Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ANDREAS SULIANTO A N
I 0300013
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
II-2
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Penelitian III – 7
3.5 Pengukuran Waktu Tiap Kegiatan yang Dilakukan Supplier
Selama Proses Unloading III – 8
3.6 Formulasi Model Network Diagram dan Integer Linear
Programming III – 11
3.6.1 Formulasi Model Network Diagram III – 11
3.6.2 Formulasi Model Integer Linear Programming III – 17
3.7 Penyelesaian Penjadwalan Supplier dengan Resource
Constraint Project Scheduling Problem (RCPSP) III – 19
3.8 Analisis Hasil Penjadwalan III – 19
3.9 Kesimpulan dan Saran III – 19
II-3
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
6.1 Kesimpulan VI – 1
6.2 Saran VI – 2
DAFTAR TABEL
II-4
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
DAFTAR GAMBAR
II-5
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi:
II-6
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Ditulis oleh:
Andreas Sulianto A N
I 0300013
Mengetahui,
LEMBAR VALIDASI
Judul Skripsi:
II-7
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Ditulis Oleh:
Andreas Sulianto A N
I 0300013
Dosen Penguji
Dosen Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
II-8
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-9
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-10
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Dalam hal ini hubungan antara perusahaan dengan supplier juga akan
terganggu karena adanya waktu tunda proses unloading bagi supplier pada saat
tiba, sehingga perlu dilakukan pengaturan jadwal kedatangan supplier untuk
mengatasi masalah tersebut. Pengaturan jadwal kedatangan supplier diperlukan
untuk mengatur penggunaan sumber daya serta fasilitas pelayanan unloading di
dock yang tersedia. Dengan demikian adanya antrian dan penundaan proses
unloading dapat diminimasi.
II-11
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
I.6. Asumsi
Asumsi – asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sistem yang diteliti bersifat deterministik-statis.
2. Supplier bersedia mengikuti jadwal kedatangan yang dibuat.
II-12
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-13
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II-14
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
jaminan kualitas bahwa material yang dikirim supplier harus sesuai dengan
prinsip zero defects dalam JIT. Supplier dituntut untuk memenuhi standar kualitas
tertentu, sehingga pemeriksaan penerimaan material di tingkat produsen dan
pengadaan buffer stock dapat dikurangi.
Pemilihan supplier dalam sistem pembelian JIT mempertimbangkan
beberapa hal. Salah satu pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan supplier
adalah lokasi supplier. JIT menekankan pemilihan supplier lokal dalam radius
relatif dekat dari produsen untuk memenuhi supply kebutuhan bahan baku.
Dengan demikian berbagai kendala transportasi seperti biaya pengiriman dapat
dikurangi. Pertimbangan pemilihan supplier juga didasarkan pada performansi
supplier. Supplier harus mampu mengirimkan material sesuai permintaan (jumlah
dan spesifikasi), pada waktu yang tepat serta memenuhi prinsip zero defects.
Berbagai pertimbangan tersebut digunakan produsen untuk menilai dan
menentukan hubungan antara keduanya.
Untuk menerapkan sistem pembelian JIT dibutuhkan dukungan, kerjasama
dan komitmen antara supplier dan produsen. Supplier dalam hal ini adalah mitra
kerja sama yang mendukung perusahaan produsen dalam mencapai produksi yang
efektif dan efisien. Kerjasama dan hubungan yang baik antara supplier dan
produsen merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam penerapan
sistem pembelian JIT yang efektif. Secara ideal sistem pembelian JIT mampu
menekan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Penekanan biaya tersebut
terjadi sebagai akibat pengurangan inventory, pengurangan kebutuhan ruang
untuk persediaan material, efisiensi material handling serta penurunan lead time
pengadaan material. Disamping itu implementasi sistem pembelian JIT akan
memudahkan pengendalian sistem persediaan material.
Penerapan Sistem pembelian JIT memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian bagi supplier. Beberapa keuntungan penerapan sistem pembelian JIT
bagi supplier antara lain (Van Weele, 2002) :
þ Memungkinkan supplier mengetahui permintaan dan waktu pengiriman
secara lebih efektif. Dalam hal ini supplier dapat merencanakan produksi
dan kebutuhan material secara lebih baik.
II-15
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-16
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
berikutnya didasarkan pada jumlah komponen yang telah digunakan saat ini.
Dengan adanya dukungan EDI (electronic data interchange) memungkinkan
supplier mengontrol secara langsung komponen yang terpakai selama produksi
dalam satu hari tertentu. Supplier secara langsung dapat memantau kebutuhan
material produsen dan merencanakan produksi untuk periode pengiriman
berikutnya.
suatu pekerjaan j.
II-17
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
2. Flow time, disebut juga dengan shop time atau manufacturing interval, yaitu
waktu yang diperlukan suatu pekerjaan j berada di shop. Flow time merupakan
selisih antara completion time dan ready time.
3. Waiting time, yaitu waktu menunggu antara waktu suatu proses selesai
dikerjakan hingga dimulainya operasi berikut dari keseluruhan operasi pada
pekerjaan j.
4. Lateness, yaitu selisih antara waktu penyelesaian pekerjaan i dan due date
pekerjaan i
5. Tardiness ( T j ), yaitu lamanya keterlambatan waktu penyelesaian untuk
pekerjaan j.
6. Makespan, merupakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan.
7. Idle time, yaitu waktu menganggur mesin.
8. Mean queue time, yaitu rata-rata waktu antrian pekerjaan.
II-18
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
i j
Dari gambar 2.1, i dan j merupakan aktivitas yang menyusun proyek, kedua
aktivitas tersebut digambarkan sebagai node (lingkaran). Anak panah yang ada
mengambarkan hubungan antara 2 kegiatan yang menyusun proyek. Dalam hal ini
aktivitas i menyatakan kegiatan yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
melakukan aktivitas j. Jadi aktivitas j tidak dapat dikerjakan sebelum aktivitas i
selesai dikerjakan. Suatu node dapat menjadi tempat saat mulainya satu atau lebih
kegiatan, dan dapat menjadi tempat saat berakhirnya satu atau lebih kegiatan.
Secara umum hubungan antara 2 kegiatan atau lebih yang digambarkan dalam
II-19
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
jaringan proyek dapat dibagi menjadi project with general structure dan project
with serial structure.
II-20
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-21
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
merupakan jumlah keseluruhan waktu proses pengerjaan aktivitas yang ada dalam
proyek.
Pengerjaan suatu aktivitas dalam proyek dimungkinkan memiliki toleransi
waktu pengerjaan paling awal dan paling akhir. Waktu paling awal bagi
pengerjaan suatu aktivitas untuk i e X disebut dengan earliest start (esi), dan waktu
paling akhir pengerjaan suatu aktivitas i e X disebut dengan latest start (lsi). Kedua
titik waktu tersebut dapat diperoleh dengan melakukan rekursi maju atau mundur
dari tiap aktivitas proyek, dengan es1 = 0 dan lsn = Tmax. Gambar 2.4 merupakan
suatu contoh sederhana permasalahan RCPSP dengan 3 jenis kebutuhan sumber
daya [b1, b2, b3] masing – masing dengan ketersediaan sebesar [4, 4, 4].
II-22
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
2 3
[0, 0, 0] [0, 0, 0]
2 [1, 0, 1] 3
(0, 5) (5, 10)
(1, 7)
1 4 8
2
[2, 1, 1] [2, 3, 1]
(0, 5) (1, 6)
5 6
1 2
4
5 6 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8
waktu
Gambar 2.5 Gantt Chart penjadwalan dengan keterbatasan sumber daya
II-23
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-24
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Peubah-peubah seperti diatas disebut dengan peubah biner (peubah 0-1). Dalam
hal ini permasalahan ILP yang hanya terdiri dari peubah-peubah biner sering
disebut dengan permasalahan pemrograman bilangan bulat biner (binary integer
programming).
Aplikasi ILP khususnya binary integer programming pada permasalahan
RCPSP pertama kali dikembangkan oleh Pritsker et. al (1969). Adapun model
dasar penjadwalan proyek dengan (0-1) integer programming akan diberikan
dalam uraian berikut ini(Mingozzi, 1995). Dalam hal ini notasi yang digunakan
sesuai dengan tinjauan mengenai penjadwalan proyek dengan keterbatasan
sumber daya terdahulu pada sub bab 2.4. Variabel jit merupakan variabel (0-1)
serta bernilai 1 jika dan hanya jika aktivitas i dimulai pada awal periode t (dengan
periode t merupakan rentang waktu antara [t, t + 1]). Permasalahan RCPSP dapat
diformulasikan sebagai :
ls n
Fungsi objektif : Min zp = å t.x
t = es n
nt (2.1)
Batasan
ls i
åx
t = es i
it =1 ieX (2.2)
ls j ls i
å t.ξ jt -
t = es j
å t.ξ
t = es i
it ³ di (i,j ) Î H (2.3)
II-25
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
lsi
å rik
iÎX
åξ
t =s ( t ,i )
iτ £ bk t = 0, ... , Tmax ; k = 1, ... , m (2.4)
Shipping
Part Preparation Part Control Produksi
Subcont Customer
Production
Procurement Logistic Marketing
Planning
II-26
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Mata rantai yang terbentuk menggambarkan aliran barang dan aliran informasi
untuk menyampaikan produk ke konsumen. Secara umum rangkaian fungsi yang
ada serta sistem produksi yang berlaku di PT. AHM digambarkan pada gambar
2.7.
II-27
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
SPL, Std.
using, %
order
SHIPPING
Spare Part (non unit order) PART PREPARATION / PRODUCTION (Delivered to dealer)
WAREHOUSE (WAHO) PROCESS
Accessories
II-28
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-29
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
4) Bagian Procurement
Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produksi, bagian logistic
melakukan koordinasi dengan bagian procurement. Bagian procurement
bertanggung jawab dalam menjamin bahan baku yang dibutuhkan tersedia
pada waktu yang tepat dan jumlah yang sesuai. Adapun dasar pemesanan
(trigger) sementara kebutuhan bahan baku atau material adalah purchasing
order (PO) dan delivery schedule (DS). Dalam hal ini PO dan DS merupakan
rincian kebutuhan material atau bahan baku hasil dari jadwal produksi induk
(MPS). Purchasing order dan delivery schedule bersifat sementara, keduanya
akan digunakan sebagai acuan pengiriman komponen bagi supplier selama 1
bulan mendatang. Dalam kaitannya dengan penyediaan material, procurement
memiliki wewenang untuk menetapkan subcont dan menghentikan pasokan
bahan baku ke PT. AHM.
5) Subcontractor (S/C)
Subcontractor merupakan produsen diluar PT. AHM yang menyuplai
kebutuhan bahan baku. Pada dasarnya subcont dibedakan menjadi 2, yaitu
overseas subcontractor (supplier yang ada di luar negeri) dan local
subcontractor (supplier yang ada di dalam negeri).
6) Bagian Part Preparation (PP) / Warehouse (WAHO)
Pengiriman yang dilakukan oleh supplier ke PT. AHM akan diterima di part
preparation (PP) atau warehouse (WAHO) sesuai jenis barang. Pada dasarnya
PP dan WAHO merupakan tempat penyimpanan material atau bahan baku
akan tetapi masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Part preparation
berfungsi melayani kebutuhan komponen langsung ke lini produksi.
Warehouse berfungsi menyediakan tempat penyimpanan untuk bahan-bahan
habis pakai, accessories, bahan baku yang membutuhkan proses pengolahan
lebih lanjut (bulky part), atau bahan baku yang membutuhkan fungsi
penyimpanan. Adanya perbedaan fungsi antara PP dan WAHO didasarkan
pada konsep sistem JIT yang dijalankan oleh PT. AHM. Sistem JIT
menekankan pada prinsip zero inventory, sehingga inventory yang ada
diusahakan sekecil mungkin. Prinsip tersebut diterapkan dalam penyimpanan
II-30
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Assy
Casting Finishing Machining engine
Painting
Plastic plastic
injection Assy
Gensub unit
Welding
unit
Painting
steel
Rim
forming
8) Bagian Shipping
Bagian ini bertanggung jawab terhadap pengiriman unit motor yang sudah jadi
ke masing-masing distribution center atau dealer sesuai permintaan
marketing.
II-31
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
PART
PREPARATION
PRODUCTION
SUBCONT (S/C)
Update
S/C membawa Scan Database Scan
part sesuai absensi S/C turun
BCT
Proses Perakitan
Unit Motor
Proses
penerimaan Scan
part naik
Scan
terima
Supply part
ke produksi
Proses
Pencetakan BCT
Trigger BCT berikutnya
Gambar 2.9 Proses ordering, triggering dan receiving untuk pasokan part ke lini
perakitan
II-32
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Unit sepeda motor yang telah diproduksi akan dilakukan scan turun dari
lini perakitan sehingga diketahui tipe dan warna produk yang keluar. Satu unit
sepeda motor yang keluar dari lini perakitan akan dilakukan break down
kebutuhan komponen oleh sistem yang ada, sehingga diketahui komponen apa
saja serta jumlah yang digunakan berdasarkan tipe produk. Hasil scan turun akan
divalidasi oleh bagian logistic kemudian digunakan sebagai dasar procurement
mencetak barcode tag (BCT). BCT tercetak akan digunakan sebagai dasar
supplier untuk mengirimkan komponen pada periode pengiriman berikutnya. Pada
dasarnya BCT merupakan alat pengendali harian terhadap purchasing order (PO)
dan delivery schedule (DS) pengiriman komponen tertentu. BCT akan diserahkan
oleh pihak procurement pada saat supplier mengirimkan komponen, sehingga
diketahui komponen yang akan dikirim pada periode pengiriman berikutnya.
Barcode tag (BCT) berisi nama supplier, nomor purchasing order sebagai dasar
pengiriman, nama part dan jumlah yang harus dikirim, gate tujuan pengiriman,
serta waktu pengiriman.
Pada saat supplier tiba di part preparation (PP), maka akan dilakukan
bongkar muatan (unloading) pada dock yang telah tersedia dengan menggunakan
handling equipment yang tersedia. Beberapa peralatan yang digunakan dalam
proses unloading antara lain forklift, hand pallet, kereta dorong. Proses unloading
dilakukan oleh supplier sendiri sampai penempatan barang di gudang dengan
terlebih dahulu dilakukan proses pemeriksaan jumlah barang di bagian
penerimaan. Material yang dikirim ditempatkan sesuai dengan jenis barang dan
letaknya. Jika komponen yang dikirim telah diperiksa dan sesuai dengan
permintaan, maka akan dilakukan scan penerimaan. Scan penerimaan berfungsi
mencatat pemasukan komponen dalam sistem untuk memudahkan monitoring dan
pengendalian persediaan barang. Komponen yang ada di bagian PP nantinya akan
langsung dipakai untuk memasok lini perakitan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
II-33
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-34
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Mulai
Karakterisasi sistem
Penyelesaian penjadwalan
Tidak
Feasible ?
Ya
Analisis hasil penjadwalan
II-35
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Lantai Produksi
Tempat material
4
3
Supplier
2
Handpalet
Dock
1
Emergency
dock
II-36
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-37
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-38
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Tabel 3.1 Waktu yang tersedia bagi supplier untuk melakukan proses unloading
Dock
Blok waktu
1 2 3 4 5 6 7
07.05 – 07.10
07.10 – 07.15
……………..
……………..
11.55 – 12.00
ISTIRAHAT
12.30 – 12.35
12.35 – 12.40
……………..
……………..
15.55 – 16.00
Daerah gelap pada tabel 3.1 menggambarkan blok waktu yang tersedia
bagi supplier untuk melakukan proses unloading. Dalam melakukan proses
unloading, masing-masing supplier dijadwalkan akan menempati dock dan
mengisi blok waktu yang disediakan selama jam kerja efektif antara pk. 07.00
sampai pk. 16.00. Adapun banyaknya supplier yang akan dijadwalkan pada part
preparation I adalah 71 supplier. Pada kondisi diatas total waktu penyelesaian
untuk seluruh proses unloading akan digunakan sebagai kriteria optimasi hasil
penjadwalan. Semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh
proses unloading supplier maka hasil penjadwalan akan semakin optimal. Dalam
hal ini minimasi total waktu penyelesaian seluruh proses unloading terkendala
oleh keterbatasan ketersediaan sumber daya yaitu dock, forklift, inspector, dan
handpalet yang digunakan untuk melayani proses unloading.
II-39
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-40
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
dibawa supplier, (iii) data primer hasil pengamatan terhadap kedatangan supplier
(kebiasaan suatu supplier datang). Pada dasarnya pertimbangan pengukuran
variabel waktu kedatangan supplier merupakan hasil kesepakatan antara PT.
AHM dan supplier yang bersangkutan.
Adapun parameter dalam penelitian ini meliputi :
a. Jumlah supplier yang melakukan pengiriman ke Part Preparation I.
Parameter ini menjelaskan keseluruhan supplier yang melakukan proses
unloading di part preparation I.
b. Cycle issue kedatangan supplier; merupakan interval waktu pengiriman
yang dilakukan supplier sesuai dengan kebutuhan produksi. Parameter ini
menjelaskan frekuensi kedatangan supplier serta interval waktu pengiriman
material oleh masing-masing supplier selama lima hari kerja.
c. Material yang dibawa oleh supplier. Parameter ini menjelaskan jenis
material yang dikirimkan, sehingga diketahui jenis dan jumlah kebutuhan
sumber daya selama proses unloading.
II-41
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-42
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
12 8.05 40 10.35
13 8.10 41 10.40
14 8.15 42 10.45
15 8.20 43 10.50
16 8.25 44 10.55
Lanjutan tabel 3.2
Blok ke- Jam mulai Blok ke- Jam mulai
17 8.30 45 11.00
18 8.35 46 11.05
19 8.40 47 11.10
20 8.45 48 11.15
21 8.50 49 11.20
22 8.55 50 11.25
23 9.00 51 11.30
24 9.05 52 11.35
25 9.10 53 11.40
26 9.15 54 11.45
27 9.20 55 11.50
Tabel 3.3 Konversi blok waktu pada horison kedatangan II (per 5 menit)
Blok ke- Jam mulai Blok ke- Jam mulai
56 13.10 72 14.40
57 13.15 73 14.45
58 13.20 74 14.50
59 13.25 75 14.55
60 13.30 76 15.00
61 13.35 77 15.05
62 13.40 78 15.10
63 13.45 79 15.15
64 13.50 80 15.20
65 13.55 81 15.25
66 14.00 82 15.30
67 14.05 83 15.35
68 14.10 84 15.40
69 14.15 85 15.45
70 14.30 86 15.50
71 14.35 87 15.55
II-43
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-44
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
[dock, forklift, [r1-1, r2-1, r3-1, r4-1] [r1-2, r2-2, r3-2, r4-2] [r1-3, r2-3, r3-3, r4-3]
inspector, handpalet] (es1, ls1) (es2, ls2) (es3, ls3) (Earliest start, Latest start)
activity
1 2 3
d1 d2 d3
[r1-0, r2-0, r3-0, r4-0] [r1-6, r2-6, r3-6, r4-6] [r1-9, r2-9, r3-9, r4-9]
[b1-4, b2-4, b3-4, b4-4] [r1-5, r2-5, r3-5, r4-5]
(es0, ls0) (es6, ls6) (es9, ls9)
(es4, ls4) (es5, ls5)
0 4 5 6 9
d0 = 0 d5 d6
d4 d9 = 0
[r1-7, r2-7, r3-7, r4-7] [r1-8, r2-8, r3-8, r4-8]
(es7, ls7) (es8, ls8)
7 8
d7 d8
II-45
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
[dock, forklift,
inspector, handpalet] [1, 0, 1, 0] [1, 1, 2, 0] [1, 0, 0, 0]
(23, 49); (56,75) (25, 51); (58,77) (esi, lsi)
(28, 54); (61,80)
1 2 3
d1 = 2 d2 = 3 d3 = 2
[0, 0, 0, 0] [1, 0, 1, 0] [1, 1, 2, 0] [1, 0, 0, 0]
(23, 25) (25, 50); (56, 76) (27, 52); (58, 78) (29, 54); (60, 80)
0 4 5 6 9
d0 = 0 d5 = 2 d6 = 2
d4 = 2 d9 = 0
[1, 1, 1, 0] [1, 0, 0, 0]
(23, 51) (26, 54)
7 8
d7 = 3 d8 = 2
Gambar 3.4 Network diagram untuk 3 supplier (MTI, SDT, dan SIM-2)
II-46
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
paling awal (es) pada t = 58 dan paling akhir (ls) pada t = 77. Node 3 terdiri dari
kegiatan memindahkan palet kosong ke truk supplier. Dalam hal ini proses
memindahkan palet kosong dikerjakan oleh supplier, sehingga sumber daya yang
dibutuhkan hanya dock sejumlah 1 unit. Kegiatan pada node 3 dapat mulai
dikerjakan pada horison kedatangan I paling awal (es) pada t = 28 dan paling akhir
(ls) pada t = 54; sedangkan pada horison kedatangan II dapat mulai dikerjakan
paling awal (es) pada t = 61 dan paling akhir (ls) pada t = 80.Adapun urutan
pengerjaan dari node 1, 2, dan 3 bersifat kontinu (node 2 harus segera dikerjakan
setelah node 1 selesai, node 3 harus segera dikerjakan setelah node 2 selesai dan
tidak diijinkan adanya penundaan pengerjaan).
Proses unloading untuk supplier SDT terdiri dari 3 buah node (node 4, 5,
dan 6) dengan waktu proses node 4, 5, dan 6 masing-masing sebesar 10 menit (2
blok waktu). Node 4 terdiri dari kegiatan menempatkan truk pada dock dan
melakukan proses unloading berupa pemindahan barang untuk 1 palet pertama.
Pada node 4 dibutuhkan masing-masing 1 sumber daya dock dan inspector untuk
memeriksa material. Kegiatan pada node 4 dapat mulai dikerjakan pada horison
kedatangan I paling awal (es) pada t = 25 dan paling akhir (ls) pada t = 50;
sedangkan pada horison kedatangan II dapat mulai dikerjakan paling awal (es) pada
t = 56 dan paling akhir (ls) pada t = 76. Node 5 terdiri dari kegiatan memindahkan
palet ke lantai atas dengan menggunakan forklift. Dalam hal ini proses
memindahkan palet membutuhkan sumber daya dock, forklift, dan inspector
masing-masing sejumlah 1, 1, dan 2 unit. Kegiatan pada node 5 dapat mulai
dikerjakan pada horison kedatangan I paling awal (es) pada t = 27 dan paling akhir
(ls) pada t = 52; sedangkan pada horison kedatangan II dapat mulai dikerjakan
paling awal (es) pada t = 58 dan paling akhir (ls) pada t = 78. Node 6 terdiri dari
kegiatan memindahkan palet kosong ke truk supplier. Dalam hal ini proses
memindahkan palet kosong dikerjakan oleh supplier, sehingga sumber daya yang
dibutuhkan hanya dock sejumlah 1 unit. Kegiatan pada node 6 dapat mulai
dikerjakan pada horison kedatangan I paling awal (es) pada t = 29 dan paling akhir
(ls) pada t = 54; sedangkan pada horison kedatangan II dapat mulai dikerjakan
paling awal (es) pada t = 60 dan paling akhir (ls) pada t = 80.Adapun urutan
II-47
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
pengerjaan dari node 4, 5, dan 6 bersifat kontinu (node 5 harus segera dikerjakan
setelah node 4 selesai, node 6 harus segera dikerjakan setelah node 5 selesai dan
tidak diijinkan adanya penundaan pengerjaan).
Proses unloading untuk supplier SIM-2 terdiri dari 2 buah node (node 7
dan 8) dengan waktu proses node 7 dan 8 masing-masing sebesar 15 menit (3 blok
waktu) dan 10 menit (2 blok waktu). Node 7 terdiri dari kegiatan menempatkan truk
pada dock dan melakukan proses unloading berupa pemindahan barang dari truk ke
tempat penempatan komponen dengan menggunakan forklift. Pada node 7
dibutuhkan masing-masing 1 sumber daya dock, forklift, serta inspector untuk
memeriksa dan mengoperasikan forklift. Kegiatan pada node 7 dapat mulai
dikerjakan paling awal (es) pada t = 23 dan paling akhir (ls) pada t = 51. Node 8
terdiri dari kegiatan memindahkan palet kosong ke truk supplier. Dalam hal ini
proses memindahkan dan memasukkan palet kosong dilakukan oleh pihak supplier
sendiri, tahapan proses ini membutuhkan sumber daya dock sejumlah 1 buah.
Kegiatan pada node 8 dapat mulai dikerjakan paling awal (es) pada t = 26 dan
paling akhir (ls) pada t = 54. Adapun urutan pengerjaan dari node 7 ke node 8
bersifat kontinu (node 8 harus segera dikerjakan setelah node 7 selesai dan tidak
diijinkan adanya penundaan pengerjaan).
Dengan kondisi semua aktivitas dari ketiga supplier dimulai pada earliest
start (es) masing-masing, maka penggunaan tiap jenis sumber daya dapat
digambarkan pada gantt chart berikut ini :
II-48
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
7
6
Max handpalet tersedia
5
4 2
3
2 1
1
23 24 25 26 27 28 29 30 31 t 23 24 25 26 27 28 29 30 31 t
2 2
1 1
23 24 25 26 27 28 29 30 31 t 23 24 25 26 27 28 29 30 31 t
Pada gambar 3.5 dapat diketahui bahwa untuk kondisi semua aktivitas dari
ketiga supplier dimulai pada earliest start (es) masing-masing, penggunaan sumber
daya inspector melebihi kapasitas yang tersedia sebesar 3 orang. Untuk itu
diperlukan pengaturan alokasi penggunaan sumber daya sehingga tidak melebihi
kapasitas yang tersedia serta minimasi total waktu penyelesaian seluruh aktivitas
dalam proses unloading.
Berdasarkan data supplier yang melakukan pengiriman material ke part
preparation I (PP I) terdapat 71 supplier yang dijadwalkan melakukan proses
unloading. Dari keseluruhan supplier yang dijadwalkan tersebut, kemudian
dilakukan penentuan network planning meliputi jumlah node atau aktvitas,
kebutuhan sumber daya, waktu proses, waktu paling awal dan paling akhir
kedatangan masing-masing supplier. Hasil penentuan network planning
II-49
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Batasan
ls i
åx
t = es i
i ,t =1 iÎ X (3.2)
ls j ls i
å
t = es j
(t + 1).x j ,t - å (t + 1).x
t = es i
i ,t = di dengan j > i dan i ¹ 0, j ¹ n (i,j ) Î A (3.3)
ls j ls i
å
t = es j
(t + 1).x j ,t - å (t + 1).x
t = es i
i ,t ³ di dengan j > i dan j =n (i,j ) Î A (3.4)
ls i
å ri, k
iÎX
åx
t =s ( t , i )
i,τ £ bk t = 0, ... , Tmax ; k = 1, ... , m (3.5)
II-50
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-51
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
BAB IV
II-52
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-53
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-54
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-55
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-56
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
6 DBI 10 7 11 18 56 49 1 1
7 MI 11 4 17 21 29 25 1
II-57
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
52 1 31 32 56 55 58 59 87 86 1 1
25 DPM-4 53 12 23 35 56 44 1
26 DCCI 54 2 23 25 55 53 56 58 86 84 1 1
55 1 25 26 56 55 58 59 87 86 1
II-58
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
95 1 35 36 56 55 58 59 87 86 1 1
44 IKP 96 2 23 25 53 51 56 58 84 82 1
97 1 25 26 54 53 58 59 85 84 1 1
98 2 26 28 56 54 59 61 87 85 1
Tabel 4.2 dapat dijelaskan pada contoh 3 supplier berikut ini. Proses
unloading untuk supplier FAS terdiri dari 3 tahapan proses (node 1, 2, dan 3).
Node 1 terdiri dari kegiatan menempatkan truk pada dock dan melakukan proses
unloading untuk 2 palet pertama. Pada tahapan ini hanya dibutuhkan kebutuhan
sumber daya 1 dock selama kurun waktu 15 menit (3 blok waktu). Node 2 terdiri
dari kegiatan memindahkan palet yang telah siap ke lantai atas pada part
preparation dengan menggunakan forklift hingga keseluruhan barang yang
dikirim supplier dipindahkan, memindahkan palet kosong dari lantai atas ke area
dekat dock dimana supplier melakukan unloading. Pada node 2 dibutuhkan
masing-masing 1 sumber daya dock, forklift, serta inspector untuk memeriksa dan
II-59
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-60
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
daya dock, forklift, inspector dan handpalet yang tersedia pada blok waktu
tersebut diatas masing-masing adalah 5, 1, 2, dan 2 unit. Penentuan blok waktu
ketiga supplier tersebut didasarkan pada pertimbangan penyederhanaan model
untuk menyelesaikan penjadwalan.
Uraian lebih jelas terhadap struktur jaringan kerja hasil network planning
akan digambarkan dengan network diagram. Network diagram bertujuan untuk
memberikan visualisasi jaringan kerja berupa lintasan-lintasan kegiatan dan
urutan kejadian atau peristiwa yang terjadi selama proses unloading. Network
diagram dapat dilihat pada gambar berikut :
II-61
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-62
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-63
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-64
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-65
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
14 11
å (t + 1).x2,t - å (t + 1).x1,t = 3
t =3 t =0
(4.8)
20 14
å (t + 1).x3,t - å (t + 1).x2,t = 6
t =9 t =3
(4.9)
å (t + 1).x119,t - å (t + 1).x3,t ³ 3
t = 44 t =9
(4.10)
e) Supplier IRC
Proses unloading supplier IRC terdiri dari 2 node, yaitu node 5 dan
6. Node 6 pada supplier IRC akan dikerjakan segera setelah node 5 selesai
dikerjakan. Persamaan 4.11 menyatakan batasan urutan pengerjaan dari
node 5 ke node 6, dan mengharuskan pengerjaan node 6 segera setelah node
5 dikerjakan selama 2 blok waktu.
22 86 20 84
å (t + 1).x6,t +
t =7
å (t + 1).x6,t - å (t + 1).x5,t -
t = 58 t =5
å (t + 1).x
t = 56
5 ,t =2 (4.11)
II-66
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
persamaan 4.12. Dalam hal ini pengerjaan node 119 dapat dimulai paling
tidak saat node 6 selesai dikerjakan selama 1 blok waktu.
55 86 22 86
å (t + 1).x119,t +
t = 44
å (t + 1).x119,t - å (t + 1).x6,t -
t = 73 t =7
å (t + 1).x
t = 58
6 ,t ³1 (4.12)
f) Supplier MBS-2
Proses unloading supplier MBS-2 hanya terdiri dari 1 node (node
111), sehingga tidak terdapat batasan urutan pengerjaan node. Berakhirnya
pengerjaan node 111 merupakan akhir proses unloading supplier MBS-2
sekaligus awal pengerjaan node 119 (node dimana keseluruhan proses
unloading supplier selesai dikerjakan). Batasan dimulainya node 119
setelah supplier MBS-2 menyelesaikan proses unloading dapat
dirumuskan pada persamaan 4.13. Dalam hal ini pengerjaan node 119
dapat dimulai paling tidak saat node 111 selesai dikerjakan selama 7 blok
waktu.
86 80
å (t + 1).x119,t - å (t + 1).x111,t ³ 7
t = 73 t = 66
(4.13)
å ri ,1
iÎX
åx
t =s ( t ,i )
i ,τ £ b1 t = 0, ... , 86; (4.14)
Dalam hal ini besarnya nilai pengali kebutuhan sumber daya dock (ri,1) untuk
semua node i dan periode waktu t adalah 1. Data kebutuhan sumber daya dock
untuk tiap node dapat dilihat pada tabel 4.4. Persamaan 4.15 – 4.19 merupakan
II-67
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
å
t
x t +å x
=4 t
1,
=3
2 ,t + å x5,t + å x9,t + å x15,t + å x 24,t + å x32,t + å x33,t ≤ 5
t =5 t =5 t =4 t =5 t =4 t =5
(4.15)
t=7
7 7 7 7 7 7 6 7
(4.16)
t = 20
20 20 20 20 20 20 20
å x3,t +
t =18
å x4,t +
t =17
å x5,t + x6,20 +
t =19
å x7,t + x8,20 +
t =19
å x9,t +
t =13
å x10,t +
t =14
åx
t =17
11,t
20 20 20 20 20
+ å x 24,t +
t =17
å x25,t +
t =19
å x26,t +
t =18
å x30,t + x31,20 +
t =19
åx
t =19
46 ,t + x47,20 + x48,20 +
20 20 20 20 20 20
åx
t =19
49 ,t + x50,20 + åx
t =17
56 ,t + åx
t =19
57 ,t + åx
t =17
58 ,t + x87,20 + åx
t =19
88 ,t + åx
t =18
99 ,t +
20 20 20 20
x100,20 + åx
t=19
101,t + åx
t=17
102 ,t + åx
t =18
103,t + åx
t=18
104 ,t ≤7 (4.17)
t = 58
58 58 58 58
å x4,t +
t =56
å x5,t + x6,58 +
t =57
å x7,t + x8,58 +
t =57
åx
t =57
13,t + x14,58 + x16,58 + x17,58 +
58 58 58 58 58 58
t
åx
= 56
18 ,t +
t
åx
=56
24 ,t +
t
åx =57
27 ,t + x28,58 +
t
åx =57
30 ,t + x31,58 +
t
åx=56
34 ,t +
t
åx
=57
37 ,t +
58 58 58 58 58
x38,58 +
t
åx
=56
40 ,t +
t
åx =57
43,t + x44,58 +
t
åx =57
46 ,t + x47,58 +
t
åx
=57
49 ,t + x50,58 +
t
åx
=57
51,t
II-68
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
58 58
+ x52,58 + å x54,t + x55,58 + x64,58 + x65,58 +
t =57
åx
t =57
66 ,t + x67,58 + x69,58 + x70,58 + x71,58
58 58 58 58
+ å x72,t + x73,58 +
t =57
å x75,t +
t =56
å x79,t + x80,58 +
t =57
åx
t =57
82 ,t + x83,58 + x84,58 + x85,58
58 58 58 58
+ x86,58 + x87,58 + å x88,t +
t =57
å x89,t +
t =56
å x92,t + x93,58 +
t =57
åx
t =57
94 ,t + x95,58 +
58 58 58 58 58 58
åx
t =57
96 ,t + x97,58 + åx
t =56
99 ,t + åx
t =56
102 ,t + åx
t =56
105 ,t + åx
t =56
108 ,t + åx
t =56
112 ,t +
58 58
t
åx
=56
115 ,t +
t
åx=56
117 ,t ≤5 (4.18)
t = 83
78 83 83 83
å x 4,t +
t = 75
å x5,t + x6,83 +
t =82
å x7,t + x8,83 +
t =82
åx
t =80
14 ,t + x16,83 + x17,83 + x18,81 + x19,83
83 83 83 83 82
+ å x20,t + x25,82 +
t =82
å x26,t + x28,83 +
t =81
å x29,t +
t =81
å x30,t + x31,83 +
t =82
åx
t =81
35 ,t +
83 83 83 83 83
åx
t =82
36 ,t + x46,82 + x47,83 + åx
t =82
48 ,t + åx
t =82
49 ,t + x50,83 + åx
t =82
51,t + x52,83 + åx
t =82
54 ,t
82 83 83
+ x55,83 + x64,83 + x65,83 + åx
t=81
67 ,t +
t
åx
=82
68 ,t + x69,83 + x70,83 +
t
åx
=82
71,t + x72,82 +
83 83 83 83
x73,83 + å x74,t +
t =82
å x78,t + x79,82 + x80,83 +
t =80
å x81,t +
t =82
åx
t =82
82 ,t + x83,83 + x84,83 +
83 83 83 83 83
x85,83 + å x86,t + x87,83 +
t =82
å x88,t + x90,83 +
t =82
å x91,t +
t =81
å x93,t +
t =80
åx
t =82
94 ,t + x95,83
83 83 83
+ x96,82 + x97,83 + å x98,t + x99,81 + x100,83 +
t =82
å x101,t +
t =82
åx
t =80
104 ,t + x105,81 + x106,83
II-69
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
83 83 80 83 82
+ å x107,t + x108,81 + x109,83 +
t =82
å x110,t +
t =82
å x111,t +
t = 77
å x114,t +
t =80
åx
t =81
115 ,t +
83
åx
t =82
116 ,t ≤7 (4.19)
Pada persamaan 4.15, 4.16, dan 4.18 diatas ketersediaan dock hanya
sebesar 5. Hal ini disebabkan untuk t = 0 sampai t = 18 dan t = 56 sampai t = 60,
dua dock lain yang tersedia sudah digunakan oleh supplier yang membutuhkan 2
dock khusus untuk melakukan proses unloading, yaitu RPL, DPM3-1, DPM3-2.
Penjelasan mengenai penentuan penggunaan sumber daya dock pada ketiga
supplier tersebut dapat dilihat pada sub bab 4.2.
iÎX
å ri,2 åx
t =s ( t ,i )
i ,τ £ b2 t = 0, ... , 86; (4.20)
t=6
6 6
å x2,t +
t =3
å
t
x
=4
32 ,t ≤1 (4.21)
t=7
II-70
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
7 6
å x2,t +
t =3
å
t
x
=5
32 ,t ≤1 (4.22)
t = 20
20 20
å x57,t + x87,20 +
t =19
åx
t =18
103,t ≤2 (4.23)
t = 58
58 58 58
t = 83
82 82 82
åx
t=81
35 ,t + åx
t
=81
67 ,t + x87,83 + åx
t
=81
115 ,t ≤2 (4.25)
Pada persamaan 4.21, 4.22, dan 4.24 diatas ketersediaan forklift hanya
sebesar 1. Hal ini disebabkan untuk t = 0 sampai t = 18 dan t = 56 sampai t = 60,
satu unit forklift lain yang tersedia sudah digunakan untuk melayani proses
unloading supplier tertentu, yaitu RPL, DPM3-1, DPM3-2. Penjelasan mengenai
penentuan penggunaan sumber daya forklift pada ketiga supplier tersebut dapat
dilihat pada sub bab 4.2.
å ri,3
iÎX
åx
t =s ( t ,i )
i,τ £ b3 t = 0, ... , 86; (4.26)
II-71
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Besarnya nilai pengali kebutuhan sumber daya inspector (ri,3) untuk masing-
masing node dapat dilihat pada tabel 4.4. Persamaan 4.27 – 4.31 merupakan
contoh formulasi konstrain ketersediaan sumber daya inspector untuk t = 6, t = 7, t
= 20, t = 58, dan t = 83. Berikut ini formulasi konstrain ketersediaan inspector
masing-masing t tersebut diatas :
t=6
6 6
å x2,t +
t =3
å
t
x
=4
32 ,t ≤2 (4.27)
t=7
7 6
å
t
x
=3
2 ,t + x6,7 + å
t
x
=5
32 ,t ≤2 (4.28)
t = 20
20 20 20
x6,20 + å x7,t +
t =19
å x25,t + x31,20 + x47,20 + x50,20 +
t =19
åx
t =19
57 ,t + x87,20 + x100,20 +
20
åx
t =18
103,t ≤3 (4.29)
t = 58
58 58 58 58
x6,58 + å x7,t +
t =57
å x13,t + x17,58 + x28,58 + x31,58 +
t =57
å x34,t +
t =56
åx
t =57
37 ,t + 2 x38,58
58 58 58
+ å x40,t +
t =56
å x43,t + 2 x44,58 + x47,58 + x50,58 + x52,58 +
t =57
åx
t =57
54 ,t + x64,58 + x67,58 +
58 58
x70,58 + x73,58 + x80,58 + x83,58 + x85,58 + x87,58 + å x92,t + x95,58 + x97,58 +
t =57
åx
t =56
115 ,t ≤
2 (4.30)
t = 83
II-72
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
83 82
x6,83 + å x7,t + x17,83 + x19,83 + x25,82 + x28,83 + x31,83 + 2
t =82
åx
t =81
35 ,t + x47,83 + x50,83
83 82
+ x52,83 + å x54,t + x64,83 +
t =82
åx
t =81
67 ,t + x70,83 + x73,83 + x80,83 + x83,83 + x85,83 + x87,83
82
+ x90,83 + x95,83 + x97,83 + x100,83 + x106,83 + x109,83 + åx
t =81
115 ,t ≤3 (4.31)
Pada persamaan 4.27, 4.28, dan 4.30 diatas ketersediaan inspector hanya
sebesar 2. Hal ini disebabkan untuk t = 0 sampai t = 18 dan t = 56 sampai t = 60,
satu orang inspector lain yang tersedia digunakan untuk melayani proses
unloading supplier tertentu, yaitu RPL, DPM3-1, DPM3-2. Penjelasan mengenai
penentuan penggunaan sumber daya inspector pada ketiga supplier tersebut dapat
dilihat pada sub bab 4.2.
å ri,4
iÎX
åx
t =s ( t ,i )
i ,τ £ b4 t = 0, ... , 86; (4.32)
å
t
x t
=5
5, ≤2 (4.33)
II-73
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
t=7
7
å
t
x t
=6
5, + x6,7 ≤ 2 4.34)
t = 20
20 20
åx t
t=19
5, + x6,20 + åx
t=14
10 ,t ≤2 (4.35)
t = 58
58 58
å x5,t + x6,58 +
t =57
åx
t =56
75 ,t ≤2 (4.36)
t = 83
83
t
åx t
=82
5, + x6,83 ≤ 2 (4.37)
II-74
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
sebesar 0,3. Hasil penjadwalan untuk semua hari kerja dapat digambarkan dalam
bentuk Gantt Chart pada gambar 4.2 – gambar 4.6.
Setelah diperoleh hasil penjadwalan dari output ILP, dilakukan penentuan
alokasi dock yang digunakan oleh masing-masing supplier. Penentuan alokasi
dock yang digunakan supplier dilakukan karena sumber daya dock bukan
merupakan sumber daya yang bersifat dinamis. Adapun hasil penentuan alokasi
dock untuk masing-masing supplier dapat dilihat pada gambar 4.7 – gambar 4.11.
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Analisis yang dilakukan pada bab ini meliputi analisis nilai integer
tolerance dan pengaruhnya terhadap optimasi hasil penjadwalan, analisis
sensitivitas perubahan ketersediaan sumber daya, dan analisis perbandingan hasil
penjadwalan pada penelitian dengan hasil penjadwalan pihak perusahaan.
5.1 Analisis nilai integer tolerance dan pengaruhnya terhadap optimasi hasil
penjadwalan
Penyelesaian model integer linear programming (ILP) untuk
menjadwalkan kedatangan supplier dilakukan dengan bantuan solver 6.0. Adapun
metode penyelesaian yang digunakan dalam solver 6.0 adalah branch and bound
dengan pemotongan integer probing. Metode branch and bound terlebih dahulu
akan berusaha mencari solusi optimal tanpa mempertimbangkan batasan
penyelesaian integer (relaxation of the integer programming problem). Relaksasi
batasan integer dalam hal ini bertujuan menemukan batas penyelesaian nilai solusi
terbaik (best bound). Kemudian selama proses optimasi, metode branch and
bound akan berusaha menemukan nilai integer terbaik sebagai batas nilai
optimum sementara (incumbent) dan menggunakan nilai tersebut sebagai
pembanding terhadap pencarian nilai selanjutnya. Untuk menemukan solusi
dalam waktu yang lebih pendek digunakan metode pemotongan integer probing.
II-75
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-76
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
tolerance pada beberapa kondisi. Berikut ini tabel nilai makespan pada beberapa
nilai integer tolerance :
Tabel 5.1 Nilai makespan untuk beberapa nilai integer tolerance (dalam satuan
blok waktu 5 menit)
Integer tolerance
Hari kerja
0,1 0,3 0,5 0,7 0,9
Senin 82* 87 87 87 87
Selasa 75 75 75 75 75
Rabu 74 87 87 87 87
Kamis 74 74 74 74 74
Jumat 83 87 87 87 87
*)
Keterangan : nilai makespan yang diperoleh merupakan optimum sementara
(incumbent)
Dari hasil pengujian beberapa nilai integer tolerance diatas dapat diketahui
bahwa untuk rentang nilai antara 0,3-0,9 tidak terdapat perubahan total waktu
penyelesaian seluruh kegiatan (makespan). Pada tabel 5.1 diatas dapat dilihat
bahwa untuk penetapan nilai integer tolerance 0,1 mengakibatkan nilai makespan
menjadi lebih baik seperti terlihat pada hari kerja senin, rabu, dan jumat. Seperti
dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa untuk memperoleh nilai yang
mendekati optimal global dibutuhkan waktu yang relatif panjang. Hal ini dapat
dicontohkan pada kasus penjadwalan untuk hari kerja senin. Adanya perubahan
nilai makespan yang signifikan pada hari kerja senin dengan nilai integer
tolerance 0,1 juga diimbangi dengan waktu pencarian yang relatif panjang. Tanda
*
pada tabel 5.1 diatas dimaksudkan bahwa nilai makespan yang diperoleh hanya
merupakan nilai optimum sementara (incumbent) untuk lama waktu pencarian
lebih dari 48 jam. Dalam hal ini pencarian nilai optimum global tidak dilanjutkan
II-77
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
dan hanya diambil nilai optimum sementara karena waktu yang dibutuhkan terlalu
panjang untuk suatu proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan pertimbangan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
memperoleh hasil penjadwalan, dalam pengolahan data ditentukan bahwa nilai
integer tolerance yang digunakan adalah sebesar 0,3. Akan tetapi dengan
penentuan integer tolerance sebesar 0,3 diperoleh hasil penjadwalan dimana
terdapat supplier yang dijadwalkan secara terpencil, sehingga makespan yang
dihasilkan menjadi kurang optimal. Dengan perubahan nilai integer tolerance
menjadi 0,1 hasil penjadwalan yang diperoleh dapat lebih optimal. Dalam hal ini
tidak ada supplier yang dijadwalkan secara terpencil, sehingga diperoleh nilai
makespan penyelesaian seluruh kegiatan yang lebih baik. Hasil penjadwalan
dengan nilai integer tolerance sebesar 0,1 dapat dilihat pada gambar 5.1-5.5
berikut ini :
II-78
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-79
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-80
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-81
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-82
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-83
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-84
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-85
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-86
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
Selasa 75 75
Rabu 87 82
Kamis 74 74
Jumat 87 87
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa ketersediaan handpalet sebanyak 2 unit saat
ini dapat dikatakan sangat memadai untuk melayani proses unloading supplier.
Hal ini disebabkan hanya terdapat 4 supplier yang membutuhkan handling
equipment berupa handpalet secara efektif untuk menyelesaikan proses unloading.
Dalam hal ini ketersediaan handpalet sebanyak 1 unit dapat dianggap optimal
untuk melayani proses unloading supplier pada shift kerja I. Ketersediaan 1 unit
handpalet lain dapat dialokasikan untuk kegitan lain.
II-87
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-88
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-89
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
6.1 Kesimpulan
1. Penjadwalan kedatangan supplier dengan mempertimbangkan keterbatasan
sumber daya di part preparation I PT. Astra Honda Motor – Pegangsaan Plant
dapat diselesaikan dengan minimasi total waktu penyelesaian seluruh kegiatan
dalam proses unloading.
2. Dalam penelitian ini pengaturan alokasi penggunaan sumber daya untuk
melayani proses unloading telah dilakukan sehingga tidak terdapat
II-90
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-91
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
LAMPIRAN A
II-92
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
LAMPIRAN B
II-93
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
LAMPIRAN C
II-94
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
LAMPIRAN D
II-95
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
DAFTAR PUSTAKA
II-96
Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
II-97