga yang mengarah kebahu dan terletak dekat bahu,
retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah
samping, drainase kurang baik, terjadi penyusutan tanah
 Retak sambungan bahu dan perkerasan ( edge joint cracking ), retak
memanjang, retak ini disebabkan oleh kondisi drainase dibawah
bahu jalan lebih buruk dari pada dibawah perkerasan
 Retak sambungan jalan ( lane joint cracking ), retak arah
memanjang yang terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas hal
ini disebabkan oleh tidak baiknya ikatan sambungan kedua jalur
 Retak sambungan pelebaran jalan ( widening cracking ), adalah
retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan
pelebaran, hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung dibawah
bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dan dapat juga disebabkan
oleh ikatan antara sambungan tidak baik
 Retak refleksi ( refleksi cracking ), retak memanjang, melintang,
diagonal atau membentuk kotak, retak ini dapat terjadi jika pada
perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan
overlay dilakukan
 Retak susut ( shrinkage cracking ), retak yang saling bersambungan
membentuk kotak – kotak besar dengan sudut besar, retak ini
disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang
memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume
pada lapisan pondasi dan tanah dasar
 Retak slip ( slippage cracking ), retak yang bentuknya melengkung
seperti bulan sabit, hal ini disebabkan oleh kurang baiknya ikatan
antara lapis permukaan dari lapis bawahnya

2. Distorsi ( distorsion )
Terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang padat
lapisan pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu
lintas
Distorsi dapat dibedakan menjadi :
a. Alur ( ruts ), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan,
terjadi alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat
b. Keriting ( corrugation ), alur yang terjadi melintang jalan,
disebabkan oleh rendahnya campuran yang dapat berasal dari terlalu
tinggi kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus,
agregat berbentuk bulat mempunyai penetrasi yang tinggi
c. Sungkur ( showing ) disebabkan oleh kerusakan lama dengan
kerusakan keriting
d. Amblas ( grade depressions )
e. Jembul ( upheaval )

3. Cacat permukaan ( disintegrasion )


Yang termasuk kedalam cacat permukaan ini adalah :
a. Lubang ( potholes ), berupa mangkuk, ukuran bervariasi, lubang
terjadi akibat :
 Campuran material lapis permukan jelek
 Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan
 Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah
lepas akibat pengaruh cuaca
 Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan
mengumpul dalam lapisan perkerasan
 Retak – retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air
meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang – lubang
kecil
b. Pelepasan butir ( reveling ), dapat terjadi secara meluas dan
mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan
lubang, dapat diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan
diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan
tersebut dibersihkan dan dikeringkan
c. Pengelupasan lapisan permukaan ( stripping ), dapat disebabkan
oleh kurangnya ikatan antara lapisan permukaan dan lapis
dibawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan dapat diperbaiki
dengan cara digaruk, dan dipadatkan setelah itu lapis dengan buras

4. Pengupasan ( polished agregate )


Permukaan jalan terjadi dengan licin sehingga membahayakan
kendaraan pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak
aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang pergunakan berbentuk bulat
dan licin, tidak terbentuk cubikal, dapat diatasi dengan menutup lapisan
dengan latasir, buras atau latasbu

5. Kegemukan ( bleeding or flushing )


Pada temperatur tinggi aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda,
kegemukan dapat disebabkan pemakaian terlalu banyak aspal pada
pekerjaan prime atau tack coat. Dapat diatasi dengan menaburkan agregat
panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan kemudian
diberi lapisan penutup

6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas


Yang terjadi pada sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini
terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat, dapat diatasi dengan
dibongkar kembali dan diganti dengan lapis yang sesuai
2.4 Istilah-istilah
1. Jalur Rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu sistem jalan raya,
yang menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah salah satu
jalur dari jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur banyak.
2. Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan
tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap
perlu untuk diberi lapis permukaan yang baru.
3. Indeks Permukaan (IP) adalah suatu angka yang dipergunakan untuk
menyatakan kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang
bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
4. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu-lintas
kendaraan bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari
untuk ke dua jurusan.
5. Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka yang
menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu
lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang
ditimbulkan oleh satu lintasan beban sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000
lb).
6. Lintas Ekivalen Permukan (LEP) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata
dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yang diduga
terjadi pada permulaan umur rencana.
7. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yang diduga
terjadi pada akhir umur rencana.
8. Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata
dari sumbu tunggal seberat 8, 16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana pada
pertengahan umur rencana.
9. Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakai dalam
nomogram
penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu
tunggal seberat 8, 16 ton (18.000 1b) jalur rencana.
10. Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar
untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.
11. Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar.
12. Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan
dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggnnakan
lapis pondasi bawah).
13. Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
14. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) adalah suatu skala yang dipakai dalarn
nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan kekuatan tanah dasar.
15. Faktor Regional (FR) adalah faktor setempat, menyangkut keadaan iapangan
dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah
dasar dan perkerasan.
16. Indek Tebal Perkerasan (LTP) adalah suatu angka yang berhubungan dengan
penentutan tebal perkerasan.
17. Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada konstruksi
jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras, yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
18. Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis perkerasan
yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka
dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya
dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis
permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.
19. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri
dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila
diperlukan) yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
20. Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada suhu tertentu.
21. Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan iapis penutup terdiri dengan
ukuran butir maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.
22. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi
seragam. Tebal maksimum 20 mm.
23. Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara
berurutan. Tebal maksimum 35 mm.
24. Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah merupakan pondasi
perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan
tertentu, dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
25. Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada
umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan
tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan
perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada temperatur tertentu.
26. Lapis Tipis Aspal Beton (LAT ASTON) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras
dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalarn keadaan
panas pada suhu tertentu. Tebal padat antara 25 sampai 30 mm.
27. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
28. Aspal Makadam adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan / atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang
dicampur dengan aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin.
BAB III
PERHITUNGAN

TUGAS I : PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


Data survei lalu lintas untuk merencanakan jalan penghubung daerah permukiman transmigrasi Longnah
– Kaltim ke Pusat Kota sebagai berikut:
1. Volume Lalu Lintas Tahun 2020
a. Mobil Penumpang 2 Ton (1 + 1) = 911 Kendaraan
b. Minibus 5 Ton (2 + 3) = 811 Kendaraan
c. Truk Ringan 10 Ton (2 + 3 + 5) = 911 Kendaraan
d. Bus Kecil 12 Ton (3 + 5 + 2.2) = 711 Kendaraan
e. Tronton 20 Ton (8 + 2.2 + 3.5) = 611 Kendaraan
f. Truk Gandeng 30 Ton (1.4 + 2.5 + 3.6 + 2.7) = 511 Kendaraan
g. Trailer 35 Ton (5.4 + 6.2 + 5.5 + 3.7) = 611 Kendaraan
2. Rencana Lebar Perkerasan Jalan 4 m
3. Kelandaian alinyemen vertikal 8 % dan curah hujan rata-rata 950 mm/detik
4. CBR Subgrade 9 %
5. Jalan tersebut akan dioperasikan pada akhir tahun 2031 dengan perkembangan lalu lintas 20 %
6. Dari data survei diatas Anda sebagai Road Engineer diminta merencanakan jalan tersebut
untuk umur rencana.
a. 20 tahun dengan perkembangan lalu lintas 20 %
b. 10 tahun dengan perkembangan lalu lintas 10 %
7. Bahan-bahan perkerasan = susunan overlay

TUGAS II : KONSTRUKSI BERTAHAP


Owner Estimate telah dibuat Konsultan Divisi Highway, ternyata biaya tidak mencukupi untuk
pelaksanaan konstruksi fisik sekaligus, Pemerintah setempat mengambil kebijakan atau alternatif
pelaksanaan fisik tetap dilaksanakan secara bertahap untuk umur rencana sebagai berikut:

1. 20 ( 13 + 7 ) Tahun
2. 10 ( 5 + 5 ) Tahun
3. i selama pelaksanaan = 20 % per tahun
TUGAS III : KONSTRUKSI BERTAHAP
Status ekonomi setelah jalan dibuka memberi indikasi pertumbuhan ekonomi dan status sosial
penduduk 40% per tahun serta volume lalu lintas juga semakin padat sehingga mengakibatkan
permukaan jalan mengalami cracking halus serta deformasi pada jalur roda, sehingga pemerintah
setempat mengambil langkah sesegera mungkin untuk melaksanakan pemeliharaan jalan tersebut
dengan cara overlay untuk umur rencana 5 tahun dengan perkembangan lalu lintas 35 % (kondisi = 65
%)
Susunan Jalan Lama sebagai berikut:
- Surface ................................................................................................................ = ................. cm
- Base ................................................................................................................ = ................. cm
- Sub Base ................................................................................................................ = ................. cm
Bahan Overlay yang digunakan..................................................................................................................
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan, berdasarkan umur rencana 20 tahun diperoleh tabel


lapisan untuk metode analisa komponen. Tabel lapisan yang dihitung memenuhi
syarat dari yang direncanakan yaitu D1 (Lasbutag) = 10 cm > D1 min 7,5 cm, dan
umur rencana 10 tahun didapat D1 = 25 cm.
2. Dari Faktor Regional (FR) yang didapat yaitu 1,5-2,0 dan Ipt 2,0-2,5 yang
berarti jalan tersebut adalah jalan arteri serta IP0 > 3,9-3,5
3. Indeks Tebal Perkerasan yang dipakai dari soal nomor 1,2,3 adalah ITP
yang didapat berdasarkan nomogram 1.
4. Perkerasan Lentur bersifat elastis sehingga saat digunakan oleh pengguna
jalan terasa nyaman.
5. CBR merupakan salah satu faktor paling penting dalam menentukan tebal
perkerasan dari metode yang digunakan, karena CBR menentukan Daya
Dukung Tanah (DDT).
6. DDT mempengaruhi dalam menentukan Indeks Tabel Perkerasan.
7. Berdasarkan kesimpulan soal nomor 1,2,3 bahwa Tabel Lapisan memenuhi syarat.

4.2Saran

1. Mengingat ada beberapa metode perkerasan, sebaiknya digunakan metode


empiris untuk mengetahui metode mana yang lebih baik untuk digunakan
dalam perencanaan ini.
2. Dalam suatu perencanaan perkerasan jalan raya sangat baik jika
diperhitungkan juga temperatur atau iklim karena mungkin dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan temperature dan mungkin akan
berpengaruh kepada campuran aspal.
3. Perencanaan jalan raya haruslah ditetapkan sedemikian rupa agar jalan yang
direncanakan nantinya akan memberikan pelayanan yang baik terhadap
kegiatan lalu lintas sesuai dengan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Yayasan Badan Penerbitan PU Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kabupaten Kulon Progo Civil-ijinering.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai