Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

STRUKTUR
BETON 1
Modul 2: Analisa Balok Beton
Bertulang

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Teknik Sipil W111700019 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.

02
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Diharapkan setelah membaca modul ini
analisis penampang balok persegi mahasiswa dapat memahami mengenai
beton bertulang, lentur pada analisis penampang balok persegi beton
penampang persegi dan tulangan bertulang, lentur pada penampang
tunggal. persegi dan tulangan tunggal.
Pembahasan
1. Analisis Lentur Penampang Balok Persegi
Dalam proses disain suatu balok beton bertulang dengan metode kekuatan (Strength Design
Method) atau yang dikenal pula dengan metode ultimit, mengambil beberapa asumsi sebagai
berikut:
• Regangan yang terjadi pada beton dan tulangan baja adalah sama
• Regangan pada beton berbanding lurus terhadap jaraknya ke sumbu netral penampang
• Modulus Elastistisitas baja, Es = 200.000 MPa, dan tegangan yang timbul pada tulangan
baja dalam daerah elastis sama dengan nilai regangan dikalikan dengan Es (s = e.Es)
• Penampang datar akan tetap datar setelah terjadi lentur
• Kuat tarik dari beton diabaikan
• Kada kondisi keruntuhan regangan maksimum yang terjadi pada serat tekan beton terluar,
besarnya adalah sama dengan ecu = 0,003
• Untuk perhitungan kuat rencana, bentuk dari distribusi tegangan tekan beton diasumsikan
berupa persegi empat, sesuai dengan asumsi dalam SNI 2847:2013 pasal 10.2

Gambar 1. Lentur pada balok akibat beban yang bekerja

Ketentuan mengenai perencanaan beton bertulang biasa maupun beton prategang dalam SNI
2847:2013 pasal 10.3, didasarkan pada konsep regangan yang terjadi pada penampang beton dan
tulangan baja. Secara umum ada 3 (tiga) macam jenis penampang yang dapat didefinisikan :
• Kondisi regangan seimbang (balanced strain condition)
• Penampang dominasi tekan (compression controlled section)
• Penampang dominan tarik (tension controlled section)

Penampang lain yang berada di antara penampang dominan tekan dan dominan tarik, dinamakan
berada pada daerah transisi. Di samping itu ditambahkan pula bahwa regangan tarik, Ɛt, pada
kuat nominal di daerah transisi, tidak boleh kurang dari 0,004 untuk setiap komponen struktur
lentur tanpa beban aksial, ataupun bila ada beban aksial tidak melebihi 0,10∙f /c ∙Ag. Dengan Ag
adalah luas gross penampang beton.
2020 Struktur Beton 1
2 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2. Jenis penampang balok dibedakan menurut kondisi regangan yang terjadi

Kondisi regangan seimbang (balanced strain condition), terjadi pada suatu penampang ketika
tulangan baja tarik mencapai regangan luluh, Ɛy, sedangkan beton yang tertekan mencapai
regangan ultimitnya sebesar 0,003. Penampang demikian dinamakan sebagai penampang
seimbang

Penampang dominasi tekan (compression controlled section), terjadi apabila regangan


tulangan tarik terluar sama atau kurang dari batasan regangan yang diijinkan, sedangkan beton
mencapai regangan ultimit sebesar 0,003. Untuk tulangan baja dengan fy = 400 MPa, maka
batasan regangan tekan tersebut adalah sama dengan 0,002. Kasus ini pada umumnya terjadi
pada komponen struktur kolom yang menerima gaya aksial dan momen lentur

Penampang dominan tarik (tension controlled section), terjadi ketika regangan baja mencapai
0,005 atau lebih, yang terjadi ketika beton mencapai regangan ultimitnya sebesar 0,003

Gambar 3. (a) Penampang dominan tarik, (b) Penampang daerah transisi, (c) Penampang
dominan tekan
Distribusi Tegangan Tekan Ekuivalen
Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton dapat dihitung berdasarkan kurva pengujian
tegangan-regangan, atau dapat diasumsikan berbentuk persegi empat, trapesium, parabola atau
bentuk lain yang dapat merepresentasikan kuat lentur dari penampang. Guna penyederhanaan
dalam analisis maupun disain penampang beton, maka dalam SNI 2847:2013 pasal 10.2.7,
diijinkan untuk menggunakan distribusi blok tegangan ekuivalen berbentuk empat persegi
panjang untuk perhitungan kuat lentur nominal. Model blok tegangan tersebut sering juga dikenal
sebagai Blok Tegangan Whitney, yang pertama kali diperkenalkan dalam jurnal ACI di tahun
1937.

2020 Struktur Beton 1


3 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Blok tegangan merupakan tegangan tekan merata sebesar 0,85f’c diasumsikan terdistribusi
merata pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus
yang sejajar sumbu netral sejarak a = β1.c dari serat beton yang mengalami regangan tekan
maksimum Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus diukur
tegak lurus sumbu tersebut. Faktor β1 dapat dihitung sebagai berikut:
• untuk kuat tekan beton, f /c < 28 Mpa β1 = 0,85
𝑓′ 𝑐−28
• untuk 28 MPa < f / < 56 MPa β1 = 0,85 – 0,05 7
• Untuk f /c lebih dari 56 Mpa β1 = 0,65

Gambar 4. Diagram tegangan

2. Penampang Persegi Bertulang Tunggal (Kondisi Balanced)

Gambar 5. Penampang kondisi balanced


C=T
0,85 f/c.ab.b = Asb.fy

Dengan:
600
Cb =(600+𝐹 ).d
𝑦
𝐴𝑠𝑏. 𝐹𝑦
ab = (0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏)
𝐴𝑠𝑏
ρb =
𝑏.𝑑

𝑓′𝑐 600
Maka persamaan menjadi: ρb = 0,85.β. 𝐹 . 600+𝐹 .
𝑦 𝑦

2020 Struktur Beton 1


4 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Parameter ρ disebut sebagai rasio tulangan tarik yang besarnya sama dengan Luas Tulangan
dibagi luas penampang beton efektif. Dalam hal desain balok atau komponen struktur lentur
lainnya, batas maksimum rasio tulangan dapat diambil dengan menggunakan nilai Ɛt = 0,005,
sehingga :
0,003+𝐹𝑦 /𝐸𝑠
ρmaks=( ). ρb
0,008

Jika tulangan baja mempunyai fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks= 0,625.ρb untuk
dominan tarik.

Pasal 10.3 dari ACI 318M-11 mensyaratkan nilai Ɛt tidak boleh kurang dari 0,004 untuk
menjamin tingkat daktilitas serta memperlihatkan tanda yang Nampak secara visual sebelum
keruntuhan. Nilai Ɛt = 0,004 maka:
𝜌 0,003 − 𝑓𝑦 /𝐸𝑠
=
𝜌𝑏 0,007
Jika tulangan mempunyai fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks= 0,714.ρb untuk
penampang balok daerah transisi.

Contoh Soal 1:
Hitunglah :

• F’c = 25 MPa, Fy=400 MPa, β1 = 0,85


• Tentukan luas tulangan baja pada kondisi seimbang, Asb

2020 Struktur Beton 1


5 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Tentukan luas tulangan maksimum yang diijinkan agar penampang merupakan penampang
dominan tarik serta penampang pada daerah transisi
• Tentukan posisi sumbu netral, c, dan tinggi blok tegangan tekan ekuivalen, a, untuk
penampang dominan tarik pada soal b
Solusi:
𝑓′𝑐 600
1. ρb = 0,85.β. 𝐹 . 600+𝐹 .
𝑦 𝑦
25 600
= 0,85.0,85. .
400 400
= 0,0271
Luas tulangan yang diperlukan untuk mencapai kondisi seimbang adalah
𝐴
𝑠𝑏
ρb = 𝑏.𝑑
Asb = ρb.b.d
= 0,0271.400.650
= 7.046 mm2

2. Untuk penampang kondisi tarik maka ρmaks= 0,625.ρb


ρmaks = 0,625.ρb
= 0,625.0,0271
= 0,01693 (atau dapat dilihat pada tabel 1)
As maks = ρmaks.b.d
= 0,01693.400.650
=4.401,8 mm2

Untuk penampang daerah transisi maka ρmaks= 0,714.ρb


ρmaks = 0,714.ρb
= 0,714.0,0271
= 0,01935
As maks = ρmaks.b.d
= 0,01693.400.650
=4.401,8 mm2

3. Tinggi blok tegangan tekan ekuivalen dihitung dengan menggunakan As maks :


𝐴𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠.𝐹
amaks = ( 0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏𝑦 )
4.401,8 𝑥 400
=( )
0,85 𝑥 25 𝑥 4𝑜𝑜

= 207,14 mm
Jarak dari serat atas ke sumbu netral adalah c = a/β1, dengan β1= 0,85 (dominan tarik)
a = β1.c
𝑎
maka c =
β1
207,14
= = 243,69mm
0,85

2020 Struktur Beton 1


6 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Kapasitas Momen Nominal Penampang Balok

Gambar 6. Kapasitas momen nominal penampang balok

Dalam desain balok beton harus dipenuhi Mu < ϕMn. Momen nominal dari suatu balok persegi
bertulangan tunggal dihitung dengan mengalikan nilai C atau T pada Gambar dengan jarak
antara kedua gaya.
Mn = C. z = T . z
= As/bd
𝑎 𝑎
Mn = 0,85.f’c.a.b.(d − ) = As.fy. (d − ) a=As.fy/(0,85f’c.b)
2 2
As.fy ρ.fy
ϕMn = ϕ As. fy. (d − 1,7.𝑓′𝑐.𝑏) = ϕ. fy.b.d2. (1 − 1,7.𝑓′ 𝑐)

ϕMn = Ru.b.d

ρ.fy
dimana Ru = ϕ. fy.(1 − 1,7.𝑓′ 𝑐), saat maks maka Ru akan maksimal dan nilai Ru dapat dilihat

pada tabel 1. Kuat nominal dari suatu komponen struktur (baik yang memikul lentur, beban
aksial, geser maupun puntir), yang dihitung berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku, harus
dikalikan dengan suatu faktor reduksi yang besarnya kurang dari satu. Dalam SNI 2847:2013,
pasal 9.3 digunakan beberapa nilai faktor reduksi kekuatan, ϕ, sebagai berikut :
• untuk penampang dominan tarik ϕ =0,90
• untuk penampang dominan tekan
- Tulangan spiral ϕ =0,75
- Tulangan non spiral ϕ =0,65
• untuk geser dan puntir ϕ =0,75
• untuk tumpu pada beton ϕ =0,65

2020 Struktur Beton 1


7 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Untuk komponen struktur lentur beton bertulang, nilai Ɛt harus sama atau lebih besar
dari pada 0,004
Gambar 7. Faktor reduksi kekuatan

SNI 2847:2013 pasal 10.3.5 mensyaratkan bahwa nilai Ɛt pada kondisi kuat lentur nominal harus
lebih besar atau sama dengan 0,004.

𝐴𝑏 𝐴𝑠𝑏.𝐹𝑦. 𝜌𝑏.𝐹𝑦. 𝑑
Cb = = =
β1 0,85.𝑓′ 𝑐.β 1 .𝑏 0,85.𝑓′ 𝑐.β1

𝐶 𝜌 𝐶 𝜌 𝐶𝑏 𝜌 0,003
𝐶𝑏
= 𝜌𝑏 𝑑
= 𝜌𝑏
. 𝑑
= (𝜌 ). (0,003+𝐹 )
𝑏 𝑦 /𝐸𝑠

𝜌.𝐹𝑦. 𝑑
C = 0,85.𝑓′ 𝑐.β1

𝜌 ,003+𝐹𝑦 /𝐸𝑠 3
Diperoleh: 𝜌 = ( 0,003+ 𝜀𝑡
)
𝑏

Apabila momen terfaktor yang bekerja pada balok cukup kecil, sehingga luas tulangan baja yang
dibutuhkan juga sedikit, maka dalam peraturan (SNI 2847:2013 pasal 10.5.1) disyaratkan
perlunya memberikan tulangan minimum, yang besarnya dapat dihitung sebagai berikut :
√𝑓′𝑐 1,4
As Min = 4.𝑓 .𝑏𝑤 .d > 𝑓𝑦 𝑤
𝑏 .d
𝑦

Atau dapat dinyatakan dalam bentuk rasio tulangan:


√𝑓′𝑐 1,4
ρ Min = 4.𝑓𝑦
> 𝑓𝑦

2020 Struktur Beton 1


8 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Soal 2:
Tentukan besarnya kuat momen rencana, ϕMn
F/c = 20 MPa
Fy = 400 MPa
Kuat tekan beton, f /c < 28 Mpa, maka β1 = 0,85

Solusi:
𝑠. 𝑦 𝐴 𝐹 1.981,6(400)
1. a = (0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 ) =(0,85 𝑥 20 𝑥 300) = 155,42mm

𝑎 155,42
2. c = β1
= 0,85
= 182,85 mm
𝐶 182,85
3. d𝑡
= 550
= 0,3324, termasuk daerah dominan tarik

𝑪
𝐝𝒕
= 0,3324
𝑎
4. Mn = As.fy. (d − 2 )
155,42
= 1.981,6(400). (550 − 2
)

= 374.355.945,6 N.mm
= 374,35 kN.m

5. ϕMn = 0,9 x 374,35 = 336,91 kN.m

Contoh Soal 3:
Dengan menggunakan data pada Contoh 3.2, namun tulangan baja dirubah menjadi 3D32
(As= 2.412,74 mm2)
𝐴𝑠. 𝐹𝑦 2.412,74(400)
1. a = (0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏) =(0,85 𝑥 20 𝑥 300) = 189,23 mm
𝑎 189,23
2. c = β1
= 0,85
= 222,62 mm
2020 Struktur Beton 1
9 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
𝐶 222,62
3. = = 0,404, termasuk daerah transisi
d𝑡 550
d−c 550−222,62
4. Ɛt = ( 𝑐
) x 0,003 = ( 222,62
) x 0,003 =0,00441. Nilai ini kurang dari 0,005 tapi

masih lebih besar daripada 0,004. Penampang berada pada daerah transisi,

𝑪
𝐝𝒕
= 0,404

Ɛt =0,00441
250
5. Φ transisi = 0,65 + (Ɛt – 0,002). ( 3
) =0,851
𝑎
6. ϕMn = ϕ As.fy. (d − )
2
189,23
= 0,851 x 2.412,74 x400 (550 − 2
)

= 370.006.195,91 N.mm
= 374,01 kN.mm

Contoh Soal 3:
Sebuah balok kantilever beton bertulang sepanjang 2,5m memiliki penampang persegi dengan
penulangannya seperti ditunjukkan pada gambar. Balok memikul beban mati (termasuk berat sendiri
balok) sebesar 20 kN/m. dan beban hidup sebesar 13 kN/m. Periksa apakah balok cukup memikul
beban yang bekerja:

2020 Struktur Beton 1


10 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Solusi:
qu = 1,2 qD + 1,6 qL = 1,2 (20) + 1,6(13) = 44,8 kN/m
Mu = ½ qu L2 = ½ (44,8)(2,5)2 = 140 kN.m
1
𝐴𝑠 𝑓𝑦 3( 𝜋222 ) 𝑥 400 1.140 𝑥 400
4
a = = = 107,29 mm
0,85 𝑓′𝑐 . 𝑏 0,85 𝑥 25 200 0,85 𝑥 25 200
𝑎
c = = 126, 22 mm
0,85

d = 400 (lihat gambar pada contoh soal)


c/d = 126,22/ 400 = 0,3155 < 0,375
𝑑−𝑐 400−126,22
𝜀𝑡 = x 0,003 = x 0,003 = 0,00651 > 0,005
𝑐 126,22

𝑪
= 0,3155
𝐝𝒕

Ɛt =0,00651

Penampang Dominan Tarik, maka ϕ=0,90


𝑎 1 107,29
ϕMn = ϕAs.fy(𝑑 − ) = 0,9 x3 ( 𝜋222 ) x 400 (400 − )
2 4 2

= 142,14 kN.m > Mu (140 kN.m)


(Penampang Mencukupi)

2020 Struktur Beton 1


11 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Dept. Kimpraswil, 2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-28472013

MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc,
New Jersey.

Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013,
Erlangga, Jakarta

Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.

2020 Struktur Beton 1


12 Paksi Dwiyanto Wibowo, S.T., M.T.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai